Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS NOVEL LONTARA RINDU DENGAN PENDEKATAN DIDAKTIS

MAKALAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BAHASA, DAN SASTRA INDONESIA 2013

Abstrak

Penelitian Ini Berjudul: Analisis Novel Lontara Rindu Dengan Pendekatan Didaktis karya S.Gegge Mappangewa Kata Kunci: Analisis, Novel, Didaktis. Karya Sastra merupakan suatu kreatifitas seni yang dibuat manusia yang mengandung unsur keindahan untuk dinikmati para penikmatnya. Salah satu tujuan sastra adalah untuk menghibur dan memperindah suatu karya seseorang supaya terasa nikmat dipandang maupun dirasakan. Dalam karya sastra banyak unsur yang membentuk karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yaitu unsur yang membangun karya sastra dari dalam seperti tema, penokohan, plot (alur), seting, sudut pandang dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur yang membangun karya sastra dari luar seperti Biograpi penulis, politik, ekonomi, nilai moral, sosial budaya, dan sebagainya. Berbagai pendekatan digunakan untuk menganalisis sebuah karya sastra khususnya Novel. Dalam menganalisis Novel yang berjudul Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa ini, penulis mencoba menggunakan pendekatan didaktis. Hal tersebut karena pembaca dalam menafsiran sebuah novel umumnya berusaha mencari petunjuk dan keteladanan lewat teks yang dibaca. Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan tanggapan maupun sifat itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohanian pembaca. Dalam menganaliis novel ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data denagn metode pustaka. Metode kepustakaan adalah metode yang digunakan untuk menemukan masalah yang diteliti dengan memanfaatkan buku-buku. Dalam hal ini masalah yang akan diteliti adalah menganalisis Novel Lontara rindu karya S. Gegge Mappangewa Untuk mendapatkan hasil alalisis secara keseluruhan yang sesuai dengan kenyataan berdasarkan ilmu pengetahuan. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui metode pengumpulan data, sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Yudin, 2007:81). Sosok guru di dalam novel Lontara Rindu. Oleh penulis akan dianalisis peran pedagogisnya. naliss dilakukan dengan menelaah deskripsi peran pendidik yang dilakukan oleh tokoh Pak Amin dan Ibu Maulindah lalu dibandingkan dengan teori-teori pendidikan.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Karya Sastra merupakan suatu kreatifitas seni yang dibuat manusia yang mengandung unsur keindahan untuk dinikmati para penikmatnya. Salah satu tujuan sastra adalah untuk menghibur dan memperindah suatu karya seseorang supaya terasa nikmat dipandang maupun dirasakan. Dalam karya sastra banyak unsur yang membentuk karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yaitu unsur yang membangun karya sastra dari dalam seperti tema, penokohan, plot (alur), seting, sudut pandang dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur yang membangun karya sastra dari luar seperti Biograpi penulis, politik, ekonomi, nilai moral, sosial budaya, dan sebagainya. Dalam fiksi ditemukan sebuah kenyataan yang berbeda dari kenyataan yang dimiliki, suatu dunia mungkin yang lain (Van Zoest, 1990: 35). Untuk membangun dunia dan untuk membayangkan bahwa hal-hal dalam dunia tersebut berlainan dengan yang biasa dialami dibutuhkan daya rentang dari kemampuan berkhayal dan kekuatan jiwa. Konsep berfikir yang demikian perlu dimiliki oleh apresiator karya sastra. Apresiator juga harus menggunakan beberapa pendekatan yang berperan sebagai pisau (teori) untuk menganalisis karya sastra. Apresiator akan menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah karya sastra. Selain nilai, fenomena yang dibangun dalam sebuah karya sastra juga dapat diteliti dan diketahui relevansinya dalam kehidupan sehari-hari, baik dari segi unsur intrinsic dan ekstrinsik. Berbagai pendekatan digunakan untuk menganalisis sebuah karya sastra khususnya Novel. Dalam menganalisis Novel yang berjudul Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa ini, penulis mencoba menggunakan pendekatan didaktis. Hal tersebut karena pembaca dalam menafsiran sebuah novel umumnya berusaha mencari petunjuk dan keteladanan lewat teks yang dibaca.

2. Rumusan Masalah Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis menemukan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah Bagaimanakah sosok guru Dalam Novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa dengan pendekatan Didaktis.?

3. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan sosok guru dalam novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa dengan pendekatan Didaktis

II

KAJIAN TEORI

2.1 Peendekatan Didaktis Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan tanggapan maupun sifat itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohanian pembaca. Pendekatan didaktis ini pada dasarnya juga merupakan suatu pendekatan yang telah beranjak jauh dari pesan tersurat yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Sebab itulah penerapan pendekatan didaktis dalam apresiasi sastra akan menuntut daya kemampuan intelektual, kepekaan rasa, maupun sikap yang mampan darri pembacanya. Bagi pembaca pada umumnya, penerapan pendekatan didaktis dalam tingakatan pemilihan bahan yang sesuai dengan pengetahuan maupun tingkat kemantangannya akan terasa lebih banyak mengasikkan, hal itu terjadi karena pembaca umumnya berusaha mencari petunjuk dan keteladanan lewat teks

yang dibaca. Akan tetapi pada sisi lain pada sikap itu juga berkontras dengan sikap tidak senangnya jika harus menerima pesan, petuah atau nasihat dari orang lain yang bernada mengurui . sebab dengan itulah dengan menemukan nilai-nolai kehidupan lewat yang difikirkan nilai-nilai kehidupan lewat daya fikir kritisnya sendiri, nilai yang dapat akan lebih mengendap pada aspek kejiwaanya serta lebih menikmatkan batinnya. Dalam pelaksanaanyan, penggunaan pendekatan didaktis ini diawali dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok pikiran yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Satuan pokok pikiran itu pada dasarnya disarikan dari paparan gagasan pengarang, baik berupa tuturan ekspresif, komentar, dialog, lakuan maupun deskripsi peristiwa dari pengarang, baik berupa atau penyairnya. (http://ga-la-ba.blogspot.com/2012/03/pendekatan-penerapan-

apresaiasi-sastra.html. Di akses tgl 10-06-2013).

III

METODE PENELITIAN

3.1

Data dan sumber data a. Data Data merupakan informasi yang digunakan dalam penelitian. Data yang telah terkumpul digunakan sebagai bahan analisis sesuai dengan masalah yang dirumuskan. Data yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah Novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa. b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diambil dari beberapa situs di internet, buku Sembilan Jawaban Sastra dan buku kumpulan sastra indonesi tahun 2010. Sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian adalah subyek darimana data-data diperoleh.

3.2

Metode Penelitian Metode pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian untuk

mengumpulkan data-data dari sampel penelitian dilakukan dengan metode tertentu sesuai dengan tujuannya. Pengumpulan data merupakan suatu usaha sadar untuk

mengumpulkan data secara sistematis dengan prosedur yang standar (Arikunto, 1999: 114, dikutip dari skripsi Silvesta Matilda). Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam meneliti adalah metode pustaka. Metode kepustakaan adalah metode yang digunakan untuk menemukan masalah yang diteliti dengan memanfaatkan buku-buku. Dalam hal ini masalah yang akan diteliti adalah menganalisis Novel Lontara rindu karya S. Gegge Mappangewa 3.3 Metode analisis data Metode analisis data merupakan suatu metode untuk mendapatkan secara keseluruhan yang sesuai dengan kenyataan berdasarkan ilmu pengetahuan. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui metode pengumpulan data, sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Yudin, 2007:81).

IV

PEMBAHASAN

Guru Sebagai Pendidik di dalam Novel Lontara Rindu Sosok guru di dalam novel Lontara Rindu. Oleh penulis akan dianalisis peran pedagogisnya. naliss dilakukan dengan menelaah deskripsi peran pendidik yang dilakukan oleh tokoh Pak Amin dan Ibu Maulindah lalu dibandingkan dengan teori-teori pendidikan.

a. Paradigma Paradigma adalah cara seorang pendidik memandang proses belajar mengajar. Pak Amin sebagai guru memiliki paradigma yang jernih dan maju mengenai porses belajar mengajar dan pihak yang terlibat di dalamnya yaitu para siswa dan dirinya sendiri sebagai guru. Cara pandang yang khas dari Pak Amin adalah menganggap semua muridnya sebagai juara dan memiliki potensi luar biasa. Meskipun siswa-siswanya terlahir di dusun yang terpencil dengan fasilitas pendidikan yang sangat minim, Pak Amin tetap yakin mereka memiliki potensi untuk maju dan senantiasa memotivasi mereka. Ketika Ibu Maulindah berangkat ke Jepang karena mendapatkan beasiswa, Pak Amin memberikan motivasi kepada Irfan salah satu siswanya untuk tidak takut bermimpi. Seperti cuplikan berikut Saya juga! Saya berharap, kamu jangan terkurung di Bukkere dan Pakka Salo. Dunia ini sangat luas, fan! Kita bisa membuat sayap sendiri untuk terbang. Jangan takut bermimpi! Silahkan mengkhayal yang tingi-tinggi. Khayalan itu akan membuatmu untuk berpikir bagaimana cara menumbuhkan sayap-sayapmu. Jangan takut terbang! Paradigma ini sesuai dengan paradigma pengajaran manusiawi yang menganggap semua siswa sebagai sang juara (Chatif, 2012 : 66). Di samping itu, Pak Amin juga selalu menggali potensi apapun yang dimiliki siswanya, bukan hanya potensi kognitif. Misalnya kecerdasan Bimo dalam mengolah sambal yang enak yang diapresiasinya dengan memberikannya julukan Guru Besar peco-peco (sambal). Pak Amin juga merepresentasikan paradigma pendidikan yang terintegritas antara ilmu umum dan nilai-nilai agama serta nilai-nilai kearifan lokal untuk membangun karakter budi pekerti siswa-siswanya. Hal ini tercermin misalnya dalam percakapan mereka ketika melakukan perjalanan ke sumur Citta peninggalan Nenek Mallomo, tokoh dalam sejarah Bugis yang konon pada masanya terjadi kemarau panjang akibat seseorang yang berlaku tidak jujur. Ketika itu dusun Pakka Salo juga dilanda kemarau berkepanjangan. Pak Amin dengan apik menghubungkan antara hikmah dari

cerita tersebut tentang azab yang turun jika manusia tidak jujur, perintah agama untuk berlaku jujur dan keadaan aktual kini yang penuh dengan ketidak jujuran seperti korupsi. Katanya, Koruptor itu di atasnya pencuri, mereka itu penyamunpenyamun berdasi.. Namun Pak Amin tidak sekedar mengutuk keadaan tetapi juga mengajak siswa-siswanya bereleksi, Kita tanya hati kita masing-masing dan kita jawab masing-masing. Pernahkan kita tidak jujur selama ini? Pernahkan kita mencuri selama ini? Ingat putra Nenek Mallomo yang membawa petaka kemarau hanya mencuri sebatang kayu. Pak Amin tidak memandang profesi guru sebagai subjek yang bertugas mengisi siswa-siswanya dengan ilmu-ilmu yang diketahuinya. Paradigma pengajaran Pak Amin adalah guru sebagai fasilitator dalam mengembangkan kecerdasan siswa-siswanya yang beragam. Ketika

mengahapi suatu masalah Pak Amin tidak langsung menginstruksikan pemecahan sendiri tetapi menfasilitasi siswa-siswanya untuk berdiskusi mencari pemecahan.seperti cuplikan berikut: Sebenarnya hari ini saya akan mengajar kalian membuat tandu dari tongkat, membuat tiang bendera dengan cara menyambung tongkat hingga membuat menara.tapi? potong Sarah saking penasarannya dengan lanjutan pak Amin. Ada yang lebih penting kita pelajari. Pak Amin juga berparadigma bahwa pada dasarnya tidak ada anak yang nakal, jika ada anak yang berkelakuan buruk bisa saja karena mereka sedang tertimpa masalah tertentu. Ksiah Vito yang berubah sikapnya karena sangat merindukan sosok ayah bisa dirasakan oleh Pak Amin dan menjadi pendamping bagi siswanya tersebut Hal lain yang berubah drastic adalah kebiasaan berceritanya sebagai jago ngarang. Perubahan yang satu ini harus diakui oleh guru dan teman-temannya sebagai suatu hal yang membingungungkan.

b. Metode Mengajar Di dalam novel Lontara Rindu ini ditampilkan beragam metode mengajar yang dilakukan oleh Pak Amin. Metode-metode tersebut jika dilihat dari kaca mata teori pedagogik sudah sangat maju dan tidak lagi menggunakan metode-metode lama. Metode-metode yang digunakan Pak Amin cenderung mengikuti gaya pendidikan demokratis, contextual learning atau pendidikan berbasis kecerdsan majemmuk. Pak Amin tiadak menggunakan metode yang monoton, misalnya ketika mengetahui ternyata Vito gemar dengan certia. Pak Amin menggunakan metode bercerita dalam menyampaikan materinya. pak Amin kemudian menghela nafas panjang. dongeng yang luar biasa! kata Irfan ini bukan dongeng! Kisah ini pernah terjadi di bumi Sidenreng, tegas pak Amin. Ibu Maulindah yang awalnya menerapkan metode mengajar monoton melalui ceramah, digambarkan tidak disukai oleh siswanya bahkan menyebabkan para siswa mengntuk. Namun ketika Ibu Maulindah menerapkan metode bercerita ternyata siswa menjadi tertarik dengan pelajaran sejarah yang disampaikannya. Pak Amin juga telah menerapkan metode Pembelajaran

Kontekstual. Pembelajaran Kontekstual menurut Hernowo adalah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan menyerap materi dengan sempurna jika mereka dapat menangkap makna pelakaran tersebut (Chatif, 2012 : 74). Pak Amin menerapkan metode ini ketika mengajak siswa-siswanya untuk melihat langsung tempat-temapt bersejarah di tanah Bugis, sambil menceritakan nilai-nilai moral yang terkandung di dalam kisah yang berkaitan dengan tempat-tempat itu lalu

mengubungkannya dengna kejadian aktual. Anak-anakku, saya mengajak kalian untuk membaca fenomena ala mini sebagai azab Allah. Ingat, jangan menyalahkan siapa-siapa! Mari kita introspeksi diri, siapa tahu kemerau panjang ini karena ulah salah seorang diantara kita, termasuk saya.

c. Komitmen Komitmen yang diperlihatkan oleh Pak Amin dan Bu Maulindah di dalam novel Lontar Rindu sungguh luar biasa. Mereka rela mengajar di dusun terpencil pada sebuah SMP yang masih seatap dengan Sekolah Dasar dengan ikhlas. Meskipun kemudian Ibu Mulindah lebih memilih untuk menerima beasiswa ke Jepang. Namun Pak Amin menunjukan kekokohan komitmen tersebut.

d. Guru Sebagai Anggota Masyarkat Di kampung guru benar-benar didengar. Orang tua kedua setelah kedua orang tua kandung. Tak heran, jika saat mendaftarkan anak ke sekolah, orang tua memang berpesan kepada guru untuk mendidiknya bahkan memukulnya kalau memang anaknya melakukan kesalahan. Bahkan beberapa orang tua berpesan, assaleng mutaroangnga nyawana (asal tidak dibunuh). Hal ini bisa dilihat ketika Pak Amin mengatakan: menurut dokter, dia kecapekan lalu pingsan. kepada mama Vito yang ketika itu melihat anaknya terbaring dengan mata terbuka dan senyum yang dipaksakan dan mengatakan: sudah berkali-kali saya bilang, Nak! Jangan main di belakang sekolahmu di sana ada penunggunya. dan Vito menjawab: saya bukan agessang-gessang (kesambet), Ma! akan tetapi mama Vito masih ngotot bahwa anaknya pingsan karena kesambet namun karena mendengar perkataan Pak Amin sebagai gurunya Vito akhirnya mama Vito mempercayai perkataan Pak Amin .

PENUTUP

Simpulan Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan tanggapan maupun sifat itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohanian pembaca. Masayarakat sebagai konsumen pendidikan memiliki harapan yang besar kepada sosok guru, mereka memiliki aspirasi-aspirasi mengenai bagaiaman seharusnya seorang guru. Aspirasi masyarakat, salah satunya, dapat diketahui melalui analisis terhadap karya sastra. Dengan kata lain, sastra memuat secara inplisit maupun eksplisit aspirasi masyarakat mengenai suatu hal, termasuk guru ideal. Dalam novel Lontara Rindu ini dihadirkan sosok guru bernama Pak Amin dan Ibu Maulindah. Selain fungsi pedagogis, juga ditelaah fungsi sosialogis.

SINOPSIS

Novel Lontera Rindu bertutur tentang hubungan manusia di dalam keluarga dan lingkungannya yang komplek, terutama karena ada latar belakang adat dan agama yang berbeda. Alkisah ada dua saudara kembar bernama Vino dan Vito. Mereka berdua terpisah sejak usia mereka masih sangat dini. Kedua orang tuanya terpaksa berpisah karena perbedaan keyakinan. Ibu mereka penganut agama Islam, sedangkan ayahnya penganut keyakinan Tolotang. Kakek Vino dan Vito tersebut menolak kehadiran ayah mereka dan terpaksa harus pergi. Vito tinggal bersama ibunya sedangkan Vino dibawa ayahnya. Vito dibesarkan ibunya bersama kakeknya di desa. Seperti anak-anak lainnya di desanya, Vito sekolah di SMP dekat dengan rumahnya. Pak Amin, salah satu guru di sekolahnya mempunyai kedekatan dengan murid-muridnya. Namun, Pak Amin dianggap menyebarkan fanatisme agama pada siswanya. Dia dan kesembilan siswanya harus dipisah. Suatu masa, ketika Pak Amin dan murid-muridnya harus berpisah di saat itu pula rindu yang membuncah membuat Vito harus mencari ayahnya di Perrinyameng, Amparita, belasan kilometer dari kampungnya di daerah pergunungan. Kisah vito dan kawan-kawan ini banyak menghadirkan tangis dan tawa dari awal hingga akhir cerita.

Daftar Pustaka

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pastaka Pelajar Sutejo & Kusnadi. 2010. Kajian Prosa. Yogyakarta: Pustaka Felicha. Mustofa, Sadikin 2010. Mappangewa, S. Gegge. 2012. Lontara Rindu. Jakarta: Republika. Mahayana, S, Maman. 2005. Sembilan Jawaban Sastra. Jakarta: Bening Publishing. (http://ga-la-ba.blogspot.com/2012/03/pendekatan-penerapan-apresaiasisastra.html. Di akses tgl 10-06-2013).

Anda mungkin juga menyukai