Anda di halaman 1dari 3

Gambaran Klinis Pasien dengan gangguan somatisasi memiliki banyak keluhan somatik dan riwayat medik yang panjang

dan rumit. Gejala-gejala umum yang sering dikeluhkan adalah mual, muntah (bukan karena kehamilan), sulit menelan, sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek (bukan karena olahraga), amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi. Seringkali pasien beranggapan dirinya menderita sakit sepanjang hidupnya. Kebanyakan pasien mempunyai riwayat pengobatan yang panjang dan sangat kompleks, baik ke pelayanan kesehatan dasar, maupun spesialistik, dengan hasil pemeriksaan atau bahkan operasi yang negatif. (buku ui) Selama perjalanan penyakit, penderita gangguan somatisasi mengeluhkan sekurangkurangnya empat gejala nyeri yaitu dua gejala gastrointestinal, satu gejala seksual dan satu gejala neurologis yang tidak dapat dijelaskan melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gejala pseudoneurologik sering dianggap gangguan neurologik namun tidak patognomonik. Misalnya gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan lokal, sulit menelan atau merasa ada gumpalan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi raba atau sakit, penglihatan kabur, buta, tuli, bangkitan atau hilang kesadaran bukan karena pingsan. (buku ui) Penderitaan psikologik dan masalah interpersonal menonjol, dengan cemas dan depresi merupakan gejala psikiatri yang paling sering muncul. Ancaman akan bunuh diri sering dilakukan, namun bunuh diri aktual sangat jarang. Jika bunuh diri memang terjadi, maka sering kali disertai dengan penyalahgunaan zat. Biasanya pasien mengungkapkan keluhannya secara dramatik, dengan muatan emosi dan berlebihan. Pasien wanita dengan gangguan somatisasi mungkin berpakaian eksibisionistik. Pasien-pasien ini biasanya tampak mandiri, terpusat pada dirinya, haus penghargaan dan pujian, serta manipulatif. (buku ui) Gangguan somatisasi sering kali disertai oleh gangguan mental lainnya, termasuk gangguan depresi berat, gangguan kepribadian, gangguan berhubungan zat, gangguan kecemasan umum, dan fobia. Kombinasi gangguan-gangguan tersebut dan gejala kronis menyebabkan peningkatan insidensi masalah pernikahan, pekerjaan, dan sosial. (kaplan) Gejalanya berkisar dari yang wajar-wajar saja, seperti muka memerah, sampai yang menakutkan, seperti nyeri dada yang hebat. Tingkatan manifestasi somatisasi ini pun ada bermacam-macam. Beberapa orang hanya mengalami sedikit gejala, sementara yang lainnya

banyak. Bila gejalanya ringan-ringan saja, somatisasi sebenarnya tidak berbahaya, "Bukankah kita semua pernah mengalami derita emosional dengan gejala fisik, seperti sakit kepala? Bedanya, pada penderita somatisasi ekstrim, gejala fisik itu dapat sampai berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya." Untuk memahami somatisasi secara benar, harus dimengerti hubungan antara perasaan (emosi), tingkah laku, dan gejala fisik awal. Pikiran dan tubuh, merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Tidak ada emosi yang dialami tanpa ditemani manifestasi fisik dari emosi itu. Demikian juga tidak akan ada sensasi fisik tanpa adanya manifestasi emosional dari pengalaman fisik itu. Jadi, mereka saling berhubungan dan tidak mungkin dipisahkan. Akibatnya, pada saat seseorang mengalami penderitaan secara emosional, misalnya pertengkaran atau permusuhan, tidak puas terhadap diri sendiri, kekecewaan atau kehilangan seseorang tanpa dukungan dari lingkaran terdekatnya, maka semua itu akan termanifestasi di badan dengan berbagai macam gejala. Contoh kasus klinis yang dilaporkan oleh Arthur J. Barsky, M.D. adalah sebagai berikut: Seorang ibu berusia 29 tahun meminta penjelasan medis karena akan menjalani operasi untuk kista di payudaranya. Ia menjelaskan bahwa kista membesar dengan cepat dan sangat menyakitkan. Saat menggambarkan keadaan payudaranya, ia menyatakan,Payudara saya menjadi sangat besar dan sangat nyeri jika disentuh dan saya hanya tidak dapat menjelaskannya lebih detail, lupakan saja. (kasus dari kaplan) Ia juga menderita nyeri punggung yang sangat mengganggu yang menjalar ke atas dan kebawah tulang belakang dan menyebabkan tungkainya tidak dapat menopang secara tibatiba, sehingga ia terjatuh. Saat membicarakan gejala tersebut, ia tampak mengkedipkan mata, dan menambahkan, Oh ada lagi; punggung saya berderak-derak. Sakitnya sangat luar biasa sehingga mengganggu aktivitas saya bersama anak-anak saya. Rasa sakit seperti itu akan menyebabkan setiap orang dapat berubah menjadi binatang buas. Ia juga mengeluh sesak napas dan batuk kering yang mengganggunya saat menaiki tangga. Riwayat medisnya dimulai pada saat menarche dengan dismenorea dan menoragia. Pada usia 18 tahun ia menjalani pembedahan eksplorasi untuk suatu kemungkinan kista ovarium dan selanjutnya menjalani operasi lain untuk dugaan adhesi abdomen. Ia juga memiliki riwayat gejala saluran kemih berulang, walaupun tidak ada organisme yang jelas ditemukan, dan ia memiliki hasil pemeriksaan yang normal untuk hipertiroid. Pada waktu yang berbeda-beda, ia mendapatkan diagnosis kolon spastik, migran, dan endometriosis.

Dua perkawinannya, keduanya dengan laki-laki alkoholik dan senang menyiksa yang menolak membayar tunjangan anak-anak, telah berakhir dengan perceraian. Ia telah kehilangan beberapa kali pekerjaan karena sering kali membolos. Selama periode saat ia merasa terpuruk, ia menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah sambil sanak saudaranya mengasuh anak-anaknya. Ia memiliki riwayat ketergantungan alkohol dan menyatakan bahwa ia mulai menggunakan analgesik karena nyeri punggungnya. Saya terus menggunakannya secara berlebihan. Pemeriksaan fisik pada saat kunjungannya ditemukan ketidakpastian pada payudaranya tetapi tidak ada massa yang jelas, dan temuan mamografi adalah normal.

Anda mungkin juga menyukai