(5.46) Arus kolektor kira kira akan sama bentuknya seperti arus basis, asal saja transistor tidak mencapai kejenuhan. Keadaan dorongan maksimum (maximum drive condition) adalah keadaan di mana mengalir tepat cukup arus basis, sehingga tegangan keloktor didorong tepat sampai nol pada puncak negatifnya. Pada keadaan ini, akan terdapat keluaran daya maksimum. Bila kolektor didorong hingga mencapai kejenuhan, akan terjadi cacat harmonisa (clipping = pemotongan) pada tegangan beban, dan sinyal sinyal akan dipancarkan pada satu ataubeberapa harmonisa yang lebih tinggi, keadaan ini biasanya tidak dikehendaki. Harus di tekankan disini bahwa bentuk gelombang arus kolektor akan berupa akan sinusoidayang terpotong. Hanya jika transistor itu sempurna. Tetapi, halnya tidaklah demikian, karena pada frekuensi frekuensi tinggi sambungan basis emitter tidak hanya berperangai sebagai suatu perata arus (rectifier) yang sempurna, karena komponen reaktif tidak liniernya, dan perolehan arus transistor berubah ubah dengan tingkat arusnya. Sebagai akibatnya, pulsa arus yang sebenarnya mengalir pada kolektor akan menjadi pada lebih sempit dan lebih tajam bila dibandingkan dengan sinusoida yang diharapkan, dan akan mengandung lebih banyak harmonisa. Suatu analisis dari fungsi fungsi perolehan transistor hanya akan memberikan hasil hasil pendekatan yang kurang teliti, kecuali bila di gunakan model - model tidak linier yang rumit, karena itu analisis ini tidak akan di berikan disini. Tetapi, suatu analisis fouerier dari pulsa arus ideal pada rangkaian kolektor akan menunjukkan berapa banyak dari pulsa arus ini memberikan sumbangannya pada sinyal. Pulsa arus yang ideal dimisalkan berbentuk pulsa kosinus yang terpancung (truncated), yaitu sebuah gelombang kosinus yang ujung bawahnya telah dipotong. Analisis fourier dari pulsa ideal menunjukkan bahwa untuk suatu sudut konduksi yang telah di tentukan dan amplitudo pulsa puncak, Ic, arus total diberikan oleh.
199
(subskrip fund berarti fundamental atau dasar). Gambar 5.15 menunjukkan grafik dari ndc , n1, n2, n3, dan n4 terhadap sudut konduksi 0 untuk
< 180 grafik grafik ini memperlihatkan bahwa komponen komponen dasar dan dc
meningkat dengan tetap sesuai dengan meningkatnya sudut konduksi, tetapi harmonisa harmonisa kedua, ketiga, dan keempat mempunyai puncak diantara 60 dan 120. Jadi ini adalah daerah kerja yang terbaik untuk operasi perkalian frekuensi (frequency multiplication). Perbandingan dari kompenen dasar terhadap komponen dc, yang menentukan efisiensi kolektor, juga mempunyai puncak pada daerah yang sama.
bila rangakaian keluaran ditala pada frekuensi dasar, reaktansi pararelnya menjadi tak terhingga, dan hanya resistansi beban dinamik RL saja yang tertinggal di dalam rangkaian kolektor pada frekuensi dasar. Tegangan sinyal kolektor diberikan sebagai.
Di mana N1 dalam hal ini adalah nilai koefisien dasar dari bentuk gelombang arus kolektor yang sesungguhnya dalam keadaan beroperasi. Dari persamaan (5.48) tegangan dasar puncak adalah N1 IC RL. Pada keadaan dorongan penuh, besarnya tegangan dasar puncak adalah sama dengan tegangan catu Vcc.
200
Sudut konduksi
Gambar 5.15 grafik dari koefisien koefisien fourier untuk suatu gelombang
Ini menunjukkan bahwa rangkaian hanya harus di atur untuk memberikan keluaran daya RF maksimum pada suatu arus masukan dc yang minimum untuk memastikan di dapatkannya daya guna yang terbaik. Jika rangkaian tangki keluaran ditala pada suatu harmonisa yang lebih tinggi, nx semua hamonis ayang lain di hubungkan singkat, dan nx di masukkan ke dalam persamaan
201
persamaan daya yang menggantikan n1. Sebagai akibatnya efisiensi akan lebih rendah, teta[i rangakaian akan bekerja sebagai sebuah pangali frekuensi (frequensi multipliter). Daya juga terpakai pada rangkaian basis, dan sejumlah tertentu daya sinyal harus dihubungkan untuk mendorong penguat sampai keluaran maksimum. Pada keadaan keadaan dorongan maksimum, perolehan daya rangkaian dapat di hitung dari :
Keadaan keadaan sinyal pendorong biasanya dimonitor selama operasinya dengan menyediakan sebuah meter, miliampere untuk mengukur arus basis dc, dan sebuah voltmeter RF dengan pembacaan puncak untuk mengukur tegangan sinyal basis. Seuah ammeter dc di sediakan pula pada rangkaian kolektor, dan digunakan untuk menunjukkan penalaan tangki keluarab yang benar. Bila ada dorongan yang cukup pada rangkaian basis, tangki keluaran ditala melewati resonanasi, arus kolekto akan jatuh (dip) ke suatu nilai minimum pada saat tangki tepat ditala pada frekuensi pendorong. Pada frekuensi frekuensi yang lain, akan mengalir suatu arus yang lebih besar, karena pengaruh Shunt dari reaktansi tangki. Rangkaian diatur agar memberikan keluaran daya maksimum (tepat pada keadaan jenuh) tanpa menimbulkan keluaran harmonisa yang terlalu besar. Dalam analisis diatas, bias untuk basis diberikan oleh sebuah sumber luar. Hal ini sering agak menyulitkan, dan sebagai gantinya dignakan bias-sendiri yang banyak dipakai ialah penempatan suatu kombinasi paralel R-C pada kawat penghubung emitter dan transistor. Maka kapasitor itu akan diisi muatan oleh komponen dc dari arus kolektor, sehingga memberikan suatu tegangan dc untuk bias dari basis yang sebanding dengan tingkat sinyal masukan. Sebagai akibatnya, rangkaian akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis untuk perubahan-perubahan kecil pada tingkat sinyal masukan. Konstanta waktu RC dari ranglaian emitter tersebut dibuat relatif jauh lebih panjang daripada perioda frekuensi dasar.
202
5.7.2 PENGUAT KELAS C PUSH PULL Penguat kelas C menginjeksikkan energi ke dalam rangkaian tala keluaran hanya selama selang waktu yang pendek pada puncak dari perioda masukkan. Dimana penguat itu mengalirkan arus. Bekerjanya tergantung pada penimbunan energi yang cukup dalam rangkaian tala dalam sela waktu yang pendek ini, untuk memelihara osilasi keluaran selama sisa perioda tersebut. Jadi prosesnya serupa dengan efek roda- gila (flywheel) atau bandul (pendulum) dalam sistem sistem mekanis. Suatu perbaikkan yang besar dalam efisiensi pemindahan energi dan linieritas bentuk gelombang keluaran dapat diperoleh dengan mengoperasikan dua buah penguat kelas C dalam push pull yang memberikan umpan pada rangkaian keluaran yang sama. Dimana satu penguat mencatu puncak puncak positif sedangkan yang lain mencatu puncak puncak negatif. Rangakaian masukan adalah sebuah tranformator yang sekundernya ditata oleh sebuah kapasitor yang statornya terbagi dua (split stator capacitor), dengan rotor yang ditanahkan. (kapasitansi tala bersih adlah ekivalen seri dari kapasitansi kapasitansi kedua bagiannya). Emiter dari transistor pertama diberi umpan dari ujung atas rangkaian tangki masukan, sedangkan emiter transistor kedua diberi umpan yang berbeda fasa 180 terhadap yang pertama, dari ujung bawah rangkaian tangki masukan. Bersama sama dengan sambungan sambungan emmiter basis, rangkaian bias bekerja untuk memberikan suatu tegangan bias VB yang sebanding dengan rata rata dari amplitudo sinyal pendorong, dimana transistor transistor tersebut akan makin didorong ke arah cutoff; bila sinyalnya membesar. Suatu bias tetap yang paling kecil juga diberikan dari Vee, yang berguna untuk mempertahankan bias tanpa sinyal sedikit di bawah tingkat tanpa pemotongan (elipping) modulasi pada tinkat minimum. Kolektor kolektor dari kedua transistor dihubungkan ke ujung- ujung yang berlawanan dari rangkaian tangki keluaran, yang juga ditala oleh sebuah kapasitor split stator yang rotorbya ditanahkan. Arus catu kolektor disalurkan melalui sebuah sadapan tengah (center tap) pada primer transformator tangki, lewat sebuah kumparan RF (RF choke = RFC) atau induktor penyekat dan sebuah ammeter dc yang memonitot tingkat masukan daya. Beban digandengkan melalui sekunder transformator, yang juga memeberikan penyesuaian impedansi yang semestinya.
203
Bila pada masukan dipasangkan sinyal pembawa sinyal pembawa tanpa modulasi, sebagian dari sinyal tersebut akan disearahkan (rectified) oleh sambungan sambungan basis emiter.
204