PEMERINTAHAN DAERAH
BERDASARKAN PP NOMOR 6 TAHUN 2008
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (selanjutnya disingkat UU 32/2004), sebagai penyempurnaan
dari UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka pola manajemen
pemerintahan daerah harus sejalan dengan isi Undang-Undang tersebut. Salah satu
pengaturan yang sangat penting adalah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban daerah sebagaimana diatur dalam Bab IV Bagian Ketiga Pasal 21 dan
Pasal 22. Hubungan hak dan kewajiban daerah tersebut adalah berupa hubungan
antara penggunaan sumber-sumber daya (input) dengan keluaran (output) dan hasil
(outcome) yang akan dicapai berdasarkan program dan kegiatan yang disusun dalam
dokumen-dokumen perencanaan daerah yang berupa Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD).
Sebagai daerah otonom, Daerah berhak, berwenang, dan sekaligus
berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kepadanya
diberikan sejumlah urusan pemerintahan dalam upaya mengelola sumber-sumber
keuangan untuk membiayai jalannya roda pemerintahan, penyediaan pelayanan
publik, dan pembangunan daerah. Konkritnya, berdasarkan asas efisiensi dan
efektifitas, Pemerintahan Daerah harus dapat menggali sumber daya yang dimiliki
Daerah yang digunakan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan cara
-2-
asas keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara
asas akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku
asas efisiensi, adalah asas yang mengutamakan hasil maksimum yang diharapkan
-3-
atas penggunaan sumber daya pada program dan kegiatan dengan biaya yang paling
rendah, dan
-
B.
LANDASAN TEORI
Evaluasi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan
analisis data secara sistematis yang meliputi pengukuran kinerja; analisis sistem,
penilaian kebijakan, program dan kegiatan; dan sekaligus penetapan tingkat
perkembangan dari waktu ke waktu atas proses manajemen suatu organisasi disertai
dengan penjelasan faktor kesuksesan dan hambatan dalam rangka perbaikan
manajemen yang lebih efisien dan lebih efektif. Evaluasi merupakan proses
membandingkan antara hasil yang dicapai dengan hasil yang semestinya dicapai
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
Unsur pokok evaluasi adalah dilakukannya proses pengukuran kinerja suatu unit
organisasi. Pengukuran adalah kegiatan yang sistemik untuk menyatakan suatu
keadaan atau gejala dalam bentuk kuantitatif. Pengukuran kinerja merupakan usaha
menentukan kemajuan/kemunduran suatu organisasi karena dalam pengukuran
kinerja ini dilakukan monitoring dan pelaporan pencapaian program dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus.
Manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut (Hatry, 1999):
a. Membantu pimpinan dalam membuat keputusan-keputusan stratejik;
b. membantu dan mengembangkan rencana kerja dan anggaran;
c. meningkatkan keadilan antar program dan kegiatan;
-4-
d. memotivasi staf untuk memberikan layanan publik yang lebih baik lagi;
e. dan sebagainya.
Namun pengukuran kinerja mempunyai 3 (tiga) keterbatasan utama (Hatry, 1999):
1. Suatu hasil (outcomes) tidak dapat dihubungkan dengan kinerja suatu unit
kerja atau program. Kita tidak mungkin menghubungkan antara program
dan kegiatan dengan hasilnya (outcomes) karena hasil merupakan gabungan
faktor internal maupun eksternal. Disamping itu, outcomes adalah
gabungan hasil dari program-program yang telah dilaksanakan yang tidak
hanya dalam satu tahun, tetapi mungkin beberapa tahun. Hal ini
menyebabkan kita sulit untuk meminta unit organisasi mana yang
bertanggungjawab atas adanya suatu hasil (outcomes), karena hasil
merupakan tanggungjawab bersama antar unit kerja atau antar program.
2. Beberapa hasil (outcomes) tidak dapat diukur secara langsung, karena sulit
mencari indikator pengukurannya.
3. informasi yang dihasilkan dari pengukluran kinerja hanyalah sebagian informasi
yang dibutuhkan seorang pimpinan pada waktu mengambil keputusan.
Pengukuran kinerja tidak menggantikan data lain yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan politik atau manajerial.
2
PERLUNYA EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
(EPPD)
A. PENTINGNYA EVALUASI
Berdasarkan uraian pada Bab Pendahuluan diatas, dalam rangka menilai apakah
Daerah tersebut berhasil atau tidak dalam memanfaatkan hak yang diperoleh daerah
dengan capaian-capaian keluaran dan hasil yang telah direncanakan untuk
dilaksanakan di Daerah, Pemerintah berkewajiban untuk mengevaluasi kinerja
pemerintahan daerah secara berkesinambungan.
-5-
C.
TUJUAN EVALUASI
-6-
hubungan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta pemerintah daerah dengan
masyarakat.
-7-
l. Sebagai
dasar
pengawasan
dari
masyarakat
terhadap
penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
3
PELAKSANAAN EPPD
A. PENYELENGGARA EPPD
EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja
yang terintegrasi secara nasional, mulai dari tingkat Pemerintah Pusat sampai
dengan tingkat SKPD, yang secara teknis dilaksanakan oleh Tim Nasional, Tim
Daerah, dan Tim Penilai.
hubungan antara Timnas EPPD, Timda EPPD dan Tim Penilai dapat digambarkan
sebagai berikut:
-8-
LAN
DDN
TECHNICAL
TECHNICAL
DEPT
TECHNICAL
DEPT
Departemen
DEPT
teknis
BPS
MOF
SKPD
MENNEG
PAN
BKN
GUB
Selaku KDH
KAB
KAB
PROV
BAPP
ENAS
BPKP
(TIMNAS)
GUB
Selaku WP
(timda)
W/KOTA
W/KOTA
WALIKOTA
TP Kota
BUPATI
BUPATI
BUPATI
TP Kab
SKPD
SKPD
SKPD
SKPD
SKPD
SKPD
SKPD
Secara spesifik, Timnas EPPD dan Timda EPPD mempunyai tugas umum
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
-9-
Anggota Timnas EPPD EPPD terdiri dari Menteri Dalam Negeri (selaku
Koordinator Tim), Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan,
Menteri Negara PAN, Kepala BPS, Kepala BPKP, Kepala BKN, dan Kepala LAN
C. ASPEK PENILAIAN.
Aspek yang dinilai untuk tingkat pengambilan kebijakan daerah adalah
sebagai berikut:
a.
b.
- 10 -
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Efektifitas
perencanaan,
penyusunan,
pelaksanaan
tata
usaha,
m.
berikut:
a.
b.
c.
tingkat capaian standar kinerja, yaitu tingkat capaian SPM untuk urusan
wajib yang ditetapkan oleh Pemerintah, dan tingkat capaian target kinerja yang
- 11 -
ditetapkan secara lokal oleh Pemerintahan Daerah itu sendiri untuk urusan
pilihan;
d.
e.
f.
g.
h.
i.
D. INDIKATOR PENILAIAN
EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja yang
disusun secara terintegrasi yang mencakup pengukuran kinerja yang dilakukan oleh
pemerintahan daerah sendiri; dan pengukuran kinerja yang dilakukan oleh
Pemerintah secara nasional. Sistem pengukuran kinerja yang ditetapkan dengan
Peraturan Presiden tersebut meliputi penetapan indikator kinerja kunci;
mekanisme pengumpulan data kinerja; metode pengukuran kinerja; dan
analisis dan interpretasi kinerja.
Dilihat dari lingkupnya, pengukuran kinerja dilakukan pada lingkungan
Pemerintahan Daerah dan pengukuran kinerja oleh Pemerintah Pusat melalui Timnas
EPPD dan Timda EPPD sebagaimana disebutkan diatas.
Pada setiap pemerintahan daerah, SKPD diukur berdasarkan indikator kinerja kunci
(IKK) pada setiap Aspek Penilaian yang dievaluasi baik pada aspek tataran
pengambil kebijakan daerah maupun pada aspek tataran pelaksana kebijakan daerah.
Indikator Kinerja Kunci ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
- dapat terukur secara kuantitatif dan/atau kualitatif ;
- menggambarkan hubungan antara masukan, proses, hasil, keluaran, manfaat, dan
dampak;
- 12 -
terlampir
dituangkan/disajikan
dalam
laporan
penyelenggaraan
b.
c.
Tahap
ketiga
menentukan
peringkat
daerah
provinsi;
Setelah proses EPPD diatas dilaksanakan hasilnya disampaikan Menteri
Dalam Negeri kepada Timnas EPPD untuk diproses lebih lanjut secara
- 13 -
nasional dan kepada Gubernur sebagai umpan balik guna perbaikan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi di masa yang akan datang.
Hasil EPPD yang disampaikan kepada Gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib ditindaklanjuti oleh Gubernur yang bersangkutan.
2. Tahapan
EPPD
yang
Dilakukan
Gubernur
Untuk
Pemerintahan
Kabupaten/Kota
Tahapan EPPD yang dilakukan Gubernur untuk pemerintahan Kabupaten/Kota di
wilayahnya melalui tahapan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
- 14 -
guna
perbaikan
kinerja
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
kabupaten/kota di masa yang akan datang. Hasil EPPD yang disampaikan kepada
Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diproses lebih lanjut oleh Timnas
EPPD. Hasil EPPD yang disampaikan kepada Bupati/Walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib ditindaklanjuti oleh Bupati/Walikota yang
bersangkutan.
4. SKORING
DAN
PENETAPAN
PERINGKAT
PEMERINTAHAN
DAERAH
Setiap pemerintahan daerah dinilai dengan menggunakan sistem skor yang terdiri
- 15 -
dari Skor Fokus, Skor Aspek, Skor Urusan, dan Skor Total. Yang dimaksud
dengan Skor Fokus adalah skor yang menunjukkan nilai capaian kinerja
berdasarkan indikator kinerja kunci pada setiap Fokus yang dihitung dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai indikator kinerja setiap Fokus. Skor Aspek adalah
skor yang menunjukkan nilai total Skor Fokus pada setiap Aspek yang dihitung
dengan cara menjumlahkan seluruh Skor Fokus dalam setiap Aspek urusan
pemerintahan. Skor Urusan adalah skor yang menunjukkan nilai total Skor Aspek
pada setiap bidang urusan pemerintahan
kinerja
- 16 -
4
HASIL EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
Hasil EPPD dapat ditindaklanjuti guna evaluasi untuk tujuan tertentu dan
keperluan lainnya. Evaluasi untuk tujuan tertentu yang dimaksud disini dapat berupa:
a.
b.
c.
d.
evaluasi perda
e.
f.
kinerja, audit investigasi, studi dan riset, untuk menyusun pedoman best practices suatu
layanan publik, dan keperluan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Hasil EPPD diatas, Pemerintah dapat juga menindaklanjuti tuntutan,
kebutuhan, dan/atau atas pengaduan DPRD dan lembaga-lembaga non pemerintah
terhadap kinerja pemerintah daerah yang diduga telah terjadi pelanggaran peraturan
perundang-undangan dan/atau ada perbedaan antara pelayanan kepada masyarakat yang
disediakan dengan tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tentu saja
- 17 -
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
tanggapan, dan masukan atas hasil EPPD tersebut kepada Pemerintah dan/atau
Pemerintahan Daerah yang berhubungan dengan hak konstitusional; perlindungan
kepentingan nasional; dan pemenuhan komitmen nasional terhadap perjanjian dan
konvensi internasional.
- 18 -
5
PENUTUP
Sebagai penutup, hal yang perlu disampaikan disini adalah bahwa harus
disadari EPPD bukan pekerjaan ringan. EPPD memerlukan koordinasi yang sangat baik
antar anggota Timnas EPPD maupun Timda EPPD. Disamping itu, evaluasi juga
memerlukan dana yang luar cukup besar, sehingga praktek evaluasi di negara lain adalah
mengalokasikan suatu prosentase tertentu dari APBN atau APBD khusus untuk
melakukan evaluasi ini.
Dalam pelaksanaan evaluasi, pengukuran kinerja dilakukan dengan cara
menilai kinerja tingkat pengambilan keputusan, yaitu Kepala Daerah dan DPRD, dan
tingkat pelaksanaan kebijakan daerah, yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Aspek yang dinilai untuk tingkat pengambil kebijakan daerah adalah efektivitas sistem
penyelenggaraan pemilihan anggota DPRD dan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
hubungan
antara
pemerintah
pusat
dan
pemerintahan
daerah
dalam
rangka
pengembangan otonomi daerah; hubungan antara Pemerintah Daerah dan DPRD; proses
dan keputusan yang diambil oleh DPRD beserta tindak lanjutnya; dan lain-lain aspek
yang menunjukkan tingkat keberhasilan para pengambil kebijakan daerah dalam
melaksanakan otonomi daerah; sedangkan aspek yang dinilai untuk tingkat pelaksana
kebijakan daerah adalah kebijakan umum penyelenggaraan urusan pemerintahan,
ketaatan terhadap peraturan perundangan, tingkat capaian standar pelayanan minimal
dan/atau target kinerja yang telah ditetapkan, penataan kelembagaan daerah, penataan
kepegawaian, perencanaan pembangunan daerah, penggunaan dana, pemanfaatan aset
dan kekayaan daerah, efektivitas sistem pengendalian intern; dan pemberian fasilitasi
terhadap partisipasi masyarakat.
- 19 -
- 20 -
LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
: 6 Tahun 2008
TANGGAL
: 4 Februari 2008
INDIKATOR
PENINGKATAN
KUALITAS MANUSIA
INDIKATOR
Ketimpangan
kemakmuran
d. Indeks Gini
FORMULA
{PDRB (t+1) PDRB (t)} / PDRB (t) X 100%
{Inf (t +1) Inf (t)} / Inf (t) X 100%
PDRB
Penduduk pertengahan tahun
k
Dimana:
fpi= frekuensi penduduk pada kelas
pendapatan ke i
Fci= frekuensi kumulatif dari total
pendapatan pada pendapatan ke i
k = banyak kelas
Fci-1= frekuensi kumulatif dari total
pendapatan pada kelas pendapatan
kelas ke i
Pemerataan
pendapatan
Ketimpangan regional
e. Pemerataan
pendapatan versi
Bank Dunia
f.
Indeks ketimpangan
Williamson (Indeks
Ketimpangan
Regional)
YD4 = Qi 1
40 Pi
x qi
Pi Pi 1
IW =
(Y
Y)2 fi / n
Y
- 22 -
Tingkat kabupaten/kota
Yi = PDRB perkapita di kecamatan i
Y = PDRB perkapita rata-rata kab/kota
fi = jumlah penduduk di kecamatan i
n = jumlah penduduk di kab/kota
n=...
Tingkat Provinsi
Yi = PDRB perkapita di kab/kota i
Y = PDRB perkapita rata-rata provinsi
fi = jumlah penduduk di kab/kota i
n = jumlah penduduk di provinsi
2. Kesejahteraan Sosial
Pendidikan
a.
Angka melek
huruf
b.
Kesehatan
c.
Angka
partisipasi murni
d.
Angka
partisipasi kasar
e.
Angka
pendidikan yang
ditamatkan
Angka
kelangsungan hidup
bayi
f.
g.
Angka usia
harapan hidup
Penduduk
h.
Kemiskinan
Kepemilikan tanah
Kesempatan kerja
Kriminalitas
Persentase
balita gizi buruk
i.
Persentase
penduduk diatas
garis kemiskinan
j.
Persentase
penduduk yang
memiliki lahan
k.
Rasio
penduduk yang
bekerja
1.1
- 23 -
l.
Angka
kriminalitas yang
tertangani
olah
raga
per
10.000
Pendidikan dasar:
a. Angka partisipasi
sekolah
b. Rasio ketersediaan
sekolah/penduduk
usia sekolah
c. Rasio guru/murid
d. Rasio guru/murid per
kelas rata-rata
Pendidikan menengah:
e. Angka partisipasi
sekolah
f.
Rasio ketersediaan
sekolah terhadap
penduduk usia
sekolah
i.
Jumlah posyandu
x1000
Jumlah balita
j.
Rasio puskesmas,
poliklinik, pustu per
satuan penduduk
- 24 -
Lingkungan hidup
o. Persentase
penduduk berakses
air minum
p. Persentase luas
permukiman yang
tertata
q. Proporsi panjang
jaringan jalan dalam
kondisi baik
r.
Persentase rumah
tinggal bersanitasi
u. Rasio tempat
pemakaman umum
per satuan penduduk
v. Rasio tempat
pembuangan
sampah (TPS) per
satuan penduduk
w. Rasio rumah layak
huni
Penataan ruang
Perhubungan
x. Rasio permukiman
layak huni
y. Rasio ruang terbuka
hijau per satuan luas
wilayah ber HPL/HGB
z. Rasio bangunan berIMB per satuan
bangunan
aa.
Jumlah arus
penumpang
angkutan umum
ab.
Rasio ijin trayek
- 25 -
Kependudukan dan
catatan sipil
Ketenagakerjaan
d.
Persentase
koperasi aktif
e.
Jumlah UKM
non BPR/LKM UKM
f.
Jumlah
BPR/LKM
g.
Rasio
penduduk berKTP per
satuan penduduk
h.
Rasio bayi
berakte kelahiran
i.
Rasio
pasangan berakte
nikah
Angka
partisipasi angkatan
kerja
j.
k.
Pemberdayaan
perempuan dan
perlindungan anak
l.
m.
n.
o.
Angka
sengketa pengusahapekerja per tahun
Persentase
partisipasi
perempuan di
lembaga pemerintah
Partisipasi
perempuan di
lembaga swasta
Rasio KDRT
Persentase
jumlah tenaga kerja
dibawah umur
- 26 -
KB dan KS
Komunikasi dan
informatika
p.
Rata-rata
jumlah anak per
keluarga
q.
Rasio
akseptor KB
Jumlah
jaringan komunikasi
r.
s.
Rasio
wartel/warnet
terhadap penduduk
t.
Jumlah surat
kabar nasional/lokal
Jumlah anak
Jumlah keluarga
Jumlah akseptor KB
x1000
Jumlah pasangan usia subur
Jumlah jaringan telepon genggam/stasioner
Jumlah wartel/warnet
x1000
Jumlah penduduk
Jenis surat kabar nasional/lokal yang masuk
ke daerah
Jumlah penyiaran radio/TV yang masuk ke
daerah
u.
Jumlah
penyiaran radio/TV
lokal
Pertanahan
v.
Persentase
luas lahan
bersertifikat
Pemberdayaan
masyarakat dan desa
w.
Rata-rata
jumlah kelompok
binaan lembaga
pemberdayaan
masyarakat (LPM)
x.
y.
Perpustakaan
z.
aa.
Penyelenggaraan
Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat
Rata-rata
jumlah kelompok
binaan PKK
Jumlah LSM
Jumlah
perpustakaan
Jumlah
pengunjung
perpustakaan per
tahun
ab.
Rasio jumlah
Polisi Pamong Praja
per 10.000 penduduk
ac.
Jumlah Linmas
per Jumlah 10.000
Penduduk
ad.
Rasio Pos
Siskamling per
jumlah
desa/kelurahan
ae.
Jumlah organisasi
pemuda
af.
Jumlah organisasi
olahraga
Jumlah perpustakaan
Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
- 27 -
ag.
Jumlah kegiatan
kepemudaan
ah. Jumlah kegiatan
olahraga
a.
Angka
konsumsi RT per
kapita
b.
Perbandingan
faktor produksi
dengan produk
c.
Persentase
Konsumsi RT untuk
non pangan
d.
Dihitung
produktivitas daerah
setiap sektor pada 9
sektor:
1) Pertanian
2) Pertambangan
dan penggalian
3) Industri
pengolahan
4) Listrik
5) Bangunan
6) Perdagangan
7) Pengangkutan
dan komunikasi
8) Keuangan
9) Jasa
2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Aksesibilitas daerah
a.
Rasio panjang
jalan per jumlah
kendaraan
b.
Jumlah orang/
barang yang
terangkut angkutan
umum
c.
Jumlah
orang/barang melalui
dermaga/bandara/
terminal per tahun
Penataan wilayah
d.
Ketaatan
terhadap RTRW
e.
Luas wilayah
produktif
f.
Luas wilayah
industri
g.
Luas wilayah
kebanjiran
Total pengeluaran RT
Jumlah anggota RT
NTP =
Panjang jalan
Jumlah kendaraan
Jumlah orang/barang yang terangkut
angkutan umum
Jumlah orang/barang melalui dermaga/
bandara /terminal per tahun
- 28 -
h.
i.
Fasilitas bank dan non
bank
Ketersediaan air
bersih
Fasilitas listrik dan
telepon
Luas wilayah
kekeringan
Luas wilayah
perkotaan
j.
Persentase
rumah tangga yang
menggunakan listrik
o.
Ketersediaan restoran
Ketersediaan
penginapan
3. Iklim Berinvestasi
Keamanan dan
ketertiban
Persentase
penduduk yang
menggunakan
HP/telepon
p.
Jenis, kelas, dan
jumlah restoran
q.
Jenis, kelas, dan
jumlah penginapan/
hotel
a.
Angka
kriminalitas
Jumlah demo
Lama proses
perijinan
Pengenaan pajak
d.
Jumlah dan
daerah
macam pajak dan
retribusi daerah
Perda
e.
Jumlah Perda
yang mendukung
iklim usaha
Status desa
f.
Persentase desa
berstatus
swasembada
terhadap total desa
4. Sumber Daya Manusia
Kualitas tenaga kerja
a. Rasio lulusan
S1/S2/S3
Kemudahan perijinan
Tingkat
ketergantungan
b.
c.
b. Rasio
ketergantungan
Fasilitas
Jumlah dan jenis bank dan cabangcabangnya
...
- 29 -
- 30 -
PENJELASAN TEKNIS
ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI
YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD
Agar tidak menimbulkan salah tafsir dan salah pengukuran, di bawah ini
dijelaskan aspek-aspek beserta fokus dan indikatornya yang digunakan
untuk mengukur tingkat kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah
sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.
Tujuan akhir otonomi daerah: ditunjukkan dengan parameter tinggi
kualitas manusia yang secara internasional diukur dengan indeks
pembangunan manusia (IPM). Dalam EKPOD, IPM ini digunakan untuk
mengecek apakah aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur
kemampuan
penyelenggaraan
otonomi
daerah
dapat
dipertanggungjawabkan.
Aspek-aspeknya adalah:
A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
tingkat regional (provinsi/kabupaten/kota) menggambarkan
kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai
tambah) pada waktu tertentu. PDRB dibentuk melalui berbagai
sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian; pertambangan
dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih;
konstruksi; perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan
komunikasi; lembaga keuangan; dan jasa-jasa lainnya.
b. Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan
kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa
yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat.
Inflasi didasarkan pada Indeks harga konsumen (IHK) secara
sampel di 45 kota di Indonesia yang mencakup 283-397
komoditas yang dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil Survei
Biaya Hidup (SBH). Angka inflasi disajikan pada tingkat provinsi.
c. PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional neto
atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional
pertengahan tahun.
d. Indeks Gini merupakan koefisien yang didasarkan pada kurva
lorenz, yaitu sebuah kurva pendapatan kumulatif yang
membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya
pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili
- 31 -
- 32 -
j.
- 33 -
- 34 -
j.
k.
l.
- 35 -
t.
adalah
jumlah
diukur
- 36 -
- 37 -
jaringan
- 38 -
administrasi
- 39 -
b. Perbandingan
faktor
produksi
dengan
produk
yang
menggambarkan nilai tukar petani adalah perbandingan antara
indeks yang
diterima (It) petani dan dibayar (Ib) petani. Nilai
Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang berguna
untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, karena mengukur
kemampuan tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual
petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik
untuk proses
produksi (usaha) maupun untuk konsumsi
rumah tangga. Jika NTP lebih besar dari 100 maka periode
tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan periode tahun
dasar, sebaliknya jika NTP lebih kecil dari 100 berarti terjadi
penurunan daya beli petani.
c.
- 40 -
i.
j.
Fasilitas bank dan non bank diukur dengan jenis dan jumlah bank
dan cabang-cabangnya, dan jenis dan jumlah perusahaan
asuransi dan cabang-cabangnya.
dari
waktu
yang
- 41 -
Wisnu Setiawan