Disusun oleh :
1.AGUSTINUS KOKO BUDI S
2.REDDY GEDE PUTRO
3.DIMAS SEPTIA B
4.SYAMSUL MAARIF M
5.ARDYANA SAPUTRA
6.RISKY KURNIA P
7.DWICKY HANNUKA JAYA
115030107111119
105030107111052
115030107111118
115030107111117
115030107111120
115030100111132
115030101111099
MASYARAKAT MULTIKULTURAL
1. Pengertian Masyarakat Multikultural
Dalam suatu masyarakat pasti akan menemukan banyak kelompok masyarakat yang memiliki
karakteristik berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan karakteristik itu berkenaan dengan tingkat
diferensiasi dan stratifikasi sosial. Masyarakat seperti ini disebut sebagai masyarakat multikultural.
Masyarakat multikultural sering juga disebut masyarakat majemuk.
Berikut ini adalah beberapa pengertian masyarakat multikultural.
a. Menurut Furnival
Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas
(kelompok) yang secara kultural dan ekonomiterpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan
yang berbeda satu sama lain. Menurut ilmuan ini, berdasarkan konfigurasi dan komunitas etnik
dibedakan menjadi empat kategori sebagai berikut:
1) Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang.
Merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau etnik yang mempunyai
kekuatan kompetitif tidak yang kurang lebih seimbang. Kualisi lintas etnik sangat diperlukan untuk
pembentukan suatu masyarakat yang stabil.
2) Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan
Merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas etnik dengan kekuatan
kompetitif lebih besar daripada kelompok lainnya. Atau, suatu kelompok etnis mayoritas
mendominasi kompetisi politik atau ekonomi sehingga posisi kelompok-kelompok yang lain
menjadi kecil.
3) Masyarakat mejemuk dengan minoritas dominan.
Merupakan suatu masyarakat di mana satu kelompok etnik minoritas mempunyai keunggulan
kompetitif yang luas sehingga mendominasi kehidupan politik atau ekonomi masyarakat.
4) Masyarakat majemuk dengan fragmentasi.
merupakan masyarakat yang terdiri atas sejumlah kelompok etnik, tetapi semuanya dalam jumlah
yang kecil sehingga tidak ada satu kelompok pun yang mempunyai posisi politik atau ekonomi yang
dominant. Masyarakat demikian ini sangat stabil tetapi masih mempunyai potensi konflik karena
rendahnya kemampuan pembangunan koalisi.
b. Menurut Dr. Nasikun
Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang menganut berbagai sistem nilai yang
dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya adalah sedemikian rupa
sehingga para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu
keselutuhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar
untuk saling memahami satu sama lain.
c. Menurut Pierre L. Van den Berghe
Ia tidak membuat suatu definisi khusus tentang masyarakat multikultural tetapi menyebutkan
beberapa karakteristik yang merupakan sifat-sifat masyarakat multikultural yaitu sebagai berikut.
1) Terjadi segmentasi ke dalam kelompok sub budaya yang saling berbeda.
2) Memiliki struktur yang terbagi ke dalam lembaga non komplementer.
3) Kurang mengembangkan konsensus di antara anggota terhadap nilai yang bersifat dasar.
4) Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling tergantung secara ekonomi.
b. Integrasi Berasal dari kata integration yang berarti kesempurnaan, atau keseluruhan. Maurice
Duverger mendefinisikan sebagai dibangunnya interdependensi (kesalingtergantungan) yang lebih
rapat antara anggota-anggota dalam masyarakat.
c. Disintegrasi Disebut juga disorganisasi yaitu suatu keadaan di mana tidak ada keserasian pada
bagian-bagian dari suatu kesatuan. Misal : Kasus GAM, RMS, Papua dan lain-lain. Gejala awal
disintegrasi tidak ada persamaan persepsi, norma tidak berfungsi dengan baik, terjadi pertentangan
antar norma, pemberian sanksi tidak konsekuen, tindakan masyarakat tidak sesuai dengan norma.
Terjadinya proses disosiatif; persaingan, pertentangan, kontravensi
d. Reintegrasi Atau reorganisasi yaitu suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai
baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.
3. Alternatif Pemecahan Masalah yang Ditimbulkan Oleh Masyarakat Multikultural
a. Asimilasi
Proses di mana seseorang meninggalkan tradisi budaya mereka sendiri untuk menjadi dari bagian
dari budaya yang berbeda. Dengan demikian kelompok etnis yang berbeda secara bertahap dapat
mengadopsi budaya dan nilai-nilai yang ada dalam kelompok besar, sehingga setelah beberapa
generasi akan menjadi bagian dari masyarakat tersebut
b. Self-regregation
Suatu kelompok etnis mengasingkan diri dari dari kebudayaan mayoritas, sehingga interaksi antar
kelompok sedikit sekali, atau tidak terjadi. Sehingga potensi konflik menjadi kecil
c. Integrasi
Merupakan keadaan ketika kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap konformistis,
terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, tetapi dengan tetap mempertahankan kebudayaan
mereka sendiri
d. Pluralisme
Suatu masyarakat di mana kelompok-kelompok sub ordinat tidak harus mengorbankan gaya hidup
dan tradisi mereka, bahkan kebudayaan kelompok-kelompok tersebut memiliki pengaruh terhadap
kebudayaan masyarakat secara keseluruhan
4. Sikap Kritis, Toleransi, dan Empati Sosial
Terhadap hubungan keanekaragaman dan perubahan budaya dalam menghadapi hubungan
keanekaragaman dan perubahan kebudayaan di masyarakat, dibutuhkan sikap yang kritis, disertai
toleransi dan empati sosial terhadap perbedaan-perbedaan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa sikap kritis yang harus dikembangkan dalam masyarakat yang
beranekaragam, yaitu :
a. Mengembangkan sikap saling menghargai (toleransi) terhadap nilai-nilai dan norma sosial yang
berbeda-beda dari angota masyarakat yang kita temui, tidak mementingkan kelompok, ras, etnik,
atau kelompok agamanya sendiri dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya.
b. Meninggalkan sikap primodialisme, terutama yang menjurus pada sikap etnosentrisme dan
ekstrimisme (berlebih-lebihan).
c. Menegakkan supremasi hukum, artinya bahwa suatu peraturan formal harus berlaku pada semua
warga negara tanpa memandang kedudukan sosial, ras, etnik dan agama yang mereka anut.
d. Mengembangkan rasa nasionalisme terutama melalui penghayatan wawasan berbangsa dan
bernegara namun menghindarkan sikap chauvimisme yang akan mengarah pada sikap ekstrim dan
menutup diri akan perbedaan kepentingan dengan masyarakat yang berada di negara-negara lain.
e. Menyelesaikan semua konflik dengan cara yang akomodatif melalui mediasi, kompromi, dan
adjudikasi.
f. Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan bagi setiap individu terutama para
pemegang kekuasaan dan penyelenggara kenegaraan secara formal.
mengembangkan dan melembagakan partisipasi rakyat dalam pembangunan harus diciptakan suatu
perubahan dalam persepsi pemerintah terhadap pembangunan. pembangunan haruslah dianggap
sebagai suatu kewajiban moral dari seluruh bangsa ini, bukan suatu idiologi baru yang harus
diamankan. ketiga, untuk membangkitkan partisipasi rakyat dalam pembangunan diperlukan sikap
toleransi dari aparat pemerintah terhadap kritik, pikiran alternatif yang muncul dalam masyarakat
sebagai akibat dari dinamika pembangunan itu sendiri, karena kritik dan pikiran alternatif itu
merupakan suatu bentuk dari partisipasi rakyat dalam pembangunan.
Menurut keith davis ( 1962 ; 427) partisipasi itu sendiri adalah sebagai berikut : participation is
defined as mental and emotional involvement of a person in a group situation which encourages
him to contribute to group goals and share responsibility in them. kemudian davis (1962)
menyimpulkan bahwa ; (1) participation means mental and emotional involvement; (2) motivates
persons to contribute to the situation; dan (3) encurages people to accept responsibility in activity.
Dengan terjemahan bebasnya, partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional yang
mendorong orang-orang untuk ikut ambil bagian dalam situasi dan turut bertanggung jawab dalam
kegiatan tersebut. artinya bahwa tidak hanya keterlibatan emosi dan mental dalam suatu situasi saja
yang menjadi ukuran, namun kesediaan untuk bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut merupakan hal yang mutlak harus ada.
Berkaitan dengan itu cohen dan uphoff (1977 ; 8) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan terdiri dari :
1). participation in decision making;
2). participation in implementation;
3). participation in benefits, and
4). participation in evaluation.
dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat itu dapat terjadi dalam empat tingkatan yaitu
partisipasi dalam proses pembuatan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam
pemanfaatan hasil dan partisipasi dalam evaluasi. dalam hubungannya dengan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa, dikemukakan oleh bintarto (1989 ; 27) bahwa :
pembangunan, dalam hal ini pembangunan desa pada hakekatnya adalah suatu proses
modernisasi yang mengatur masyarakat, bangsa, dan negara indonesia kearah kehidupan dan
penghidupan yang lebih baik dimasa mendatang.
sejalan dengan hal itu, uma lele (dalam supriatna, 1997 ; 67) merumuskan pembangunan sebagai
berikut :
community rural development is a improving standard of the mass of the low-income population
residing in rural areas and making the process of their development self sustaining. (pembangunan
masyarakat pedesaan sebagai upaya perbaikan standar kehidupan bagi sebagian besar penduduk
yang berpenghasilan rendah yang tinggal di daerah pedesaan seraya menciptakan pembangunan
yang berkelanjutan).
secara umum bahwa pembangunan juga merupakan usaha merubah dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat, meningkatkan secara optimal potensi sumber daya alam dan mengembangkan sumber
daya manusia dengan jalan meningkatkan kualitas hidup, keterampilan dan prakarsa dengan
bantuan dan bimbingan teknis, dana ataupun sarana produksi, sesuai dengan bidang dan kegiatan
masyarakat masing-masing. seperti yang dikemukakan oleh supriatna (2000 ; 41) bahwa :
pembangunan nasional pada prinsipnya merupakan perubahan sosial yang besar dari suatu situasi
ke situasi lain yang lebih bernilai, dari statis ke dinamis, masyarakat tradisional menuju masyarakat
industri atau modern. selanjutnya khairuddin (1992 ; 125) mengungkapkan bahwa : partisipasi dari
masyarakat luas mutlak diperlukan, oleh karena mereka itulah yang pada akhirnya melaksanakan
berbagai kegiatan pembangunan, rakyat banyak memegang peranan sekaligus sebagai obyek
dan subyek pembangunan.
menurut d.c. korten, syahrir (1988 ; 320) proses pembangunan meliputi perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan berlangsung secara terus menerus, yang meliputi :
1. pengembangan kemampuan melalui upaya peningkatan produktivitas dengan cara :
memperluas kesempatan kerja; peningkatan produksi dengan intesifikasi dan ekstensifikasi;
menggunakan teknologi tepat guna.
2. pembangunan sebagai peningkatan kualitas manusia meliputi : peningkatan kemampuan
fisik; penguasaan sumber daya alam; penguasaan pengetahuan dan teknologi.
3. pembangunan sebagai pengembangan kapasitas dengan perluasan partisipasi sebagai
pemberdayaan rakyat (empowerment), yang meliputi: desentralisasi pembangunan;
meningkatnya partisipasi dan kebebasan memilih; peningkatan peran serta lembaga swadaya
masyarakat dalam pembangunan.
dalam penyelenggaraan pembangunan, menurut sondang p.siagian (1982 ; 29-30) terdapat lima ide
pokok, yaitu :
1. pembangunan pada dirinya mengandung pengertian perubahan dalam arti mewujudkan suatu
kondisi kehidupan bernegara dan masyarakat yang lebih baik dari kondisi yang kini ada.
2. pembangunan ialah pertumbuhan yaitu kemampuan suatu negara untuk terus berkembang
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
3. pembangunan adalah rangkaian usaha yang secara sadar dilakukan oleh suatu masyarakat
serta pertumbuhan yang diharapakan akan terus berlangsung tidak akan terjadi dengan
sendirinya apalagi secara kebetulan.
4. jika diterima pendapat bahwa pembangunan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar,
konotasinya ialah bahwa pembangunan itu didasarkan pada suatu rencana yang tersusun rapi
untuk suatu kurun waktu tertentu.
5. kiranya tepat sekali dikatakan bahwa pembangunan bermuara kepada titik tertentu yang
untuk mudahnya dapat dikatakan merupakan cita-cita akhir dari perjuangan dan usaha
negara bangsa yang bersangkutan.