Anda di halaman 1dari 28

UPAYA PENDEKATAN TERHADAP KELUARGA An.

T DALAM MENANGANI PERMASALAHAN BALITA PENDERITA GIZI BURUK


Presentasi FOME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kedokteran Keluarga

Di susun Oleh : Devy Isella Lilyani H2A008011

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012

UPAYA PENDEKATAN TERHADAP KELUARGA An. T DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA GIZI BURUK

TAHAP I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama kepala keluarga Alamat Bentuk keluarga : Tn. S : Ngadirgo RT 02 RW 05 Mijen Semarang : Extended family

Tabel I. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


Kedudukan No Nama dalamkelua rga 1 Setiawan Kepala keluarga 2 3 4 Suliatun Teguh Ngatini Istri Anak Mertua P L P 22Thn 16 Bln 60Thn SMP IRT Pasien L 25Thn SMP Swasta Ayah pasien Ibupasien Gizi buruk Nenek pasien L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Keterangan

Kesimpulan tahap I: Di dalam keluarga Tn. S terbentuk extended family didapatkan pasien atas nama An. T usia 16 bulan, balita yang belum bisa mandiri dengan penyakit gizi buruk.

TAHAP II. STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN Nama pasien Umur Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat Pendidikan Agama Pekerjaan Suku Bangsa No. RM Tanggal Pemeriksaan : An. T : 16 bulan : 28 Mei 2011 : Laki-laki : Ngadergo RT 02 RW 05 Mijen Semarang :(-) : Islam : (-) : Jawa : (-) : 17 Oktober 2012

B. ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 17 Oktober 2012 pkl. 10.00 di PUSKESMAS Mijen. a) Keluhan Utama : Berat badan tidak naik b) Keluhan Tambahan : sering sakit-sakitan, batuk, pilek, panas dan susah makan dan pasien disarankan oleh petugas kesehatan dirujuk ke puskesmas karena curiga gizi buruk. c) Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak bulan Mei sampai Oktober 2012 berat badan anak tidak ada peningkatan yang berarti, os sering di bawa ke posyandu dideket rumahnya, selama periksa keposyandu orang tua pasien tidak pernah di rujuk ke puskesmas padahal berat badannya bila dilihat dari KMS berada pada garis kuning sejak bulan juni, sejak bulan mei pasien sering menderita penyakit seperti batuk, pilek, dan panas, hampir setiap bulan, selain itu ibu pasien juga menyatakan selama sakit sampai sekarang pasien juga mengalami susah makan atau nafsu makan kurang, lamanya sakit kurang lebih satu minggu hingga dua minggu, BAB dan BAK tidak ada keluhan, orang tua pasien selalu memeriksakann anaknya ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Bulan Oktober 2012 ibu pasien membawa ke posyandu dan di timbang berat badannya 7.5Kg setelah dicatat dalam KMS ternyata berada dalam garis

kuning dan disarankan untuk kepuskesmas Mijen untuk di konsultasikan dengan dokter puskesmas melalui KIA/MTBS. d) Riwayat penyakit dahulu: Riwayat penyakit TBC Riwayat diare Riwayat penyakit jantung Riwayat DBD Riwayat Pneumoni Riwayat kejang demam : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : diakui. Saat pasien demam tinggi 2 hari pasca

imunisasi campak. Kejang (+) 1x. Rawat inap di RS e) Riwayat penyakit keluarga Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit serupa f) Riwayat kebiasaan Riwayat merokok Riwayat minum alkohol Riwayat olahraga teratur g) Riwayat perinatal 1) Pasien rutin ANC > 4x di bidan, TT 2x 2) Penyakit selama kehamilan: disangkal 3) Konsumsi obat selama kehamilan: vitamin dan tablet besi 4) Kebiasaan merokok (-), alkohol (-), hewan peliharaan (-) h) Riwayat Obstetri Ibu pasien P1A0 : 1) Anak Pertama: Laki-laki, berat lahir 2600g, lahir di bidan, ANC rutin ke bidan. Aterm. Lahir secara spontan.umur 16 bulan. Sehat. i) Riwayat post natal Periksa di bidan dan dinyatakan sehat j) Riwayat KB: Ibu pasien mengikuti program KB suntik 3 bulanan k) Riwayat makan/minum Umur 02 bulan ASI / MPASI ASI Sayur/Buah/biscuit Bubursusu Nasi Tim kuantitas : ayah pasien merupakan perokok : disangkal : disangkal

24 bulan 46 bulan

ASI

ASI + susu formula

Sufor 4x/hr, 60cc, 4 sendok takar, habis

68 bulan 8 10 bulan 10skrg

ASI

Sayur, pisang, biscuit

Bubur susu

3x/hr, mangkok kecil, habis

ASI

Sayur, pisang, biscuit

Bubur susu

Nasi tim saring Nasi + lauk keluarga 3x/hr, mangkok kecil, habis

ASI

Sayur, pisang, biscuit

Kesan: ASI eksklusif (-), penyapihan dini (+), kualitas dan kuantitas asupan makanan bergizi kurang l) Data Imunisasi Jenis Imunisasi BCG DPT Hep.B POLIO CAMPAK 1x umur 1 bulan 3x umur 2, 4, 6 bulan 3x umur 0, 1, 5 bulan 4x umur 0, 2, 4, 6 bulan 1x umur 9 bulan Dilaksanakan

m) Riwayat alergi (makanan, obat) pada keluarga tidak ada n) Riwayat tumbuh kembang: Riwayat tumbuh kembang anak Senyum: 3 bulan Miring: 3 bulan Tengkurap: 4 bulan Duduk: 7 bulan Gigi keluar: 7 bulan Merangkak: 8 bulan

Berdiri: 11 bulan Berjalan: 13 bulan Umur 12 bulan 1. Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/ dipojok kemudian muncul dan menghilang secara berulang dihadapan anak apakah ia mencari anda / mengharapkan anda muncur kembali (ya) 2. Letakkan pensil ditelapak tangan bayi. Coba ambil pencil tsb dengan perlahan. Sulitkah anda mendapatkan pensil itu kembali? (ya) 3. Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik/lebih dengan berpegangan pada kursi/meja? (ya) 4. Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, misal ma-ma, papa, da-da (ya) 5. Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa bantuan anda? (ya) 6. Apakah anak dapat membedakan anda dgn orang lain yg belum dikenalnya? Anak akan menunjukkan sikap mali/ragu-ragu. (ya) 7. Apakah anak dapat mengambil benda kecil spt kacang dengan menggunakan ibu jari dan jari lain? (ya) 8. Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan? (ya) 9. Sebutkan 2-3 kata yang dapat ditiru opleh anak. Apakah anak mencoba untuk meniru menyebutkan kata-kata tersebut? (ya) Usia 15 bulan 1. Apakah anak dapat berjalan sendiri atau jalan dengan berpegangan? (ya) 2. Apakah anak dapat bertepuk tangan / melambai-lambaikan tangan tanpa bantuan orang lain? (ya) 3. Pasien dapat mengatakan ayah ketika melihat ayahnya, atau mama pada ibunya? (ya) 4. Pasien dapat berdiri sendiri tanpa bantuan (ya) 5. Tanpa berpegangan dan menyentuh lantai pasien dapat memungut barang dilantai kemudian berdiri kembali (ya) 6. Pasien dapat menunjukkan keinginannya tanpa merengek (ya) 7. Pasien dapat berjalan mengitari ruangan tanpa jatuh atau terhuyung(ya)

Usia 18 bulan 1. Jika anda menggelindingkan bola ke anak. Apakah ia menggelindingkan/ melempar kembali bola pada anda? (tidak) 2. Apakah anak dapat memegang sendiri gelas/botol minumnya sendiri tanpa tumpah? (ya) BB bulan lalu BB saat ini : 7,3 kg : 7,5 kg

Kesan: tumbuh kembang anak sesuai dengan usia. Tidak ada kenaikan berat badan yang berarti. seharusnya pada usia 16 bulan berat ideal adalah o) Riwayat sosial ekonomi: Ayah bekerja sebagai pegawai swasta, ibu seorang IRT. Penghasilan perbulan kurang lebih Rp 850.000, menanggung 4 anggota keluarga yang dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasien tidak memiliki jaminan kesehatan sosial. Biaya pengobatan ditanggung menggunakan biaya pribadi. Namun karena KK pasien adalah warga semarang sehingga pasien dapat berobat gratis di puskesmas terdekat. Kesan : Sosial ekonomi kurang p) Riwayat makan (food recall) Waktu 07.30 Nasi Ikan bawal goreng Sayur bayam 09.00 11.00 Biskuit Nasi Sayur bayam 14.00 15.00 Biskuit Nasi mentega Ikan bawal goreng 19.00 Biskuit Sun Jenis Makanan Banyaknya 10 sendok makan 1 potong 1 sendok sayur 1 keping 10 sendok makan 1 sendok sayur 2 keping 7sendok 1 potong 2 keping Habis Sisa Sisa Habis Habis Habis Habis Habis Habis Habis Ket

C. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 17 Oktober 2012 pukul 10.00 WIB di PUSKESMAS Mijen) Seorang anak laki-laki, umur 16 bulan, Berat Badan (BB)= 7,5 kg, Panjang Badan (PB) = 72,5 cm

Keadaan umum Kesadaran Tanda vital :

: Baik, tampak kurus dan rewel : compos mentis

TD Nadi

:: 100x/menit, isi dan tegangan cukup

Frekuensi nafas : 32 X/ menit Suhu Status gizi : 36,8C

: menggunakan Zscore yang digunakan oleh petugas puskesmas BB/U: gizi buruk BB/TB: normal

BB: 7,5 Kg TB: 72,5 cm LK: 48 cm LL: 12cm Kesan Kepala Mata : gizi buruk

: Mesosefal, lingkar kepala : 48 cm : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),reflek cahaya (+/+), oedem palpebra (-/-), pupil isokor 2 mm/ 2 mm

Rambut Telinga Hidung Mulut Lidah Gigi-geligi Leher Thorax Paru Inspeksi

: merah jagung, tipis, tidak mudah rontok, distribusi merata. : tulang rawan sempurna, discharge +/+ mukoserous :nafas cuping (-), sekret (+), mimisan (-) :sianosis (-) : kotor (-), tremor (-) : karies (-) :pembesaran kelenjar limfe (-) :

: Simetris statis dinamis, tak ada bagian yang tertinggal waktu bernafas, tidak ada retraksi.

Palpasi Perkusi Auskultasi

:Sulit dinilai :Sulit dinilai :Suara dasar vesikuler +/+ normal, Suara tambahan: wheezing -/-, ronkhi -/-, hantaran -/-

Paru depan

Paru belakang

Jantung

: :Iktus kordis tidak tampak :sulit dinilai :sulit dinilai : Suara jantung I dan II normal, gallop (-) , bising (-). M1>M2, A1<A2, P1<P2

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Abdomen : Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Ekstremitas : superior Sianosis Akral dingin Oedema -/-/-/inferior -/-/-/<2 : datar, venektasi tidak ada : supel, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba. : tympani : bising usus (+) normal.

Capillary refill <2

Genital : laki-laki, kedua testis teraba, ruggae (+) normal.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Usul pemeriksaan penunjang Darah rutin (untuk mengetahui Hb, Leukosit, Trombosit, HT).

E. RESUME Sejak bulan Mei sampai Oktober2012 berat badan anak tidak ada peningkatan yang berarti, os sering di bawa ke posyandu dideket rumahnya, selama periksa ke posyandu orang tua pasien tidak pernah di rujuk ke puskesmas padahal berat badannya bila dilihat dari KMS berada pada garis kuning sejak bulan juni, sejak bulan mei pasien sering menderita penyakit seperti batuk, pilek, dan panas, hampir setiap bulan, selain itu ibu pasien juga menyatakan selama sakit sampai sekarang pasien juga mengalami susah makan atau nafsu makan kurang, lamanya sakit kurang lebih satu minggu hingga dua minggu, BAB dan BAK tidak ada keluhan, orang tua pasien selalu memeriksakann anaknya ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Bulan Oktober 2012 ibu pasien membawa ke posyandu dan di timbang berat badannya 7.5Kg setelah dicatat dalam KMS ternyata berada dalam garis kuning dan disarankan untuk kepuskesmas. Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak kurus dan rewel, tanda vital dalam batas normal. Status gizi gizi buruk. F. PASIEN CENTERED DIAGNOSIS 1. Diagnosis holistik An. T usia 16 bulan, extended family, Gizi buruk. Hubungan keluarga cukup harmonis dan hubungan dengan masyarakat sekitar terjalin baik. Status ekonomi kurang. 2. Diagnosis biologis Gizi buruk tanpa edem (berdasar BB/U z score) 3. Diagnosis psikologis Pasien tidak mengalami beban pikiran pada penyakitnya karena pasien masih balita tetapi cenderung jadi cengeng dan rewel akibat gizi buruk yang dialaminya. Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain baik dan saling mendukung. Namun pasien kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya karena ditinggal bekerja sehingga pasien diasuh oleh neneknya. 4. Diagnosis sosial, ekonomi dan budaya Pasien merupakan anggota masyarakat biasa. Belum dapat mandiri. Status ekonomi kurang karena penghasilan yang didapat dari ayah yang bekerja sebagai karyawan swasta dirasa kurang (dibawah UMR) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga terutama untuk memenuhi gizi pasien yang masih balita. Dan ayah yg merokok sehingga menambah biaya pengeluaran.

G. PENATALAKSANAAN 1) Terapi Non Farmakologis Edukasi 1. Rajin atau rutin ke posyandu sampai umur 5 tahun. Apabila ada keluhan / saran petugas medis untuk periksa ke puskesmas segera ditindak 2. Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit 3. Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak kepada orang tua 4. Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang pada balita 5. Pengenalan gejala-gejala kurang gizi/ gizi buruk pada balita. 6. Komplikasi gizi buruk pada anak 7. Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat/menyebabkan anak menderita kurang gizi 8. Pendanaan gizi keluarga. Pengaturan makan Pembagian makanan sehari untuk balita gizi buruk (umur 16 bulan) o Pagi : centong nasi, 1 porsi telur, porsi tahu, sayur bersantan, 1 potong buah ukuran sedang. (ASI tetap diberikan sebanyak, sesering dan semau anak) Pukul 10.00 : 3 buah biscuit (selingan) , agar-agar bersantan dan susu formula 60 cc o Siang : centong nasi, porsi tempe, 1 potong kecil daging, sayur bersantan. (ASI tetap diberikan sebanyak, sesering dan semau anak) Pukul 16.00 : 1 mangkok bubur kacang ijo bersantan (selingan), agar-agar bersantan dan susu formula 60 cc o Sore : centong nasi, porsi daging, porsi tempe, sayur bersantan. (ASI tetap diberikan sebanyak, sesering dan semau anak) o Susu formula 60 cc

Untuk meningkatkan BB pemberian Susu formula: 4x sehari. Susu formula + (minyak/mentega sendok makan)+ gula pasir sampai rata + air panas sampai 60cc diaduk

2) Terapi Farmakologis Asam folat 1mg 1x1 /hari sampai status gizi membaik Vitamin B complex 1x1 /hari Vitamin C 1x1 /hari

H. FOLLOW UP Tanggal 19 Oktober 2012 S : anak masih rewel, tidak mau makan/ sulit makan O: Tanda vital: TD: HR: 80x/menit RR: 32X/menit Suhu: 36,5C Status gizi BB: 7,5 Kg TB: 72,5 cm LK: 48 cm LL: 12cm Kesan : gizi buruk Status lokalis (pemeriksaan abdomen) I: Distensi (-) A: bising usus normal P: tympani P: supel, nyeri tekan (-) A: gizi buruk tanpa edem (berdasar BB/U) P: pengaturan diit tinggi kalori, tinggi protein dan tinggi lemak dan medika mentosa berupa asam folat 1x1, vitamin C 1x1, vitamin B complek 1x1 BB/U: gizi buruk BB/TB: normal

I. FOLLOW SHEET 19 Oktober 2012 Tanda vital TD: HR: 80x/menit RR: 32X/menit Suhu: 36,5C Status gizi BB: 7,5 Kg TB:72,5cm LK:48cm LL: 12cm Kesan : gizi buruk Keluhan Rencana terapi Target -Terjadi peningkatan berat badan pada anak - Dan kondisi kesehatan terjaga

- Rewel Non medikamentosa: - Tidak ada Edukasi pentingnya gizi nafsu untuk pertumbuhan dan makan kecerdasan anak kepada orang tua Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang pada balita Mengatur pola makan dan menu harian untuk balita Pendanaan gizi keluarga. Pengenalan gejala-gejala kurang gizi/ gizi buruk pada balita. Komplikasi gizi buruk pada anak Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat/menyebabkan anak menderita kurang gizi Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit Rajin atau rutin ke posyandu Medikamentosa: Asam folat 1x1 /hari Vitamin B complex 1x1 /hari Vitamin C 1x1 /hari

TAHAP III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

1. FUNGSI HOLISTIK a. Fungsi Biologis Keluarga terdiri atas penderita (An. T 16 bulan), ayah (Tn. S, 25 tahun), dua ibu (Ny. S, 22 tahun), dan nenek (Ny. N, 60 tahun) tinggal bersama dalam satu rumah. b. Fungsi Psikologis Hubungan keluarga cukup harmonis, saling mendukung, namun pasien kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya karena ditinggal bekerja sehingga pasien diasuh oleh neneknya. Anak cenderung rewel dan cengeng akibat gizi pasien. c. Fungsi Sosial Penderita dan keluarga hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan dengan masyarakat sekitar baik dan cukup aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Hubungan sosial pasien juga baik dpaat dilihat dari seringnya pasien bermain dan berbaur dengan teman sebayanya. d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Penderita adalah balita yang masih belum bisa mandiri. ibu seorang ibu rumah tangga. Ayah bekerja sebagai pegawai swata dan penghasilan tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari (dibawah UMR) terutama untuk memenuhi kebutuhan gizi anak balita, status ekonomi kurang. e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik, permasalahan diselesaikan dengan cara dimusyawarkan bersama-sama. 2. FUNGSI FISIOLOGIS Tabel 3. APGAR score keluarga An. T Kode A APGAR Tn.Y Ny.S Ny. N 1 2 buruk yang dialami

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 2 keluarga saya bila saya mendapat masalah.

Saya puas dengan cara keluarga saya 2 membahas dan membagi masalah dengan saya.

Saya puas dengan cara keluarga saya 2

menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru. A Saya puas dengan cara keluarga saya 2 mengekspresikan kasih sayangnya dan 2 2

merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll. R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 1 saya membagi waktu bersama-sama. Total (kontribusi) 9 8 9 2 1

Rata-rata APGAR score keluarga Ny. S = 9 + 9 + 9 = 9 3 Keterangan nilai APGAR : 0 : Tidak pernah / kurang 1 : Kadang kadang / cukup 2 : Hampir selalu / baik Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga An. T baik 3. FUNGSI PATOLOGIS Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Ny.S Sumber Social Cultural Patologi Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan ibadah cukup baik Economic Penghasilan keluarga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan (di bawah UMR) Education Tingkat pendidikan keluarga kurang tentang pola hidup sehat dan makanan bergizi Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, puskesmas, rumah sakit. + + Keterangan Hasil penilaian : 03 36 : Sakit : Kurang sehat

7 10 : Sehat

Kesimpulan : Terdapat fungsi patologis pada keluarga An. T yaitu fungsi ekonomi dan edukasi.

4. GENOGRAM
Ny. N

Tn.S Ny.S

An. T

Diagram 1. Genogram keluarga An. T


Keterangan :

: laki-laki : perempuan : laki-laki, perempuan meninggal

: pasien gizi buruk

: tinggal serumah

Kesimpulan : penyakit yang diderita pasien tidak ditemukan pada anggota keluarganya. Dari genogram tersebut tidak ada penyakit yang diturunkan maupun penyakit menular. 5. POLA INTERAKSI KELUARGA
Ny.S

Keterangan :
Tn. S Ny. N

: Hubungan baik : Hubungan tidak baik

An. T

Diagram 2. Pola interaksi keluarga An. T Kesimpulan : Pola interaksi dua arah antar anggota keluarga berjalan baik dan harmonis.

6. FAKTOR PERILAKU a. Pengetahuan Tingkat pendidikan keluaraga ini masih kurang, ada anggota keluarga yang tidak mengenyam bangku sekolah. Nenek pasien tidak pernah bersekolah padahal pasien diasuh oleh neneknya. Pengetahuan penderita dan keluarga tentang kesehatan, pola hidup sehat dan tentang makanan bergizi masih kurang. b. Sikap Penderita dan keluarganya sudah memiliki kesadaran tentang pentingnya kesehatan namun belum dapat menerapkan pola hidup sehat, seperti menyediakan makanan bergizi sehingga asupan gizi yang diberikan untuk pasien kurang. Ayah pasien seorang perokok sehingga menyebabkan anaknya sering terserang batuk sehingga nafsu makan menurun dan menjadikan pengeluaran lebih banyak untuk rokoknya. Selain itu uang untuk membeli rokok semakin membebani perekonomian keluarga. c. Tindakan Penderita dan keluarga segera datang berobat ke puskesmas saat sakit.

7. FAKTOR NON PERILAKU a. Lingkungan Rumah tidak tertata rapi, kebersihan kurang, ventilasi dan pencahayaan cukup. Saluran pembuangan limbah lancar, sampah keluarga dikumpulkan kemudian dibuang di TPA. Lingkungan sekitar kurang bersih. Ayah pasien seorang perokok sehingga menyebabkan anaknya sering terserang batuk sehingga nafsu makan menurun. b. Keturunan Tidak terdapat faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit penderita. c. Pelayanan Kesehatan Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah puskesmas. Biaya pengobatan pasien berasal dari keuangan keluarga karena pasien tidak memiliki kartu jaminan kesehatan masyarakat. 8. LINGKUNGAN INDOOR Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 8 x 14 m2, rumah menghadap ke timur sehingga cukup mendapatkan sinar matahari yang masuk ke rumah. Rumah tidak

memiliki pagar pembatas. Terdiri dari ruang tamu, tiga kamar tidur, satu kamar mandi, satu wc bentuk kloset leher angsa, dan ruang makan yang menjadi satu dengan dapur. Pintu masuk dan keluar ada dua, di bagian depan dan di bagian belakang rumah. Dinding terbuat batu bata yang ditutup semen namun belum di cat, lantai rumah berupa batu bata yang ditutup semen. Ventilasi dan pencahayaan rumah kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak ditutup langit-langit. Masing-masih kamar tidur dilengkapi dengan sebuah ranjang dan kasur. Perabotan rumah tangga sederhana. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air PAM. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor LPG subsidi. 9. LINGKUNGAN OUTDOOR Lingkungan sekitar rumah berupa perkampungan dengan kondisi masyarakat akrab dan baik. Rumah satu dengan yang lainnya saling berdempetan. Terdapat selokan untuk menyalurkan limbah rumah yang terdapat di belakang rumah alirannya lancar. Sampah dibuang TPA, jarang ada lalat. Rumah langsung berhadapan dengan jalan, dengan kondisi jalan sempit dan belum beraspal. Keterangan:

RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : baik 2. Fungsi Fisiologis (APGAR) 3. Fungsi Patologis (SCREEM) 4. Fungsi Genogram Keluarga 5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga 6. Fungsi Perilaku Keluarga 7. Fungsi Non Perilaku Keluarga 8. Fungsi Lingkungan Indoor 9. Fungsi Lingkungan Outdoor : sehat : ada fungsi patologis yaitu ekonomi dan edukasi : tidak ada penyakit yang diturunkan : baik : kurang : cukup : kurang : cukup

DAFTAR MASALAH 1. Masalah Medis Gizi buruk tanpa edema (berdasar BB/U). 2. Masalah Nonmedis a. Kesadaran penderita dan keluarga tentang arti penting kesehatan dan gizi pada anak masih rendah b. Pengetahuan penderita dan keluarga tentang pola hidup sehat dan makanan bergizi masih rendah c. Penghasilan keluarga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga d. Asupan makanan bergizi kurang e. Kurangnya kasih sayang dan perhatian yang diterima pasien dari keluarga

PRIORITAS MASALAH Tabel 5. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah N o Daftar Masalah P I S SB T M n 1. Kesadaran penderita dan keluarga tentang arti penting kesehatan dan gizi pada anak masih rendah 2. Pengetahuan penderita dan keluarga tentang pola hidup sehat dan makanan bergizi masih rendah 3. Penghasilan keluarga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga 4. 5. Asupan makanan bergizi kurang Kurangnya kasih sayang dan perhatian yang diterima pasien dari keluarga Keterangan : I : Importancy (pentingnya masalah) P : Prevalence (besarnya masalah) S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) T : Technology (tehnologi yang tersedia) R : Resources (sumber daya yang tersedia) 5 4 5 3 5 3 3 3 4 4 5 3 4 3 4 5 3 3 4 4 3 8.640 (IV) 30.000 (I) 3.888 (V) 5 4 4 3 4 3 4 11.520 (III) 5 4 4 3 4 R M o 5 4 19.200 (II) Ma Jumlah IxTxR

Mn : Man (tenaga yang tersedia) Mo : Money (sarana yang tersedia) Ma : Material (pentingnya masalah) Dari indikator di atas, terdapat beberapa kriteria, antara lain : 1 = tidak penting 2 = agak penting 3 = cukup penting 4 = penting 5 = sangat penting DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

Asupan makanan bergizi kurang

Penghasilan keluarga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga

GIZI BURUK ANAK

Kurangnya kasih sayang dan perhatian yang diterima pasien dari keluarga

Kesadaran penderita dan keluarga tentang arti penting kesehatan dan gizi pada anak masih rendah

Pengetahuan penderita dan keluarga tentang pola hidup sehat dan makanan bergizi masih rendah

TAHAP IV. HUBUNGAN ANTARA POLA HIDUP DAN SOSIAL EKONOMI YANG KURANG DENGAN BALITA GIZI BURUK

Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita. Indikasi Gizi Buruk Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor. Kwashiorkor memiliki ciri: edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab pandangan mata sayu rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel terjadi pembesaran hati otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut anemia dan diare

Sedangkan ciri-ciri marasmus adalah sebagai berikut: badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit wajah seperti orang tua mudah menangis/cengeng dan rewel kulit menjadi keriput jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar) perut cekung, dan iga gambang seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)

diare kronik atau konstipasi (susah buang air)

Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada anak. Berikut adalah salah satu contoh pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan menurut usia dan lingkar lengan atas. Pengetahuan orang tua tentang gizi kurang dan juga terhalang oleh adanya masalah ekonomi untuk memenuhi gizi anak-anaknya, edukasi yang dapat dilakukan adalah tetap memberikan ASI eksklusif sampai minimal 6 bulan dan selama 2 tahun ditambah makanan tambahan pendamping ASI, serta disarankan untuk rajin menghadiri posyandu guna memantau perkembangan gizi anak. Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun Negara, di samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan system pertahanan tubuh terhadap microorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit penting serta cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat 'catch up' dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat kondisi 'stunting' (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya. Yang lebih memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible ( sulit untuk dapat pulih kembali). Dampak terhadap

pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak adalah salah satu 'aset' yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang berkualitas di kemudian hari. Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa.

TAHAP V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Diagnosis holistik An. T usia 16 bulan, extended family, Gizi buruk. Hubungan keluarga cukup harmonis dn hubungan dengan masyarakat sekitar terjalin baik. Status ekonomi kurang. 2. Diagnosis biologis Gizi buruk tanpa edema (berdasar BB/U pada KMS) 3. Diagnosis psikologis Pasien tidak mengalami beban pikiran pada penyakitnya. Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain baik dan saling mendukung. 4. Diagnosis sosial, ekonomi dan budaya Pasien merupakan anggota masyarakat biasa. Belum dapat mandiri. Status ekonomi kurang

B. SARAN Saran komprehensif Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah sebagai berikut: 1. Promotif Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak kepada orang tua Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang pada balita Mengatur pola makan dan menu harian untuk balita Pendanaan gizi keluarga. Pengenalan gejala-gejala kurang gizi/ gizi buruk pada balita. Komplikasi gizi buruk pada anak Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat/menyebabkan anak menderita kurang gizi Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit Rajin atau rutin ke posyandu

2. Preventif Mengkonsumsi makanan sehat gizi seimbang dengan tinggi kalori dan tinggi protein Dengan cara pemberian makan sesering mungkin Tetep memberikan ASI sampai usia anak 2 tahun

3. Kuratif Asam folat 1x1 /hari Vitamin B complex 1x1 /hari Vitamin C 1x1 /hari

4. Rehabilitatif Ajarkan sedini mungkin anak makan duduk dengan keluarga dan taat jam makan

DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki, U. 2003, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Baduta (6-23 bulan) pada Keluarga Miskin & Tidak Miskin di Kota Bandar Lampung, FKMUI

2. FK UI. 2007, Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan kesebelas, Bagian Ilmukesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia

3. Hidayati, 2000. Status Gizi Balita Berdasarkan Karakteristik Balita dan Keluarga di Provinsi Sumatera Barat Tahun 1998, Skripsi, FKM-UI, Depok

4. Hadi, I. 2005, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Neglasari dan Kedaung Wetan, Skripsi, FKM-UI, Depok 5. Hermann, W. 2003, USDA Nutrient Database, American Journal of Clinical Nutr.

6. Hermansyah, 2002, Faktor-Faktor yang BerhubungandenganKejadian KEP AnakUmur 6-59 BulanPadaKeluargaMiskin di Kota SawahLunto, Tesis, FKMUI

7. Supriatna, N. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungandengan Status GiziAnakUsia 2460 Bulan di KecamatanRajagaluhKabupatenMajalengka, FKM-UI

8. Susanto,MKM. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT/U pada Balita Vegetarian Lakto Ovo dan Non Vegetarian di DKI Jakarta, 2008

Anda mungkin juga menyukai