BAB I
Dasar-dasar imunisasi
Pendahuluan Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama. Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan hal mutlak yang perlu diberikan pada bayi. Imunisasi adalah sarana untuk mencegah penyakit berbahaya, yang dapat menimbulkan kematian pada bayi. Penurunan insiden penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan cakupan yang luas. Untuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan pengetahuan dan keterampilan tentang vaksin ( vaksinologi , ilmu kekebalan ( imunologi dan cara atau prosedur pemberian vaksin yang benar. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi. !anyak penyakit menular yang bisa menyebabkan gangguan serius pada perkembangan fisik dan mental anak. Imunisasi bisa melindungi anak-anak dari penyakit melaui vaksinasi yang bisa berupa suntikan atau melalui mulut. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer "ngka kematian bayi ( "#! dalam dua dasa$arsa terakhir ini menunjukkan penurunan yang bermakna, yaitu apabila pada tahun %&'% masih sebesar %() dan menjadi %%) per %*** kelahiran hidup pada tahun %&+* ( memerlukan %* tahun . Pada tahun %&+, ke tahun %&&* ( hanya lima tahun dari '% menjadi ,( per %*** kelahiran hidup. Penurunan tersebut diikuti dengan menurunnya angka kematian !"-I." atau "#"!" menjadi ,/ per %*** kelahiran hidup. #eberhasilan tersebut adalah hasil teknologi tepat guna yang dilaksanakan di seluruh Indonesia sejak tahun %&'' dengan menggunakan kartu menuju sehat ( #01 dalam memantau tumbuh kembang anak, pemakaian cairan oralit pada anak yang menderita diare, meningkatkan pemberian "1I secara eksklusif kepada bayinya dan imunisasi sesuai Program Pembangunan Imunisasi ( PPI . 2aitu !34, Polio, DP., hepatitis ! dan
By Agustinawati Togatorop
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak campak. Pada tahun %&&* Indonesia telah mencapai lebih dari &*5 cakupan vaksinasi dasar tersebut yang dikenal sebagai Universal Child Immunization ( U3I . Ditambah lagi dengan gerakan PI6 ( Pekan Imunisasi 6asional terhadap penyakit polio pada tahun %&&,-%&&/-%&&'-)**) secara berturut-turut dan serentak di seluruh tanah air yang kemudian karena masih ada kejadian virus polio liar di regional 789-1:";9. Pin diulang kembali pada tahun )**). Pada kesempatan PI6 diberikan juga vaksinasi tetanus dan campak dengan harapan dapat mengurangi kesakitan dan kematian karena kedua penyakit tersebut. 1eiring dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian anak pada umumnya maka kualitas hidup bangsa angka meningkat pula. 8asil penelitian di dunia mengatakan bah$a angka kelahiran dan usia harapan hidup di suatu negara berkaitan, yaitu bah$a makin rendah angka kelahiran makin tinggi usia harapan hidup. Untuk itu pencegahan terhadap penyakit infeksi merupakan upaya yang menentukan situasi tersebut dan mutlak harus dilakukan pada anak sedini mungkin guna dapat mempertahankan kualitas hidup yang prima dalam perjalanan hidupnya . <aksinasi atau la=im dipakai dengan istilah imunisasi merupakan suatu teknologi yang sangat berhasil di dunia kedokteran yang oleh #at= ( %&&& dikatakan sebagai > sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah dapat diberikan oleh para ilmu$an di dunia ini >. 1atu upaya kesehatan yang paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya. #ekebalan atau imunitas tubuh terhadap ancaman penyakit dari lingkungannya adalah tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Imunitas tersebut sebenarnya dapat diperoleh secara alamiah yaitu terjangkit suatu penyakit dan menjadi imun maupun secara aktif dibuat oleh manusia. Pada hakekatnya pada kedua cara mendapatkan imunitas tubuh dapat diperoleh dengan cara pasif maupun aktif. Dikatakan pasif karena tidak menyangkut sama sekali sistem imun tubuh sendiri dan hanya menerima secara pasif antibodi ke dalam tubuhnya, yaitu dapat terjadi melalui plasenta ke janin dari ibu kandungnya maupun dengan memberikan antibodi melalui suntikan ke dalam tubuh anak. Pemberian antigen dengan sengaja sehingga tubuh manusia kemudian memberikan respon imun adalah prinsip dari vaksinasi. Imunisasi dan Vaksinasi Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin ( antigen By Agustinawati Togatorop yang )
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak dapat merangsang pembentukan imunitas ( antibodi tubuh. Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu imunoglobulin yang non-spesifik atau disebut juga gamaglobulin dan imunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu. Imunuglobulin non-spesifik digunakan pada anak dengan defisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan dengan segera dan cepat yang seringkali dapat terhindar dari kematian. 8anya saja perlindungan tersebut tidaklah permanen melainkan hanya berlangsung beberapa minggu saja. 1elain itu cara tersebut juga mahal dan memungkinkan anak justru menjadi sakit karena secara kebetulan atau karena suatu kecelakaan serum yang diberikan tidak bersih dan masih mengandung kuman yang aktif. 1edangkan imunoglobulin yang spesifik diberikan pada anak yang belum terlindungi karena belum pernah mendapatkan vaksinasi dan kemudian terserang misalnya difteria, tetanus, hepatitis " dan !. <aksinasi, merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. "ntigen yang diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi limfosit yang peka, antibodi dan sel memori. 3ara ini menirukan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. .ujuannya adalah memberikan > infeksi ringan > yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya dikemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen ? penyakit yang masuk tersebut. <aksinasi mempunyai keuntungan @ Pertahanan tubuh yang terbentuk akan diba$a seumur hidupnya. <aksinasi cost-effective karena murah dan efektif. <aksinasi tidak berbahaya. ;eaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang daripada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara almiah. Imunisasi dari sistem imun di dalam
By Agustinawati Togatorop
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. #ekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. 3ontohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. #ekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan langsung dimetabolisme oleh tubuh. #ekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. #ekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologi. .UBU"6 I0U6I1"1I adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat ( populasi atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar. ;espons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Dikenal dua macam pertahanan tubuh yaitu @ % mekanisme pertahanan nonspesifiik disebut juga komponen nonadaptif atau innate artinya tidak ditujukan hanya untuk satu macam antigen , tetapi untuk berbagai macam antigen, ) mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau komponen adptif ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, terbentuknya antibodi lebih cepat dan lebih banyak pada pemberian antigen berikutnya. 8al ini disebabkan telah terbentuknya sel memori pada pengenalan antigen pertama kali. !ila pertahanan nonspesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. 0ikroorganisme yang pertama kali dikenal oleh sistem imun akan dipresentasikan oleh sel makrofag ( "P3 C antigen presenting cel Pada sel . untuk antigen .D ( . dependent sedangkan antigen .I ( . independent akan langsung diperoleh oleh sel !. 0ekanisme pertahanan spesifik terdiri atas imunitas selular dan imunitas humoral. Imunitas humoral akan menghasilkan antibodi bila dirangsang oleh antigen. 1emua antibodi adalah protein dengan struktur yang sama yang disebut imunoglobulin ( Ig yang dapat dipindahkan secara pasif kepada individu yang lain dengan cara penyuntikan serum. !erbeda dengan imunitas selular hanya dapat
By Agustinawati Togatorop
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak dipindahkan melalui sel, contohnya pada reaksi penolakan organ transplantasi oleh sel limfosit dan pada graft versus host disease! Proses imun terdiri dari dua fase @
Dase pengenalan, diperankan oleh sel yang mempresentasikan antigen ( "P3 C antigen presenting cells , sel limfosit !, limfosit .. Dase efektor, diperankan oleh antibodi dan limfosit . efektor
Keberhasilan Imunisasi .ergantung dari beberapa faktor, yaitu status imun pejamu, faktor genetik pejamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin. Status imun pejamu .erjadinya antibodi spesifik pada pejamu terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. 0isalnya pada bayi yang semasa fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap virus campsk, bila vaksinasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi akan membeikan hasil yang kurang memuaskan. Demikian pula air susu ibu ( "1I yang mengandung Ig" sekretori ( sIg" terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. 6amun pada umumnya kadar sIg" terhadap virus polio pada "1I sudah rendah pada $aktu bayi berumur beberapa bulan. Pada penelitian di 1ub !agian "lergi-Imunologi, !agian I#" D#UI?;130, Bakarta ternyata sIg" polio sudah tidak ditemukan lagi pada "1I setelah bayi berumur , bulan. #adar sIg" tinggi terdapat pada kolostrum. #arena itu bila vaksinasi polio diberikan pada masa pemberian kolostrum ( kurang atau sama dengan A hari setelah bayi lahir , hendaknya "1I ( kolostrum jangan diberikan dahulu ) jam sebelum dan sesudah vaksinasi. #eberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas imunologik. Pada bayi neonatus fungsi makrofag masih kurang. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang. Badi dengan sendirinya, vaksinasi pada neonatus akan memberikan hasil yang kurang dibandingkan pada anak. 0aka, apabila imunisasi diberikan sebelum bayi berumur ) bulan, jangan lupa memberikan imunisasi ulangan. 1tatus imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang mendapat obat imunosupresan, menderita defisiensi imun kongenital, atau menderita penyakit yang
By Agustinawati Togatorop
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak menimbulkan defisiensi imun sekunder seperti pada penyakit keganasan juga akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. !ahkan adanya defisiensi imun merupakan kontraindikasi pemberian vaksin hidup karena dapat menimbulkan penyakit pada individu tersebut. Demikian pula vaksinasi pada individu yang menderita penyakit infeksi sistemik seperti campak, tuberkulosis milier akan mempengaruhi pula keberhasilan vaksinasi. #eadaan gi=i yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofag dan limfosit. Imunitas selular menurun dan imunitas humoral spesifisitasnya rendah. 0eskipun kadar globulin normal atau bahkan meninggi, imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. #adar komplemen juga berkurang dan mobilisasi makrofag berkurang, akibatnya respons terhadap vaksin atau toksoid berkurang. Faktor genetik pejamu Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. 1ecara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu. Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat lebih tinggi. #arena itu tidak heran bila kita menemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak %**5. Kualitas dan kuantitas vaksin <aksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenisitas. !eberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan keberhasilan vaksinasi, seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian ajuvan yang dipergunakan, dan jenis vaksin. 3ara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul. 0isalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal disamping sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja. Dosis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan. 1edang dosis terlalu rendah tidak merangsang sel-sel
By Agustinawati Togatorop
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak imunokompeten.Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. Drekuensi pemberian juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Disamping frekuensi, jarak pemberianpun akan mempengaruhi respons imun yang terjadi. !ila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi spesifik yang masih tinggi tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imunkompaten. !ahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi arthus, yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks antigen antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. #arena itu pemberian ulang ( booster dianjurkan sesuai dengan hasil uji klinis. "juvan adalah =at yang secara nonspesifik dapat meningkatkan respons imun terhadap antigen. "juvan akan meningkatkan respons imun dengan mempertahankan antigen pada atau dekat dengan tempat suntikan, dan mengaktivasi "P3 ( antigen presenting cells imunokompeten lainnya. Benis <aksin, vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibanding vaksin mati atau yang diinaktivasi ( killed atau inactivated bagian ( komponen atau dari mikroorganisme. <aksin hidup diperoleh dengan untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi interleukin yang akan mengaktifkan sel sebaiknya mengikuti apa yang
cara atenuasi. .ujuan atenuasi adalah untuk menghasilkan organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit yang sangat ringan. "tenuasi diperoleh dengan memodifikasi kondisi tempat tubuh mikroorganisme, misalnya suhu yang tinggi atau rendah, kondisi anerob, atau menambah empedu pada media kultur seperti pada pembuatan vaksin !34 yang sudah ditanam selama %A tahun. Dapat pula dipakai mikroorganisme yang virulen untuk spesies lain tetapi untuk manusia avirulen, misalnya virus cacar sapi. Persyaratan vaksin %. ). 0engaktivasi "P3 untuk mempresentasikan antigen dan memproduksi interleukin. 0engaktivasi sel . dan sel ! untuk membentuk banyak sel memori
By Agustinawati Togatorop
'
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak A. 0engaktivasi sel . dan sel .c terhadap beberapa epitop, untuk mengatasi variasi respons imun yang ada dalam populasi karena adanya polimorfisme 083. (. 0emberi antigen yang persisten, mungkin dalam sel folikular dendrit jaringan limfoid tempat sel ! memori direkrut sehingga dapat merangsang sel ! se$aktu-$aktu menjadi sel plasma yang membentuk antibodi terus-menerus sehingga kadarnya tetap tinggi. <aksin yang dapat memenuhi ke empat persyaratan tersebut adalah vaksin virus hidup. Jenis Vaksin Pada dasarnya, vaksin dibagi menjadi ) jenis, yaitu @ -ive attenuated ( bakteri atau virus hidup yang dilemahkan Inactivate ( bakteri, virus atau komponenmnya dibuat tidak aktif Diproduksi di laboratorium dengan cara melakukan modifikasi virus atau bakteri penyebab penyakit. <aksin mikroorganisme yang dihasilkan masih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi banyak ( replikasi dan menimbulkan kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit. <aksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar ( $ild <irus atau bakteri liar ini dilemahkan ( attinuated penyebab penyakit. dilaboratorium, biasanya dengan
cara pembiakan berulang-ulang. 0isalnya vaksin campak yang dipakai sampai sekarang, diisolasi untuk mengubah virus liar campak menjadi virus vaksin dibutuhkan %* tahun dengan cara melakukan penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang anak yang menderita penyakit campak pada tahun %&,(. o 1upaya dapat menimbulkan respons imun, vaksin hidup atteuated harus berkembang biak ( mengadakan replikasi di dalam tubuh resipien. o "papun yang merusak organisme hidup dalam botol ( misalnya panas atau cahaya atau pengaruh luar terhadap replikasi organisme dalam tubuh ( antibodi yang beredar dapat menyebabkan vaksin tersebut tidak efektif. o ;espons imun terhadap vaksin hidup attenuated pada umumnya sama dengan yang diakibatkan oleh infeksi alamiah. ;espons imun tidak membedakan
By Agustinawati Togatorop
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak antara suatu infeksi dengan virus vaksin yang dilemahkan dan infeksi dengan virus liar. o <aksin virus hidup attenuated secara teoritis dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula. 8al ini hanya terjadi pada vaksin polio hidup. o "ntibodi dari sumber apapun ( misalnya transplasental, transfusi dapat mempengaruhi perkembangan vaksin mikroorganisme dan menyebabkan tidak adanya respons ( non response . <aksin campak merupakan mikroorganisme yang paling sensitif terhadap antibodi yang beredar dalam tubuh. <irus vaksin polio dan rotavirus paling sedikit terkena pengaruh. o <aksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila kena panas dan sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik dan hati-hati. Vaksin hidup attenuated yang tersedia !erasal dari vrius hidup @ <aksin campak, gondongan ( parotitis , rubela, polio, rotavirus, demam kuning ( yello$ fever . !erasal dari bakteri @ <aksin !34 dan demam tifoid oral.
Vaksin Inactivated o <aksin inactivated dihasilkan dengan cara mambiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan ( persemaian , kemudian dibuat tidak aktif dengan penambahan bahan kimia ( biasanya formalin . o <aksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. <aksin ini tidak menyebabkan penyakit ( $alaupun pada orang dengan defisiensi imun dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik. "ntigen inactivated tidak dipengaruhi oleh antibodi yang beredar. <aksin inactivated dapat diberikan saat antibodi berada di dalam sirkulasi darah. o <aksin inactivated selalu memerlukan dosis ganda. Pada umumnya pada dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun. ;espons imun protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga. 8al ini berbeda dengan vaksin hidup, yang mempunyai respons imun yang mirip atau sama dengan infeksi alami, respons imun
By Agustinawati Togatorop
&
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak terhadap vaksin inactivated sebagian besar humoral, hanya sedikit atau tak menimbulkan imunitas selular. .iter antibodi terhadap antigen inactivated menurun setelah beberapa $aktu. o Pada beberapa keadaan suatu antigen untuk melindungi terhadap penyakit masih memerlukan vaksin seluruh sel ( $hole cell , namun vaksin bakterial seluruh sel bersifat paling reaktogenik dan menyebabkan paling banyak reaksi ikutan atau efek samping. Ini disebabkan respons terhadap komponenkomponen sel yang sebenarnya tidak diperlukan untuk perlindungan ( contoh antigen pertusis dalam vaksin DP. . Vaksin Inactivated yang tersedia saat ini berasal dari : 1eluruh sel virus yang inactivated, contoh influen=a, polio, rabies, hepatitis ". 1eluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera, lepra. <aksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis !, influen=a, pertusis a-seluler, tifoid <i, lyme disease. .oksoid, contoh difteria, tetanus, botulinum. Polisakarida murni, contoh pneumokokus, meningokokus, dan haemophilus influen=ae tipe b. 4abungan polisakarida ( haemophillus influen=ae tipe ! dan pneumokokus .
By Agustinawati Togatorop
%*
BAB II
ata cara pemberian imunisasi
!ebelum melakukan vaksinasi" dian#urkan mengikuti tata cara sebagai berikut @ 0emberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak divaksinasi. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan. !aca dengan teliti informasi tentang produk ( vaksin yang akan diberikan dan jangan lupa mendapat persetujuan orang tua. 0elakukan tanya ja$ab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi. .injau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang diberikan. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan. Periksa jenis vaksin dan yakin bah$a vaksin tersebut telah disimpan dengan baik. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa tanggal kadarlu$arsa dan catat hal-hal istime$a, misalnya adanya perubahan $arna yang menunjukkan adanya kerusakan. 2akin bah$a vaksin yang akan diberikan sesuai jad$al dan dita$arkan pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal ( catch up vaccination bila diperlukan. !erikan vaksin dengan teknik yang benar. -ihat uraian mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi bayi?anak penerima vaksin.
By Agustinawati Togatorop
%%
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak 1etelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal sebagai berikut @ !erilah petunjuk ( sebaiknya tertulis kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat. Penyimpanan "turan umum untuk sebagian besar vaksin, !ah$a vaksin harus didinginkan pada temperatur )-+E3 dan tidak membeku. 1ejumlah vaksin ( DP., 8ib, hepatitis !, dan hepatitis " menjadi tidak aktif bila beku Arah !udut Jarum pada !untikan Intramuskular Barum suntik harus disuntikan dengan sudut (, *-/** ke dalam otot vastus lateralis atau otot deltoid. Untuk suntikan otot vastus lateralis, jarum diarahkan ke arah lutut sedangkan untuk suntikan pada deltoid jarum diarahkan ke pundak. #erusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut &**. empat !untikan yang Dian#urkan Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi dan anak umur di ba$ah %) bulan. . <aksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot bagian tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat. ;egio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak yang lebih besar ( mereka yang telah dapat berjalan dan orang de$asa. Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12 bulan adalah @ 0enghindari risiko kerusakan saraf iskiadika pada suntikan daerah gluteal. Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan secara adekuat. 3atat imuniasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis. 3atatan imunisasi secar rinci harus disampaikan kepada Dinas #esehatan bidang Pemberantasan Penyakit 0enular. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan ta$arkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan.
By Agustinawati Togatorop
%)
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak Imunogenitas vaksin hepatitis ! dan rabies akan berkurang apabila disuntikkan di daerah gluteal 0enghindari risiko reaksi lokal dan terbentuknya nodulus di tempat suntikan yang menahun. 0enghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.
Keadaan Bayi atau Anak sebelum Imunisasi 9rangtua atau pengantar bayi?anak dianjurkan mengingat dan memberitahukan secara lisan atau melalui dafatr isian tentang hal-hal yang berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko kejadian ikutan pasca imunisasi tersebut di ba$ah ini @ Pernah mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat ( memerlukan pengobatan khusus atau perlu pera$atan di rumah sakit . "lergi terhadap bahan yang juga terdapat di dalam vaksin ( misalnya neomisin . 1edang mendapat pengobatan 1teroid jangka panjang, radioterapi, atau kemoterapi. .inggal serumah dengan orang lain yang imunitasnya menurun ( leukimia, kanker, 8I<?"ID1 . .inggal serumah dengan orang lain dalam pengobatan yang menurunkan imunitas ( radioterapi, kemoterapi, atau terapi steroid . Pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup ( vaksin campak, poliomielitis, rubela . Pada A bulan yang lalu mendapat imunoglobulin atau tranfusi darah. 0enderita penyakit susunan syaraf pusat
By Agustinawati Togatorop
%A
Pencatatan Imunisasi dan Kartu Imunisasi 1etiap bayi?anak sebaiknya mempunyai dokumentasi imunisasi seperti kartu imunisasi yang dipegang oleh orangtua atau pengasuhnya. 1etiap dokter atau tenaga paramedis yang memberikan imunisasi harus mencatat semua data-data yang relevan pada kartu imunisasi tersebut. 9rangtua?pengasuh yang memba$a anak ke tenaga medis atau paramedis untuk imunisasi diharapkan senantiasa memba$a kartu imunisasi tersebut. ata yang harus dicatat pada kartu imunisasi adalah sebagai berikut ! o Benis vaksin yang diberikan, termasuk nomor batch dan nama dagang o .anggal melakukan vaksinasi o :fek samping bila ada o .anggal vaksinasi berikutnya o 6ama tenaga medis?paramedis yang memberikan vaksin
By Agustinawati Togatorop
%(
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak Klasi$ikasi %apangan 1esuai dengan manfaatnya di lapangan maka #6 PP #IPI memakai kriteria 789 "estern #asific untuk memilah #IPI dalam lima kelompok penyebab, yaitu @ %. #esalahan program ). ;eaksi suntikan A. ;eaksi vaksin (. #oinsiden, dan ,. 1ebab tidak diketahui Kesalahan pr&gram'teknik pelaksanaan imunisasi (pr&grammatic err&rs) 1ebagian besar kasus #IPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. #esalahan tersebut misalnya dapat terjadi pada @ dosis antigen (terlalu banyak lokasi dan cara menyuntik sterilisasi semprit dan jarum suntik jarum bekas pakai tindakan a dan antiseptik kontaminasi vaksin dan peralatan suntik penyimpanan vaksin pemakaian sisa vaksin jenis dan jumlah pelarut vaksin tidak memperhatikan petunjuk prosedur (petunjuk pemakaian, indikasi kontra Induksi Vaksin (vaccine induced) 4ejala #IPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin, dan secara klinis biasanya ringan.7alaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan risiko kematian. ;eaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengna baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus,atau berbagai tindakan dan perhatian lainya termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi. By Agustinawati Togatorop %,
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak 1bagai acuan dan perbandingan dapat dipakai rekomendasi dari "dvisory 3ommittee on Immuni=ation Practices dan 3ommittee on Infectious Disease of the "merican "cademy of Pediatrics. *akt&r kebetulan (c&incidental) 1eperti telah disebutkan di atas, maka kejadian yang timbul ini terjadi secra kebetulan saja setelah imunisasi. Indikator kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa yangtidak mendapat imunisasi pada saat bersamaan. Penyebab tidak diketahui !ila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokan ke dalam salah satu penyebab lain maka untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini. .etapi biasannya dengan kelengkapan informasi lebih lanjut maka akan dapat ditentukan masih dalam kelompok mana yang sesuai. "emberian "arasetamol sebelum dan sesudah imunisasi #epada orangtua atau pengantar diberitahukan bah$a A* menit sebelum imunisasi DP.?D.. 00;, 8ib, hepatitis ! dianjurkan memberikan parasetamol %, mg?kgbb kepada bayi?anak untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca vaksinasi. #emudian dilanjutkan setiap A-( jam sesuai kebutuhan, maksimal / kali dalam )( jam. Bika keluhan masih berlanjut, diminta segera kembali kepada dokter. #eaksi KI"I 9rangtua atau pengantar perlu diberitahu bah$a setelah imunisasi dapat timbul reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala tertentu, tergantung pada jenis vaksinnya. ;eaksi tersebut umumnya ringan, mudah diatasi oleh orangtua atau pengasuh, dan akan hilang dalam %-) hari. Di tempat suntikan kadang- kadang timbul kemerahan, pembengkakan, gatal, nyeri selama %-) hari. #ompres hangat dapat mengurangi kedaan tersebut. #adang-kadang teraba benjolan kecil yang agak keras selama beberapa minggu atau lebih, tetapi umumnya tidak perlu dilakukan tindakan apapun. $%& 9rangtua atau pengantar perlu diberitahu bah$a ) minggu setelah imunisasi !34 dapat timbul bisul kecil ( papula By Agustinawati Togatorop yang semakin membesar dan dapat terjadi %/
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak ulserasi dalam $aktu )-( bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut tanpa pengobatan khusus. !ila ulkus mengeluarkan cairan orangtua dapat mengompres dengan cairan antiseptik. !ila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar orangtua harus memba$anya ke dokter. 'epatitis $ #ejadian ikutan pasca imunisasi hepatitis ! jarang terjadi. 1egera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi. 9rangtua atau pengasuh dianjurkan untuk memberi minum lebih banyak ( "1I atau air buah , jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. Bika demam berikan parasetamol %, mg?kgbb setiap A-( jam bila diperlukan, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Bika reaksi tersebut menjadi berat dan menetap, atau jika orangtua merasa kha$atir, ba$alah bayi?anak ke dokter. "( ;eaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DP. antara lain demam tinggi, re$el, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan terjadi dalamn ) hari. ( ;eaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi D. antara lain kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan. !ekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin. !iasanya tidak perlu tindakan khusus. "olio )ral 1angat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena itu orangtua?pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun. %ampak dan **# ;eaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak dan 00; berupa rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan vaksin. 1elain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang timbul ,-%) hari setelah penyuntikan selama kurang dari (+ jam yaitu demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan halus?tipis yang tidak menular, pilek. Pembengkakan kelenjar getah bening kepala dapat terjadi sekitar A minggu pasca imunisasi 00;. Klasi$ikasi .untutan keamanan vaksin dan faktor risiko yang tetap ada dapat menimbulkan keengganan yang potensial dapat mengancam kegagalan program By Agustinawati Togatorop %'
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak imunisasi. #arena ini perlu suatu usaha perlindungan, antara lain dengan berbagai upaya peningkatan keamanan pembuatan, penyediaan, dan distribui vaksin, serta peningkatan kualitas program dari teknik pelaksanaan imunisasi. !eberapa produsen vaksin misalnya telah melakukan perbaikan antigenisitas dan purifikasi vaksin meminimalkar, benda asing dalam vaksin untuk mengurangi kemungkinan reaksi simpang. Dari pengalaman di I1" terlihat bah$a $alaupun vaksin yang beredar terbukti aman dan efektif ternyata tetap saja dapat timbul reaksi simpang yang menimbulkan reaksi masyarakat serta tuntutan ganti rugi. ;eaksi simpang tersebut dapat berupa gejala minimal yang tidak memerlukan tindakan sampai dengan kelainan berat yang bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada umumnya dapat dikatakan bah$a vaksin hidup lebih potensial menimbulkan efek berbahaya dibandingkan dengan bukan vaksin hidup. ;isiko berbahaya tersebut terutama dapat terjadi pada individui dengan defisiensi imun atau bayi dalam kandungan,dan bahkan dapat terjadi pada orang sehat. 1elain karena organismenya sendiri, vaksin hidup dapat mengandung kontaminan yang sulit terdeteksi. Deteksi dan Pelap&ran KIPI #ejadian ikutan pasca imunisasi adalah insiden medik yang terjadi setelah imunisasi dan dianggap disebabkan oleh imunisasi. #IPI menetapkan semua kejadian penyakit atau kematian dalam kurun $aktu % bulan setelah imunisasi. 0eskipun masyarakat seringkali beranggapan bah$a insiden medik setelah imunisasi selalu disebabkan oleh imunisasi, insiden umumnya terjadi secara kebetulan. 1ebagian yang beranggapan bah$a vaksin sebagai penyebab #IPI juga keliru. Penyebab sebenarnya adalah kesalahan program yang sebetulnya dapat dicegah. Untuk menemukan penyebab #IPI kejadian tersebut harus dideteksi dan dilaporkan. KIPI yang harus dilap&rkan $emua ke%adian yang berhubungan dengan imunisasi seperti& %. "bses pada tempat suntikan ). 1emua kasus limfadenitis !34 A. 1emua kematian yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat berhubungan dengan imunisasi.
By Agustinawati Togatorop
%+
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak (. 1emua kasus ra$at inap, yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat berhubungan dengan imunisasi. ,. Insiden medik berat atau tidak la=im yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat berhubungan dengan imunisasi. -ima kategori #IPI di atas kadang disebut sebagai pencetus kejadian oleh karena adanya reaksi tersebut merangsang atau mencetuskan respons. Data yang harus dilap&rkan %. Data pasien ;i$ayat perjalanan penyakit ;i$ayat penyakit sebelumnya ;i$ayat imunisasi Pemeriksaan penunjang yang berhubungan ). Data pemberian vaksin 6omor lot 0asa kadaluarsa Pabrik pembuat vaksin #apan dan dari mana vaksin dikirim Pemeriksaan penunjang tentang vaksin, apabila ada atau berhubungan A. Data yang berhubungan dengan program Perlakuan umum petugas kesehatan terhadap rantai dingin vaksin seperti@ Penyimpanan vaksin, apakah memebeku atau kadarlu$arsaF Perlakuan terhadap vaksin, apakah dikocok lebih dahuluF Perlakuan setelah vaksinasi, misalnya apakah vaksin dibuang setelah selesai pelaksanan imunisasiF Perlakuan mencampur serta melakukan imunisasi "pakah pelarut yang dipakai sudah benarF "pakah pelarut sterilF "pakah dosis sudah benarF "pakah vaksin diberikan dengan cara dan tempat yang benarF
#etersediaan jarum dan semprit "pakah setiap semprit steril digunakan oleh satu orangF %&
By Agustinawati Togatorop
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak Perlakuan sterilasi peralatan apakah telah dilakukanF
(. Data sasaran lain Bumlah pasien yang menerima imunisasi dengan vaksin nomor lot sama atau pada masa yang sama atau keduanya, dan berapa pasien yang sakit serta gejalanya. Bumlah sasaran yang diimunisasi dengan lot lain atau masyarakat yang tidak diimunisasi tetapi penyakit dengan gejala yang sama.
BAB III
I+U,I!A!I PADA K-%.+P.K B-/I!IK. Pada anak yang mempunyai risiko tinggi untuk mendapat infeksi, harus di imunisasi berdasarkan prioritas. 0isalnya bayi prematur, anak dengan penyakit keganasan, anak yang mendapatkan pengobataan imunosupresi, radioterapi, anak dengan infeksi 8I<, transplantasi sumsum tulang? organ dan spelenektomi. Pada anak yang pernah menderita reaksi efek samping yang serius setelah imunisasi, harus diberikan imunisasi berikutnya di rumah sakit dengan penga$asan dokter. Penekanan respons imun dapat terjadi pada penyakit defisiensi imun kongenital dan defisiensi imun didapat seperti pada leukimia, limfoma, pasien dengan pengobatan alkilating agents, antimetabolik, radioterapi, kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan lama. Pasien dengan sistim imun tertekan %. 0endapat pengobatan kortikosteroid dosis tinggi sama atau lebih dari )* mg sehari atau ) mg?kg bb? hari dengan lama pengobatan G ' hari atau dosis % mg? kg bb? hari lama pengobatan G % bulan. ). Pengobatan dengan alkylating agents, antimetabolik dan radioterapi untuk penyakit keganasan seperti leukemia dan limfoma.
By Agustinawati Togatorop
)*
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak Pada pasien dengan sistem imun yang tertekan, tidak boleh diberikan imunisasi vaksin hidup karena akan berakibat fatal disebabkan vaksin akan bereplikasi dengan hebat karena tubuh tidak dapat mengontrolnya. <aksin hidup misalnya vaksin polio oral, 00;, !34. <aksinasi dengan mikroorganisme hidup dapat diberikan setelah penghentian pengobatan minimal A bulan. <aksinasi dengan mikroorganisme mati atau yang dilemahkan dapat diberikan seperti hepatitis !, hepatitis ", DP. ,influen=a dan 8ib, dosis sama dengan anak sehat. ;espons imun yang timbul tidak sama dengan anak sehat, sehingga bila kontak dengan pasien campak harus diberikan imunisasi pasif yaitu normal immunoglobulin human dengan dosis *,) ml?kg bb? intramuskular. Untuk profilaksis varisela dosis lebih besar *,(-%,* ml?kg bb, bila mungkin sebaiknya diberikan imunisasi spesifik dengan varicella-=oster imunoglobulin namun pada saat ini belum ada di Indonesia. Pasien dalam peng&batan k&rtik&ster&id Pada pasien dengan pengobatan kortikosteroid topikal atau injeksi lokal misalnya erosol untuk asma, rinitis alergi, salep kulit, mata, intra artikular, kortikosteroid dosis rendah yang diberikan setiap hari atau selang sehari, dapat diberikan imunisasi dengan vaksin hidup. 1edangkan pada pasien yang mendapat kortikosteroid sistemik dosis tinggi setiap hari atau selang sehari dan lama pemberian kurang dari %( hari, dapat diberikan imunisasi dengan vaksin hidup segera setelah penghentian pengobataan, namun ada yang menganjurkan setelah penghentian %( hari. Pada pasien yang mendapat kortikosteroid sistemik dosis tinggi setiap hari atau selang sehari selama G%( hari, dapat diberikan imunisasi vaksin hidup setelah penghentian pengobatan % bulan. Imunisasi dengan vaksin hidup dapat diberikan pada pasien yang telah menghentikan pengobatan imunosupresif selama A sampai / bulan dengan pertimbangan bah$a status imun sudah mulai membaik dan penyakit primernya sudah dalam remisi atau sudah dapat dikontrol. #eluarga pasien imunokompromais yang kontak lansung dianjurkan untuk mendapatkan imunisasi polio inaktif, varisela, dan 00;. <aksin varisela sangat dianjurkan untuk keluarga imunokompromais, oleh karena $alaupun dapat terjadi penularan transmisi virus varisela pada pasien tetapi gejala lebih ringan dari pada infeksi alamiah yang akan berakibat lebih buruk dan dapat fatal. By Agustinawati Togatorop )%
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak Pengecualian unutk penderita leukemia limfosik akut dalam keadaan remisi lebih dari % tahun, dapat diberikan imunisasi dengan virus hidup varisela, oleh karena bila mendapat infeksi alamiah dengan varisela dapat fatal. Pasien defisiensi imun kongenital ataupun yang didapat, imunisasi tidak akan memberikan respons maksimal seperti yang diinginkan, sehingga dianjurkan memeriksa titer anitbodi serum setelah imunisasi sebagai data untuk pemberian imunisasi berikutnya.
Pasien in$eksi human immun&de$iciency virus (0IV) Pasien 8I< mempunyai risiko lebih besar untuk mendapatkan infeksi sehingga diperlukan imunisasi, $alaupun responsnya terhadap imunisasi tidak optimal atau kurang. #apan pasien 8I< harus diberi imunisasiF "pabila diberikan terlambat mungkin tidak akan berguna karena penyakit sudah lanjut dan efek imunisasi tidak ada atau kurang, namun apabila diberikan dini, vaksin hidup akan mengaktifkan sistim imun yang dapat meningkatkan replikasi virus 8I< sehingga memperberat penyakit 8I<. Pasien 8I< dapat diimunisasi dengan mikroorganisme yang dilemahkan atau yang mati. Pasien transplantasi sumsum tulang ( ! ) ;esipien transplantasi sumsum tulang alogenik akan menjadi defisiensi imun disebabkan ( komponen@ %. Pengobatan imunsupresi terhadap penyakit primer ). #emoterapi dan radioterapi yang diberikan pada pejamu A. ;eaktivitas imunologi antara graft dan pejamu serta, (. Pengobatan imunsupresi yang diberikan setelah transplantasi dilakukan 1ebaiknya sebelum transplantasi dilakukan, pada resipien diberikan imunisasi terlebih dahulu. #arena terbukti setelah transplantasi imunitas terhadap virus polio, tetanus, dan difteria hampir tidak ada, maka sebaiknya pejamu diberikan imunisasi DP. dan polio sebelum transplantasi dilakukan. Penelitian klinis menunjukan bah$a bila donor diberikan imunisasi difteria dan tetanus sebelum transplantasi dilakukan kemudian segera setelah itu diberikan imunisasi pada resipien dengan antigen yang sama akan memberikan respons yang baik. 8al yang sama dapat dilakukan dengan vaksin inaktif pertusis, 8ib, hepatitis !, pneumokok dan IP<. By Agustinawati Togatorop ))
Bayi prematur !ayi prematur dapat diimunisasi sesuai dengan umur kronologisnya dengan dosis dan jad$al yang sama dengan bayi cukup bulan. <aksin DP$. atau DtaP, 8ib, dan 9P< diberikan pada usia ) bulan. !ila bayi masih dira$at pada usia ) bulan sebaiknya diberikan IP<, bila akan diberikan 9P< pemberian ditunda sampai saat bayi akan dipulangkan dari rumah sakit unutk menghindari penyebaran virus polio kepada bayi lain yang sedang dira$at. Pada bayi prematur, respons imun kurang bila dibandingkan bayi cukup bulan terhadap imunisasi hepatitis !, sehingga pemberian vaksin hepatitis dapat dilakukan ) cara@ prematur dengan ibu 8bs"g positif harus diberikan hep ! bersamaan dengan 8!I4 pada ) tmepat yang berlainan dalam $aku %) jam. Dosis ke ) diberikan % bulan kemudian, dosis ke A dan ke ( diberikan usia / dan %) bulan. Permatur dengan ibu 8bs"g negatif pemberian imunisasi dapat dengan @ o Dosis pertama saat lahir, ke II umur ) bulan, ke II dan ke I< umur / dan %) bulan. .iter diperiksa setelah imunisasi ke I<. o Dosis pertama diberikan saat bayi sudah mencapai berat badan )*** gr atau sekitar ) bulan. <aksinasi hepatitis ! peratama dapat diberikan bersama sama DP., 9P< (IP< dan 8ib. Dosis hepatitis ! ke II diberikan % bulan kemudian dan ke II usia + bulan. .iter antibodi diperiksa setelah imuniasi ke III 1aat ini telah beredar vaksin kombinasi hepatitis ! dengan DP. (.ritanriH, 4laHo, smith #lein . Untuk bayi berumur I/ minggu tidak dianjurkan jadi tidak dapat diberikan sebagai imuniasai pertama pada bayi baru lahir. !ila status ibu tidak diketahui sebaiknya diberikan sesuai imunisasi pada bayi dengan ibu 8bs"g positif. Air !usu Ibu dan Imunisasi .idak terdapat kontra indikasi pada bayi yang sendan menyusui bila ibunya diberikan imunisasi baik dengan bakteri?virus hidup dan kuman yang dilemahkan. 1ebaliknya, air susu ibu tidak akan menghalangi seorang bayi untuk mendapakan imunisasi.
By Agustinawati Togatorop
)A
BAB IV
Jad1al imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau imunisasi harus diberikan kepada anak. Bad$al imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang ber$e$enang mengeluarkannya.
Vaksin
Bulan
ahun
%ahir
2 3
2 6
2 9
By Agustinawati Togatorop
)(
B:;
0epatitis B
P&li&
D P
:ampak
0ib
++/
i$&id
0epatitis
diberikan
By Agustinawati Togatorop
),
Varisela
Umur
Va ksi n
Keterangan
1aat lahir
8!-% harus diberikan dalam $aktu %) jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur % dan / bulan. "pabila status 8bs"g-! ibu positif, dalam $aktu %) jam setelah lahir diberikan 8!lg *,, ml bersamaan dengan vaksin 8!-%. "pabila semula status 8bs"g ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bah$a ibu 8bs"g positif maka masih dapat diberikan 8!lg *,, ml sebelum bayi berumur ' hari.
Polio-*
Polio-* diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di ;!?;1 polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain
% bulan
8b-) diberikan pada umur % bulan, interval 8!-% dan 8!-) adalah % bulan.
*-) bulan
!3 4
!34 dapat diberikan sejak lahir. "pabila !34 akan diberikan pada umur G A bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan !34 diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
By Agustinawati Togatorop
)/
) bulan
D. P-%
D.P-% diberikan pada umur lebih dari / minggu, dapat dipergunakan D.$p atau D.ap. D.P-% diberikan secara kombinasi dengan 8ib-% (P;P-.
8ib-%
8ib-% diberikan mulai umur ) bulan dengan interval ) bulan. 8ib-% dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan D.P-%.
Polio-%
( bulan
D. P-)
D.P-) (D.$p atau D.ap dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan 8ib-) (P;P-. .
8ib-)
Polio-)
/ bulan
D. P-A
8ib-A
"pabila mempergunakan 8ib-90P, 8ib-A pada umur / bulan tidak perlu diberikan.
Polio-A
8epatitis !-A
8!-A diberikan umur / bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval 8!-) dan 8!-A minimal ) bulan, terbaik , bulan.
& bulan
3a mp ak%
3ampak-% diberikan pada umur & bulan, campak-) merupakan program !I"1 pada 1D kelas %, umur / tahun. "pabila telah mendapatkan 00; pada umur %, bulan, campak-) tidak perlu diberikan.
By Agustinawati Togatorop
)'
%,-%+ bulan
0 0;
"pabila sampai umur %) bulan belum mendapatkan imunisasi campak, 00; dapat diberikan pada umur %) bulan.
8ib-(
%+ bulan
D. P-(
Polio-(
) tahun
<aksin 8ep" direkomendasikan pada umur G ) tahun, diberikan dua kali dengan interval /-%) bulan.
)-A tahun
.if oid
<aksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur G ) tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap A tahun.
, tahun
D. P-,
Polio-,
/ tahun.
0 0;
Diberikan untuk catch up immunization pada anak yang belum mendapatkan 00;-%.
%* tahun
d.? ..
0enjelang pubertas, vaksin tetanus ke-, (d. atau .. diberikan untuk mendapatkan imunitas selama ), tahun.
<arisela
By Agustinawati Togatorop
)+
K&ntra Indikasi B:; ;eaksi uji tuberkulin G , mm 1edang menderita infeksi 8I< atau dengan risiko tinggi infeksi 8I<. Imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid, obat imunosupresif, mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe. "nak menderita gi=i buruk 1edang menderita panas tinggi 0enderita infeksi kulit yang luas Pernah sakit tuberkulosis #ehamilan
Vaksin K&mbinasi
<aksin kombinasi merupakan gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda atau antigen dari galur multipel dari organisme penyebab penyakit yang sama. "lasan utama pembuatan vaksin kombinasi adalah@ %. vaksin kombinasi lebih praktis daripada vaksin terpisah, sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi. ). mengurangi biaya A. mengurangi biaya pengobatan (. memudahkan penambahan vaksin baru ke dalam program imunisasi yang telah ada. ,. untuk mengejar imunisasi yang terlambat /. $alaupun harga vaksin kombinasi kadang kadang lebih mahal bila dibandingkan dengan vaksin terpisah, apabila dihitung pengeluaraan total termasuk biaya berobat, transportasi, kecemasan anak dan orang tua, biaya pengadaan dan penyimpanan, maka secara ekonomis menjadi lebih murah.
i samping keuntungannya+ vaksin kombinasi mempunyai beberapa kekurangan+ yaitu! %. terjadinya ketidakserasian kimia$i?fisis, sebagai akibat percampuran beberapa antigen beserta ajuvan-nya.
By Agustinawati Togatorop
)&
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak ). sulit dihindari adanya perubahan respons imun sebagai akibat interaksi antara antigen dengan antigen lain atau antara antigen dengan ajuvan yang berbeda. A. pemakainan vaksin kombinasi dapat membingungkan para dokter dalam menyusun jad$al imunisasi, apalagi bila dipergunakan vaksin dari pabrik yang berbeda.
By Agustinawati Togatorop
A*
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak !otol plasti berisi es atau air garam diletakan di baigan ba$ah lemari pendingin untuk mempertahankan keseimbangan temperatur dalam ruang lemari pendingin, terutama apabila sedang tidak ada arus listrik. -emari pendingin boleh dibuka seminimal mungkin Defrosting harus dilakukan secara teratur pada lemari pendingin yang tidak frost free untuk mencegah terbentuknya gumpalan es di ruang pembeku. -etakan vaksin di rak bagian atas atau tengah, jangan di rak bagian ba$ah atau di daun pintu karena perubahan temperatur terlalu besar apabila pintu dibukatutup terlalu sering Bangan memenuhi lemari pendingin dengan vaksin secara berlebihan karena akan menggangu sirkulasi udara dingin dalam lemari pendingin. 1elama dilakukan defrosting atau pembersihan lemari pendingin, maka vaksin harus dipindahkan ke lemari pendingin lainnya atau disimpan dalam kotak berisolasi yang berisi es atau ice pack. "rosedur yang harus diperhatikan waktu menggunakan vaksin! <aksin yang sudah kadaluarsa harus segera dikeluarkan dari lemari pendingin untuk mencegah terjadinnya kecelakaan. <aksin harus selalu ada di dalam lemari pendingin sampai saatnya dibutuhkan, semua vaksin yang sudah tidak digunakan lagi harus dikembalikan ke dalam lemari pendingin. Di lemari pendingin vaksin yang sudah terbuka atau sedang dipakai diletakan dalam satu $adah?tempat khusus sehingga segera dapat dikenali. <aksin !34 yang sudah keluar masuk lemari pendingin selama pemeriksaan klinik harus dibuang pada saat akhir klinik. <aksin polio oral dapat cepat dicairkan dan cepat pula dibekukan kembali sampa %* kali tanpa kehilangan potensi vaksin. <aksin polio oral dapat dipakai beberapa kali pemeriksaan poliklinik asalkan memenuhi syarat-syarat belum kadaluarsa dan vaksin disimpan dalam lemari pendingin penyimpan vaksin yang memadai. Untuk vial vaksin multidosis yang mengandung bakteriostatik misalnya DP., vial yang terpakai dibuang bila sudah kadaluarsa atau terkontaminasi.
By Agustinawati Togatorop
A%
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak <aksin yang tidak mengandung bakteriostatik segera dibuang dalam $aktu )( jam apabila sudah terpakai. <aksin campak dan 00; yang sudah dilarutkan agar dibuang setelah + jam. <aksin 8ib yang sudah dilarutkan harus dibuang setelah )( jam.
BAB V
KESIMPULAN
By Agustinawati Togatorop
A)
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak Pada saat seorang bayi dilahirkan ke dunia, ia sudah harus menghadapi berbagai JmusuhJ yang mengancam ji$a. <irus, bakteri, dan berbagai bibit penyakit sudah siap menerjang masuk ke tubuh yang masih tampak lemah itu. -emahF .idak juga. .ernyata sang bayi mungil pun sudah siap untuk menghadapi kerasnya dunia. !erbekal antibodi yang diberikan ibunya, ia siap menyambut tantangan. Inilah contoh dari apa yang kita sebut sebagai daya imunitas (kekebalan tubuh. "enggolongan sistem kekebalan #ekebalan tubuh dapat kita kelompokkan menjadi dua golongan@ %. #ekebalan pasif ). #ekebalan aktif Kekebalan pasi$ terjadi bila seseorang mendapatkan daya imunitas dari luar dirinya. Badi, tubuhnya sendiri tidak membentuk sistim kekebalan tersebut. #ekebalan jenis ini bisa didapat langsung dari luar, atau secara alamiah (ba$aan . #eunggulan dari kekebalan pasif adalah langsung dapat dipergunakan tanpa menunggu tubuh penderita membentuknya. #elemahannya adalah tidak berlangsung lama. #ekebalan jenis ini memang biasanya hanya bertahan beberapa minggu sampai bulan saja. Kekebalan akti$ terjadi bila seseorang membentuk sistem imunitas dalam tubuhnya. #ekebalan bisa terbentuk saat seseorang terinfeksi secara alamiah oleh bibit penyakit, atau JterinfeksiJ secara buatan saat diberi vaksinasi. #elemahan dari kekebalan aktif ini adalah memerlukan $aktu sebelum si penderita mampu membentuk antibodi yang tangguh untuk mela$an agen yang menyerang. #euntungannya, daya imunitas biasanya bertahan lama, bahkan bisa seumur hidup. Imunitas pasi$ alamiah Pada saat seorang bayi lahir ke dunia, ia dibekali dengan sistem kekebalan tubuh ba$aan dari ibunya. Inilah yang kita sebut sebagai kekebalan pasif alamiah. #ekebalan jenis ini sangat tergantung pada kekebalan yang dipunyai oleh si ibu. 0isalnya, bila ibu mendapat imunisasi tetanus pada saat yang tepat di masa kehamilan, maka anak mempunyai kemungkinan sangat besar untuk terlindung dari
By Agustinawati Togatorop
AA
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak infeksi tetanus di saat kelahirannya. !ila si ibu sendiri tidak mempunyai daya imunitas terhadap tetanus, maka apa yang bisa dibekalkan untuk anaknyaF Imunitas ba$aan yang dibekalkan pada si buah hati antara lain imunitas terhadap difteri dan campak. Imunitas pasi$ didapat Pada keadaan ini, daya imunitas diperoleh dari luar, misalnya pemberian serum antitetanus. #elebihannya dapat langsung dipergunakan tubuh untuk mela$an bibit penyakit, tapi sayangnya kekebalan jenis ini biasanya mempunyai $aktu efektif yang pendek. %ontoh imunitas pasi, didapat! 1erum antitetanus 1erum antirabies 1erum antibisa ular Imunitas akti$ alamiah Pada saat tubuh kita dimasuki oleh bibit penyakit, terjadi suatu mekanisme pembentukan sistem pertahanan tubuh yang spesifik terhadap bibit penyakit yang menyerang. Dengan demikian, bila bibit penyakit tersebut mencoba kembali masuk ke tubuh kita, tubuh sudah siap dengan pertahanannya. Imunitas akti$ didapat 1esungguhnya prinsip dari imunitas aktif didapat ini diambil dari imunitas aktif alamiah. !edanya, kita JmenyajikanJ bibit penyakit atau bagian daripadanya, agar tubuh dapat membentuk sistem imunitas spesifik sebelum bibit penyakit tersebut benar-benar datang. Inilah yang dikenal sebagai vaksinasi. #euntungan dari pemberian vaksinasi adalah kita dapat mengontrol agar masuknya bibit penyakit (agen tidak sampai menimbulkan penyakit yang parah pada diri si penerima. 7alau mungkin tidak bergejala, dalam keadaan normal kekebalan tetap terbentuk. <aksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk bereaksi terhadap agen yang kita masukkan. 0ungkin akan timbul sedikit keluhan pada penerima (resipien akibat JpeperanganJ yang terjadi antara sistim imunitas spesifik yang
By Agustinawati Togatorop
A(
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak terbentuk dan agen (dalam vaksin yang kita masukkan. .api setelah itu, akan terbentuk antibodi yang selalu siap untuk mengingat musuh-musuhnya. Badi bila di belakang hari agen yang sama berusaha masuk, tubuh dengan cepat dapat melipatgandakan antibodi spesifiknya untuk membunuh agen tersebut. <aksin mengandung substansi atau antigen yang relatif tidak berbahaya bagi tubuh penerima (resipien . 1ubstansi atau antigen yang dipergunakan biasanya didapat dari mikroorganisme penyebab penyakit itu sendiri. Komponen yang diberikan bisa berupa@ <irus yang dilemahkan !akteri yang sudah dimatikan .oksin kuman .oksoid
Pemberian imunisasi aktif dan pasif bisa diberikan secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama. 3ontoh pemberian bersama-sama adalah pada kasus infeksi tetanus. Pemberian serum antitetanus diperlukan agar tubuh dapat segera mela$an bibit penyakit, tapi vaksin antitetanus juga harus diberikan agar tubuh dapat membentuk sendiri sistem pertahanan tubuh terhadap tetanus. Pada saat daya kerja serum antitetanus telah habis, sistem kekebalan tubuh penderita telah siap menggantikannya. Jenis-#enis imunisasi "da berbagai ragam jenis imunisasi yang dapat diberikan. .idak semua orang memerlukan seseorang. -enis.jenis imunisasi itu antara lain! %. !34 ). DP. A. Polio (. 3ampak ,. 8epatitis ! /. D. '. .etanus pemberian imunisasi tersebut. Daktor epidemiologi harus dipertimbangkan untuk menentukan imunisasi apa yang harus diberikan pada
By Agustinawati Togatorop
A,
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak +. 8emophylus influensa ! &. 00; %*. .ifoid K&mplikasi (ergantung dari jenis imunisasi yang diberikan 0endapatkan imunisasi bukan jaminan terhindar dari penyakit. 7alau demikian, biasanya penyakit yang diderita menjadi lebih ringan dan cepat membaik. 2ang paling penting, ancaman terhadap ji$a jauh berkurang. #ebanyakan orangtua merasa kha$atir terhadap berbagai gejala klinis yang muncul, misalnya demam, setelah anak mendapat vaksinasi. #ekha$atiran ini membuat sebagian dari mereka memutuskan untuk tidak memberikan imunisasi kepada si buah hati tercinta. !ila "nda kebetulan berpikir demikian, ingatlah bah$a keputusan tersebut bisa menghadapkan anak pada bahaya yang jauh lebih besar di kemudian hari. !ila ingin memberikan imunisasi kepada si buah hati, jangan lupa mengingat $aktu pemberian yang tepat. !ila "nda rajin memeriksakan si buah hati, dokter biasanya akan mengingatkan $aktu pemberian imunisasi yang akan datang.
By Agustinawati Togatorop
A/
Rasionalisasi pemberian imunisasi pada anak %. I46 ;anuh, 8ariyono 1uyitno, 1;I ;e=eki 1 8adinegoro, 3issy ! #artasasmita. Pedoman imunisasi di Indonesia. 1atgas Imunisasi Ikatan Dokter "nak Indonesia. :disi kedua, .ahun )**,. ). -a$rence 0 .ierney Br 0D, 1tephen B 0cPhee 0D, 0aHine " Papadakis 0D. 3urrent 0edical Diagnosis and .reatment )**). Page %A%A-%A%&. A. :ric "D 1imoes 0D D38 and Bessie ; 4roothius 0D. Immuni=ation. Page )A,-),+. (. http@??$$$.naila rad.net.id?detail. ,. http@??$$$.bayisehat.com?category?uncategori=ed. /. http@??$$$.sahabatnestle.co.id?890:<)?main?.#1#?.#1#Kndnp. '. http@??id.$ikipedia.org?$iki?jad$alKimunisasi. +. http@??$$$.infeksi.com?hiv?mobile?articles,php. &. http@??$$$.tempointeractive.com. %*. http@??$$$.indomedia.com. %%. http@??$$$.ismnsuri=an.com. %). http@??$$$.indosiar.com %A. http@??$$$.jakarta.go.id. %(. http@??$$$.bayi.us?imunisasi.php. %,. http@??$$$.puterakembara.org?rm?alergi.shtml. %/. http@??$$$.groups.google.co.id. %'. http@??$$$.sehatgroup.teb.id. %+. http@??$$$.pikiran-rakyat.com. %&. http@??$$$.tabloid-nakita.com. )*. http@??$$$.yahoo.com
By Agustinawati Togatorop
A'