Anda di halaman 1dari 70

DIKLAT BENDAHARA

PENGELUARAN

POKOK-POKOK
PELAKSANAAN APBN
1
UU No 17/03
Pasal 6

Ayat (1)

Presiden selaku Kepala Pemerintahan


memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan.

2
UU No 17/03
Pasal 6

Ayat (2)

Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1):


• Dik uasak an k epad a Me nte ri Keuang an, selak u pengelola
fis kal dan Wakil Pe meri nta han dalam k epemi li kan
kekayaa n neg ara yan g d ipis ahk an;
• Dik uasak an k epad a mente ri /pimp in an lemb ag a selaku
penggun a ang garan/peng guna barang kemen te ri an
negara/ lemb aga yan g dipi mp inn ya;
• Dis erah kan kepada gub ernu r/bu pat i/wa likota selaku
kepala pemeri ntahan dae rah un tu k meng elol a keuang an
daerah d an mew aki li peme rin ta h daerah dalam
kepemil ikan kekayaan daerah yang d ipisa hkan;
• Tid ak termas uk kewe nangan di bid ang mon eter, yang
meli puti antara lain me ngeluark an uan g, y ang di atur
dengan und ang-un dang. 3
UU No 17/03
Pasal 9

Men teri /Pimp ina n le mbaga seb ag ai


Pe ng gun a An gg ara n/ Pe ng guna Bar an g
ke men ter ia n ne ga ra/le mbaga ya ng
di pi mp in nya memp uny ai tug as seb ag ai
be rik ut :
a. Men yus un ran can gan an gga ra n kem en ter ia n
ne ga ra/ le mba ga ya ng di pimp in nya;
b. Men yus un doku me n pel ak san aa n an ggar an;
c. Mel ak san akan ang ga ran ke men ter ian
ne ga ra/le mba ga yan g dip imp inn ya .

4
UU No 17/03
Pasal 13

Ayat (1)

Pemerintah Pusat menyampaikan pokok


pokok kebijakan fiskal dan kerangka
ekonomi makro tahun anggaran
berikutnya kepada DPR selambat-
lambatnya pertengahan bulan Mei tahun
berjalan

5
UU No 17/03
Pasal 13

Ayat (2)

Pemerintah Pusat dan DPR membahas


kerangka ekonomi makro dan pokok
pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh
Pemerintah Pusat dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN tahun
anggaran berikutnya.

6
UU No 17/03
Pasal 13

Ayat (3)

Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan


pokok pokok kebijakan fiskal Pemerintah
Pusat bersama DPR membahas kebijakan
umum dan prioritas anggaran untuk
dijadikan acuan bagi setiap kementerian
negara / lembaga dalam penyusunan
usulan anggaran.
7
UU No 17/03
Pasal 14

Ayat (2)

Rencana kerja dan anggaran sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) disampaikan
disusun berdasarkan prestasi kerja yang
akan dicapai

8
UU No 17/03
Pasal 14

Ayat (4)

Rencana kerja dan anggaran sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) disampaikan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
rancangan APBN.

9
UU No 17/03
Pasal 14

Ayat (5)

Hasil pembahasan rencana kerja dan


anggaran disampaikan kepada Menteri
Keuangan sebagai bahan penyusunan
rancangan undang-undang tentang APBN
tahun berikutnya.

10
UU No 17/03
Pasal 14

Ayat (6)

Ketentuan lebih lanjut mengenai


penyusunan rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

11
UU No 17/03
Pasal 15

Ayat (5)

APBN yang disetujui oleh DPR terinci


sampai dengan

unit organisasi,
 fungsi,
 program,
 kegiatan, dan
 jenis belanja.
12
UU No 1/04
Pasal 4

Ayat (2)

Men teri / pimpi na n le mba ga se lak u Pen ggu na


An ggar an / Pe ngg una Bar ang ke men ter ian
nega ra / le mba ga ya ng dip im pi nn ya ber wen an g:
a. Men yusu n dokume n pe la ksa na an an gga ran ;
b. Men unjuk Kua sa Pen ggu na Angg ar an /
Pe ng guna Bar an g;
e. Mel aku ka n tindak an yan g me ngak ib atk an
pen ge lu ara n an gg ar an bel an ja;
f. Men etap kan pejab at ya ng ber tugas
mel ak uk an pen guji an da n p eri ntah
pemba ya ra n
13
UU No 1/04
Pasal 7

Ayat (1)

Menteri Keuangan adalah


Bendaharawan Umum Negara

14
UU No 1/04
Pasal 7

Ayat (2)

Menteri Keuangan selaku


Bendaharawan Umum Negara berwenang

a. Menetapkan Kebijakan dan pedoman


pelaksanaan anggaran negara;
b. Mengesahkan dokumen pelaksanaan
anggaran.
15
PP No. 20/03
Pasal 9

Ayat (1)

Menteri/Pimpinan Lembaga bertanggung


jawab dari segi kebijakan atas pencapaian
kinerja Kementerian Negara/ Lembaga.

16
PP No. 20/03
Pasal 9

Ayat (2)

Kepala Satuan Kerja sebagai kuasa


pengguna anggaran bertanggung jawab
atas pencapaian kinerja berupa barang
dan/atau jasa dari kegiatan yang
dilaksanakan satuan kerja yang
bersangkutan.

17
PP No. 21/03
Pasal 10

Ayat (3)

Kementerian Negara/Lembaga membahas


RKA-KL sebagaimana dimaksud ayat (1),
bersama-sama dengan komisi terkait di
DPR

18
PP No. 21/03
Pasal 10

Ayat (4)

Kementerian Perencanaan menelaah


kesesuaian antara RKA-KL hasil
pembahasan bersama DPR dengan
Rencana Kerja Pemerintah.

19
Lata r Bel ak ang

 Reformasi;
 Perkembangan teknologi
 Tuntutan masyarakat
 Kesenjangan
20
Lata r Bel ak ang (lanju tan )

 Kurang terkaitnya antara Kebijakan,


Perencanaan, Penganggaran dan
Pelaksanaannya;
 Penganggaran yang ber-horizon satu
tahun (jangka pendek);
 Terpisahnya penyusunan anggaran rutin
dan anggaran pembangunan
21
ALASAN PE RUBAH AN
SIS TEM P EN GAN GGARAN
 Kondisi infrastruktur & pelayanan publik
 Profil kegiatan/proyek APBN/APBD;
 Pelurusan tujuan dan fungsi anggaran
pemerintah;
 Peningkatan peran Stakeholder;
 Dunia usaha;
 Daerah;
 Kementerian negara/lembaga;

DPR/DPRD dan masyarakat;
 Perubahan sistem pemilihan.
 Respons terhadap pengaruh globalisasi.
22
Satuan Kerja (Satker) - PUSAT

DIP A
Satk er
1. eselon 2
Kegiatan a
Kegiatan b
2. eselon 2
Kegiatan c
3. eselon 2
Dst.
23
Satuan Kerja (Satker) - DAERAH

1 DIPA
DIPA 1 ESELON 1
Satker A 1 PROPINSI
Kegiatan a
Kegiatan b
Satker B
Kegiatan c
Kegiatan d
dst
24
STRUKTUR ORGANISASI
PENGELOLA KEUANGAN NEGARA
(IDEAL MENURUT UU)

MENTERI
PENGGUNA
ANGGARAN

SATKER
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

UNIT
PEMBUAT PEGUJI PENERBIT
BENDAHARA AKUTANSI
KOMITMEN TAGIHAN SPM
INSTANSI

25
STRUKTUR ORGANISASI
PENGELOLA KEUANGAN NEGARA

PRESIDEN

MENTERI MENTERI KEUANGAN


PENGGUNA BENDAHARAWAN
ANGGARAN UMUM

SATKER SATKER KPPN KPPN


Kuasa Pengguna Kuasa Pengguna Kuasa Bendara Kuasa Bendara
Anggaran Anggaran Umum Umum
26
SATKER
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

PUSAT
Sebagai SATKER
ESELON 1 atau
KETUA BADAN
DAERAH
Sebagai SATKER
ESELON 2, 3
atau 4
LUAR NEGERI
Sebagai SATKER
DUTA BESAR, ….,
……………………. ?
27
SATKER
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

PUSAT
SETJEN BADAN

DITJEN IRJEN

DAERAH
ESELON 2 ESELON 3
28
SEKJEN
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

KEPALA KEPALA
KARO KEUANGAN
BIRO BIRO

UNIT
PEMBUAT PEGUJI PENERBIT
BENDAHARA AKUTANSI
KOMITMEN TAGIHAN SPM
INSTANSI

29
DITJEN
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

DIREKTUR SEKDITJEN DIREKTUR

UNIT
PEMBUAT PEGUJI PENERBIT
BENDAHARA AKUTANSI
KOMITMEN TAGIHAN SPM
INSTANSI

30
IRJEN
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

INSPEKTUR SETITJEN INSPEKTUR

UNIT
PEMBUAT PEGUJI PENERBIT
BENDAHARA AKUTANSI
KOMITMEN TAGIHAN SPM
INSTANSI

31
BADAN
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

DEPUTY / DEPUTY /
SEKBADAN
KEPALA PUSAT KEPALA PUSAT

UNIT
PEMBUAT PEGUJI PENERBIT
BENDAHARA AKUTANSI
KOMITMEN TAGIHAN SPM
INSTANSI

32
ESELON 2
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

KEPALA KEPALA
KABAG UMUM
BIDANG BIDANG

PEMBUAT PENERBIT PEMBUAT


BENDAHARA
KOMITMEN SPM KOMITMEN

UNIT
PEGUJI
AKUTANSI
TAGIHAN
INSTANSI
33
ESELON 3
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

KEPALA SEKSI
KASUBAG TU KEPALA
PEMBUAT
Penerbit SPM SEKSI
KOMITMEN

PEGUJI
BENDAHARA TAGIHAN

UNIT
PEGUJI
AKUTANSI
TAGIHAN
INSTANSI 34
HU BUN GAN LE MB AGA DA N KI NERJ A

menteri/pimpinan lembaga
KEBIJAKAN
Gubernur/Bupati/Walikota

COST EFFECTIVENES OUTCOMES


EFEKTIFITAS

SATUAN KERJA OUTPUTS


EFISIENSI
PROSES

INPUTS

EKONOMI
SUMBERDAYA

35
PE NGAN GGARAN
BERB ASIS K INERJA
 Penyusunan anggaran berbasis kinerja
dilakukan dengan memperhatikan
ket erkaitan ant ar a p enda na an
denga n kel ua ra n da n ha si l ya ng
diha rap ka n termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
 Dalam penyusunan anggaran berbasis
kinerja diperlukan ind ika tor k inerja ,
sta nd ar b iaya , sta nda r pela ya na n
mi ni mal , da n eva lua si ki nerja dari
setiap program dan jenis kegiatan. 36
INDIKATOR KINERJA
Ukur an ku anti ta ti f dan kuali tatif yang
meng gamb ark an ti ng kat ca paian suatu sas aran
ata u tuju an yg te lah dit etapk an.

Fun gsi I ndik ator Kinerja :


4. Memperjelas apa, berapa & kapan suatu
program/kegiatan dilaksanakan.
5. Memperjelas siapa yang bertanggungjawab dan yang
melaksanakan indikator dimaksud.
6. Menciptakan konsensus yg dibangun bersama oleh pihak
terkait utk menghindari kesalahan interprestasi selama
pelaksanaan kegiatan dan dalam menilai kinerjanya.
7. Membangun dasar utk pengukuran, analisis & evaluasi
kinerja organisasi/unit kerja.
37
INDIKATOR KINERJA (con’t)
 In dik at or hasi l  Pernyataan dan target yang akan
dicapai oleh suatu proram pada jangka waktu menengah
sesuai dengan tujuan dan sasaran program.
 In dik at or ke lu ar an  Pernyataan dan target yang
akan dicapai secara langsung dari pelaksanaan suatu
kegiatan, terdiri dari:
 Harg a ( Pri ce )  Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu tingkat keluaran tertentu;
 Kuan titas ( Quant ity )  Jumlah unit barang dan/atau jasa
yang akan dihasilkan;
 Kual itas ( Quali ty )  Tingkat barang dan atau jasa yang
dihasilkan berdasarkan kepuasan penerima manfaat,
 dan ketep atan wak tu .
38
INDIKATOR KINERJA OUTPUT
Contoh:
 KUA NTIT AS (qu ant ity) :
 Jumlah peraturan yang dikeluarkan;

 Jumlah km jalan yang diaspal;

 Jumlah pegawai yang dilatih;

 Jumlah dokumen yang diproses;

 Jumlah pasien yang dilayani;

 KUA LITA S (qual it y) :


 Pegawai terlatih dengan hasil memuaskan;

 KM jalan setingkat propinsi;

 % Tingkat kesalahan penyelesaian dokumen;

 % Tingkat kepuasan pasien;

 Biaya pelayanan per dokumen;

 Biaya pelayanan per pasien


39
INDIKATOR KINERJA OUTPUT
(Lanjutan)

 KETEP ATAN WAKTU (ti mel ine ss) :


 6 bulan penyusunan draft perda;

 2 minggu pelatihan pegawai;

 8 jam proses persetujuan dokumen;

 15 menit waktu tunggu pasien;

 HARGA (p rice ):
 Biaya penyusunan per draft keputusan;

 Biaya pelatihan per pegawai;

 Biaya pengaspalan per KM jalan;

 Biaya pelayanan per dokumen;

 Biaya pelayanan per pasien

40
INDIKATOR KINERJA OUTCOME

 Berkurangnya % tingkat kecelakaan di jalan raya


dari 10% menjadi 8% pada akhir 2008
 Berkurangnya tingkat kematian bayi dari 3% pada
tahun 2005 menjadi 1% pada akhir tahun 2009
 Berkurangnya defisit anggaran dari 10% pada tahun
2005 menjadi 3% pada tahun 2009;
 Meningkatnya penghasilan per kapita dari $650 pada
tahun 2006 menjadi $1.000 pada tahun 2010;
 Menurunnya tingkat buta huruf dari 7% jumlah
penduduk pada tahun 2003 menjadi 2% pada tahun
2007 41
PENERAPAN ANGGARAN
BERBASIS KINERJA

 Ex ist in g
 Program  Kegiatan  Anggaran (Volume x
Standar harga masuk an )
 Ke Depan:
 Program  Kegiatan  Anggaran (Volume x
Standar harga keluar an
 Output  Kuantitas, Kualitas, Harga & waktu.
 Pent aha pa n:
 Analisa Standar Biaya  Standar Biaya atas
keluaran
42
Jen is Bel an ja

 Bela nja Pe ga wai


 Bela nja Bara ng
 Bela nja Mo da l
 Bela nja Bunga Huta ng
 Bela nja Su bs id i
 Bela nja Bantua n So sia l
 Bela nja Hi bah
 Bela nja Lai n l ain
43
Be lanj a Moda l
Pengeluaran dlm Rangka Pembentukan Modal
 Pengeluaran untuk Perolehan Asset tetap
 Pengeluaran yg setelah perolehan asset
mengakibatkan bertambahnya :
 Masa Manfaat;
 Kapasitas;
 Kualitas & Volume
 Pengeluaran untuk Asset yg tidak ditujukan untuk
dijual/ diserahkan kepada masyarakat
 Biaya pendukung dalam perolehan asset
 Pengeluaran untuk belanja perjalanan & jasa yg
terkait dengan perolehan asset tetap / asset
lainnya (konsultan pengawas, konsultan
perencana dll) 44
Be lanj a ba ra ng
Pengeluaran untuk menampung
pembelian barang & jasa yang habis pakai

 Bela nja Bara ng & Jas a


 Bela nja Pe meli hara an
 Bela nja Pe rjala nan Dinas

45
Bela nja Bar ang & Ja sa

 Keperluan kantor sehari-hari


 ATK
 Langganan daya & jasa
 Pekerjaan non fisik yg langsung
menunjang tupoksi

46
Bela nja Pem elihar aan

Untuk mempertahankan
asset tetap/asset lainnya
yang sudah ada
kedalam kondisi normal

47
Bela nja Per ja la nan
Dina s

Untuk membiayai perjalanan


dinas dalam rangka pelaksanaan
tugas, fungsi, dan jabatan

48
STRUKTUR APBN
Budget Budget
Formulation Implementation
&Reporting
UU APBN
Klasifikasi Keppres Rincian SRAA/DIPA

ORGANISASI DEPARTEMEN SATUAN KERJA


UNIT ORGANISASI

FUNGSI, SUB FUNGSI


FUNGSI PROGRAM SUB KEGIATAN
KEGIATAN

BELANJA JENIS PENGELUARAN


JENIS BELANJA RINCIAN PENGELUARAN
(EKONOMI) KELOMPOK MAK
MAK

LOKASI PUSAT/ PROVINSI KABUPATEN/KOTA 49


PELAKSANAAN APBN

2. PELAKSANAAN PEMBUATAN
KOMITMEN
3. PELAKSANAAN PEMBAYARAN

50
PELAKSANAAN PEMBUATAN
KOMITMEN (PK)
1. BIDANG KEPEGAWAIAN
2. BIDANG PELAKSANAAN TUPOKSI
3. BIDANG PBJ

51
PENANGGUNGJAWAB
PEMBUATAN KOMITMEN
1. KEPEGAWAIAN = KEPALA SATKER
2. PELAKS. TUPOKSI = KEPALA SATKER/
KPA/PK
3. PELAKS. PBJ = KPA/PK

52
PELAKSANAAN PEMBAYARAN

1. PEMBAYARAN MELALUI UANG


PERSEDIAAN
2. PEMBAYARAN LANGSUNG

53
PENAGIHAN PEMBAYARAN

1. BENDAHARA PENGELUARAN (UP)


2. PEMBUAT KOMITMEN (LS)

54
Jenis-Jenis Bendaharawan
1. Bendahara Umum Negara (Menteri
Keuangan), yaitu orang atau badan yang
bertugas menerima setoran penerimaan
negara, dan melakukan pembayaran atas
dasar Surat Perintah Membayar dari
ordonatur.
2. Bendahara Khusus, yaitu orang atau badan
yang melaksanakan salah satu tugas
bendahara, yaitu khusus penerimaan atau
pengeluaran.
55
Jenis-jenis Bendaharawan
Umum Negara
1. Bendahara Umum Negara (KP DJBPN)
2. Bendahara Umum Negara (KPPN),
dengan kantor bayar:
a. Bank Operasional
b. Kantor Pos

56
Jenis-jenis Bendaharawan
Khusus
• Bendahara Penerimaan, yaitu orang yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang pendapatan negara/daerah dalam rangka
pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja
kementrian negara/lembaga/pemerintah daerah.
• Bendahara Pengeluaran, yaitu orang yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan belanja negara/daerah
dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada
kantor/satuan kerja kementrian
negara/lembaga/pemerintah daerah.
57
Contoh Bendahara Penerima
1. Bendahara penerimaan BPN
2. Bendahara penerimaan Dept.
Kesehatan
3. Bendahara penerimaan Kejari/Kejati
4. Bendahara penerimaan Dept. Agama
5. Dst.

58
Contoh Bendahara
Pengeluaran
1. Bendahara Pengeluaran pada Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), yang
melaksanakan semua jenis belanja
dalam DIPA yang bersumber dari:
a. Rupiah Murni
b. PHLN
c. PNBP

59
Pengangkatan Bendaharawan
1. Bendaharwan Umum Negara adalah
Menteri Keuangan
2. Bendahara Penerimaan diangkat oleh
menteri/pimpinan lembaga/gubernur/
bupati/walikota.
3. Bendahara Pengeluaran diangkat oleh
menteri/pimpinan lembaga/gubernur/
bupati/walikota.
60
PENGAJUAN UP
1. Setiap satker dapat diberikan Uang Persediaan
2. Untuk mengelola UP diangkat pejabat fungsional
Bendahara
3. Menteri/pimpinan lembaga atau pejabat yang diberi
kewenangan dapat mengangkat seorang Bendahara
Pengeluaran
4. Untuk membantu pengelolaan UP, kepala satker
dapat menunjuk Pemegang Uang Muka
5. Bendahara pengeluaran membagi UP kepada PUM
6. Apabila di antara PUM telah merealisasikan UP
sekurang-kurangnya 75 %, KPA dapat mengajukan
SPM-GUP bagi PUM berkenaan tanpa menunggu
realisasi PUM lain yang belum mencapai 75 %.
61
PERTANGGUNGJAWABAN UP
 Berdasarkan SPM-UP dari KPA, KPPN
menerbitkan SP2D-UP
 Penggunaan UP menjadi tanggung jawab
Bendahara Pengeluaran.
 UP bersifat revolving sepanjang masih
tersedia dana dalam DIPA.
 Pengajuan SPM-UP dilAmpiri rincian uang
yang dikelola oleh masing-masing PUM.
 Sisa UP pada akhir tahun anggaran disetor ke
Kas Negara (tanggal 31 Desember) 62
BESARAN UP
UP dib er ikan dal am bat as -ba ta s se ba ga i
ber ik ut :
2. Untuk klasifikasi belanja 5211, 5212, 5221, 5231,
5241, dan 5811.
3. Pengecualian diatas ijin Dirjen PBN/Kanwil DJPBN
4. Batas-batas UP:
a. 1/12 pagu klasifikasi belanja UP maksimal 50
juta untuk pagu s.d. 900 juta
b. 1/18 pagu klasifikasi belanja UP maksimal
100 juta pagu >900 juta s.d. 2,4 M
c. 1/24 pagu klasifikasi belanja UP maksimal 200
juta untuk pagu >2,4 M 63
PENGAJUAN TUP
4. Diluar diatas ditetapkan Dirjen PBN
5. UP revolving jika digunakan minimal 75 %
6. Jika belum mencapai 75 %, tetapi ada
kebutuhan mendesak mengajukan TUP.
7. Izin pemberian TUP:
a. Kepala KPPN s.d. 200 juta untuk
klasifikasi belanja UP
b. Kepala Kanwil DJPBN >200 juta
untuk klasifikasi belanja UP. 64
PERSYARATAN TUP
1. Untuk kebutuhan mendesak
2. Paling lama satu bulan
3. Sisa dana disetor ke Kas Negara
4. Sanksi pelanggaran nomor 3 tidak
diberikan lagi TUP
5. Pengecualian nomor 4 ditentukan oleh
Kepala Kanwil DJPBN

65
LAMPIRAN SPP TUP
1. Rincian Rencana Penggunaan Dana
2. Rincian sisa MAK TUP
3. Rekening Koran saldo terakhir
4. Surat Pernyataan tidak dapat dibayar
dengan SPM-LS.

66
KODE UP/TUP
1. SPM-UP/TUP menggunakan kode:
a. RM 0000.0000.825111
b. PLN 9999.9999.825112
c. PNBP 0000.0000.825113.
2. Pembayaran kepada satu rekanan
maksimal Rp10 juta, kecuali honor

67
MEKANISME PENCAIRAN (LS)
DJPb
KANWIL
KPP N 7 DJPb 8
KAS NEGARA
REKENING

DAERAH
KO NT RAKTO R
DAERAH
SP2D / SUPPL IER
4 6
SPM
KUASA 3 BERITA 2 1
PENYELESAIAN
PENGGUNA ACARA PEKERJAAN
ANGGARAN SERAH
TERIMA
68
MEKANISME PENCAIRAN (UP)

DAERAH
KPP N DAERAH
SUPL IER
KAS NEGARA

SP2D 5
4

SPM/GU REKENING
2

6
KUASA 1
PENGGUNA DAERAH
DAERAH
ANGGARAN BENDA HARA
BUKTI2
69
BAGAN ALIR PROSES PEMBAYARAN PADA SATUAN KERJA
PEMBUAT PE NG UJI BENDAHARA UNIT AKUNTASI
PENERBIT SPM
KOMITMEN TAGI HA N PENGELUARAN SATKER

Bayar
SK LAP OR AN
SP K KE UA NG A
KON TR AK N
Draft
SPM - SPM G U
GU
BUKTI
Proses
Draft SPM LS SAI
Da ft ar Lemb ur SPM -
DA FT AR GAJI LS BUKTI
BA PK
BA PB
Transfer
BA SER AH UP/GU
TE RIM A
PEMBEB ANAN

Benar Transfer
BU KTI pihak III
SP2D
DAN UJ I
SPM
TA GIHAN DA N
PE RIKS
A Salah
KPPN 70

Anda mungkin juga menyukai