Anda di halaman 1dari 16

Oleh :

AULIYA EMMA CHICHI RIRIS

Sinopsis
Ketika Malin kundang kembali ke kampung halaman dan bertemu ibunya. Dia tidak mau mengakui ibunya sehingga ibunya bersumpah dan mengutuk Malin menjadi batu. Ketika Malin sudah menjadi batu, ibunya menyesal telah mengutuknya. Lalu sang ibu memanggil Malin dan mengancam akan bunuh diri apabila Malin tidak kembali. Setelah beberapa saat, Malin pun menjawab panggilan sang Bunda. Malin merasa menyesal telah menyakiti hati ibunya. Namun sang ibu menyanggah hal itu. Hal yang paling ditakutkan oleh Malin adalah apabila istrinya tahu mengenai ibunya. Kenyatannya, Putri Sabarini tidak malu mengakui ibu Malin. Datanglah seoseorang yang bertanya kepada sang dalang, Dalang, Mengapa alur ceritanya menjadi seperti ini? Dalang berkata, Saya memang pembawa cerita tapi bukan berarti para pemain harus mengikuti pola yang ada. Alasannya tanya saja pada pemainnya sendiri. Orang tersebut bertanya kepada semua pemain mengapa hal itu bisa terjadi. Awalnya, orang tersebut bertanya kepada Malin, namun Malin menyuruh bertanya kepada ibu terlebih dahulu.. Tetapi orang tersebut malah memprovokasi sang ibu. Dan akhirnya sang ibu marah dan dia menangis. Lalu sang ibu berencana akan menusuk dadanya sendiri. Orang tersebut mencegah hal itu terjadi. Sang ibu kesal karena orang tersebut mengahalangi rencananya. Namun sang ibu tetap saja keras kepala sehingga sang ibu meninggal dunia.

TEMA
KEKELUARGAAN

ALUR
MAJU

Tempat : Pesisir Pantai Ombak berdeburan dan langit berkilatan. Kapal membatu dan angin gemetaran Waktu : Malam hari Udara malam mengirinkan tangisan Suasana : Marah Malin, dosa apa setan apa. Kau tak kenal Bunda sebanyak bumi Sedih Inilah bunda, Malin. Bunda yang rela mencium kaki kau dan bahkan berubah menjadi batu supaya kau tersenyum Menyesal Tidak, Malin. Bunda tidak marah. Haru Aku merasa gembira dan bangga tapi juga merasa cemas kehilangan kalau kalian menikah.

Latar

TOKOH
1. 2. 3. 4. Malin Bunda Puteri Sarbani Orang

MALIN
Sombong : Tidak. Aku tidak punya bunda seperti engkau Sadar diri : Tidak bunda. Biarlah Malin tetap menjadi batu. Menjadi batu tidak akan berubah. Menyesali Kesalahan : Batulah aku, batulah aku betapa durhakanya aku kepada bunda Penakut : Aku sangat mencintai puteri Sarbini, istriku. Aku takut.. Tidak suka dikasihani : Pulanglah. Aku tak perlu belas kasihanmu.

BUNDA
Mudah tersulut amarah : Malin, dosa apa setan apa. Kau tak kenal bunda sebannyak bumi Penyayang : aku menjaga nafasku untuk mencium kau Tidak Pembenci : Untuk apa bunda mempertaruhkan nyawa kalau untuk membenci kau Rela bekorban : Bunda yang rela kakinya berdarah-darah, naik turun gunung Pantang Menyerah : Bunda sabar menunggu ratusan malam Menyalahkan diri sendiri : Badan ini memang tak layak menjadi seorang bunda

PUTERI SARBINI
Rendah Hati : Siapakah malu mengakui kalau sang bunda melarat atau tak waras Patuh : Aku menyertai uda adalah untuk mencium kaki bunda

ORANG
Semaunya sendiri : Bunda, jangan kotori kisah ini dengan ceceran darah Rasa ingin tahu tinggi : pak tua, mengapa ceritanya jadi seperti ini?

Gaya bahasa
1.Hiperbola : - Si Malin Kundang telinga terbakar,hati terbakar - kemarahan bunda yang paling dalam telah menggetarkan langit dan lengan langit. - sang bumi pun telah beruntun menyerbu. 2. Personofikasi :- Halilintar mencambuk lautan - ketika bapak kau ditelan gelombang - air laut siap mencatat - ombak lara mendesah. 3. Asosiasi : - laksana layang-layang camar bercermin di alun tenang - laksana sujud air laut pada pasir pantai

Sudut Pandang

Orang ketiga serba tahu

Amanat
Janganlah durhaka kepada ibu,sesungguhnya Ibu adalah segalanya Dan janganlah durhaka kepada ibu kita karena apabila ibu sudah marah dan kesal kepada kita maka doa/ucapan ibu akan terkabulkan. RIDHO ORANG TUA ADALAH RIDHO ALLAH

Unsur ekstrinsik
Biografi penulis M.S. Nugroho adalah seorang bapak yang bekerja sebagai penulis naskah drama. Naskah drama yang telah ditulis diantaranya adalah Wewe Gombel dan Malin. Pada lomba Penulisan Naskah Drama Remaja Dewan Kesenian Jawa Timur 2008 naskah drama Wewe Gombel mendapatkan juara 3 dan naskah drama Malin masuk nominator.

Nilai Budaya : merantau ketika sudah dewasa kutukan Nilai Sosial : hubungan anak dengan ibu nya hubungan suami dengan istri hubungan istri dengan ibu mertua Nilai Ekonomi : hidup melarat

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai