Anda di halaman 1dari 2

January 17, 2008

Prospek Parpol Islam


Oleh : Azyumardi Azra

Bagaimana prospek Islam dalam Pemilu 2009 nanti? Ini adalah salah satu pertanyaan dari berbagai hal tentang
Islam dan politik yang diajukan kepada saya dalam panel evaluasi 2007 dan prospek Indonesia 2008-2009,
Desember lalu. Memang, tema-tema yang berkaitan dengan dinamika sosial-politik Islam di negeri ini tetap
sangat penting, khususnya bagi kalangan asing, yang punya usaha atau ingin berinvestasi di Indonesia.
Bagaimanapun, Islam atau tepatnya kaum Muslim Indonesia –terutama karena realitas demografis– tetap
merupakan salah satu faktor krusial dalam dinamika politik negara ini.

Tentu saja tidak mudah menjawab pertanyaan tentang masa depan politik Islam, tegasnya, parpol Islam,
khususnya dalam konteks Pemilu 2009. Tetapi, dari berbagai realitas dan kecenderungan parpol Islam selama
ini, kita agaknya dapat melihat ke arah mana parpol-parpol Islam bergerak yang bisa memengaruhi penampilan
dan kinerja mereka dalam Pemilu 2009 nanti.

Tampaknya parpol yang berdasarkan Islam atau menjadikan umat Islam sebagai basisnya, sejauh ini tetap tidak
memperlihatkan tanda-tanda kian menguat dan terkonsolidasi, sehingga dapat menampilkan kinerja lebih baik
dalam pergumulan politik, khususnya Pemilu 2009. Parpol-parpol ini masih tetap bergumul dengan berbagai
masalah internal, yang membuat hampir tidak mungkin bagi mereka berkembang menjadi parpol modern, kuat,
dan mampu menarik massa.

Alasannya sederhana saja. Kebanyakan parpol Islam dan berbasiskan massa Muslim terus mengalami konflik
dan perpecahan internal. Contoh paling jelas adalah PKB, yang meski berdasarkan Pancasila, berbasiskan massa
NU. Mufaraqah sejumlah politisi dan kiai khos dari PKB yang berlanjut dengan terbentuknya PKNU
tampaknya membuat warga Nahdliyin terus terbelah. Bukan tidak mungkin, PKNU berhasil menyedot
konstituen PKB secara signifikan.

Konstituen Muhammadiyah juga kian terbelah, khususnya dengan peluncuran PMB di kota kelahiran
Muhammadiyah, Yogyakarta, pada pertengahan Desember silam. Kemunculan PMB merupakan salah satu
episode puncak dari kekecewaan kalangan Muhammadiyah terhadap PAN, yang gagal memuaskan aspirasi
politik sebagian warga Muhammadiyah. Menjadi tanda tanya besar apakah PMB dapat berhasil, sementara PAN
masih berada dalam transisi yang sulit dalam masa pasca-Amien Rais.

Lalu ada PPP dan PKS, yang kelihatannya relatif stabil. Keduanya tentu saja berusaha memperluas
konstituennya, meski belum terlihat tanda-tanda meyakinkan. Dengan karakter konstituen masing-masing yang
relatif sudah mapan, agaknya sulit bagi mereka memperluas massa secara signifikan.

Di luar itu, terdapat parpol Islam yang dalam Pemilu 2004 gagal mencapai electoral threshold tiga persen.
Parpol ini, PBB, misalnya, hanya membalikkan kepanjangan namanya dari Partai Bulan Bintang menjadi Partai
Bintang Bulan agar dapat terdaftar di Depkumham dan akhirnya bisa ikut Pemilu 2009 bersama sangat banyak
parpol lama dan baru.

Mengamati perkembangan dan tendensi yang ada, jelas parpol Islam dan berbasiskan massa Muslim masih
sangat fragmented. Dan ini seolah sudah menjadi pola sejarah dalam politik Indonesia sejak Pemilu 1955.
Parpol-parpol Islam tampaknya hanya bisa bersatu melalui pemaksaan fusi yang dilakukan rezim Soeharto yang
melahirkan PPP sebagai satu-satunya partai berbasiskan Islam sepanjang masa Orde Baru yang bertarung
dengan dua partai lainnya, Golkar dan PDI.
Tetapi, pola itu kembali muncul dalam masa pasca-Soeharto, yang menyaksikan demikian banyak parpol Islam
yang ikut dalam Pemilu 1999 dan 2004. Tetapi, dalam dua Pemilu tersebut, parpol-parpol Islam gagal
mendapatkan suara secara signifikan, yang memungkinkan mereka untuk memainkan peran lebih besar dalam
pergumulan politik Indonesia. Dengan fragmentasi yang terus berlangsung sekarang ini, sulit diharapkan
mereka dapat mencapai peningkatan suara dalam Pemilu 2009 nanti.

Jika parpol-parpol Islam ingin memainkan peran lebih berarti, tidak ada alternatif lain kecuali mencoba
melakukan fusi dan merger. Hal ini dapat dilakukan di antara kelompok parpol-parpol yang memiliki
kecenderungan ideologi dan pemahaman keagamaan yang sama; katakan dengan meminjam tipologi klasik,
'tradisionalis' dan 'modernis'.

Proliferasi parpol-parpol Islam atau berbasiskan massa Muslim bukan hanya tidak menguntungkan umat Islam,
tetapi juga bangsa dan negara. Ini juga berlaku bagi parpol-parpol lain, baik yang berdasarkan agama lain
maupun berasaskan Pancasila. Jika kita dapat mengurangi jumlah parpol menjadi lebih masuk akal –katakanlah
lima sampai tujuh parpol saja– maka itu dapat membuat dinamika politik lebih sehat dan kondusif untuk
memperbaiki kesejahteraan rakyat, bukan hanya kemelimpahruahan (affluency) para politisi.

Sumber: Republika Online

Filed under Politik Hukum by Hillary

Spread the word


del.icio.us Digg Furl Reddit Help

Permalink • Print • Email • Comment

Trackback uri
http://id.buck1.com/politik-hukum/prospek-parpol-islam-380/trackback

Related Entries
• Islam Melawan Kemiskinan
• Refleksi 1 Muharam 1429 H
• NU dalam Potret Islam Toleran
• Sultan, Dukun, dan Wali
• Naik Haji

Anda mungkin juga menyukai