Anda di halaman 1dari 11

Kanker Serviks; Skrinning-Tatalaksana By Exomed Indonesia 22/11/2010Posted in: Obstetri & Ginekologi Theresia Yinski, MD Skrining kanker serviks

s Perbedaan angka kejadian kanker serviks antara negara berkembang dan negara maju, di negara berkembang presentase kanker serviks sebesar 20 !0" sedangkan di negara maju #anya $ %", disebabkan ole# metode skrining ter#adap serviks& 'esi prakanker dapat dideteksi dengan melakukan skrining berupa usapan serviks pada semua (anita, dan kolposkopi pada (anita dengan #asil apusan yang abnormal&1 ) Gabungan pap smear, kolposkopi dan biopsi merupakan paket diagnostik yang baik untuk digunakan pada pelayanan& Beberapa metode skrining ini antara lain*)

Pap-Smear, merupakan metoda skrining yang dikenal luas, dengan sensitivitas +0" bila dikerjakan setiap ta#un, ,)" jika tiap 2 ta#un, )," bila tiap ! ta#un dan %," bila dikerjakan tiap - ta#un& Thin Prep, merupakan metoda Pap smear yang dimodi.ikasi yaitu pengumpulan sel usapan serviks di dalam /airan untuk meng#ilangkan dara#, lendir, kotoran serat memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan& 0#in prep lebi# sensiti. dibandingkan Pap smear 1)!,%" vs %),!"2 dengan spesi.isitas yang #ampir sama 1)%,2" vs )%,+"2& Pap-Net, merupakan suatu sistem interakti. komputer untuk menilai sediaan Pap smear& 3euntungan sistem ini adala# lebi# sensiti. dibandingkan tes konvensional& 4ntuk penilaian 5G67' pap net memiliki #asil lebi# baik dibandingkan pap smear 10,-- " vs 0,$!"2 dengan sensitivitas lebi# tinggi 1,%" vs )+,,"2& Tes onkoprotein yaitu langsung mendeteksi onkoprotein 8) dengan sampel dari /airan bilasan servik vagina& 6krining ini mendapatkan onkoprotein 8) positi. sebesar %0" dari penderita kanker serviks yang positi. 5P9 tipe 1%& Inspeksi visual asam asetat (IVA & Pada negara berkembang dengan keterbatasan kolposkopi, 79: dapat dilakukan dengan pembesaran menggunakan alat Gynscope atau Aviscope& 6uatu penelitian di ;esir mendapatkan #asil sensitivitas dan nilai prediksi negati. sebesar +)", dengan nilai prediksi positi. sebesar %0" untuk semua grade <76 dan +0" untuk 5G67'& ;eskipun terdapat angka positi. palsu yang tinggi namun 79: dianjurkan sebagai sarana skrining kanker serviks& 6aat ini masi# dievaluasi e.ikasi dan

cost-effectiveness 79: dalam menurunkan insidens dan mortalitas kanker serviks di daera# dengan sumber daya yang minim&,

Kolposkopi! Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan standard apabila ditemukan #asil pap smear abnormal& Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pembesaran dengan alat kolposkop untuk meli#at kelainan epitel serviks, pembulu# dara# setela# pemberian asam asetat& 6ensitivitas kolposkopi antara %+ +-" dengan spesi.isitas %) +!"&

"iagnosis :namnesis

Pada (anita yang se/ara rutin menjalani skrining, temuan yang sering adala# #asil Pap smear yang abnormal& 6e/ara klinis, gejala utama yang sering adala# perdara#an pervaginam yang abnormal, biasanya setela# koitus (postcoital leedin!"# =asa tidak nyaman di vagina, dis/#arge yang tidak berbau, dan disuria merupakan gejala yang tidak jarang terjadi& >ika tumor tumbu# dan menginvasi kandung kemi# atau rektum, dapat terjadi gejala gejala seperti konstipasi, #ematuria, .istula, dan obstruksi uretra dengan atau tanpa #idroureter atau #idrone.rosis& 'okasi tersering metastasis jau# adala# kelenjar geta# bening ekstrapelvis, #epar, paru paru dan tulang&

Pemeriksaan ?isik

Pada pasien dengan kanker serviks stadium a(al, pemeriksaan .isik dapat relati. normal& 6eiring berjalannya perkembangan penyakit, serviks akan terli#at abnormal, dengan erosi, ulkus, atau massa& :bnormalitas ini dapat meluas ke vagina& Pemeriksaan rektal dapat menunjukkan adanya massa eksternal atau dara# dari erosi tumor& Pemeriksaan bimanual dibutu#kan untuk mengeta#ui adanya metastasis pada pelvis& 8dema tungkai menunjukkan adanya obstruksi vaskular/lim.atik dari tumor& >ika penyakit melibatkan #epar, akan terdapat #epatomegali& ;etastasis pulmoner biaasanya sulit dideteksi dengan pemeriksaan .isik ke/uali jika terdapat e.usi pleura atau obstruksi bronkus&

Pemeriksaan 'ab

>ika diduga kanker serviks, #arus dilakukan pemeriksaan Pap smear Pasien #arus dikonsulkan pada ginekologis untuk dilakukan kolposkopi, biopsi langsung, dan kuretase endoserviks 6etela# diagnosis ditegakkan, #itung sel dara# lengkap dan kimia serum untuk .ungsi ginjal dan #epar #arus dilakukan untuk meli#at adanya kemungkinan metastasis&

Pemeriksaan =adiologi

>ika diagnosis suda# ditegakkan, lakukan pemeriksaan radiologi untuk mengeta#ui sta!in! dari kanker ?oto toraks dilakukan se/ara rutin untuk mengeta#ui metastasis ke paru @0 s/an abdomen dan pelvis dilakukan untuk meli#at adanya metastasis pada liver, kelenjar geta# bening, atau organ lain dan menyingkirkan adanya #idrone.rosis/#idroureter Pada pasien dengan tumor primer yang besar, pemeriksaan barium enema dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompresi rektal ole# massa tumor

$ederation of Gynecolo!y % & stetrics 1?7GO2 'ta!in! 'ystem ?7GO sta!in! system untuk kanker serviks didasarkan atas evaluasi klinis 1li#at tabel 22 Pemeriksaan .isik, kolposkopi atau biopsi, sitoskopi, endoskopi saluran /erna bagian ba(a#, 79P dan .oto t#oraks dapat digunakan untuk menentukan stadium&+ Penetapan stadium kanker serviks yang ideal adala# penetapan stadium dengan narkose&) :pabila dilakukan pembeda#an, maka penemuan pembeda#an tidak akan meruba# stadium, stadium yang digunakan tetap stadium klinik, sedangkan penemuan pembeda#an dapat digunakan untuk menentukan prognosis& 0abel 2& 6tadium kanker serviks berdasarakan kriteria ?7GO 6tadium 3eterangan 0 'esi belum menembus membran basalis 7 'esi tumor masi# terbatas di serviks IA( IA) 'esi tela# menembus membrana basalis sama atau A! mm, dengan diameter permukaan tumor sama atau A ) mm 'esi menembus membran basalis B! mm, tetapi

I*( I*)

sama atau A - mm dengan diameter permukaan tumor sama atauA ) mm 'esi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer sama atauA $ /m 'esi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer B $ /m 'esi tela# keluar dari serviks 1meluas ke parametrium dan sepertiga proksimal vagina2 'esi tela# meluas pada sepertiga vagina proksimal

77 IIA II*

777 IIIA

'esi tela# meluas ke parametrium tetapi tidak men/apai dinding panggul 'esi tela# keluar dari serviks 1menyebar ke parametrium dan atau sepertiga vagina distal2 'esi menyebar pada sepertiga vagina distal/ ba(a#

III* 'esi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul 'esi menyebar keluar dari organ genitalia ;eluas keluar rongga panggul seperti vesika dan re/tum ;eluas ke organ yang jau# Tatalaksana karsinoma serviks Pili#an terapi untuk kanker serviks adala# pembeda#an, radioterapi dan kemoterapi& ),+,10,11 6tadium 7:1 3ejadian penyebaran ke 3GB pada stadium 7:1 #anya sekitar A1" se#ingga terapi konservati. dapat memberikan #asil terapi yang /ukup baik& Pada (anita yang masi# menginginkan anak, maka pembeda#an konisasi merupakan terapi pembeda#an terpili#& Pembeda#an konservati. lainnya adala# amputasi serviks& Pembeda#an dianggap /ukup bila pada spesimen tidak dijumpai emboli di pembulu# lim.e ataupun pembulu# dara# dan tepi sayatan bebas tumor& 0indakan konservati. lainya adala# '88P 1loop electros,r!ical excision proced,re2& Penelitian prospekti.

79 I+A I+*

yang dilakukan pada stadium 7:1 yang dilakukan konisasi memberi #asil sementara yang /ukup baik& Pada pasien yang memili# untuk dilakukan terapi konservati. #arus dilakukan .ollo( up se/ara ketat& Bila jumla# anak suda# /ukup, maka pembeda#an #isterektomi totalis merupakan terapi pembeda#an yang terpili#& Pembeda#an #isterektomi radikal pada stadium 7:1 dinilai berlebi#an, karena #asil yang di/apai pembeda#an #isterektomi total dan #isterektomi radikal tidak berbeda& 6tadium 7:2, 7B dan 77: 6tadium 7:2 merupakan stadium yang relati. sangat dini dengan risiko metastasis ke 3GB antara $ 10 "& Pengobatan yang terpili# adala# #isterektomi radikal dengan lim.adenektomi pelvik bilateral& Pili#an lain dapat berupa biopsi kelenjar geta# bening, dan jika terbukti tidak ada sel ganas, maka dapat dilakukan #isterektomi nonradikal atau konisasi jika .ertilitas masi# diinginkan& 6alpingovorektomi dapat dilakukan bila pada ovarium ditemukan adanya kelainan, sedangkan pada penderita yang masi# muda sebaiknya ovarium ditinggalkan dan dilakukan ovareksis setinggi kutub atas ginjal& 5isterektomi radikal pada kanker serviks se/ara teknik dan jau#nya jangkauan pembeda#an terbagi menjadi #isterektomi radikal tipe 7, 77 dan 777& 0ipe 7 umumnya dilakukan pada kanker serviks stadium 7:2 7B1& 6edangkan untuk stadium 7B2 77: seringkali dilakukan tipe 77 atau tipe 777& :ngka #arapan #idup - ta#un se/ara keseluru#an yang diterapi dengan pembeda#an pada stadium 7B dapat men/apai +2 ", sedangkan pada stadium 77: dapat men/apai ,) "& Bila terdapat metastasis pada satu 3GB maka survival - ta#un menurun menjadi ,-", sedangkan bila metastasis mengenai dua kelenjar atau lebi# maka survivalnya menurun menjadi #anya -0 "& ;etastasis pada 3GB arteri iliaka atau para aorta mempunyai prognosis yang lebi# jelek, survivalnya #anya men/apai 20 "& ?aktor resiko pas/a pembeda#an #isterektomi radikal antara lain metastasis ke parametrium dan metastasis ke kelenjar geta# bening& Bila dijumpai ada .aktor resiko tersebut maka terapi adjuvant radioterapi ataupun kemoterapi merupakan indikasi& 3arena metastasis karsinoma serviks ke kelenjar geta# bening merupakan .aktor resiko yang sangat berpengaru# ter#adap prognosis maka deteksi metastasis ke 3GB merupakan suatu yang bermakna penting& Ceteksinya dapat dilakukan dengan sentinel lymph node yang mempunyai angka sensitivitas ,!,! ", nilai prediksi positi. +),1 " dan negati. palsu 1%,% "& 6tadium 77B, 777 dan 79:

Pengobatan terpili# adala# radioterapi lengkap yaitu radiasi eksterna dilanjutkan intrakaviter radioterapi 1 -i!h Dose .ate atau /o0 Dose .ate 2 dan kemoradiasi& =adioterapi dapat digunakan untuk pengobatan primer, pre operati., adjuvant dan paliati. 6tadium 79 B Pengobatan kanker serviks stadium 79 B #anya bersi.at paliati., radioterapi yang diberikan bersi.at radioterapi paliati.& 3anker serviks dapat menyebar se/ara invasi lokal, lim.atik, #ematogen, dan intraperitoneal& 4ntuk jenis kanker serviks small cell, penyebaran se/ara #ematogen sangat mungkin terjadi& 6e#ingga sebagai tamba#an dalam menentukan sta!in! pada pasien dengan small cell jenis neuroendokrin pada pasien pasien ini sangat dianjurkan untuk dilakukan @0 s/an tulang, #ati dan otak& 4ntuk sel kanker jenis non small-cell, sangat jarang terjadi metastasis ke otak, #ati dan tulang&11,12 Pada suatu penelitian ter#adap 11 pasien yang menderita tumor neuroendokrin dan lesi masi# terbatas pada serviks, didapatkan angka yang sangat tinggi ter#adap terjadinya metastasis ke kelenjar lim.e&10 Penatalaksanaan pada pasien ini ditentukan berdasarkan stadium, men/ari kemungkinan penyebaran ke organ lain& Pada pasien ini didapatkan kanker le#er ra#im stadium 77:, dengan kemungkinan penyebaran ke organ lain dapat disingkirkan& ;eskipun se#arusnya dilakukan @0 s/an pada tulang, #ati dan otak& Penatalaksanaan kemudian pasien dengan tumor neuroendokrin adala# dengan dilakukan operasi, radioterapi dan kemoterapi dan dianjurkan pada pasien seperti ini #arus dilakukan terapi m,ltimodal, dan kemoterapi yang utama adala# etoposide&11 4mumnya pasien dengan kanker serviks stadium 7B/77: tidak diperlukan diberikan ajuvan terapi 1kemoterapi, radiasi atau gabungan2, ke/uali bila*1!

=adikalitas operasi kurang 3GB pelvik/ paraaorta positi. 5istologik* small /ell /ar/inoma Ci..erensiasi sel buruk 7nvasi dan atau lim.otik vaskuler 7nvasi mikroskopik ke parametria

#e$erensi:

1& @ampion ;>& Preinvasive disease& 7n* Berek >6& 5a/ker <?, eds& Pra/ti/al Gyne/ologi/ On/ology& $t# 8d& P#iladelp#ia* 'ippin/ott Dilliams & DilkinsE 200-* 2%- !!-& 2& :l <a.ussi :& 5istopat#ologi/al /#allenges in assessing invasion in sFuamous, glandular neoplasia o. t#e /erviG& @urr Ciagn Pat# 200%E 12* !%$ +! !& H#ou >5, Ie ?, @#en 5H, H#ou @I, 'u DG, Jie J& :ltered ekspression o. /ellular membrane mole/ules o. 5': C=, 5': G and @C++ in /ervi/al intraepit#elial neoplasias and invasive sFuamous /ell /ar/inoma& 'i.e 6/i 200%E ),* 2%$! $+& $& 0iersma 86;, Peters ::D, 'ee ;', 9isser :P, ?leuren& =eason .or early intervention by gynae/ologist in a /lini/al .ollo( up study on /ervi/al intraepit#elial neoplasia& 8>OG 200%& available at #tpp*//(((&elsevier&/om& -& Gra/ia ::& @ervi/al /an/er& :vailable at #ttp*//emedi/ine&meds/ape&/om /arti/le/2-!-1! treatment %& 6a(aya G?, Bro(n :C& @urrent approa/#es to /ervi/al /an/er s/reening& <8>; 2001E !$$* 1%0! 0)& )& :ndrijono& 3anker serviks& Calam* 6inopsis kanker ginekologi& >akarta* Civ onkologi dep obsgin ?347 =64P<@;, 200$* !- )0& ,& :bdel 5ady 86, 8mam ;, :l Go#ary :, et al& 6/reening .or /ervi/al /ar/inoma using visual inspe/tion (it# a/eti/ a/id& 7nt > Gyne/ol Obstet 200%E +!* 11, 22& +& ;oore C5& @ervi/al /an/er& & stet Gynecol 200%E10)1-2*11-2 %1& 10& 5a/ker <?& @ervi/al @an/er & 7n* Berek >6, 5a/ker <?& Pra/ti/al Gyne/ologi/ On/ology, $t# ed& P#iladelp#ia* 'ippin/ott Dilliams & DilkinsE 200-E !!) !+-& 11& 3rivak 0&@& et al& @ervi/al and 9aginal @an/er& 7n <ovakKs Gyne/ology, 1!t# ed& P#iladelp#ia* 'ippin/ott Dilliams & DilkinsE 2002& p& 122! -& 12& 'evenba/k @& @ervi/al /an/er& 7n* 5andbook o. Gyne/ologi/ On/ology,2nd ed& Barakat ==, Bevers ;D, Gers#enson C;, 5oskins D>& 'ondon* ;artin CunitL Publis#ers 'tdE2002& p& 2!1 $) 1!& :LiL ;? dkk& 3anker serviks invasi.& Calam* Penuntun Pelayanan Pendidikan Penelitian 6ub bagian O<3O'OG7 G7<83O'OG7& Bagian Obstetri Ginekologi ?347& >akarta&1++,E,0 )&

Kanker Serviks; %pidemiologi-Klasi$ikasi By Exomed Indonesia 20/11/2010Posted in: Obstetri & Ginekologi Theresia Yinski, MD %pidemiologi 3anker serviks merupakan kanker paling sering kedua di dunia, dengan insidens dan mortalitas yang tinggi di negara berkembang& Ci negara maju terdapat penurunan angka mortalitas yang bermakna pada $0 ta#un terak#ir, angka mortalitas di 8ropa Barat sebesar !,$ dan di :merika 4tara 2,! per 100&000 (anita& Penyebab utama terjadinya penurunan ini adala# deteksi dini dan program terapi yang lebi# e.ekti.& Cibandingkan kanker ginekologi lainnya, kanker serviks umumnya mengenai (anita dengan usia yang lebi# muda&1 6ebagian kasus kanker serviks pada negara berkembang terdiagnosis pada stadium lanjut& ?aktor .aktor yang berperan dalam #al ini adala# kurang e.ekti.nya program skrining baik in.rastruktur, teknik dan organisasinya& Penyebab lain adala# .aktor geogra.is, .inansial dan budaya& Danita dengan kanker serviks tampaknya belum merasakan gejala pada stadium dini penyakit dan sebagian besar men/ari pertolongan saat merasa gejala suda# mun/ul&2 Pen&e'a' dan $aktor risiko 3anker serviks adala# kanker primer dari serviks 1kanalis servikalis dan atau porsio2& Perjalanan penyakit karsinoma sel skuamosa serviks merupakan sala# satu model karsinogenesis yang melalui beberapa ta#apan dimulai dari proses karsinogenesis yang a(al sampai terjadinya peruba#an mor.ologi #ingga tumbu# menjadi kanker invasi.& 9irus 5P9 diimplikasikan sebagai penyebab primer displasia serviks dan kanker serviks& ?aktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain #ubungan seksual pertama kali di usia muda, penyimpangan pola seksual 1multipartner2, multiparitas, ri(ayat penyakit menular seksual, merokok dan pemakaian kontrasepsi #ormonal&1 ?aktor lain yang diperkirakan adala# kurangnya asupan vitamin :&$ 6irkumsisi pada pria di#ubungkan dengan penurunan in.eksi 5P9 pada pria dan menurunkan risiko terjadinya kanker serviks pada pasangannya& Beberapa penelitian menunjukkan adanya #ubungan antara merokok dengan peningkatan risiko kanker serviks& 3arsinogenesis terdapat pada rokok dan terkonsentrasi pada mu/us seviks dan dapat berinteraksi dengan imunitas lokal&1

5P9 merupakan grup virus yang #eterogen yang mengandung closed circ,lar do, le-stranded D1A& 5P9 yang mengin.eksi serviks manusia dikategorikan menjadi 2 golongan besar* 112 tipe resiko renda#, yaitu 5P9 %b dan 11, yang ber#ubungan dengan lo0-!rade 'I/s (s2,amo,s intraepitelial lesion" tapi tidak perna# ditemukan pada kanker invasi.E 122 tipe resiko tinggi, paling sering 5P9 1% dan 1,, yang ditemukan pada -0 ,0" 67's dan +0" kanker invasi.& Dalaupun jarang, 5P9 tipe !1, !!, !-, !+, $-, -1, -2, -%, -,, -+, %,, )!, dan ,2 juga dipikirkan bersi.at karsinogenik&Peran in.eksi 579 dalam patogenensis kanker serviks belum sepenu#nya dimengerti& Penelitian menunjukkan prevalensi 5P9 lebi# tinggi pada (anita dengan seropositi. 579 dibandingkan pada (anita dengan seronegati. 579, dan prevalensi 5P9 berbanding lurus dengan kepara#an imunosupresi yang dapat diketa#ui dari jumla# @C$&Terminologi dan klasi$ikasi neoplasia intraepitelial serviks 0erminologi displasia diperkenalkan ole# =eagen dan 5ammo/ pada ta#un 1+-% yang menggambarkan perbedaan antara M/arsinoma in situM dengan lesi yang Mlebi# anaplastikM& Pada ta#un 1+)- D5O mende.inisikan displasia sebagai Mlesi dimana sebagian epitel digantikan ole# sel yang menunjukkan atipia dengan derajat yang bervariasiM& Peruba#an displasia mempunyai tingkatan ringan, sedang, dan berat& =i/#art memperkenalkan terminologi neoplasia intraepitelial serviks 1<762 untuk menggambarkan spektrum biologis dari kelainan preinvasi. skuamosa serviks& <76 terbagi atas tiga tingkat yaitu <76 1 1displasia ringan2, <76 2 1displasia sedang2 dan <76 ! 1displasia berat atau karsinoma in situ2& 6istem Bet#esda dalam melaporkan diagnosis #asil pemeriksaan sitologi serviks atau vagina dikembangkan pertama kali pada ta#un 1+,, di :merika 6erikat, pada ta#un 2001 dilakukan pemba#aruan pada sistem ini& 'esi pra kanker serviks berdasarkan sistem Bet#esda yang diperba#arui ta#un 2001 terbagi atas* 1& /o0 !rade s2,amo,s intraepithelial lesions 1/G'I/2 atau <76 1 adala# lesi berada pada 1/! epit#elium yang di tempati ole# sel yang bermetaplasia& 'esi tersebut dapat terli#at selama inspeksi visual dengan asam asetat& 2& -i!h !rade s2,amo,s intraepithelial lesions 1-G'I/2 atau <76 2 dan <76 ! adala# lesi yang berada lebi# dari 1/! kedalaman dari epit#elial servikal yang dilapisi ole# sel sel displasia& :pabila asam asetat dioleskan pada serviks akan lebi# terserap daripada pada lesi lo0 !rade, se#ingga aceto0hite lesion akan lebi# jelas terli#at& 6e/ara #istologi @7< ! di#ubungkan dengan strati.ikasi dari nukleus abnormal tanpa sitoplasma matur sepanjang ketebalan epitel, nukleus pleomor.ik dan gambaran dari virus 0art dapat terjadi peruba#an berupa cytoplasmic clearin!, iregularitas nukleus, multinukleasi, gambaran mitosis, termasuk bentuk atipik terli#at pada semua lapisan epitel dan seringkali ektensi ke /rypta super.isial endoservik& 2,%

Perbedaan dari klasi.ikasi <76 dengan Bet#esda dapat dili#at pada tabel diba(a# ini&% 0abel 1& 3lasi.ikasi <76 dan #asil pemeriksaan sitologi Bet#esda 2000

Pada klasi.ikasi sistem Bet#esda terdapat :6@46 (atypical s2,amo,s cells of ,ndetermined si!nificance" dan :6@ 5 (atypical s2,amo,s cells, cannot r,le o,t a hi!h !rade lesion" tidak dapat mengekslusi 5G67'& :6@46 merupakan suatu kategori dimana #asil pemeriksaan tidak dapat digolongkan pada sel normal atau kelainan epitel yang jelas, namun peruba#an sel tersebut mengara# pada <76& 3ejadian :6@46 pada #asil pap smear sekitar !,-"&) Pada sistem Bet#esda tidak dijumpai kategori untuk kelainan kelenjar seperti pada sel skuamosa& :ntara sel kelenjar normal dan adenokarsinoma invasi. #anya terdapat satu kategori yaitu :G46/:G@46 1Atypical Gland,lar 3ells of 4ndetermined 'i!nificance2 tidak ada ketegori glandular intraepitelial neoplasia maupun adenokarsinoma in situ, sedangkan peruba#an reakti. dimasukkan ke dalam peruba#an sel jinak& :G46 ditemukan pada 0,-" dari Pap 6mear& Cari #asil pemeriksaan Thin 5rep ditemukan 5G67' -,2 21,+", :denokarsinoma insitu 0 !,+", kanker serviks invasi. 1,$ $,!" dan #iperplasia endometrium serta karsinoma endometrium sebesar 1,! 11"&) 'esi prakanker serviks dapat mengalami regresi spontan sekitar -)" <76 1, $!" <76 2 dan !2" <76 ! akan mengalami regresi&) <amun <76 juga dapat berkembang ke tingkat yang lebi# berat, <76 1 berisiko untuk berkembang menjadi menjadi <76 ! sebesar 2-" selama kurun (aktu 2 ta#un& =isiko perkembangan <76 menjadi kanker invasi. sulit ditentukan& Dalaupun demikian, (anita dengan <76 ! yang tidak mendapatkan terapi yang ber#asil, !0 $0" akan berkembang menjadi kanker dalam kurun (aktu 20 ta#un&1

Patogenesis <76 dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari displasia ringan 1<76 12, displasia sedang 1<76 22, displasia berat dan karsinoma in-sit, 1<76 !2 untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasi.& Beberapa peneliti menemukan ba#(a !0 !-" <76 mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari <76 1/ <76 2& 3arena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progesi. dan mana yang tidak, maka semua tingkat <76 dianggap potensial menjadi ganas se#ingga #arus ditatalaksana sebagaimana mestinya& #e$erensi: 1& @ampion ;>& Preinvasive disease& 7n* Berek >6& 5a/ker <?, eds& Pra/ti/al Gyne/ologi/ On/ology& $t# 8d& P#iladelp#ia* 'ippin/ott Dilliams & DilkinsE 200-* 2%- !!-& 2& :l <a.ussi :& 5istopat#ologi/al /#allenges in assessing invasion in sFuamous, glandular neoplasia o. t#e /erviG& @urr Ciagn Pat# 200%E 12* !%$ +! !& H#ou >5, Ie ?, @#en 5H, H#ou @I, 'u DG, Jie J& :ltered ekspression o. /ellular membrane mole/ules o. 5': C=, 5': G and @C++ in /ervi/al intraepit#elial neoplasias and invasive sFuamous /ell /ar/inoma& 'i.e 6/i 200%E ),* 2%$! $+& $& 0iersma 86;, Peters ::D, 'ee ;', 9isser :P, ?leuren& =eason .or early intervention by gynae/ologist in a /lini/al .ollo( up study on /ervi/al intraepit#elial neoplasia& 8>OG 200%& available at #tpp*//(((&elsevier&/om& -& Gra/ia ::& @ervi/al /an/er& :vailable at #ttp*//emedi/ine&meds/ape&/om /arti/le/2-!-1! treatment %& 6a(aya G?, Bro(n :C& @urrent approa/#es to /ervi/al /an/er s/reening& <8>; 2001E !$$* 1%0! 0)& )& :ndrijono& 3anker serviks& Calam* 6inopsis kanker ginekologi& >akarta* Civ onkologi dep obsgin ?347 =64P<@;, 200$* !- )0&

Anda mungkin juga menyukai