Anda di halaman 1dari 41

EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH
BERDASARKAN PP NOMOR 6 TAHUN 2008

1
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (selanjutnya disingkat UU 32/2004), sebagai penyempurnaan
dari UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka pola manajemen
pemerintahan daerah harus sejalan dengan isi Undang-Undang tersebut. Salah satu
pengaturan yang sangat penting adalah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban daerah sebagaimana diatur dalam Bab IV Bagian Ketiga Pasal 21 dan
Pasal 22. Hubungan hak dan kewajiban daerah tersebut adalah berupa hubungan
antara penggunaan sumber-sumber daya (input) dengan keluaran (output) dan hasil
(outcome) yang akan dicapai berdasarkan program dan kegiatan yang disusun dalam
dokumen-dokumen perencanaan daerah yang berupa Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD).
Sebagai daerah otonom, Daerah berhak, berwenang, dan sekaligus
berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kepadanya
diberikan sejumlah urusan pemerintahan dalam upaya mengelola sumber-sumber
keuangan untuk membiayai jalannya roda pemerintahan, penyediaan pelayanan
publik, dan pembangunan daerah. Konkritnya, berdasarkan asas efisiensi dan
efektifitas, Pemerintahan Daerah harus dapat menggali sumber daya yang dimiliki
Daerah yang digunakan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan cara

-2-

memberi perlindungan, menyediakan pelayanan, dan meningkatkan daya saing


daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah yang dikelola secara
demokratis, transparan dan akuntabel.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, Pemerintahan Daerah harus dapat
memproses dan melaksanakan hak dan kewajiban tersebut berdasarkan asas-asas
kepemerintahan yang baik (Good Governance) sebagaimana tertuang dalam Asas
Umum Penyelenggaraan Negara yang diatur dalam Pasal 20 UU 32/2004. Asas-asas
tersebut berupa:
- asas kepastian hukum, adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan perUndang-Undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara
- asas tertib penyelenggaraan negara, adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara
negara
- asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif
-

asas keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara

asas proporsionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak


dan kewajiban penyelenggara negara

asas profesionalisme, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang


berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang
berlaku.

asas akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku

asas efisiensi, adalah asas yang mengutamakan hasil maksimum yang diharapkan

-3-

atas penggunaan sumber daya pada program dan kegiatan dengan biaya yang paling
rendah, dan
-

asas efektifitas, adalah asas yang mengutamakan kemampuan organisasi untuk


mencapai target dengan sumber daya yang dimilikinya

Pemerintahan Daerah sebagai pelaksana kebijakan otonomi daerah sudah semestinya


bertanggungjawab sepenuhnya dalam melaksanakan hak dan kewajiban daerah
tersebut, dan dalam hal ini Pemerintah bertugas mengawasi jalannya pemerintahan
daerah tersebut dengan cara memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah.

B.

LANDASAN TEORI
Evaluasi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan
analisis data secara sistematis yang meliputi pengukuran kinerja; analisis sistem,
penilaian kebijakan, program dan kegiatan; dan sekaligus penetapan tingkat
perkembangan dari waktu ke waktu atas proses manajemen suatu organisasi disertai
dengan penjelasan faktor kesuksesan dan hambatan dalam rangka perbaikan
manajemen yang lebih efisien dan lebih efektif. Evaluasi merupakan proses
membandingkan antara hasil yang dicapai dengan hasil yang semestinya dicapai
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
Unsur pokok evaluasi adalah dilakukannya proses pengukuran kinerja suatu unit
organisasi. Pengukuran adalah kegiatan yang sistemik untuk menyatakan suatu
keadaan atau gejala dalam bentuk kuantitatif. Pengukuran kinerja merupakan usaha
menentukan kemajuan/kemunduran suatu organisasi karena dalam pengukuran
kinerja ini dilakukan monitoring dan pelaporan pencapaian program dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus.
Manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut (Hatry, 1999):
a. Membantu pimpinan dalam membuat keputusan-keputusan stratejik;
b. membantu dan mengembangkan rencana kerja dan anggaran;
c. meningkatkan keadilan antar program dan kegiatan;

-4-

d. memotivasi staf untuk memberikan layanan publik yang lebih baik lagi;
e. dan sebagainya.
Namun pengukuran kinerja mempunyai 3 (tiga) keterbatasan utama (Hatry, 1999):
1. Suatu hasil (outcomes) tidak dapat dihubungkan dengan kinerja suatu unit
kerja atau program. Kita tidak mungkin menghubungkan antara program
dan kegiatan dengan hasilnya (outcomes) karena hasil merupakan gabungan
faktor internal maupun eksternal. Disamping itu, outcomes adalah
gabungan hasil dari program-program yang telah dilaksanakan yang tidak
hanya dalam satu tahun, tetapi mungkin beberapa tahun. Hal ini
menyebabkan kita sulit untuk meminta unit organisasi mana yang
bertanggungjawab atas adanya suatu hasil (outcomes), karena hasil
merupakan tanggungjawab bersama antar unit kerja atau antar program.
2. Beberapa hasil (outcomes) tidak dapat diukur secara langsung, karena sulit
mencari indikator pengukurannya.
3. informasi yang dihasilkan dari pengukluran kinerja hanyalah sebagian informasi
yang dibutuhkan seorang pimpinan pada waktu mengambil keputusan.
Pengukuran kinerja tidak menggantikan data lain yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan politik atau manajerial.

2
PERLUNYA EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
(EPPD)
A. PENTINGNYA EVALUASI

Berdasarkan uraian pada Bab Pendahuluan diatas, dalam rangka menilai apakah
Daerah tersebut berhasil atau tidak dalam memanfaatkan hak yang diperoleh daerah
dengan capaian-capaian keluaran dan hasil yang telah direncanakan untuk
dilaksanakan di Daerah, Pemerintah berkewajiban untuk mengevaluasi kinerja
pemerintahan daerah secara berkesinambungan.

-5-

Amanat untuk mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah termuat


dalam Pasal 6 ayat (3) UU 32/2004 yang menyebutkan: Pedoman evaluasi .....
diatur dalam Peraturan Pemerintah. Meskipun konteks Pasal 6 ini adalah
pengaturan tentang penghapusan dan penggabungan daerah, namun evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tersebut harus dilihat dari kacamata kebutuhan
untuk menilai dan mengukur kinerja pemerintahan daerah dalam membawakan
fungsi yang diembannya, yaitu layanan publik, agen pembangunan, dan pelaksana
kebijakan Pemerintah di Daerah berdasarkan asas otonomi dan mempraktekkan asas
kepemerintahan yang baik sebagaimana telah diuraikan pada Bab Pendahuluan
.
B. MAKSUD EVALUASI

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kata Evaluasi digunakan di


berbagai peraturan perundangan yang mempunyai maksud yang berbeda-beda.
Evaluasi sering dikaitkan atau diartikan sama dengan kata review, analisis,
monitor, dan sebagainya. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(selanjutnya disingkat EPPD) yang dimaksud disini adalah proses pengumpulan
data, analisis data, dan penyajian informasi secara sistematis yang meliputi
pengukuran kinerja; analisis sistem, penilaian kebijakan atas program dan kegiatan;
dan sekaligus penetapan tingkat perkembangan dari waktu ke waktu atas
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah disertai dengan penjelasan faktor
kesuksesan dan hambatan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang lebih efisien dan lebih efektif untuk mencapai tujuan otonomi daerah.
EPPD menggunakan dasar ukuran Indikator Kinerja Kunci (IKK) yang tentu saja
berbeda dengan indikator kinerja yang digunakan dalam mengukur keberhasilan
setiap program dan kegiatan secara detail.

C.

TUJUAN EVALUASI

Dengan demikian, tujuan utama dilaksanakannya EPPD ini adalah untuk


meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dan mengoptimalkan

-6-

hubungan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta pemerintah daerah dengan
masyarakat.

D. MANFAAT HASIL EVALUASI


Disamping itu, evaluasi juga dapat dimanfaatkan sebagai:
a. Salah satu dasar pengambilan kebijakan Pemerintah dalam pemekaran,
penghapusan, dan penggabungan suatu daerah;
b. Menilai dan menetapkan tingkat pencapaian SPM atau target kinerja untuk setiap
urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh Daerah;
c. Bahan umpan balik kepada Pemerintahan Daerah dalam upaya perbaikan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah di masa yang akan datang;
d. Sebagai bahan pengelompokan dan pengklasifikasian daerah dalam rangka
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
e. Alat deteksi dini bagi Pemerintah maupun Pemerintahan Daerah dalam
pelaksanaan program dan kegiatan dalam pemenuhan asas efektivitas dan
efisiensi.
f. Dasar tindakan korektif terhadap kebijakan nasional maupun daerah;
g. Sebagai alat identifikasi pencapaian pemenuhan kebutuhan masyarakat secara
umum;
h. Sebagai alat identifikasi pencapaian pemenuhan kebutuhan kelompok sasaran;
i. Alat identifikasi kebutuhan peningkatan pengembangan kapasitas untuk
mendukung desentralisasi dan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat;
j. Alat identifikasi untuk melakukan kerjasama antar pemerintahan daerah dan atau
dengan pihak ketiga dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pelayanan publik;
k. Alat pertukaran informasi antar daerah dalam upaya peningkatan kinerja
penyelenggaraan urusan pemerintahan; dan

-7-

l. Sebagai

dasar

pengawasan

dari

masyarakat

terhadap

penyelenggaraan

pemerintahan daerah;

E. SUMBER DATA DASAR


Agar proses evaluasi dapat berjalan dengan baik, Pemerintah menggunakan Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) sebagai dasar EPPD. LPPD ini
sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UU 32/2004 disampaikan Kepala
Daerah kepada Pemerintah sebagai dasar EPPD dengan menggunakan sistem
pengukuran kinerja. Disamping LPPD, evaluasi tentu saja juga menggunakan
berbagai sumber informasi atau laporan lain, baik yang berasal dari sistem informasi
pemerintah, laporan atas permintaan Pemerintah, tanggapan atas Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJ), maupun laporan dari
masyarakat.

3
PELAKSANAAN EPPD

A. PENYELENGGARA EPPD
EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja
yang terintegrasi secara nasional, mulai dari tingkat Pemerintah Pusat sampai
dengan tingkat SKPD, yang secara teknis dilaksanakan oleh Tim Nasional, Tim
Daerah, dan Tim Penilai.

Secara diagramatik sistem pengukuran kinerja serta

hubungan antara Timnas EPPD, Timda EPPD dan Tim Penilai dapat digambarkan
sebagai berikut:

-8-

LAN

DDN
TECHNICAL
TECHNICAL
DEPT
TECHNICAL
DEPT
Departemen
DEPT
teknis

BPS
MOF

Tim Penilai Prov

SKPD

MENNEG
PAN
BKN

GUB
Selaku KDH

KAB
KAB
PROV

BAPP
ENAS

BPKP

(TIMNAS)

GUB
Selaku WP
(timda)

W/KOTA
W/KOTA
WALIKOTA
TP Kota

BUPATI
BUPATI
BUPATI
TP Kab

SKPD
SKPD

SKPD

SKPD

SKPD

SKPD

SKPD

Secara spesifik, Timnas EPPD dan Timda EPPD mempunyai tugas umum
sebagai berikut:
a.

Menyediakan, menganalisis, dan menginterpretasikan data dan informasi


penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah di seluruh Indonesia;

b.

Menilai dan menetapkan tingkat capaian penyelenggaraan pemerintahan


daerah berdasarkan asas-asas kepemerintahan yang baik;

c.

Menilai dan menetapkan pencapaian standar kinerja untuk setiap urusan


pemerintahan yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Daerah;

d.

Menetapkan peringkat pemerintahan daerah dan status daerah secara


nasional;

e.

Memberikan laporan kepada Presiden dan memberikan umpan balik


kepada pemerintahan daerah yang dievaluasi

f.

Menyediakan sistem informasi manajemen yang terintegrasi untuk


mengumpulkan dan mendistribusikan data dan informasi, serta menyampaikan
hasilnya kepada masyarakat.

-9-

Anggota Timnas EPPD EPPD terdiri dari Menteri Dalam Negeri (selaku
Koordinator Tim), Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan,
Menteri Negara PAN, Kepala BPS, Kepala BPKP, Kepala BKN, dan Kepala LAN

Di Daerah, EPPD dilaksanakan oleh Gubernur selaku Wakil Pemerintah.


Evaluasi ini secara teknis dilaksanakan oleh Tim Daerah EPPD yang dibentuk oleh
Gubernur selaku Wakil Pemerintah, yang terdiri dari Sekretaris Daerah Provinsi
(selaku Ketua Tim), Kepala Bawasda Provinsi, Kepala Bappeda Provinsi, Kepala
BPS, Kepala Perwakilan BPKP, Kepala BPS Provinsi, dan kepala unit kerja yang
membidangi organisasi dan tata laksana, hukum, kepegawaian, pemerintahan,
keuangan, pengolahan data elektronik, dan perlengkapan;

B. KINERJA LEMBAGA YANG DINILIA


Dalam melaksanakan evaluasi, ruang lingkup EPPD dilakukan dengan
mengevaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah pada 2 (dua) tingkat,
yaitu tingkat pengambilan kebijakan daerah dan tingkat pelaksanaan kebijakan
daerah. Sedangkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dievaluasi meliputi
penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan yang dilaksanakan berdasarkan
asas otonomi dan asas tugas pembantuan. Agar mempunyai alat ukur (yardstick)
yang sama, EPPD tersebut diatas dilaksanakan dengan menetapkan aspek yang
dinilai di dua tingkatan tersebut

C. ASPEK PENILAIAN.
Aspek yang dinilai untuk tingkat pengambilan kebijakan daerah adalah
sebagai berikut:
a.

Efisiensi dan stabilitas penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah/Wakil


Kepala Daerah;

b.

Efektifitas hubungan antara Pemerintahan Daerah dan Pemerintah serta


antar Pemerintahan Daerah dalam rangka pengembangan otonomi daerah;

- 10 -

c.

Keselarasan antara kebijakan yang diambil Pemerintahan Daerah dengan


kebijakan Pemerintah;

d.

Efektifitas hubungan antara Pemerintah Daerah dan DPRD;

e.

Proses pengambilan keputusan oleh DPRD, beserta tindak lanjutnya;

f.

Proses pengambilan keputusan oleh Kepala Daerah beserta tindak


lanjutnya;

g.

Ketaatan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan


peraturan perundangan di daerah;

h.

Intensitas dan efektifitas proses konsultasi publik antara pemerintah


daerah dengan masyarakat atas penetapan kebijakan publik yang strategis dan
relevan untuk Daerah tersebut;

i.

transparansi penyajian data dan informasi dalam rangka alokasi dan


pencairan DAU, DAK, dan Bagi Hasil;

j.

Intensitas, efektifitas, dan transparansi pemungutan sumber-sumber


pendapatan asli daerah dan pinjaman/obligasi daerah;

k.

Efektifitas

perencanaan,

penyusunan,

pelaksanaan

tata

usaha,

pertanggung-jawaban, dan pengawasan APBD;


l.

Tingkat capaian pelaksanaan asas-asas kepemerintahan yang baik; dan

m.

Tingkat penggunaan terobosan/inovasi baru dalam penyelenggaraan


pemerintahan daerah;
Aspek yang dinilai untuk tingkat pelaksana kebijakan daerah adalah sebagai

berikut:
a.

kebijakan umum penyelenggaraan urusan pemerintahan, termasuk


ketaatan terhadap kebijakan nasional dan dampak dari kebijakan tersebut;

b.

ketaatan terhadap peraturan perundangan, baik peraturan perundangan


tingkat nasional maupun daerah;

c.

tingkat capaian standar kinerja, yaitu tingkat capaian SPM untuk urusan
wajib yang ditetapkan oleh Pemerintah, dan tingkat capaian target kinerja yang

- 11 -

ditetapkan secara lokal oleh Pemerintahan Daerah itu sendiri untuk urusan
pilihan;
d.

penataan kelembagaan daerah pada SKPD;

e.

penataan kepegawaian daerah pada SKPD;

f.

perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan urusan pemerintahan ;

g.

penggunaan dana yang diterima Daerah, khususnya SKPD yang


bersangkutan;

h.

pemanfaatan aset dan kekayaan daerah oleh SKPD; dan

i.

pemberian fasilitasi terhadap partisipasi masyarakat.

D. INDIKATOR PENILAIAN
EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja yang
disusun secara terintegrasi yang mencakup pengukuran kinerja yang dilakukan oleh
pemerintahan daerah sendiri; dan pengukuran kinerja yang dilakukan oleh
Pemerintah secara nasional. Sistem pengukuran kinerja yang ditetapkan dengan
Peraturan Presiden tersebut meliputi penetapan indikator kinerja kunci;
mekanisme pengumpulan data kinerja; metode pengukuran kinerja; dan
analisis dan interpretasi kinerja.
Dilihat dari lingkupnya, pengukuran kinerja dilakukan pada lingkungan
Pemerintahan Daerah dan pengukuran kinerja oleh Pemerintah Pusat melalui Timnas
EPPD dan Timda EPPD sebagaimana disebutkan diatas.
Pada setiap pemerintahan daerah, SKPD diukur berdasarkan indikator kinerja kunci
(IKK) pada setiap Aspek Penilaian yang dievaluasi baik pada aspek tataran
pengambil kebijakan daerah maupun pada aspek tataran pelaksana kebijakan daerah.
Indikator Kinerja Kunci ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
- dapat terukur secara kuantitatif dan/atau kualitatif ;
- menggambarkan hubungan antara masukan, proses, hasil, keluaran, manfaat, dan
dampak;

- 12 -

- data yang tersedia rasional dan dapat dipertanggungjawabkan;


- terbatas pada hal-hal yang vital dan bermanfaat untuk pengambilan keputusan;
- terpusat pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas; dan
- spesifik hanya yang terkait dengan sistem pertanggungjawaban.
Indikator kinerja kunci sebagai pengukuran dan evaluasi kinerja pemerintahan
daerah pada aspek tataran Penngambil kebijakan dan pelaksana kebijakan
sebagaiman

terlampir

dituangkan/disajikan

dalam

laporan

penyelenggaraan

pemerintahan daerah (LPPD), untuk digunakan Tim Penilai dalam melakukan


Evaluasi Kinerja Penyekenggaraan Pemerintahan Daerah (EKKP).
E. TAHAPAN EPPD
1. Tahapan EPPD untuk Pemerintahan Provinsi
Tahapan EPPD untuk pemerintahan provinsi dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a.

Tahap pertama membandingkan antara hasil kinerja


penyelenggaraan pemerintahan provinsi aktual tahun ini dengan:

target kinerja yang direncanakan oleh pemerintahan provinsi


tersebut yang termuat dalam RPJMD dan RKPD;

target kinerja yang direncanakan oleh Pemerintah yang termuat


dalam RPJM dan RKP untuk pemerintahan provinsi tersebut;

kinerja aktual yang dicapai pemerintahan provinsi tersebut Tahun


sebelumnya.

b.

Tahap kedua membandingkan antara hasil kinerja


aktual suatu daerah provinsi dengan hasil kinerja aktual daerah provinsiprovinsi lain dan rata-rata hasil kinerja aktual daerah provinsi secara nasional;

c.

Tahap

ketiga

menentukan

peringkat

daerah

provinsi;
Setelah proses EPPD diatas dilaksanakan hasilnya disampaikan Menteri
Dalam Negeri kepada Timnas EPPD untuk diproses lebih lanjut secara

- 13 -

nasional dan kepada Gubernur sebagai umpan balik guna perbaikan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi di masa yang akan datang.
Hasil EPPD yang disampaikan kepada Gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib ditindaklanjuti oleh Gubernur yang bersangkutan.
2. Tahapan

EPPD

yang

Dilakukan

Gubernur

Untuk

Pemerintahan

Kabupaten/Kota
Tahapan EPPD yang dilakukan Gubernur untuk pemerintahan Kabupaten/Kota di
wilayahnya melalui tahapan sebagai berikut:
a.

Tahap pertama membandingkan antara hasil kinerja


penyelenggaraan pemerintahan daerah aktual suatu daerah kabupaten/kota
dengan:

target kinerja yang direncanakan oleh daerah kabupaten/kota


tersebut yang termuat dalam RPJMD dan RKPD

target kinerja yang direncanakan oleh Pemerintah yang termuat


dalam RPJM dan RKP untuk daerah kabupaten/kota tersebut

kinerja aktual yang dicapai daerah tersebut Tahun sebelumnya.

b.

Tahap kedua mengirim data dan informasi hasil


kompilasi masing-masing bidang urusan pemerintahan kepada Dinas Provinsi
terkait untuk kajian dan klarifikasi terhadap data dan informasi yang relevan;

c.

Tahap ketiga menerima hasil kajian dan klarifikasi


dari dinas Provinsi untuk dijadikan bahan pembandingan antara kinerja aktual
suatu daerah dengan kinerja aktual daerah-daerah lain se wilayah Provinsi dan
dengan rata-rata hasil kinerja se wilayah Provinsi;

d.

Tahap keempat menentukan peringkat kinerja


pemerintahan daerah masing-masing tingkatan daerah kabupaten/kota di
wilayah Provinsi, yaitu:

Peringkat kinerja pemerintahan daerah Kota

Peringkat kinerja pemerintahan daerah Kabupaten

- 14 -

Hasil EPPD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)


disampaikan Timda EPPD kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk
diproses lebih lanjut secara nasional dan kepada Bupati/Walikota sebagai umpan
balik

guna

perbaikan

kinerja

penyelenggaraan

pemerintahan

daerah

kabupaten/kota di masa yang akan datang. Hasil EPPD yang disampaikan kepada
Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diproses lebih lanjut oleh Timnas
EPPD. Hasil EPPD yang disampaikan kepada Bupati/Walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib ditindaklanjuti oleh Bupati/Walikota yang
bersangkutan.

3. Tahapan EPPD Secara Nasional


Tahapan EPPD secara nasional dilaksanakan oleh Timnas EPPD melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Tahap pertama mengkompilasi hasil EPPD provinsi oleh Pemerintah dan hasil
EPPD kabupaten/kota oleh Gubernur;
b. Tahap kedua mengirim data dan informasi hasil kompilasi masing-masing
bidang urusan pemerintahan kepada Kementerian/LPND terkait untuk kajian
dan klarifikasi terhadap data dan informasi yang relevan;
c. Tahap ketiga menerima hasil kajian dan klarifikasi dari Kementerian/LPND
untuk dijadikan bahan pembandingan antara kinerja aktual suatu daerah
dengan kinerja aktual daerah-daerah lain secara nasional dan dengan rata-rata
hasil kinerja secara nasional;
d. Tahap keempat menentukan peringkat kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah secara nasional
e. Tahap kelima menetapkan status pemerintahan daerah.

4. SKORING

DAN

PENETAPAN

PERINGKAT

PEMERINTAHAN

DAERAH
Setiap pemerintahan daerah dinilai dengan menggunakan sistem skor yang terdiri

- 15 -

dari Skor Fokus, Skor Aspek, Skor Urusan, dan Skor Total. Yang dimaksud
dengan Skor Fokus adalah skor yang menunjukkan nilai capaian kinerja
berdasarkan indikator kinerja kunci pada setiap Fokus yang dihitung dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai indikator kinerja setiap Fokus. Skor Aspek adalah
skor yang menunjukkan nilai total Skor Fokus pada setiap Aspek yang dihitung
dengan cara menjumlahkan seluruh Skor Fokus dalam setiap Aspek urusan
pemerintahan. Skor Urusan adalah skor yang menunjukkan nilai total Skor Aspek
pada setiap bidang urusan pemerintahan

yang dihitung dengan cara

menjumlahkan seluruh Skor Aspek setiap bidang urusan pemerintahan.


Sedangkan yang dimaksud dengan Skor Total adalah skor yang menunjukkan
nilai total Skor Urusan pemerintahan dalam suatu pemerintahan daerah yang
dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh Skor Urusan yang digunakan
sebagai dasar penetapan usulan status daerah dan usulan peringkat daerah;
Untuk memperbandingkan antara satu pemerintahan daerah dengan pemerintahan
daerah yang lain, Pemerintah menetapkan peringkat pemerintahan daerah secara
nasional. Peringkat kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah digunakan
untuk menetapkan status pemerintahan daerah dengan melihat kemampuan dalam
mengelola hak dan kewajiban Daerah berdasarkan asas kepemerintahan yang
baik. Peringkat kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang direncanakan
terdiri dari:
-

Peringkat Kinerja Pemerintahan Kota;

Peringkat Kinerja Pemerintahan Kabupaten;

Peringkat Kinerja Pemerintahan Provinsi; dan

Peringkat Kinerja Nasional Daerah;

Sedangkan status pemerintahan daerah dapat diklasifikasikan ke dalam


Pemerintahan Daerah Baik dan Pemerintahan Daerah Kurang Baik. Status ini
nantinya akan digunakan untuk pembinaan lebih lanjut oleh Pemerintah,
terutrama untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan aparat di pemerinthan
daerah. Peringkat

kinerja

nantinya juga digunakan untuk menetapkan 10

(sepuluh) Penyelenggara Pemerintahan Daerah Terbaik dan 10 (sepuluh)


Penyelenggara Pemerintahan Daerah Terburuk.

- 16 -

4
HASIL EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Hasil EPPD dapat ditindaklanjuti guna evaluasi untuk tujuan tertentu dan
keperluan lainnya. Evaluasi untuk tujuan tertentu yang dimaksud disini dapat berupa:
a.

evaluasi menilai kemampuan daerah dalam rangka pemekaran

b.

evaluasi perkembangan daerah pemekaran

c.

evaluasi program pembangunan daerah

d.

evaluasi perda

e.

evaluasi operasional urusan pemerintahan daerah, kelembagaan daerah,


personalia daerah, keuangan daerah, perencanaan daerah, majemen pelayanan publik,
dan

f.

evaluasi tertentu lainnya sesuai peraturan perundang-undangan


Sedangkan keperluan lainnya yang dimaksud disini misalnya dapat berupa audit

kinerja, audit investigasi, studi dan riset, untuk menyusun pedoman best practices suatu
layanan publik, dan keperluan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Hasil EPPD diatas, Pemerintah dapat juga menindaklanjuti tuntutan,
kebutuhan, dan/atau atas pengaduan DPRD dan lembaga-lembaga non pemerintah
terhadap kinerja pemerintah daerah yang diduga telah terjadi pelanggaran peraturan
perundang-undangan dan/atau ada perbedaan antara pelayanan kepada masyarakat yang
disediakan dengan tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tentu saja

- 17 -

pelaksanaan evaluasi untuk tujuan tertentu sebagaimana dimaksud diatas disamping


mengacu pada Peraturan Pemerintah tentang EPPD juga mengacu pada peraturan
perundangan yang berkenaan dengan evaluasi tujuan tertentu tersebut;
Selanjutnya Hasil EPPD juga digunakan sebagai bahan DPOD untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden RI dalam hal

penggabungan dan penghapusan daerah

otonom bagi daerah, peninjauan kembali kebijakan pemerintah terhadap pembagian


urusan pemerintahan, penataan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dan peninjauan
kembali standar pelayanan minimal yang berkaitan dengan pelayanan dasar.
Untuk informasi kepada masyarakat, Pemerintah untuk memenuhi asas
transparansi dan akuntabilitas menginformasikan hasil EPPD tersebut kepada masyarakat
dengan menggunakan sistem informasi Daerah yang terintegrasi secara nasional yang
dapat diakses publik dan dapat disebarluaskan melalui media cetak atau elektronik. Hasil
evaluasi yang diinformasikan kepada masyarakat meliputi:
a.

Prinsip umum pelaksanaan evaluasi

b.

Kebijakan umum Pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan


daerah

c.

Program-program pemerintah daerah

d.

Pencapaian program-program pemenuhan kebutuhan masyarakat secara


umum serta pencapaian pemenuhan kebutuhan kelompok sasaran

e.

Status Pemerintahan Daerah dan Peringkat kinerja pemerintahan daerah

f.

Data dan informasi yang berhubungan dengan penyelenggaraan


pemerintahan daerah dari setiap daerah (termasuk kesuksesan dan kegagalannya)

g.

Pemberian Solusi dan/atau Rencana tindak lanjut

h.

dan lain-lain informasi yang patut diketahui oleh masyarakat


Sementara itu, masyarakat diberikan kesempatan untuk memberikan masukan,

tanggapan, dan masukan atas hasil EPPD tersebut kepada Pemerintah dan/atau
Pemerintahan Daerah yang berhubungan dengan hak konstitusional; perlindungan
kepentingan nasional; dan pemenuhan komitmen nasional terhadap perjanjian dan
konvensi internasional.

- 18 -

5
PENUTUP
Sebagai penutup, hal yang perlu disampaikan disini adalah bahwa harus
disadari EPPD bukan pekerjaan ringan. EPPD memerlukan koordinasi yang sangat baik
antar anggota Timnas EPPD maupun Timda EPPD. Disamping itu, evaluasi juga
memerlukan dana yang luar cukup besar, sehingga praktek evaluasi di negara lain adalah
mengalokasikan suatu prosentase tertentu dari APBN atau APBD khusus untuk
melakukan evaluasi ini.
Dalam pelaksanaan evaluasi, pengukuran kinerja dilakukan dengan cara
menilai kinerja tingkat pengambilan keputusan, yaitu Kepala Daerah dan DPRD, dan
tingkat pelaksanaan kebijakan daerah, yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Aspek yang dinilai untuk tingkat pengambil kebijakan daerah adalah efektivitas sistem
penyelenggaraan pemilihan anggota DPRD dan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
hubungan

antara

pemerintah

pusat

dan

pemerintahan

daerah

dalam

rangka

pengembangan otonomi daerah; hubungan antara Pemerintah Daerah dan DPRD; proses
dan keputusan yang diambil oleh DPRD beserta tindak lanjutnya; dan lain-lain aspek
yang menunjukkan tingkat keberhasilan para pengambil kebijakan daerah dalam
melaksanakan otonomi daerah; sedangkan aspek yang dinilai untuk tingkat pelaksana
kebijakan daerah adalah kebijakan umum penyelenggaraan urusan pemerintahan,
ketaatan terhadap peraturan perundangan, tingkat capaian standar pelayanan minimal
dan/atau target kinerja yang telah ditetapkan, penataan kelembagaan daerah, penataan
kepegawaian, perencanaan pembangunan daerah, penggunaan dana, pemanfaatan aset
dan kekayaan daerah, efektivitas sistem pengendalian intern; dan pemberian fasilitasi
terhadap partisipasi masyarakat.

- 19 -

EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja yang


terintegrasi secara nasional, mulai dari tingkat Pemerintah Pusat sampai dengan tingkat
SKPD, yang secara teknis dilaksanakan oleh Tim Nasional EPPD, Tim Daerah EPPD,
dan Tim Penilai. Tim Nasional EPPD dan Tim Daerah EPPD melaksanakan EPPD oleh
Pemerintah, sedangkan Tim Penilai melaksanakan EPPD oleh Pemerintahan Daerah
sendiri dalam rangka menilai pemerintahan daerah yang bersangkutan (self assessment).
Penilaian dilakukan dengan berdasarkan indikator kinerja kunci untuk setiap pengukuran
yang secara otomatis akan menghasilkan peringkat kinerja daerah secara nasional yang
dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan pengembangan kapasitas pemerintahan
daerah dalam rangka mendorong kompetisi antar daerah dalam pelaksanaan otonomi
daerah. Dalam hal pengembangan kapasitas daerah tidak memberikan indikasi yang
positif, maka daerah dapat diusulkan untuk dihapus dan digabung dengan Daerah lain.

- 20 -

LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
: 6 Tahun 2008
TANGGAL
: 4 Februari 2008

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI


YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD
HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH
PARAMETER

INDIKATOR

PENINGKATAN
KUALITAS MANUSIA

INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


FOKUS

INDIKATOR

1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi


Pertumbuhan
a. Pertumbuhan PDRB
ekonomi
Laju Inflasi
b. Laju inflasi provinsi
Pendapatan per
kapita

c. PDRB per kapita

Ketimpangan
kemakmuran

d. Indeks Gini

FORMULA
{PDRB (t+1) PDRB (t)} / PDRB (t) X 100%
{Inf (t +1) Inf (t)} / Inf (t) X 100%
PDRB
Penduduk pertengahan tahun
k

G = 1 fpi ( Fci + Fci 1 )


i

Dimana:
fpi= frekuensi penduduk pada kelas
pendapatan ke i
Fci= frekuensi kumulatif dari total
pendapatan pada pendapatan ke i
k = banyak kelas
Fci-1= frekuensi kumulatif dari total
pendapatan pada kelas pendapatan
kelas ke i
Pemerataan
pendapatan

Ketimpangan regional

e. Pemerataan
pendapatan versi
Bank Dunia

f.

Indeks ketimpangan
Williamson (Indeks
Ketimpangan
Regional)

YD4 = Qi 1

40 Pi
x qi
Pi Pi 1

YD4=Persentase pendapatan yang diterima


oleh 40 % penduduk lapisan bawah
Qi-1=Persentase kumulatif pendapatan ke i1
Pi =Persentase kumulatif penduduk ke i
qi =Persentase pendapatan ke i

IW =

(Y

Y)2 fi / n
Y

- 22 -

Tingkat kabupaten/kota
Yi = PDRB perkapita di kecamatan i
Y = PDRB perkapita rata-rata kab/kota
fi = jumlah penduduk di kecamatan i
n = jumlah penduduk di kab/kota

n=...

Tingkat Provinsi
Yi = PDRB perkapita di kab/kota i
Y = PDRB perkapita rata-rata provinsi
fi = jumlah penduduk di kab/kota i
n = jumlah penduduk di provinsi
2. Kesejahteraan Sosial
Pendidikan
a.

Angka melek
huruf

b.

Angka ratarata lama sekolah

Penduduk usia 15 th ke atas dapat baca tulis


x100
Penduduk usia 15 th ke atas
Kombinasi antara partisipasi sekolah,
jenjang pendidikan yang sedang dijalani,
kelas yg diduduki, dan pendidikan yang
ditamatkan.

Banyaknya murid usia 7 - 12, 13 - 15, 16 - 18 th


x10
Banyaknya penduduk usia 7 - 12, 13 - 15, 16 - 18 th

Kesehatan

c.

Angka
partisipasi murni

d.

Angka
partisipasi kasar

e.

Angka
pendidikan yang
ditamatkan
Angka
kelangsungan hidup
bayi

f.

g.

Angka usia
harapan hidup

Banyaknya murid SD, SLTP, SLTA


x100
Banyaknya penduduk usia 7 - 12, 13 - 15, 16 - 18 th

Penduduk

(1 angka kematian bayi)


Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk
dengan asumsi tidak ada perubahan pola
mortalitas menurut umur.

Jumlah balita gizi buruk


x100
Jumlah balita

h.
Kemiskinan
Kepemilikan tanah
Kesempatan kerja
Kriminalitas

Persentase
balita gizi buruk
i.
Persentase
penduduk diatas
garis kemiskinan
j.
Persentase
penduduk yang
memiliki lahan
k.
Rasio
penduduk yang
bekerja

tamat (< SD, SD, SLTP, SLTA, Univ)


x1
Jumlah penduduk

(100 angka kemiskinan)

1.1

Penduduk memiliki lahan


x100
Jumlah penduduk
Penduduk yang bekerja
Angkatan kerja

- 23 -

l.

Angka
kriminalitas yang
tertangani

3. Seni Budaya dan Olah Raga


Grup kesenian
a.
Jumlah grup
kesenian
Gedung kesenian
b.
Jumlah
gedung kesenian
Klub olahraga
c.
Jumlah klub
olahraga
Gedung Olah Raga
d.
Jumlah
gedung olah raga

Jumlah tindak kriminal tertangani dalam 1 tahun


x1000
Jumlah penduduk

Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk


Jumlah gedung kesenian per 10.000
penduduk
Jumlah klub olah raga per 10.000 penduduk
Jumlah gedung
penduduk

olah

raga

per

10.000

B. ASPEK PELAYANAN UMUM


1. Pelayanan Dasar
Pendidikan

Pendidikan dasar:
a. Angka partisipasi
sekolah
b. Rasio ketersediaan
sekolah/penduduk
usia sekolah
c. Rasio guru/murid
d. Rasio guru/murid per
kelas rata-rata
Pendidikan menengah:
e. Angka partisipasi
sekolah
f.

Rasio ketersediaan
sekolah terhadap
penduduk usia
sekolah

g. Rasio guru terhadap


murid
h. Rasio guru terhadap
murid per kelas ratarata
Kesehatan

Jumlah murid usia pendidikan dasar


x1000
Jumlah penduduk usia pendidikan dasar
Jumlah sekolah pendidikan dasar
x10000
Penduduk usia pendidikan dasar

Jumlah guru pendidikan dasar


x1000
Jumlah murid pendidikan dasar

Jumlah guru sekolah pendidikan dasar per kelas


x1000
Jumlah murid pendidikan dasar

Jumlah murid usia pendidikan menengah


x1000
Jumlah penduduk usia pendidikan menengah
Jumlah sekolah pendidikan menengah
x10000
Penduduk usia pendidikan menengah

Jumlah guru pendidikan menengah


x1000
Jumlah murid pendidikan menengah
Jumlah guru sekolah pendidikan menengah per kelas
Jumlah murid pendidikan menengah

i.

Rasio posyandu per


satuan balita

Jumlah posyandu
x1000
Jumlah balita

j.

Rasio puskesmas,
poliklinik, pustu per
satuan penduduk

Jumlah puskesmas, poliklinik, pustu


x1000
Jumlah penduduk

- 24 -

k. Rasio Rumah Sakit


per satuan penduduk
l.

Lingkungan hidup

Sarana dan Prasarana


Umum

Rasio dokter per


satuan penduduk

m. Rasio tenaga medis


per satuan penduduk
n. Persentase
penanganan sampah

Volume sampah yang ditangani


x100
Volume produksi sampah

o. Persentase
penduduk berakses
air minum

Penduduk berakses air minum


x100
Jumlah penduduk

p. Persentase luas
permukiman yang
tertata
q. Proporsi panjang
jaringan jalan dalam
kondisi baik
r.

Rasio jaringan irigasi

s. Rasio tempat ibadah


per satuan penduduk
t.

Persentase rumah
tinggal bersanitasi

u. Rasio tempat
pemakaman umum
per satuan penduduk
v. Rasio tempat
pembuangan
sampah (TPS) per
satuan penduduk
w. Rasio rumah layak
huni

Penataan ruang

Perhubungan

Jumlah rumah sakit


x10000
Jumlah penduduk
Jumlah dokter
x1000
Jumlah penduduk
Jumlah tenaga medis
x1000
Jumlah penduduk

x. Rasio permukiman
layak huni
y. Rasio ruang terbuka
hijau per satuan luas
wilayah ber HPL/HGB
z. Rasio bangunan berIMB per satuan
bangunan
aa.

Jumlah arus
penumpang
angkutan umum
ab.
Rasio ijin trayek

Luas area permukiman tertata


x100
Luas area permukiman keseluruhan
Panjang jalan kondisi baik
Panjang jalan seluruhnya
Panjang saluran irigasi
Luas lahan budidaya pertanian
Jumlah tempat ibadah
x1000
Jumlah penduduk

Jumlah rumah tinggal berakses sanitasi


x100
Jumlah rumah tinggal
Jumlah daya tampung tempat pemakaman umum
x100
Jumlah penduduk
Jumlah daya tampung TPS
x1000
Jumlah penduduk

Jumlah rumah layak huni


Jumlah penduduk
Luas pemukiman layak huni
Luas wilayah permukiman

Luas ruang terbuka hijau


Luas wilayah ber HPL/HGB
Jumlah bangunan ber - IMB
Jumlah bangunan
Jumlah arus penumpang angkutan umum
yang masuk/keluar daerah
Jumlah ijin trayek yang dikeluarkan
Jumlah penduduk

- 25 -

Jumlah uji kir angkutan umum


ac.

Jumlah uji kir


angkutan umum
ad.
Jumlah pelabuhan
laut/udara/terminal
bis
2. Pelayanan Penunjang
Penanaman modal
a.
Jumlah
investor berskala
nasional (PMDN/PMA)
b.
Jumlah nilai
investasi berskala
nasional (PMDN/PMA)
c.
Rasio daya
serap tenaga kerja
KUKM

Kependudukan dan
catatan sipil

Ketenagakerjaan

Jumlah investor berskala nasional


(PMDN/PMA)
Jumlah nilai investasi berskala nasional
(PMDN/PMA)

Jumlah tenaga kerja beker ja pada perusahaan PMA


Jumlah seluruh PMA/PMDN
Jumlah koperasi aktif
x100
Jumlah seluruh koperasi

d.

Persentase
koperasi aktif

e.

Jumlah UKM
non BPR/LKM UKM

Jumlah UKM aktif non BPR/LKM UKM

f.

Jumlah
BPR/LKM

Jumlah BPR/LKM aktif

g.

Rasio
penduduk berKTP per
satuan penduduk

Jumlah penduduk usia >17 yang berKTP


Jumlah penduduk usia >17 atau telah menikah

h.

Rasio bayi
berakte kelahiran

i.

Rasio
pasangan berakte
nikah
Angka
partisipasi angkatan
kerja

j.

k.
Pemberdayaan
perempuan dan
perlindungan anak

Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis

l.

m.

n.
o.

Angka
sengketa pengusahapekerja per tahun
Persentase
partisipasi
perempuan di
lembaga pemerintah
Partisipasi
perempuan di
lembaga swasta
Rasio KDRT
Persentase
jumlah tenaga kerja
dibawah umur

Jumlah bayi lahir yang mempunyai akte kelahiran


Jumlah keseluruhan bayi lahir
Jumlah pasangan nikah berakte nikah
Jumlah keseluruhan pasangan nikah

Angkatan kerja 15 tahun ke atas


x1000
Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas
Jumlah sengketa pengusaha pekerja
x1000
Jumlah perusahaan

Pekerja perempuan di lembaga pemerintah


x100
Jumlah pekerja perempuan
Pekerja perempuan di lembaga swasta
x100
Jumlah pekerja perempuan
Jumlah KDRT
x1000
Jumlah rumah tangga
Pekerja anak usia 5 - 14 tahun
x100
Jumlah pekerja usia 5 tahun ke atas

- 26 -

KB dan KS

Komunikasi dan
informatika

p.

Rata-rata
jumlah anak per
keluarga

q.

Rasio
akseptor KB
Jumlah
jaringan komunikasi

r.
s.

Rasio
wartel/warnet
terhadap penduduk

t.

Jumlah surat
kabar nasional/lokal

Jumlah anak
Jumlah keluarga
Jumlah akseptor KB
x1000
Jumlah pasangan usia subur
Jumlah jaringan telepon genggam/stasioner
Jumlah wartel/warnet
x1000
Jumlah penduduk
Jenis surat kabar nasional/lokal yang masuk
ke daerah
Jumlah penyiaran radio/TV yang masuk ke
daerah

u.

Jumlah
penyiaran radio/TV
lokal

Pertanahan

v.

Persentase
luas lahan
bersertifikat

Jumlah luas lahan bersertifikat


x100
Jumlah luas wilayah

Pemberdayaan
masyarakat dan desa

w.

Rata-rata
jumlah kelompok
binaan lembaga
pemberdayaan
masyarakat (LPM)

Jumlah kelompok binaan LPM


Jumlah LPM

x.

y.
Perpustakaan

z.
aa.

Penyelenggaraan
Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat

Pemuda dan olahraga

Rata-rata
jumlah kelompok
binaan PKK

Jumlah kelompok binaan PKK


Jumlah PKK
Jumlah LSM yang aktif

Jumlah LSM
Jumlah
perpustakaan

Jumlah
pengunjung
perpustakaan per
tahun
ab.
Rasio jumlah
Polisi Pamong Praja
per 10.000 penduduk
ac.
Jumlah Linmas
per Jumlah 10.000
Penduduk
ad.
Rasio Pos
Siskamling per
jumlah
desa/kelurahan
ae.
Jumlah organisasi
pemuda
af.
Jumlah organisasi
olahraga

Jumlah perpustakaan
Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun

Jumlah polisi pamong praja


x10000
Jumlah penduduk
Jumlah Linmas
x10000
Jumlah penduduk
Jumlah pos siskamling
Jumlah desa/kelurahan

Jumlah organisasi pemuda


Jumlah organisasi olahraga

- 27 -

ag.

Jumlah kegiatan
kepemudaan
ah. Jumlah kegiatan
olahraga

Jumlah kegiatan kepemudaan


Jumlah kegiatan olahraga

C. ASPEK DAYA SAING DAERAH


1. Kemampuan Ekonomi Daerah
Pengeluaran konsumsi
rumah tangga per
kapita
Nilai tukar petani
Pengeluaran konsumsi
non pangan perkapita
Produktivitas total
daerah

a.

Angka
konsumsi RT per
kapita
b.
Perbandingan
faktor produksi
dengan produk
c.
Persentase
Konsumsi RT untuk
non pangan
d.
Dihitung
produktivitas daerah
setiap sektor pada 9
sektor:
1) Pertanian
2) Pertambangan
dan penggalian
3) Industri
pengolahan
4) Listrik
5) Bangunan
6) Perdagangan
7) Pengangkutan
dan komunikasi
8) Keuangan
9) Jasa

2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Aksesibilitas daerah
a.
Rasio panjang
jalan per jumlah
kendaraan

b.

Jumlah orang/
barang yang
terangkut angkutan
umum
c.
Jumlah
orang/barang melalui
dermaga/bandara/
terminal per tahun
Penataan wilayah

d.

Ketaatan
terhadap RTRW
e.
Luas wilayah
produktif
f.
Luas wilayah
industri
g.
Luas wilayah
kebanjiran

Total pengeluaran RT
Jumlah anggota RT

NTP =

indeks yang diterima petani (It)


x 100
indeks yang dibayar petani (Ib)

Total pengeluaran RT non pangan


x 100%
Total pengeluaran
nilai tambah seluruh sektor per angkatan
kerja

Nilai tambah sektor ke - i


Jumlah angkatan ker ja

dimana i= sektor 1 s/d sektor 9

Panjang jalan
Jumlah kendaraan
Jumlah orang/barang yang terangkut
angkutan umum
Jumlah orang/barang melalui dermaga/
bandara /terminal per tahun

Realisasi peruntukan Rencana Tata Ruang


Wilayah RTRW/Rencana Peruntukan

Jumlah luas wilayah ke i


x100
Jumlah luas keseluruhan wil.budidaya
i= wilayah produktif, industri, kebanjiran,
kekeringan dan perkotaan

- 28 -

h.
i.
Fasilitas bank dan non
bank

Ketersediaan air
bersih
Fasilitas listrik dan
telepon

Luas wilayah
kekeringan
Luas wilayah
perkotaan

j.

Jenis dan jumlah


bank dan cabangcabangnya
k.
Jenis dan jumlah
perusahaan asuransi
dan cabangcabangnya
l.
Persentase
Rumah Tangga (RT)
yang menggunakan
air bersih
m.
Rasio
ketersediaan daya
listrik
n.

Persentase
rumah tangga yang
menggunakan listrik

o.

Ketersediaan restoran
Ketersediaan
penginapan
3. Iklim Berinvestasi
Keamanan dan
ketertiban

Persentase
penduduk yang
menggunakan
HP/telepon
p.
Jenis, kelas, dan
jumlah restoran
q.
Jenis, kelas, dan
jumlah penginapan/
hotel
a.

Angka
kriminalitas

Jumlah demo
Lama proses
perijinan
Pengenaan pajak
d.
Jumlah dan
daerah
macam pajak dan
retribusi daerah
Perda
e.
Jumlah Perda
yang mendukung
iklim usaha
Status desa
f.
Persentase desa
berstatus
swasembada
terhadap total desa
4. Sumber Daya Manusia
Kualitas tenaga kerja
a. Rasio lulusan
S1/S2/S3
Kemudahan perijinan

Tingkat
ketergantungan

b.
c.

b. Rasio
ketergantungan

Fasilitas
Jumlah dan jenis bank dan cabangcabangnya

...

Jumlah dan jenis perusahaan asuransi dan


cabang-cabangnya
Jumlah RT menggunakan air bersih
x100
Jumlah RT

Daya listrik terpasang


Jumlah kebutuhan
Jumlah Rumah Tangga menggunakan listrik
x100
Jumlah Rumah Tangga
Jumlah penduduk menggunakan HP/telpon
x100
Jumlah penduduk

Persentase jumlah restoran menurut jenis


dan kelas
Persentase jumlah penginapan/hotel
menurut jenis dan kelas

Jumlah tindak kriminal yang terjadi selama 1 tahun


Jumlah penduduk seluruhnya
Jumlah demo dalam 1 tahun
Rata-rata lama proses perijinan (dalam hari)
Jumlah dan macam pajak dan retribusi
daerah
Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
Jumlah desa/kelurahan berswasembada
x100
Jumlah desa/kelurahan

Jumlah lulusan S1/S2/S3


x10000
Jumlah penduduk
Penduduk usia <15 th + usia > 64
x100
Penduduk usia 15 64

- 29 -

- 30 -

PENJELASAN TEKNIS
ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI
YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD

Agar tidak menimbulkan salah tafsir dan salah pengukuran, di bawah ini
dijelaskan aspek-aspek beserta fokus dan indikatornya yang digunakan
untuk mengukur tingkat kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah
sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.
Tujuan akhir otonomi daerah: ditunjukkan dengan parameter tinggi
kualitas manusia yang secara internasional diukur dengan indeks
pembangunan manusia (IPM). Dalam EKPOD, IPM ini digunakan untuk
mengecek apakah aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur
kemampuan
penyelenggaraan
otonomi
daerah
dapat
dipertanggungjawabkan.
Aspek-aspeknya adalah:
A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
tingkat regional (provinsi/kabupaten/kota) menggambarkan
kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai
tambah) pada waktu tertentu. PDRB dibentuk melalui berbagai
sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian; pertambangan
dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih;
konstruksi; perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan
komunikasi; lembaga keuangan; dan jasa-jasa lainnya.
b. Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan
kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa
yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat.
Inflasi didasarkan pada Indeks harga konsumen (IHK) secara
sampel di 45 kota di Indonesia yang mencakup 283-397
komoditas yang dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil Survei
Biaya Hidup (SBH). Angka inflasi disajikan pada tingkat provinsi.
c. PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional neto
atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional
pertengahan tahun.
d. Indeks Gini merupakan koefisien yang didasarkan pada kurva
lorenz, yaitu sebuah kurva pendapatan kumulatif yang
membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya
pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili

- 31 -

persentase kumulatif penduduk. Koefisien gini didefinisikan


sebagai A/(A+B), jika A=0 koefisien gini bernilai 0 yang berarti
pemerataan sempurna, jika B=0 koefisien gini akan bernilai 1
yang berarti ketimpangan sempurna.
e. Pemerataan pendapatan ini diperhitungkan berdasarkan
pendekatan yang dilakukan oleh Bank Dunia, yaitu dengan
mengelompokkan
penduduk
ke
dalam
tiga
kelompok
berdasarkan
besarnya
pendapatan.
40%
penduduk
berpendapatan
rendah;
40%
penduduk
berpendapatan
menengah, dan 20% berpendapatan tinggi. Ketimpangan
pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah
pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40%
terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk.
Kategori ketimpangan ditentukan sebagai berikut:
1) jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk
kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan
seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan
ketimpangan pendapatan tinggi.
2) jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk
kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan
seluruh penduduk antara 12-17 persen dikategorikan
ketimpangan pendapatan sedang/menengah.
3) jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk
kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan
seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan
ketimpangan pendapatan rendah.
f. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional),
adalah indeks untuk mengukur ketimpangan pembangunan
antarkecamatan
di
suatu
kabupaten/kota
atau
antarkabupaten/kota di suatu provinsi dalam waktu tertentu.
2. Fokus Kesejahteraan Sosial
g. Angka melek huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia
15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf
latin atau lainnya.
h. Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk
menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.
i.

Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia


antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat
pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk
berusia 7 hingga 18 tahun.

- 32 -

j.

Angka partisipasi kasar adalah perbandingan jumlah siswa pada


tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah
penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.

k. Angka pendidikan yang ditamatkan adalah menyelesaikan


pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah
di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat
tanda tamat belajar/ijazah.
l.

Angka kelangsungan hidup bayi adalah probabilitas bayi hidup


sampai dengan usia 1 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi =
(1- angka kematian bayi). Angka kematian bayi dihitung dengan
jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu
setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

m. Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan


lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada
perubahan pola mortalitas menurut umur.
n. Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam
kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak
atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi
status gizi dibuat berdasarkan standar WHO/NCHS.
o. Persentase penduduk di atas garis kemiskinan dihitung dengan
menggunakan formula (100 angka kemiskinan). Angka
kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori
miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung
berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai
rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi
standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan
non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak.
p. Persentase jumlah penduduk yang memiliki lahan adalah
perbandingan jumlah penduduk yang memiliki lahan terhadap
jumlah penduduk dikali 100.
q. Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah
penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Jika
yang tersedia adalah angka pengangguran, maka angka yang
digunakan
adalah = (1 angka pengangguran).
r. Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal
oleh
aparat
penegak
hukum
(polisi/kejaksaan).
Angka
kriminalitas yang ditangani merupakan jumlah tindak kriminal
yang ditangani
selama 1 tahun terhadap 10.000 penduduk.
3. Fokus Seni Budaya dan Olah Raga
s. Jumlah grup kesenian adalah jumlah grup kesenian per 10.000
penduduk.

- 33 -

t. Jumlah gedung kesenian adalah jumlah gedung kesenian per


10.000 penduduk.
u. Jumlah klub olahraga adalah jumlah klub olahraga per 10.000
penduduk.
v. Jumlah gedung olahraga adalah jumlah gedung olahraga per
10.000 penduduk.
B. ASPEK PELAYANAN UMUM
1. Fokus Pelayanan Dasar
Pendidikan dasar
a. Angka partisipasi sekolah adalah jumlah murid kelompok usia
pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih
menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah penduduk usia
pendidikan dasar.
b. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat
pendidikan dasar per 10000 jumlah penduduk usia pendidikan
dasar.
Rasio
ini
mengindikasikan
kemampuan
untuk
menampung semua penduduk usia pendidikan dasar.
c.

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat


pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar.
Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di
samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu
guru agar tercapai mutu pengajaran.

d. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah


guru pendidikan dasar per kelas per 1.000 jumlah murid
pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan
tenaga pengajar per kelas. Disamping itu juga untuk mengukur
jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai
mutu pengajaran.
Pendidikan menengah
e. Angka partisipasi sekolah adalah jumlah murid kelompok usia
pendidikan menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh
pendidikan menengah per 1.000 jumlah penduduk usia
pendidikan menengah.
f.

Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat


pendidikan menengah per 10.000 jumlah penduduk usia
pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan
untuk menampung semua penduduk usia pendidikan menengah.

g. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat


pendidikan menengah per 1.000 jumlah murid pendidikan

- 34 -

menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga


pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal
murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
h. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah
guru pendidikan menengah per kelas per 1.000 jumlah murid
pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan
tenaga pengajar per kelas. Di samping itu juga untuk mengukur
jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai
mutu pengajaran.
i.

Rasio posyandu per satuan balita adalah jumlah posyandu per


1.000 balita.

j.

Rasio puskesmas, poliklinik, pustu terhadap penduduk adalah


jumlah puskesmas, poliklinik, pustu per 1.000 penduduk.

k.

Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah


sakit per 10.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan
fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk.

l.

Rasio dokter per jumlah penduduk adalah jumlah dokter per


1.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan akses
penduduk terhadap tenaga dokter.

m. Rasio tenaga medis per jumlah penduduk adalah jumlah tenaga


medis per 1.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan
akses penduduk terhadap tenaga medis.
n. Persentase penanganan sampah adalah proporsi volume
sampah yang ditangani terhadap volume produksi sampah.
o. Persentase
penduduk berakses air bersih adalah proporsi
jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum terhadap
jumlah penduduk secara keseluruhan. Yang dimaksud akses air
bersih meliputi air minum yang berasal dari air mineral, air
leding/PAM, pompa air, sumur, atau mata air yang terlindung
dalam jumlah yang cukup sesuai standar kebutuhan minimal.
p. Persentase luas permukiman yang tertata adalah proporsi luas
area permukiman yang sesuai dengan peruntukan berdasarkan
rencana tata ruang satuan permukiman terhadap luas area
permukiman keseluruhan.
q. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah
panjang jalan dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan
secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota). Hal
ini mengindikasikan kualitas jalan dari keseluruhan panjang
jalan.
r.

Rasio jaringan irigasi adalah perbandingan panjang jaringan


irigasi terhadap luas lahan budidaya. Panjang jaringan irigasi
meliputi
jaringan
primer,
sekunder,
tersier.
Hal
ini

- 35 -

mengindikasikan ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan


budidaya pertanian.
s.

Rasio tempat ibadah per satuan penduduk adalah jumlah


ketersediaan tempat ibadah per 1.000 jumlah penduduk.

t.

Persentase rumah tinggal bersanitasi adalah proporsi rumah


tinggal bersanitasi terhadap jumlah rumah tinggal.

u. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk adalah


jumlah daya tampung tempat pemakaman umum per 1.000
jumlah penduduk.
v. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
adalah jumlah daya tampung tempat pembuangan sampah per
1.000 jumlah penduduk.
w. Rasio rumah layak huni adalah perbandingan jumlah rumah
layak huni dengan jumlah penduduk.
x. Rasio permukiman layak huni adalah perbandingan luas
permukiman layak huni dengan luas wilayah permukiman secara
keseluruhan. Indikator ini mengukur proporsi luas pemukiman
yang layak huni terhadap keseluruhan luas pemukiman.
y. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah adalah
perbandingan luas ruang terbuka hijau terhadap luas
keseluruhan lahan yang diberikan HPL/HGB.
z.

Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan


perbandingan jumlah bangunan ber-IMB terhadap
seluruh bangunan yang ada.

adalah
jumlah

aa. Jumlah arus penumpang angkutan umum (bis/kereta api/kapal


laut/pesawat udara) yang masuk/keluar daerah selama 1 (satu)
tahun.
ab. Rasio ijin trayek adalah perbandingan jumlah ijin trayek yang
dikeluarkan selama 1 (satu) tahun terhadap jumlah penduduk.
ac. Jumlah uji kir angkutan umum selama 1 (satu) tahun.
ad. Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis yang
berdasarkan jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis.

diukur

2. Fokus Pelayanan Penunjang


a. Jumlah investor merujuk pada jumlah proyek-proyek penanaman
modal yang diinvestasikan baik PMDN maupun PMA selama 1
(satu) tahun.
b. Nilai investasi merujuk pada besaran rupiah dari proyek-proyek
penanaman modal yang diinvestasikan baik PMDN maupun PMA
selama 1 (satu) tahun.

- 36 -

c. Rasio daya serap tenaga kerja adalah perbandingan jumlah


tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan PMA/PMDN terhadap
jumlah seluruh PMDN dan PMA.
Penanaman modal terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Data bersumber dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Data PMA/PMDN
yang dimaksud mengenai proyek-proyek penanaman modal yang
disetujui pemerintah tidak termasuk sektor minyak, asuransi, dan
perbankan.
d. Persentase koperasi aktif adalah proporsi jumlah koperasi aktif
terhadap jumlah seluruh koperasi.
e. Jumlah UKM non BPR/LKM dihitung berdasarkan jumlah yang aktif.
f. Jumlah BPR/LKM dihitung berdasarkan jumlah yang aktif.
Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM) untuk mengetahui fasilitas
perkreditan yang diberikan pada usaha kecil menengah. Fasilitas
perkreditan ini mencakup keberadaan dari jumlah koperasi aktif,
jumlah UKM non BPR/LKM serta jumlah BPR/LKM.
g. Rasio penduduk ber-KTP adalah perbandingan jumlah penduduk
usia 17 tahun ke atas yang ber-KTP terhadap jumlah penduduk
usia 17 tahun ke atas atau telah menikah.
h. Rasio bayi berakte kelahiran adalah perbandingan jumlah bayi
lahir dalam 1 tahun yang berakte kelahiran terhadap jumlah bayi
lahir pada tahun yang sama.
i. Rasio pasangan berakte nikah adalah perbandingan jumlah
pasangan nikah dalam 1 tahun yang berakte terhadap jumlah
keseluruhan pasangan nikah pada tahun yang sama.
Kependudukan dan catatan sipil untuk mengetahui masalah
kependudukan yang terkait dengan tertib administrasinya.
Administrasi kependudukan mencakup kartu tanda penduduk
(KTP), akte kelahiran, dan surat-surat nikah.
j. Angka partisipasi angkatan kerja (TPAK) per tahun adalah jumlah
angkatan kerja usia 15 tahun ke atas per 1.000 jumlah penduduk
usia 15 tahun ke atas. Angka ini menggambarkan jumlah
angkatan kerja dari keseluruhan penduduk.
k. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun adalah jumlah
sengketa yang terjadi per 1.000 jumlah perusahaan. Angka ini
mengindikasikan hubungan antara pengusaha sebagai pemilik
modal dan pekerja sebagai penyedia jasa tenaga. Semakin tinggi
sengketa antara pengusaha dengan pekerja menunjukkan adanya
ketidakharmonisan yang berakibat pada penurunan investasi.
l. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah adalah
proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga pemerintah
terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan.

- 37 -

m. Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta adalah


proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga swasta terhadap
jumlah seluruh pekerja perempuan.
n. Rasio KDRT adalah jumlah KDRT yang dilaporkan dalam periode
1 (satu) tahun per 1.000 rumah tangga.
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak: perlu akses
seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di
semua bidang kehidupan dalam rangka pemberdayaan untuk
menuju kesetaraan gender. Untuk mengetahui peran aktif
perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga
pemerintah maupun swasta, besarnya angka kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT).
o. Persentase tenaga kerja di bawah umur adalah proporsi pekerja
anak usia 5 14 tahun terhadap jumlah pekerja usia 5 tahun ke
atas. Hal ini mengindikasikan masih belum ada perlindungan
anak. Anak dianggap masih memiliki nilai ekonomi dan seringkali
anak dieksploitasi.
p. Rata-rata jumlah anak per keluarga adalah jumlah anak dibagi
dengan jumlah keluarga.
q. Rasio akseptor KB adalah jumlah akseptor KB dalam periode 1
(satu) tahun per 1000 pasangan usia subur pada tahun yang
sama.
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera: untuk mengetahui
tingkat partisipasi pasangan usia subur (PUS) terhadap KB.
Besarnya angka partisipasi KB (akseptor) menunjukkan adanya
pengendalian jumlah penduduk.
r. Jumlah jaringan komunikasi adalah banyaknya
komunikasi baik telepon genggam maupun stasioner.

jaringan

s. Rasio ketersediaan wartel/warnet adalah jumlah wartel/warnet


per 1.000 penduduk.
t. Jumlah surat kabar nasional/lokal adalah banyaknya jenis surat
kabar terbitan nasional/lokal yang masuk ke daerah.
u. Jumlah penyiaran radio/TV adalah banyaknya penyiaran radio/TV
nasional maupun lokal yang masuk ke daerah.
Komunikasi dan informatika: media yang dapat digunakan untuk
memudahkan
setiap
orang
berkomunikasi,
menambah
pengetahuan serta sebagai sarana hiburan. Indikator yang
digunakan
untuk
mengukur
kemudahan
setiap
orang
berkomunikasi yakni tersedianya jaringan telepon, jumlah wartel,
jumlah surat kabar, stasiun radio/TV, dan pos.
v. Persentase luas lahan bersertifikat adalah proporsi jumlah luas
lahan bersertifikat (HGB, HGU, HM, HPL) terhadap luas wilayah
daratan.

- 38 -

Indikator pertanahan untuk mengetahui tertib


sebagai kepastian dalam kepemilikan tanah.

administrasi

w. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan


masyarakat (LPM) adalah banyaknya kelompok binaan LPM dalam
1 (satu) tahun dibagi dengan jumlah LPM.
x. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK adalah banyaknya
kelompok binaan PKK dalam 1 (satu) tahun dibagi dengan jumlah
PKK.
y. Jumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dihitung berdasarkan
jumlah LSM aktif .
z. Jumlah perpustakaan.
aa. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun.
ab. Rasio jumlah polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk.
ac. Jumlah Linmas per 10.000 penduduk.
ad. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan adalah
perbandingan jumlah pos siskamling selama 1 (satu) tahun
dengan jumlah desa/kelurahan.
Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat: untuk
memastikan tingkat keamanan dan ketertiban masyarakat.
Ukuran yang digunakan untuk keamanan dan ketertiban
masyarakat adalah rasio polisi pamong praja terhadap setiap
10.000 penduduk, jumlah Linmas setiap 10.000 penduduk serta
tersedianya pos siskamling per desa/kelurahan atau sebutan lain.
ae. Jumlah organisasi pemuda yang aktif sampai dengan tahun
pengukuran.
af. Jumlah organisasi olahraga yang aktif sampai dengan tahun
pengukuran.
ag. Jumlah kegiatan (event) kepemudaan dalam periode 1 (satu)
tahun.
ah. Jumlah kegiatan (event) olahraga dalam periode 1 (satu) tahun.
C. DAYA SAING DAERAH
1. Fokus Kemampuan ekonomi daerah
a. Angka konsumsi RT per kapita adalah rata-rata pengeluaran
konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung
berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan
makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh
jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau,
dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya
kesehatan, sekolah, dan sebagainya.

- 39 -

b. Perbandingan
faktor
produksi
dengan
produk
yang
menggambarkan nilai tukar petani adalah perbandingan antara
indeks yang
diterima (It) petani dan dibayar (Ib) petani. Nilai
Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang berguna
untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, karena mengukur
kemampuan tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual
petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik
untuk proses
produksi (usaha) maupun untuk konsumsi
rumah tangga. Jika NTP lebih besar dari 100 maka periode
tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan periode tahun
dasar, sebaliknya jika NTP lebih kecil dari 100 berarti terjadi
penurunan daya beli petani.
c.

Persentase konsumsi RT untuk non pangan adalah proporsi total


pengeluaran rumah tangga untuk non pangan terhadap total
pengeluaran.

d. Produktivitas daerah per sektor (9 sektor) merupakan jumlah


PDRB dari setiap sektor dibagi dengan jumlah angkatan kerja
dalam sektor yang bersangkutan. PDRB dihitung berdasarkan 9
(sembilan) sektor.
2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
a. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan adalah perbandingan
panjang jalan terhadap jumlah kendaraan.
b. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum dalam
periode 1 (satu) tahun.
c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal dalam
periode 1 (satu) tahun.
d. Ketaatan terhadap RTRW merupakan realisasi luas wilayah
sesuai dengan peruntukannya dibagi dengan luas wilayah yang
direncanakan sesuai dengan RTRW.
e. Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah
produktif terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai
dengan RTRW.
f. Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan
Industi terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan
RTRW.
g. Luas wilayah kebanjiran adalah persentase luas wilayah banjir
terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
h. Luas wilayah kekeringan adalah luas wilayah kekeringan
terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.

- 40 -

i.

Luas wilayah perkotaan adalah persentase realisasi luas wilayah


perkotaan terhadap luas rencana wilayah budidaya sesuai
dengan RTRW.

j.

Jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya.

k. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya.


l.

Fasilitas bank dan non bank diukur dengan jenis dan jumlah bank
dan cabang-cabangnya, dan jenis dan jumlah perusahaan
asuransi dan cabang-cabangnya.

m. Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih adalah


proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih
terhadap jumlah rumah tangga.
n. Rasio ketersediaan daya listrik adalah perbandingan daya listrik
terpasang terhadap jumlah kebutuhan.
o. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik merupakan
proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai
daya penerangan terhadap jumlah rumah tangga.
p. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon adalah
proporsi jumlah penduduk menggunakan telepon/HP terhadap
jumlah penduduk.
q. Persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas.
r. Persentase jumlah penginapan/hotel menurut jenis dan kelas.
3. Fokus Iklim Berinvestasi
a. Angka kriminalitas dihitung berdasarkan delik aduan
penduduk korban kejahatan dalam periode 1 (satu) tahun.

dari

b. Jumlah demo adalah jumlah demo yang terjadi dalam periode 1


(satu) tahun.
c. Lama proses perijinan merupakan rata-rata
dibutuhkan untuk memperoleh suatu perijinan.

waktu

yang

Kemudahan perijinan adalah proses pengurusan perijinan yang


terkait dengan persoalan investasi relatif sangat mudah dan
tidak memerlukan waktu yang lama.
d. Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur
dengan jumlah dan macam insentif pajak dan retribusi daerah
yang mendukung iklim investasi.
e. Jumlah perda yang mendukung iklim usaha.
f. Persentase desa/kelurahan berstatus swasembada terhadap total
desa/kelurahan
adalah
proporsi
jumlah
desa/kelurahan
berswasembada terhadap jumlah desa/kelurahan.

- 41 -

Berdasarkan kriteria status, desa/kelurahan diklasifikasikan


menjadi 3, yakni swadaya (tradisional); swakarya (transisional);
dan swasembada (berkembang).
4. Fokus Sumber Daya Manusia
a. Rasio lulusan S1/S2/S3 adalah jumlah lulusan S1/S2/S3 per
10.000 penduduk.
Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh
tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan
yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik
kualitas tenaga kerjanya.
b. Rasio ketergantungan adalah perbandingan jumlah penduduk
usia <15 tahun dan >64 tahun terhadap jumlah penduduk usia
15 64 tahun.
Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya
beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia
produktif terhadap penduduk yang tidak produktif.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,

Wisnu Setiawan

Anda mungkin juga menyukai