Oleh Kelompok II
1. Punta Harimurti I 2.
: (6610040000) (6610040046)
(6610040046)
Intan Satria H
(6610040056)
PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN MANUFAKTUR POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Surabaya 2011
Ancaman NKRI
Pengertia n
ISI
menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi pemerintah (NKRI) yang dilakukan oleh golongan ekstrim dengan tujuan merongrong kewibawaan pemerintah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai mampu membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa NKRI.
ISI
Masa Modern
dipengaruhi oleh komunis (atheis). 2. Orang miskin banyak yang dipersenjatai 3. Kurangnya ilmu pengetahuan (pembodohan masyarakat). 4. Kurangnya ilmu agama
Masa Modern
Arus Globalisa si
2.
Terorisme Terorisme telah merupakan ancaman nyata terhadap keselamatan bangsa, bahkan menjadi ancaman bagi demokrasi dan masyarakat sipil (civil society). Sejak tahun 1999 kegiatan teror di Indonesia cukup meningkat, puncaknya peristiwa pemboman di Bali tanggal 12 Oktober 2002. Bakan beberapa waktu yang lalu terjadi pemboman di sebuah gereja di Solo. Peristiwa itu tentu saja dapat mangganggu stabilitas keamanan dan persatuan NKRI.
3.
itu, kerusakan berbagai infrastruktur, fasilitas sosial dan fasilitas umum dalam skala besar, menyebabkan terganggunyakegiatan pemerintahan, terhambatnya kegiatan pelayanan masyarakat, serta terbengkalainya penyelenggaraan pendidikan. Resiko terbesar yang ditimbulkan oleh konflik komunal adalah rusaknya solidaritas berbangsa maupun rusaknya ikatan persatuan dan kesatuan bangsa
4.
Kerusuhan Sosial Kondisi ekonomi Indonesia yang belum sepenuhnya pulih kembali sejak terpaan krisis ekonomi dan moneter tahun 1997, telah menimbulkan sejumlah permasalahan kruasial. Keterbatasan lapangan kerja di tengah peningkatan pertumbuhan tenaga kerja, isu perburuhan, masalah TKI, niali rupiah yang berfluktuasi, isu investasi, isu perdagangan bebas dan isu lainnya, telah menyebabkan beban pemerintah semakin berat. Meskipun awalnya isu tersebut berangkat dari isu ekonomi, namun dapat berkembang menjadi isu politis. Isu politis yang menimbulkan kekuatiran dan ketidakpercayaan kepada pemerintah dan hari esok, akhirnya dapat menimbulkan kerusuhankerusuhan masal luas yang akan meningkat menjadi gangguan
nasionalisme yang berkembang di Indonesia bukanlah nasionalisme primordial seperti nasionalisme keagamaan (religious nationalism) atau nasionalisme etnis. Namun demikian, agama berperan sangat penting dalam proses pembentukan dan perkembangan konsep nasionalisme di Tanah Air. Namun demikian, terdapat sebagian kecil masyarakat di negeri ini yang hendak meng-Islam-kan konsep nasionalisme dengan cara mengggantinya menjadi Dawlah/Khilafah Islamiyah atau Negara Islam Indonesia (NII).
Dengan demikian, keberadaan ideology transnasionalisme secara diskursus hendak mematikan ruh demokrasi itu sendiri serta menentang konsep nasionalisme sekuler ala NKRI yang dianggap oleh founding fathers sebagai sesuatu yang sudah final. Mereka tidak segan-segan mengkritik nasionalisme modern sebagai bidah yang tidak ditemukan pijakannya dalam agama. Nasionalisme dianggap sebagai strategi atau taktik Barat untuk memecah-belah Islam dan menjajahnya kembali dalam bentuk neo-kolonialisme. Oleh karena itu, mereka selalu mengaitkan antara konsep nasionalisme modern dengan neo-kolonialisme Barat.
Terlebih jika Negara (baca: pemerintah) tidak mampu menjawab tantangan kekinian, yakni menyejahterakan bangsa Indonesia dalam bingkai nasionalisme sekuler NKRI, maka ancaman terhadap eksistensi kebangsaan kita akan semakin besar, mengingat mereka mendapatkan momentum untuk menawarkan konsep negara Khilafah atau NII kepada masyarakat luas yang dilanda gejala distrust. Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa bertahan atau tidaknya konsep nasionalisme NKRI sangat tergantung pada sejauhmana negara mampu menyediakan zona penyangga yang kokoh dan aman bagi keberlangsungannya.
Arus Globalisasi
Dalam tingkat strategis, isu politik,
ekonomi, dan tindakan ilegal lintas negara, memiliki jangkauan wilayah nasional, regional, serta global, dan isu tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keamanan nasional, regional, dan global.
Globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi telah menghadirkan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat dunia. Akses informasi semakin mudah dan cepat, dapat mencapai tempat lain tanpa memandang jarak dan batas negara. Batas suatu negara seakan-akan menjadi kabur dan seolah-olah menghadirkan dunia tanpa batas. Hakekat kedaulatan negara mendapat tantangan karena kewenangan negara berkurang jangkauannya dalam aspek tertentu. Seperti menghadapi arus informasi, negara tidak dapat sepenuhnya mengatur arus informasi, walaupun informasi tersebut dapat mempengaruhi perilaku warga negaranya.
informasi yang menghadirkan kemudahan dalam melakukan akses informasi, aktivitas perekonomian berkembang pesat melampaui batas negara. Kemajuan tersebut telah mendorong globalisasi ekonomi yang membentuk pasar bebas. Regionalisme dan aliansi ekonomi berkembang pesat dengan hadirnya aliansi-aliansi ekonomi seperti AsiaPasific Economic Cooperation (APEC), ASEAN Free Trade Agreement (AFTA), Nort American Free Trade Agreement (NAFTA), dan European Union (EU). Pemberlakuan pasar bebas dan perdagangan bebas menciptakan iklim kompetisi yang ketat, mendorong setiap negara mengembangkan produk-produk
sektor permodalan, kualitas sumber daya manusia, dan teknologi, serta aturan pasar bebas yang sangat ketat, telah melahirkan kekuatiran bagi negar-negara berkembang. Ketidakmampuan negara berkembang dalam berkompetisi akan menjadikannya hanya sebagai pasar bagi produk-produk negara maju. Ketimpangan persaingan ekonomi negara maju terhadap negara berkembang akan menimbulkan peluang bagi munculnya ketidakpuasan dan tindakan proteksi, sehingga akhirnya memicu konflik dan krisis yang dapat menggangu stabilitas keamanan.
Tawuran warga antar gank, antar kampung, berebut lahan bisnis antara satpol pp dengan PKL misalnya. Masalah ini menjadi salah satu indikator permasalanpemisahan diri dari NKRI 2. Kebijakan Nasional Liberal Jika formulasi kebijakan nasional di negara Kita didasarkan pada Sistem Liberal Sekuler, dan setiap janji nasional atau pemilihan didasarkan pada dikotomi regional seperti Utara vs Selatan, atau Timur vs Barat, dan Pemerintah Pusat sebagai Mahakuasa kontrol terhadap daerah atau provinsi di negara itu terutama pada alokasi dana dan sumber daya. 3. Kebijakan Ekonomi Negara kita telah mengalami langkah-langkah penghematan banyak atau program penyesuaian struktural di masa lalu namun perekonomian masih menentang semua logika ekonomi yang wajar. Sebaliknya ada kesenjangan miskin dan kaya. Tingkat kemiskinan yang tinggi, inflasi tinggi, tingkat pengangguran tinggi, pendidikan dan sistem kesehatan yang buruk, kelangkaan BBM, harga sembako yang semakin tidak terjangkau, kurangnya infrastruktur fasilitas publik
Intervensi Militer Pemerintah negara kita pernah didominasi oleh rezim militer atau penguasaan mutlak lebih dari warga sipil yang terpilih secara demokratis atau negara kita masih dibawah cengkraman militer dengan ancaman kudeta militer. Jika yang terpilih adalah orang sipil, maka tidak akan lama masa jabatannya karena secara diam-diam akan dijatuhkan oleh militer dengan lobi Intelejennya. 5. Sumber daya alam Misalnya minyak mentah atau gas alam terkonsentrasi di daerah tertentudi negara kita. Saat ada daera lain berkeinginan menyabot atau melakukan kontrol terbuka atasnya. Daerah yang meletakkan telur emas bagi negara dan ternyata justru orang-orang setempat menjadi orang miskin,
4.
6.
Kebijakan Nasional Liberal Jika formulasi kebijakan nasional di negara Kita didasarkan pada Sistem Liberal Sekuler, dan setiap janji nasional atau pemilihan didasarkan pada dikotomi regional seperti Utara vs Selatan, atau Timur vs Barat, dan Pemerintah Pusat sebagai Mahakuasa kontrol terhadap daerah atau provinsi di negara itu terutama pada alokasi dana dan sumber daya.
Kesimpulan
Dapatlah
disimpulakan bahwa potensi ancaman terhadap keamanan nasional dan pertahanan negara dapat datang dari mana saja. Namun potensi ancaman yang lebih besar adalah dari dalam negeri. Pengalaman menunjukan bahwa instabilitas dalam negeri seringkali mengundang camppur tangan asing baik langsung maupun secara tidak langsung.