Anda di halaman 1dari 34

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) Sanitasi Tempat-Tempat Umum merupakan gabungan dari dua kata dengan pengertian yang berbeda yaitu sanitasi dan Tempat-Tempat Umum. Pengertian Sanitasi menurut WHO ialah : The control of all those factors in mans physical environment with exercise a deleterious effect on his physical development, health and survival, dapat diartikan secara bebas sebagai upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh berbahaya terhadap perkembangan jasmani, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia. Sedangkan Tempat-Tempat Umum menurut Departemen Kesehatan RI adalah: Tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta, perorangan, yang dilangsungkan oleh masyarakat mempunyai tempat-tempat dan kegiatan tetap, serta memiliki fasilitas. Dari kedua pengertian tersebut dapat bahwa Sanitasi Tempat-Tempat Umum adalah suatu upaya pengendalian/pengawasan terhadap faktor-faktor yang dapat menganggu perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia yang ditimbulkan oleh tempat-tempat yang digunakan untuk kegiatan umum.

B. Peranan Sanitasi Tempat-Tempat Umum Tempat-Tempat Umum dalam masyarakat atau orang banyak berkumpul dan melakukan banyak berbagai aktifitas, mempunyai potensi besar dalam terjadinya penyakit maupun timbulnya gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan yang teratur khususnya di bidang sanitasi pada semua jenis Tempat-Tempat Umum perlu dilakukan secara baik dan benar, terus menerus dan berkesinambungan. Dengan demikian sanitasi Tempat-Tempat Umum dapat ditingkatkan, sehingga kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit dan timbulnya gangguan kesehatan lainnya melalui Tempat-Tempat Umum dapat dicegah

dan dikendalikan. Tempat-Tempat Umum yang dikelola secara saniter akan mendapat penilaian yang memuaskan diri para pengunjung. Hal ini merupakan suatu promosi yang baik dan akan sangat menguntungkan baik dari segi bisnis maupun dalam menunjang perkembangan pariwisata. Dengan demikian Sanitasi Tempat-Tempat Umum berperan dalam : 1. Menjamin keadaan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain adanya penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan limbah, sampah, perlindungan terhadap serangga dan binatang pengganggu, pencahayaan, ventilasi, yang memenuhi syarat serta terpeliharanya keadaan fisik bangunan dan fasilitasnya. 2. Memberikan jaminan psikologis pada masyarakat pengunjung maupun masyarakat sekitarnya berupa rasa aman (secure), dan kenyamanan (comfort). 3. Mempromosikan Tempat-Tempat Umum tersebut.

C. Landasan Hukum Dalam rangka pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu adanya landasan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sehingga pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan sanitasi Tempat-Tempat Umum dapat berjalan lancar. Landasan Hukum yang dapat dijadikan dasar untuk berpijak adalah : 1. UU No. 23 tahun 1992 pasal 22 pokok-pokok kesehatan 2. Kepmenkes 288/ Menkes/SK/ III/ 2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum 3. Pasal 54 UU Parawisata No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang mengatur Sertifikasi Hotel 4. PP No. 112 tahun 2007 tentang Penataan & Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 5. UU RI No. 26 tahun 2007 tentang Penata Ruang 6. Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 7. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

8. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 9. UU RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

D. Aspek-Aspek dalam Penyelenggaraan Sanitasi Tempat-Tempat Umum Untuk penyelenggaraan Usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu memperhatikan 3 aspek penting, yaitu: 1. Aspek Teknis dan Hukum Dalam penyelenggaraan Usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum petugas/ pelaksana perlu menguasai pengetahuan tentang aspek-aspek teknis dan hukum yang meliputi persyaratan hygiene sanitasi (sanitary codes) dan sanitary items. Pada dasarnya usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk kepentingan bersama yaitu baik untuk masyarakat umum maupun untuk pengusaha sendiri, demi menjamin kelangsungan usahanya. Tujuan adanya peraturan perundangan-undangan dan persyaratan TempatTempat Umum adalah untuk membatasi agar Tempat-Tempat Umum tidak membahayakan bagi masyarakat banyak, antara lain untuk mencegah terjadinya kecelakaan maupun menjalarnya suatu penyakit. Dengan adanya Peraturan Perundang-undangan akan dapat melindungi serta membantu para petugas dalam menjalankan tugasnya. Selama Peraturan Perundang-undangan banyak mengalami hambatan, hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain adalah : a. Belum adanya pengertian dari pengusaha mengenai Peraturan/Per Undangundangan yang menyangkut usaha sanitasi Tempat-Tempat Umum dalam kaitannya dengan kesehatan masyarakat b. Belum adanya pengertian serta kesadaran baik dari pengusaha maupun karyawan mengenai pentingnya usaha sanitasi Tempat-Tempat Umum untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan maupun penularan penyakit

c. Adanya sikap keberatan dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan, karena untuk memenuhi persyaratan tersebut memerlukan biaya extra d. Adanya sikap apatis dari masyarakat tentang adanya peraturan/persyaratan dari Tempat-Tempat Umum.

2. Aspek Sosial Dalam pendekatan aspek sosial perlu penguasaan pengetahuan antara lain tentang kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi dan ekonomi. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri. Untuk mempertahankan hidupnya, manusia akan bekerja sama dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan usaha sanitasi Tempat-Tempat Umum pendekatan yang digunakan dalam aspek ini adalah pendekatan edukatif : Pendekatan aspek sosial dengan pendekatan edukatif ini ditujukan kepada : a. Pengusaha dan karyawan Tempat-Tempat Umum Pendekatan edukatif yang ditujukan pada pengusaha dan karyawan bertujuan untuk memberikan pengertian dan kesadaran bahwa Tempat-Tempat Umum yang menyelenggarakan tanpa memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasinya akan dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakat, dengan demikian pengusaha dan karyawan Tempat-Tempat Umum diharapkan akan menyadari pentingnya upaya hygiene dan sanitasi berpartisipasi dalam upaya meningkatkan sanitasi Tempat-Tempat Umum. Partisipasi aktif dari pihak pengusaha sebagai unsur penentu dan pengawas langsung dari Tempat-Tempat Umum sangat diperlukan dalam rangka menjamin kesehatan karyawan, pengunjung dan masyarakat pada umumnya. Tanpa adanya partisipasi dari pengusaha maupun karyawan maka usaha peningkatan sanitasi Tempat-Tempat Umum tidak mungkin berhasil. b. Masyarakat Masyarakat umum dan masyarakat pengunjung Tempat-Tempat Umum khususnya perlu diberi pengertian dan kesadaran tentang usaha sanitasi 4

Tempat-Tempat Umum, dengan adanya pengertian dari pengunjung bahwa Tempat-Tempat Umum yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan dan menyebarkan penyakit, maka pengunjung/masyarakat akan berusaha untuk senantiasa memelihara sanitasi Tempat-Tempat Umum.

3. Aspek Administrasi dan Manajemen Sanitasi Tempat-Tempat Umum akan berhasil dengan baik apabila dalam pengelolaan dan peraturannya memperhatikan aspek administrasi dan manajemen, sebagai dasar pendekatan administrasi dan manajemen perlu memperhatikan fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

pengawasan beserta unsur-unsurnya yang menyangkut manusia, dana, bahan, cara dan teknik (5 M = Man, Money, Material, Method and Machine). Untuk mencapai hasil yang baik perlu adanya kerja sama lintas program dan lintas sector. Oleh karena itu, dalam perencanaan atau pelaksanaan program sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu melibatkan instansi/lembaga yang terkait.

BAB II KEGIATAN SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM

A. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum Sebagaimana telah disebutkan pada Bab Pendahuluan, Tempat-Tempat Umum adalah suatu tempat dimana orang banyak/masyarakat umum melakukan kegiatan baik yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta maupun perseorangan. Oleh karena itu, tempat kegiatan tersebut akan memungkinkan timbulnya penyakit, baik penyakit yang menular maupun penyakit yng tidak menular bahkan dapat juga terjadi kecelakaan. Untuk mencegah timbulnya penyakit maupun terjadinya kecelakaan di Tempat-Tempat Umum maka perlu dilakukan pengawasan dan pemeriksaan yang berkesinambungan. Yang dimaksud dengan pemeriksaan itu sendiri adalah kegiatan melihat, menyaksikan serta mengamati secara langsung di tempat serta memberikan petunjuk dan saran-saran perbaikan. 1. Tujuan Pengawasan Ada dua tujuan dalam pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. a. Tujuan Umum Untuk mewujudkan kondisi Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakir dan terjadinya kecelakaan serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya. b. Tujuan Khusus 1) Agar pengunjung Tempat-Tempat Umum menggunakan dan memelihara fasilitas sanitasi yang tersedia di Tempat-Tempat Umum tersebut. 2) Agar pengelola/penanggung jawab Tempat-Tempat Umum dengan upaya sendiri menciptakan sanitasi Tempat-Tempat Umum yang dikelolanya.

2. Ruang Lingkup Pengawasan Ruang Lingkup Sanitasi Tempat-Tempat Umum dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya, yaitu : a. Tempat-Tempat Umum yang berhubungan dengan sarana pariwisata : 1) Hotel/Penginapan 2) Kolam renang, Pemandian umum 3) Restoran/Rumah Makan 4) Bioskop 5) Taman Wisata Lainnya 6) Taman Hiburan b. Tempat-Tempat Umum yang berhubungan dengan sarana perhubungan : 1) Pasar 2) Tempat Ibadah 3) Salon Kecantikan 4) Barber Shop 5) Supermarket 6) Kantor Pos, dll. Langkah-langkah dalam pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum adalah : a. Identifikasi masalah sanitasi Tempat-Tempat Umum Bertujuan untuk mencari permasalahan hygiene sanitasi Tempat-Tempat Umum yang dilihat atau diperiksa, dengan jalan melaksanakan orientasi keadaan hygiene sanitasi secara garis besar (survey pendahuluan). Dalam mengidentifikasi masalah hygiene sanitasi Tempat-Tempat Umum, perlu dilakukan : 1) Pencatatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah umum dari Tempat-Tempat Umum adalah masalah yang dibuat secara garis besar. Adapun yang dimaksud dengan masalah umum dari Tempat-Tempat Umum adalah masalah yang menjadi ciri khas itu sebdiri adalah masalah yang tidak mudah diatasi.

Sebagai contoh : Sebuah hotel yang terletak di dekat pantai akan mengalami kerusakankerusakan khususnya barang-barang yang terbuat dari logam sehingga akan terjadi perkaratan karena uap air laut (asin). Sebuah hotel yang terletak di dekat pantai mengalami pengotoran dari luar dan lain-lain jenis lumu, serta akan mengalami gangguan dari serangga. 2) Mengadakan orientasi/observasi dengan cara : Wawancara dengan manager/petugas tempat-tempat umun Peninjauan lapangan : dimulai dari bagian luar (external area), kemudian bagi dalam (internal area) dari Tempat-Tempat Umum Penekanan orientasi/observasi dilakukan dengan menitik beratkan perhatian kepada public area (wilayah untuk umum) baik internal public area. Langkah pelaksanaan orientasi/observasi sebagaimana tersebut di atas apabila kita jabarkan lebih lanjut maka pelaksanaannya akan meliputi beberapa hal yaitu: 1) Datang ke tempat (on the spot checking) 2) Memelihara/meninjau tempat umum secara garis besar 3) Mengetahui garis besar keadaan sanitasi senyatanya 4) Identifikasi dan sensus masalah umum sanitasi 5) Dicatat dan dilaporkan

B. Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum Dalam rangka memeriksa sanitasi Tempat-Tempat Umum terdapat 2 langkah yang perlu dilaksanakan yaitu persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan. 1. Mengadakan survey wilayah Tindakan pokok yang harus dilaksanakan yaitu :

Membagi wilayah tempat umum yang akan diperiksa menjadi unit wilayah. Contoh : Hotel sebagai tempat umum maka dapat dibagi menjadi unit-unit areas, antara lain: kamar tamu, ruang tunggu, dapur, restoran hotel, dll. Pemangkas rambut dapat dibagi atas unit-unit areas antara lain : ruang tunggu, ruang pangkas, urinoir, dll. Perlu diketahui bahwa unit wilayah yang ada pada tempat umum yang satu sengan tempat umum selalu tergantung dari jenis tempat umum yang diperiksa juga tergantung dari besar kecinya tempat umum sejenis. Contoh : Tidak sejenis : Unit wilayah bioskop adalah ruang pertunjukkan dan ruang tunggu. Unit Wilayah hotel ruang tamu, ruang dapur dan kamar. Sejenis : Unit wilayah dapur hotel kecil yaitu pantry (dapur kecil) dan gudang makanan. Unit Wilayah dapur hotel besar yaitu pantry, pastry, bakery, stewarding room (ruang dapur karyawan), gudang makanan, dll.

2.

Membagi unit wilayah menjadi sub unit wilayah Unit wilayah masih dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil disebut sub unit wilayah. Contoh : Hotel mempunyai unit-unit wilayah, salah satu diantaranya adalah kamar tamu hotel. Untuk hotel yang bertingkat nasional/internasional, kamar tamu tersebut masih dapat dibagi lagi menjadi sub unit wilayah sebagai berikut, yaitu ruang tidur, kamar mandi/toilet, dll. Mencari dan menentukan sanitary item

3.

Sanitary Items

adalah semua hal yang terdapat dalam unit wilayah

Tempat-Tempat Umum, yang mempunyai nilai sanitasi (item of sanitary importance). Adapun yang dimaksud dengan item yang mempunyai nilai sanitasi adalah semua hal yang dapat dinilai dari 2 segi yaitu : a. Segi kebersihannya b. Segi persyaratan (sanitary codes) Contoh : Piring, gelas dan lain-lain adalah sanitary item, karena piring dan gelas dapat dinilai dari segi kebersihannya maupun segi persyaratannya. Piring dan gelas yang kotor tidak memenuhi kebersihan, sedangkan piring dan gelas yang tidak retak tidak memenuhi persyaratan. Untuk item-item ini sudah jelas bahwa Tempat-Tempat Umum yang satu dengan Tempat-Tempat Umum yang lain ada yang sama maupun ada yang tidak sama. Semakin besar Tempat-Tempat Umum dan semakin banyak kegiatan, maka biasanya makan banyak pula item-itemnya. Semakin besar tempat-tempat umum dan semakin banyak kegiatan, maka biasanya semakin banyak pula item-itemnya.

4.

Menyusun rancangan formulir pemeriksaan sanitasi (sanitary inspection sheet) Untuk mengadakan pemerikasaan sanitasi tempat -tempat umum, terlebih dahulu harus mempersiapkan/menyusun formulir pemeriksaan sanitasi TempatTempat Umum dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pengumpulan data tentang sanitary items yang ditemukan di unit-unit dan sub unit wilayah tempat umum. Jumlah dan jenis sanitary items yang ditemukan di masing-masing unit dan sub unit wilayah Tempat-Tempat Umum yang sama dan sejenis adalah tidak sama. Hal ini disebabkan karena hal-hal sebagai berikut : 1) Besar kecilnya tempat-tempat umum 2) Titik berat kegiatan tempat-tempat umum 3) Metode dan cara kerja yang dilakukan di tempat-tempat umum 10

4) Modernisasi peralatan yang digunkan di masing-masing tempat umum 5) Macam tamu yang dilayani (bangsa Eropa, Amerika, Thionghoa ataupun bangsa Indonesia sendiri). b. Dari data sanitary items yang diperoleh, disusun formulir pemeriksaan sanitasi (sanitary inspection sheet), formulir sanitasi Tempat-Tempat Umum tersebut minimal harus memuat : 1) Jenis tempat umum yang diperiksa 2) Nama tempat umum yamg diperiksa 3) Alamat 4) Nama pemilik/penanggungjawab 5) Jumlah karyawan 6) Surat izin 7) Pemeriksaan ke 8) Tanggal pemeriksaan 9) Unit teritorial yang diperiksa 10) Sub unit teritorial yang diperiksa bila ada 11) Pemeriksaan minggu ke berapa dan bulan yang bersangkutan 12) Ada kolom untuk penilaian kebersihan (K) dan kolom untuk pemeriksaan persyaratan (P) 13) Jumlah item yang diperiksa 14) Keadaan persyaratan (% persyaratan) dan jumlah P (-) 15) Keadaan kebersihan (% kebersihan) dan jumlah K (-) 16) Keadaan sanitasi rata-rata pada saat bulan pemeriksaan 17) Kesimpulan : maju (progress), mundur (regress) atau tetap (constant) 18) Tanggal pemeriksaan 19) Nama/tanda tangan pemeriksa Perlu diketahui bahwa formulir pemeriksaan tersebut masih dapat dilengkapi lagi. Namun kemudian dalam perhitungan mencari keadaan sanitasi pada Tempat-Tempat Umum minimal data tersebut harus ada. Contoh

11

formulir pemeriksaan sanitasi Tempat-Tempat Umumdan formulir saran-saran perbaikan dapat dilihat pada lampiran. Contoh pelaksanaan pemeriksaan : Setelah kita mengadakan langkah-langkah pemeriksaan selanjutnya adalah langkah pelaksanaan pemeriksaan. Dalam langkah pelaksanaan pemeriksaan ada 2 tindakan yang dikerjakan, yaitu : a. Penilaian 1) Pengertian penilaian Penilaian adalah pengujian dari sesuatu hal dengan menggunakan alat pengukur atau standar ukuran tertentu yang diisyaratkan. Ada 2 macam obyek pilihan, yaitu : (a) Kebersihan (clean Iness) Pada dasarnya penilaian kebersihan ini sifatnya subyektif, karen hasilnya tergantung dari masing-masing penilaian. (b) Persyaratan (sanitary codes) Penilaian persyaratan sifatnya obyektif, karena berdasarkan standar ukuran tertentu yang diinginkan. 2) Sistem penilaian (a) Membandingkan antara keadaan senyatanya (rill) dengan sesuatu standart ukuran tertentu, yang berlaku dan digunakan untuk penilaian. (b) Membandingkan hasil pengukuran dengan suatu alat pengukuran dengan standart ukur tertentu yang diinginkan. 3) Metode Penilaian Cara metode penilaian dilakukan sebagi berikut : (a) Menilai dengan cara membuat perkiraan (assumption) dan dinyatakan dalam presentase (%) (b) Menilai dengan konkrit atau mutlak dan dinyatakan dalam (-) = negative = tidak ada masalah (+) = positive = ada masalah 12

Contoh : menilai sebuah piring Piring kotor Kebersihannya positif berarti K = (+). Dengan demikian ada masalah dengan kebersihannya. Piring bersih Kebersihannya negative berarti K = (-). Dengan demikian tidak ada masalah dengan kebersihannya. Piring gompel Persyaratannya positif berarti P = (+). Dengan demikian piring tidak memenuhi persyaratan. Piring tidak gompel Persyaratannya negative berarti P = (-). Dengan demikian piring memenuhi persyaratan. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Piring yang kotor tetapi memenuhi syarat fisik : K (+) dan P (-) Piring yang kotor dan tidak memenuhi persyaratan fisik : K (+) dan P (-) Piring yang bersih dan memenuhi syarat fisik : K (-) dan P (-) Piring yang bersih tetapi tidak memenuhi syarat fisik : K (-) dan P (+) 4) Tujuan Penilaian : Tujuan penilaian adalah untuk : (a) Mendeteksi dan mengidentifikasi masalah yang ditemukan untuk segera dilakukan tindakan perbaikan (b) Mengetahui kemajuan dan kemunduran suatu usaha dalam periode tertentu (c) Mengetahui efektifitas dan efisiensi hasil usaha yang diperoleh (tepat, hemat, cepat, selamat)

13

5) Pelaksanaan Kegiatan Untuk mengetahui keadaan sanitasi TTU perlu adanya pelaksanaan penilaian. Agar keadaan sanitasi dapat dihitung. Hal-hal yang perlu diketahui dalam pelaksanaan penilaian adalah : (a) Jumlah item yang diperiksa (b) Jumlah item yang dalam keadaan bersih. Untuk itu, maka harus dihitung jumlah K (-) (c) Jumlah item yang memenuhi persyaratan. Untuk itu, maka harus dihitung jumlah P (-) Untuk jelasnya dalam menghitung keadaaxn sanitasi dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut : Rumus I : Keadaan Sanitasi
( ) ( )

Rumus II

: Keadaan Sanitasi
( ) ()

Keterangan

: K = Kebersihan (clean lines) P = Persyaratan (sanitary codes)

b.

Saran-saran perbaikan (order for improvement) penilaian

5.

Instrument Pengawasan Instrument yang dapat digunakan dalam pengawasan, yaitu : a. Instrument administrasi yang terdiri dari : 1) Formulir pendataan tempat-tempat umum 2) Kartu pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum 3) Catatan item yang diperiksa dalam pemeriksaan STTU b. Formulir laporan penyehatan TTU Contoh Instrument Administrasi adalah sebagai berikut :

14

Formulir Pendataan Tempat-Tempat Umum


No Nama dan Jenis TTU Alamat Nama pemilik/ pengelola Surat Izin No

Kartu Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum Nama tempat-tempat umum Alamat Nama pemilik/pengelola Jenis tempat-tempat umum Jumlah karyawan Surat izin no
Tanggal Pemeriksaaan Permasalahan yang dijumpai Rekomendasi Diskusi/Pembinaan : : : :

: : : : : :
Nama Petugas:

Tanda tangan Pemilik

Tanda Tangan Petugas

Item yang diperiksa dalam sanitasi tempat-tempat umum, menurut jenis tempat-tempat umum.
Jenis Tempat Umum
I. Tempat Peribadatan 1. Penyediaan air bersih 2. Jamban/Kakus 3. Peturasan/urinoir 4. Fasilitas berwudhu 5. Kebersihan dinding dan langit-langit 6. Kebersihan lantai/tikar 7. Index jentik 8. Sarana pembuangan air limbah

Kualitas

Kuantitas

Penempatan

+ + + + + + + +

+ + -

+ + -

II. Kolam Renang 1. Jamban/kakus 2. Peturasan

+ +

+ -

15

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kamar bilas Tempat sampah pH air kolam sisa khlor kolam sisa chlor bak cuci kaki sisa keseluruhan indeks jentik

+ + + + + + +

+ -

III. Pemandian Umum 1. Jamban/kakus 2. Peturasan 3. Kamar bilas 4. Tempat sampah IV. Terminal 1. Penyediaan air bersih/kamar mandi 2. WC/Urinoir 3. Sistem drainasi/saluran pembuangan air hujan 4. Pembuangan sampah 5. Sistem pembuanga air limbah V.Hotel/Penginapan 1. Kebisingan 2. Kelembaban 3. Pencahayaan 4. Penyediaan air bersih 5. Bak/tong sampah 6. Indeks jentik 7. Ruang linen/laundry 8. Kebersihan dinding/langit-langit 9. Pengawasan serangga/tikus 10. Sistem pengelolaan air limbah 11. WC/Urinoir 12. Tempat pembuangan sampah sementara

+ + + +

+ +

+ + + + +

+ + -

+ + + + + + + + + + +

+ + + -

VI. Rumah Sakit 1. Kebisingan 2. Penyediaan air bersih 3. Pencahayaan 4. Kelembaban 5. Sarana pembuangan sampah 6. Sarana pengelolaan air limbah 7. Kebersihan dinding/langit langit/lantai 8. Sarana pengelolaan air kotor/faces 9. Laundry/lynon 10. Indeks nyamuk VII.Lembaga Permasyarakatan 1. Kebisingan 2. Kelembaban 3. Pencahyaan 4. Penyediaan air bersih 5. Penyediaan air kotor 6. WC/Urinoir 7. Pengelolaan sampah 8. Indeks nyamuk

+ + + + + + + + + +

+ + + + + + + + + +

+ + + + + + + +

+ + -

-s

Catatan : + : item yang diperiksa - : item yang tidak diperiksa

16

Formulir laporan penyehatan tempat-tempat umum Puskesmas Kab/Kodya Triwulan Tahun


No. Jenis TTU

: : : I, II, III*) :
Jumlah di data Jumlah Diperiksa Cakupan pembinaan (%) Evaluasi Keberhasilan Pembinaan Peningkatan Mutu

Menyetujui Kepala Puskesmas Sanitarian Puskesmas

(...........................)

(.................................)

c. Instrument Teknis Pengawasan yang terdiri dari : 1) Pengukuran suhu dan kelembaban Alat yang digunakan adalah psychometer dan psychrochart,

Psychometer yaitu alat yang digunakan mengukur suhu dan kelembaban yang terdiri dari dua buah thermomer. Psychometer digunakan untuk mengukur kelembaban relative daripada udara. Karena mudah dipakai dan keterlitiannya lebih tinngi psychometer sering dipergunakan sebagai instrument kalibrasi untuk hygrometer yang dapat dibaca langsung. Psychometer dirakit dengan dua thermometer dan wadah cadangan salah satu thermometer ini dibalut dengan rajutan katun awalemak dan hygroskopik. Kedua thermometer dipasangkan dalam rumah yang terbuat dari serat galas. Dalam rumah ini terdapat sebuah ventilator dan mengatur perbedaan udara yang melewati kedua thermometer dengan kecepatan 2 m/det.

17

Pada pemakaian psychometer diperlukan beberapa cakram hitung atau grafik guna penentuan kelembaban a) Prinsip Pengukurannya (1) Rajutan katun pembalut wadah cadangan salah satu thermometer dinaikan dengan alat suling. Melalui ventilator, udara yang ada disekitar aparat (yang harus diukur kelembabanya) diedarkan melewati kedua thermometer. Peredaran ini mengakibatkan penguapan air suling. Semakin kering udaranya semakin banyak penguapannya. Penguapan memerlukan kalor, oleh karena itu thermometer yang basah akan menunjukan suhu yang lebih rendah dari pada thermometer yang kering. Setelah beberapa lama, tergntung pada bentuk aparatnya. Diadakan pencatan suhu kedua thermometer. Hasil pengamatan dipakai menghitung kelembaban relative dengan menggunakan grafik atau cakram hitung yang termasuk perlengkapan psychometer. (2) Perubahan pada barometer berarti perubahan kerapatan udara yang berpengaruh terhadap jumlah udara yang mengalir melalui

thermometer. Cakram hitung psychometer dilaraskan atas dasar keadaan barometer yang harus direlokasikan secara khusus. Akan tetapi perubahanya sangat kecil, koreksi ini dapat diabaikan. (3) Instrument ini harus sudah terpasang dalam runganan sekurang-

kurangnya selama 15 menit sebelum dilakukan pengamatan hingga suhu instrument. Sudah sesuai dengan suhu lingkungannya. (4) Tanpa peredaran udara yang baik yang melewati kedua termometer, dan hasil pengukurannya tidak akan sama. (5) Psychometer yang ditempatkan dalam udara yang tidak mengalir memberikan hasil pengkuran yang salah pengukuran harus diulang 3 atau sampai 4 kali untuk kontrol. Pengukuran tidak boleh dilakukan dibawah sinar matahari.

18

b) Langkah kerja psychometer adalah sebagai berikut (1) Psychometer diisi air, sehingga membasahi kapas pada ujung thermometer II, kemudian (2) Psychometer ini diputar keseluruhan h rungan/lokasi yang diperiksa selama 2 menit (konstan) (3) Baca suhu pada thermometer I (= suhu bola kering = suhu udara/ rungan), dan thermometer II (suhu bola basa). (4) Dari kedua suhu tersebut maka kelembaban dapat dicari dengan bantuan psychometer. Contoh : Suhu thermometer I Kelembaban II Pada psychochart Jadi suhu suhu udara ruangan Kelembaban = 260C = 210C = kelembaban = 64% = 260C = 640C

Jadi, batas syarat diperbolehkan untuk rungan : Suhu Kelembaban =18-260C : 40-70%

2) Pengukuran kebisingan di udara Steady noise ialah apabila bunyi tersebut monoton, sedangkan non steady noise ialah apabila bunyi tersebut berubah-ubah, lalu time varying noise apabila bising dengan tingkat bunyi berubah-ubah dengan waktu yang diatur. a) Cara Pengukuran Untuk mengukur tingkat suara diperlukan alat yang disebut Sound Level Meter (S.L.M), untuk pengukuran back ground noise level atau kebisingan di lingkungan. S.L.M disetel pada skala dB dan posisis Fast, sedangkan untuk daerah kerja (pabrik), dengan posisi slow. Dalam pengukuran Back Ground

19

Noise Level, alat hendaknya diletakan pada ketinggan 1,2-1,5 m dari tanah dan jarak di dinding permukaan yang dapat memantulkan suara tidak kurang dari 3,5 m pengukuran dilakukan 15 menit untuk setiap kurun waktu dan dibaca setiap 4 detik. Dengan demikian, hasil yang diperoleh sekitar 200-225 sempel suara. Sebelum pengukuran perlu dicatat temperature, tekanan, barometer, (bila>300m di atas permukaan laut). Inilah yang disarankan sebagai Ground Noise Level apabila ada gangguan-gangguan suara yang dapat dipisahkan maka pedoman back ground level untuk masing-masing daerah disarankan sebagai berikut: Daerah Pedesaan Pemukiman Perdagangan Industri atau central perdagangan b) Koreksi-koreksi pengukuran kebisingan (1) Timbulan suara dengan sifat yang tidak dorongan seperti pukulanpukulan dan sebagainya diambang 5 dB. (2) Suara-suara tanpa sifat-sifat khusus seperti di atas tidak perlu dikoreksi lagi. (3) Lama pengukuran pada siang hari perlu dipertimbangkan faktor koreksi sebagai berikut : Waktu pengukuran dari waktu kebisingan 100%-56% 56%-18% 6%-18% 1,8%-6% <dari 1,8 % Faktor koreksi 0 -5 -10 -15 -20 Waktu siang 38 45 52 60 malam 32 38 45 45

Pada malam hari tidak perlu dikoreksi dengan faktor koreksi ini

20

Titik lokasi pengkuran kebisingan dilingkungan hendaknya pada batas/pagar antara penduduk yang kebisingan. c) Kriteria pengambilan tindakan Tindakan untuk mengurangi kebisingan perlu dilakukan peristiwa sebagai berikut: (1) Bila tingkat kebisingan yang telah dikoreksi ternyata masih lebih dari 10 dBA dari back ground noise level (2) Bila pada malam hari kebisingan lebih dari 45dBA pada batas daerah pemukiman (3) Bila pada malam hari setiap kejadian kebisingan lebih dari 75 dBA atau 30 dBA diatas back ground noise level d) Laporan hasil pengkuran Laporan hasil pengukuran dilapangan perlu mencakup hal sebagai berikut: (1) Data tentang sumber bunyi yang diukur misal : mesin, maka perlu disebut jenis mesin, daya kecepatan putar, dan lain-lain. (2) Gambaran daerah pengukuran dengan penyebutan ukurannya. (3) Data materology, temperature, tekanan udara, (biasanya 300 meter diatas permukaan laut), kelembaban kecepatan angin. (4) Data tentang peralatan yang dipakai : warna pembuatan, nama alat, nomor seri, waktu kalibrasi terakhir. (5) Lokasi pengukuran dengan cara memberi tanda-tanda cross pada gambar denah. (6) Tempat, tanggal dan jam pengukuran mengeluh dengan pabrik/sumber

21

e)

Contoh Form Laporan: Alat yang digunakan : 1. 2. 3. Nama petugas Keterangan gambar Temperature : Tekanan : Barometer kelmbaban : Kecepatan udara : Angin :
Titik Lokasi Back ground noise level Hasil pengukuran

Nama alat : Tanggal : Jam : Pengukuran

s/d

Gambar daerah pengukuran Sumber bunyi: Jenis bunyi :

Titik lokasi

Back ground Noise level

Hasil pengukuran

3) Pengukuran Indikator-indikator pada air a) Derajat keasaman (pH) (1) Indikator yang digunakan yaitu BTB pH 7,6 AP pH 7,6 (2) Langkah-langkah : Ambil contoh air dan kemudian masukan dalam 2 tabung komparan sampai tanda garis (tabung A dan B) Tabung A tambah larutan indikator BTB 0,7 ml campuran hingga homogen Bandingkan dalam komparator dengan tabung B (tabung yang ditambah indikator) Putar piringan pH sampai mendapatkan warna yang sama Catatan : Bila pH lebih besar 7,6 memakai indikator AP

b) Sisa chlor (CL2) Ambil contoh air dan kemudian masukan dalam tabung komparator sampai tanda garis (10ml)

22

Salah satu tabung ditambah orthololisis 0,5 ml campur sampai homogen Bandingkan dalam komparator dengan blangko tabung yang ditambah orthololisis Putar piringan pH sampai mendapatan warna yang sama Catatan : Bila sisa chlor > 10 ppm sampai air diencerkan

c) Amoniak (NH4) Ambil contoh air masukan kedalam tabung komparator sampai tanda garis (10ml) Tambahkan KNa Tartrat 10% sebanyak 5 tetes tambahkan larutan Nessler 0,5 ml. Campur sampai homogen tunggu 3 menit Bandingkan warna yang terjadi dengan standar amoniak (NH4) yang ada pada alat komparator dengan blangko sempel yag tidak ditambah reagent Baca hasilnya dalam satuan ppm (mg/liter)

d) Besi (Fe) Ambil contoh air masukan kedalam tabung komperator sampai pada garis (10ml) Tunggu 1 menit setelah sebelumnya dicampur sampai homogent Tambahkan NH4CNS 20% sebanyak 1 ml dan campur sampai homogent Bandingkan warna yang terjadi dengan standar yang ada pada alat komparator dengan blangko sampel yang tidak ditambah reagent

e) Kekeruhan : Alat yang digunakan yaitu tabung nessler 100 ml (2), matt pipet/ pipet ukuran 1ml

23

Tabung nessler diisi denagn bahan periksa (sampai tadna batas) Disamping itu dibuat pemanding dengan tabung nessler yang lain dengan ukuran yang sama yang diisi dengan aquades dan ditambah dengan larutan standar SI O2 sampai memberikan kekeruhan yang sama dengan pemeriksa Catat volume standar yang dibutuhkan Kekeruhan = = ......................... mg/I Si O2 = ......................... unit skala Si O2 Catatan : Bila menggunakan tabung Nessler ukuran 50 ml perhitungannya : Kekruhan = x ml = .......................... mg/I Si O2 = .......................... unit skala SiO2 Tiap-tiap mengambil standar dari botol harus dicampur dahulu.

Standar yang dibutuhkan

4) Pengukuran tingkat kepadatan lalat pada Tempat-Tempat Umum a) Tujuan Tujuan dari pengukuran kepadatan lalat adalah untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat serta sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat. b) Persiapan pengukuran Untuk mengukur tingkat kepadatan lalat dapat digunakan beberpa cara namun cara yang paling murah, cepat dan mudahadalah dengan menggunakan fly grill. c) Pembuatan Fly Grill Fly Grill dengan panjang masing-masing 80 cm sebanyak 16-24 bilah yang telah dipersiapkan dibentuk berjajar dengan 1-2 cm pada kerangka kayu yang telah disiapkan dan sebaiknya pemasangan bilah pada kerangkanya

24

mempergunakan paku skrup sehingga dapat dibongkar pasang setelah dipakai. d) Penentuan Lokasi Lokasi pengukuran dapat dilakukan di pasar, terminal, kendaraan umum, rumah makan/restoran, hotel/losmen,dsb. e) Pengukuran populasi lalat pasar dapat dilakukan disekitar tempat pengumpulan sampah pasar, tempat/los penjual daging, beras, gula, dsb serta los penjualan makanan sudah masak. f) Pengukuran diterminal dilakukan pada tempat pengumpulan sampah di terminal atau tempat-tempat yang berdekatan penjualan makanan dan minuman. Pengukuran kepadatan lalat di hotel/losmen, restoran/rumah makan dilakukan pada bagian dapur, ruang makan, ruang berdekatan dengan tempat sampah, tempat pengumpulan sampah sederhana atau tempat pembuangan akhir sampah. g) Loaksi pengukuran ditetapkan pada jarak tertentu dengan rumah penduduk terdekat, misalanya pada jarak 10 meter, 20 meter, 30 meter, 40 meter, 50 meter, 100 meter, 200 meter dsb. h) Waktu pengukuran Populasi kepadatan lalat hendaknya dilakukan pada : (1) Setiap kali dilakukan pengendalaian lalat (sebelum dan sesudah) (2) Monitoring secara berkala yang dapat dilakukan sedikitnya 3 bulan sekali i) Peralatan pengukuran Peralatan yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat antara lain fly grill dan counter (alat untuk menghitung lalat yang hinggap di fly grill). j) Cara pengukuran Pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill didasarkan pada sifat-sifat lalat, yang kecendrungannya untuk hinggap pada tepi-tepi atau tempat-tempat yang bersudut tajam.

25

Fly Grill ditempatkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan (berdekatan dengan tempat sampah, kotoran hewan, kandang, dll) pada daerah yang akan diukur. Jumlah lalat yang hinggap selama 30 detik dihitung. Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan (1030 detik) dan 5 perhitungan tertinggi dibuat rata-rata dan dicatat dalam satu satu lokasi tertentu. Interpretasi hasil pengukuran pada setiap lokasi atau block grill adalah sbb: 0-2 3-5 : tidak menjadi masalah : perlu dilakukan pengamatan pada tempat-tempat berbiaknya lalat (tumpukkan sampah, kotoran hewan, dll) 6-20 : populasinya padat dan perlu dilakukan pengamantan di tempat berbiaknya lalat yang mungkin direncanakan upaya pengendaliannya. (tinggi/padat). >21 : populasi padat dan perlu dilakukan pengamatan terhadap tempattempat biakan lalat dan tindakan pengendalian lalat (sangat tinggi/sangat padat).

5) Pemeriksaan Ketajaman Pengliahatan Karyawan Tempat-Tempat Umum a) Manfaat pemeriksaan (1) Untuk mengetahui baik/ tidaknya ketajaman penglihatan (2) Untuk mengetahui kelainan-kelaian penglihatan yang mungkin terdapat serta harus mendapat pengobatan dan perawatan. Pemeriksaan dilakukan sekali setiap 6 bulan dan setiap saat bila mana dianggap perlu. b) Alat yang digunakan (1) Kartu Snellen ( E ) (2) Pensi/kayu pengukur jarak antara pengguna dan kartu snellen (3) Pulpen/pensil dan buku catatan/ kartu kesehatan (4) Kartu tebal untuk penutup yang tidak diteliti ( dapat juga digunakan tangan nya sendiri) 26

c) Langkah-langkah pemeriksaan (1) Jelaskan pada karyawan Tempat-Tempat Umum dilakukan penelitian penglihatan. (2) Gantungkan kartu snellen sejajar dan sangat tinggi dengan pandangan mata karyawan yang terang dan tidak menyilaukan. Ukurlah jarak lurus kedepan sejauh 6 meterr/ 20 feet antara kartu snellen dan karyawan yang diperiksa berilah tanda pada tempat tersebut dapat berdiri disana. Harus dijaga agar agar karyawan tidak menentang cahaya dan berdiri dengan tenang. Pada waktu meneliti penglihatan satu mata, pegawai harus menutup matanya yang lain dengan telapak tangannya atau dengan kartu tebal tanpa menekan mata tersebut. Mata yang diperiksa haru mengikuti/ membaca huruf yang ditunjuk pada kartu snellen. (3) Mulailah pemeriksaan mata mata kanan, kemudian yang kiri dan akhiri dengan kedua matanya. Tunjukkan huruf E dengan kayu petunjuk mulai dari atas. Cepat alihkan katu baris-baris dibawahnya. Tidak perlu semua huruf/gambar pada baris terakhir ditunjuk satu per satu secara berurutan. Jika karyawan dapat membaca dengan baik huruf abjad yang ditunjukkan tanpa membuat kesalahan lebih dari 2 kali maka lihatlah nomor dari garis itu dan inilah kemampuan penglihatan (visual). (4) Catat hasil penelitian pada kartu kesehatan/ buku catatan. (5) Bila karyawan memakai kacamata, penelitian mata lebih dahulu menggunakan kaca mata. Bila di jumpai karyawan di puskesmas, rumah sakit, dokter mata, dokter puskesmas, dokter praktek umum, untuk pemeriksaan dan kesehatan dan perawatan lebih lajut. d) Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan sanitasi Tempat-Tempat Umum (1) Tujuan (a) Mengadakan penilaian secara terus-menerus tentang keadaan sanitasi. (b) Mencari data perbandingan kedaan sanitasi pada waktu sekarang dengan keadaan sanitasi pada waktu sebelumnya. 27

(c) Memperoleh gambaran keadaan sanitasi Tempat-Tempat Umum sepanjang tahun dan seterusnya. (d) Memperoleh data yang paling mutahir guna menentukan perlu tidaknya segera dilakukan tindakan-tindakan perbaikan dari keadaan sanitasi yang mengakibatkan kemunduran. (e) Memperoleh data-data statistik untuk kepentingan penelitian dan pengembangan. (2) Cara melakukan pemeriksaan tindak lanjut (a) Berdasarkan waktu Pemeriksaan tindak lanjut secara incidental, yaitu tindak lanjut yang dilakukan setelah pemeriksaan sanitasi yang pertama dilakukan secara insidental (tidak menentu waktu). Pemeriksaan tindak lanjut secara berkala, yaitu pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan secara berkala waktu untuk melakukan pemeriksaan tindak lanjut berkala dapat berupa : mingguan, bulanan, triwulanan dsb. (b) Berdasarkan materi Pemeriksaan tindak lanjut secara umum, yaitu tindak lanjut secara umum. Pemeriksaan tindak lanjut secara khusus, yaitu pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan secara khusus, terbatas pada pemeriksaan dari sanitary item yang diserahkan dalam order for improvement (perintah tidak perbaikan, maksudnya hal-hal yang disarankan untuk diperbaiki sebagai tindak lanjut dari hasil pemeriksaan sanitasi yang lalu. Berarti tidak semua sanitary item diperiksa tetapi hanya hal-hal yang menurut hasil pemeriksaan sanitasi yang lalu madih kurang. (3) Manfaat Pemeriksaan Tindak Lanjut (a) Masalah yang ditimbulkan dapat segera diketahui dan dilakukan perbaikan serta dicarikan pemecahannya 28

(b) Kerusakan-kerusakan kecil dapat segera diketahui dan diatasi, sehingga tidak menjadi masalah yang besar dan mencegah pemborosan.

e) Evaluasi Sanitasi Tempat-Tempat Umum Evaluasi sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu dan harus diadakan. Kegunaan dari penilaian antara lain untuk mengetahui keadaan sanitasi tempat tersebut. Keadaan tempat umum dapat dikatakan baik atau jelek apabila telah diadakan perhitungan. Untuk menghitung ini diperlukan hasil data dari penilaian, adapun yang dinilai adalah semua yang terdapat di TempatTempat Umum tersebut berdasarkan atas item (+) yang berarti ada dan item (-) yang berarti tidak ada masalah

f) Sistem pencatatan dan pelaporan 1) Pencatatan Maksud pencatatan adalah pencatatan hasil survey, hasil pemeriksaan sanitasi dan hasil pemeriksaan tindak lanjut serta hasil survey evaluasi keadaan sanitasi dari objek yang diperiksa. Hal-hal yang perlu dicatat adalah : (a) Data yang dikumpulkan survey adalah hasil survey pelaksanaan sanitasi dari survey nilai

pendahuluan,

wilayah,

pengumpulan tabulasi, analisa sampai dengan kesimpulan. (b) Rata-rata nilai keadaan sanitasi yang diperoleh dari hasil pemeriksaan sanitasi maupun dari hasil tindak lanjut. (c) Data statistika, adalah data yang diperoleh sepanjang tahun dijadikan dasar pelapor. Hasil dari pencatatan dapat berbentuk tekstular (tertulis), tabel (deretan angka), matriks (perbandingan atau hubungan antara satu dengan yang lain hal), dan grafik.

29

2) Pelaporan Pelaporan mempunyai kaitan erat dengan pencatatan karena pencatatan tanpa pelaporan tidak akan bermanfaat sehingga tidak dapat dilakukan tindakan perbaikan atau pengembangan. Hal yang perlu dilaporkan adalah hasil dari pencatatan. Sifat pelapor positif aktif sedangkan sifat pelaporan positif pasif. Pelaporan sangat bermanfaat karena dapat digunakan sebagai : (a) Bahan penyusunan rencana untuk waktu yang akan datang (b) Bahan penunjang dalam meramalkan hal-hal yang akan terjadi di masa depan dengan lebih cermat dan tepat. (c) Bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah untuk mencegah kesalahan yang lalu tidak terulang kembali. (d) Bahan perbandingan keadaan yang lalu dengan keadaan sekarang.

g) Prosedur Perjanjian Untuk mendirikan suatu tempat umum harus memenuhi proses perjanjian yang telah ditetapkan. Untuk selanjutnya tingkat mutu (grading) dari tempat-tempat tersebut : 1) Prosedur Perjanjian (a) Permohonan untuk mendapatkan izin dilakukan dengan cara mengajukan permohonan tertulis kepada perangkat setempat. (b) Pengajuan pemohonan izin tersebut dilengkapi dengan Izin bangunan dari bupati atau walikota madya kepada daerah tingkat II setempat. (c) Rekomendasi yang telah mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan dan undang-undang gangguan (H.O) dari instansi yang berwenang. (d) Akte/sertifikat tanah yang sah dari kantor agraris. (e) Gambar rencana atau depan bangunan (f) Uraian prosfek pemasaran

30

(g) Surat mengenai identitas Setelah dipenuhi persyaratan-persyaratan tersebut : dinas pariwisata daerah akan mengadakan penilaian administrasi dan fisik lokasi

bangunan. Apabila persyaratan tersebut telah dipenuhi dan telah diadakan penelitian mak izin pendirian akan diberikan pemda setempat.

h) Kegiatan penyuluhan sanitasi tempat umum 1) Metode penyuluhan Harus disesuaikan dengan tujuan kesempatan yang ada, pada pelaksanaan penyuluhan dan kesempatan paling baik dari sasaran penyuluhan. Penyuluhan sanitasi Tempat-Tempat Umum dapat

dilaksankan dengan berbagai metode antara lain. 2) Teknik bimbingan dan penyuluhan pada waktu melakukan pengawasan sanitasi tempat umum. (a) Persiapan Bawalah catatan terakhir keadaan sanitasi tempat umum yang akan diawasi, Pelajari peraturan-peraturan sanitasi

(b) Pelaksanaan Adalan pengawasan sanitasi tempat umum tersebut Rumuskan masalah sanitasi yang ada Bandingkan keadaan sanitasi yang saat diperiksa dengan keadaan sebelumnya Bersikaplah ramah dengan pengelola tempat umum tersebut Berikan penjelasan terhadap keadaan sanitasi yang diharapkan Berikan penjelasan tentang akibat-akibat jika tidak mengikuti persyaratan sanitasi Tempat-Tempat Umum, baik di bidang kesehatan, administrasi, maupun ekonomi. (c) Penilaian

31

Tujuan Untuk mengetahui apakah sasaran penyuluhan mengerti dan bersikap positif terhadap materi diskusi atau tanya jawab.

Cara Observasi terhadap tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada sasaran.

Teknik ceramah dan diskusi pada kursus pengelola TempatTempat Umum, dan pada pertemuan pengelola/pengurus Tempat-Tempat Umum.

Persiapan Tentukan maksud dan tujuan ceramah Tentukan peserta yang hadir. Hal ini penting untuk menentukan materi ceramah.

Cara menyampaikan bahan serta jenis alat peraga yang akan digunakan. Siapkan materi yang akan disiapkan dalam ceramah. Misalnya dalam rangka pengadaan jamban dan peningkatan sarana air minum diTempat-Tempat Umum. Batasilah materi pada aspek program. Memberikan materi yang banyak dalam waktu yang sama dapat membingungkan peserta ceramah. Waktu yang baik dan efektif untuk satu kali ceramah tidak lebih dari 40 menit. Siapkan alat peraga yang akan dipergunakan dalam ceramah Siapkan tempat pelaksanaan ceramah. Tempat pelaksana ceramah. Tempat pelaksana ceramah hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut : Cukup luas untuk menampung jumlah pesreta yang direncanakan Pencahayaan cukup Sarana mencukupi 32

Cukup tenang (jauh dari kebisingan lalu lintas atau keributan lainnya) Pelaksanaan Dimulai dengan memperkenalkan diri menyampaikan maksud dan tujuan ceramah serta harapan-harapan yang diinginkan. Penjelasan secara sistematis tentang isi ceramah. Perlu juga diselingi dengan humor segar untuk memutuskan kembali perhatian peserta Suara tidak monoton sehingga tidak membosankan peserta Gunakan alat peraga yang tepat dan benar-benar dapat memperjelas materi yang disajikan Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta Usahakan suasana ceramah menyenagkan sehingga peserta merasa bebas bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Pada saat tertentu berilah para peserta kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Jawab setiap pertanyaan secara yakin dan jujur sehingga dapat memuaskan peserta. Ucapkan terimakasih atas perhatian dan waktu yang telah diluangkan untuk berpartisipasi dalam ceramah Setelah ceramah, beramah tamah sebentar dengan para pendengar, sebab mungkin ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat di ajukan dalam suasana ceramah resni tetapi dalam hubungan tidak resmi di ajukan. Penilaian Untuk mengetahui apakah peserta mengerti terhadap materi yang telah diberikan, setelah ceramah perlu diadakan penilaian dengan cara sbb : Mengajukan pertanyaan secara lisan tentang materi ceramah yang telah diberikan

33

Membuat angket pertanyaan yang perlu diisi oleh pendengar tanpa mencantumkan namanya Mengadakan wawancara setelah selesai ceramah dengan beberapa orang peserta Selama ceramah berlangsung mengadakan observasi

mengenai perhatian dan pertanyaan yang diajukan peserta. Hal-hal yang perlu dinilai adalah pemahaman peserta tentang materi ceramah tanggapan peserta terhadap materi ceramah dan cara penyampaianya, kegunaannya bagi peserta serta kesediaan peserta untuk menerima atau melaksanakan ide yang dikemukakan.

34

Anda mungkin juga menyukai