Anda di halaman 1dari 5

Temen2 jangan lupa tugas Rekjal 02 dari Bu Titi 1.

Cari gambar alinyemen horizontal dan vertikal dari jalan tol Jagorawi dan Jakarta-Cikampek 2. Cari klasifikasi jalan berdasarkan UU terbaru 3. Buat diagram superelevasi (9) Yang No (1) dan (2) dikumpulin ke email gue erfanbalya@gmail.com format nama filenya nim_nama.doc contoh: 15010072_erfan balya.doc terakhir pengumpulan minggu jam 21.00 Yang No (3) dikumpulin senin

Jalan Tol Jagorawi adalah jalan tol pertama di Indonesia yang mulai dibangun pada tahun 1973, menghubungkan Jakarta-Bogor-Ciawi. Jalan tol ini dibangun dengan biaya Rp350.000.000,00 per kilometer pada kurs rupiah ketika itu.[1] Jalan tol sepanjang lebih kurang 60 km ini diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978. Saat diresmikan, jalan tol tersebut baru ruas Jakarta-Citeureup saja, dengan karyawan 200 orang.[2] Jalan tol Jagorawi merupakan jalan tol pertama yang didanai APBN dari pinjaman luar negeri, kemudian pengelolaannya diberikan kepada PT. Jasa Marga sebagai modal awal perusahaan tersebut dan merupakan penyertaan pemerintah.[3] Jalan tol Jagorawi dikelola oleh PT. Jasa Marga Indonesia. Jagorawi sendiri merupakan singkatan kata dari (Ja)karta - Bo(gor) - Ci(awi). Jalan tol ini melintasi Kota Jakarta Timur, Kota Depok, Kabupaten Bogor, dan Kota Bogor.

[sunting] Sejarah

Pemandangan di jalan tol Jagorawi

Tahun 1973, Pemerintah mulai membangun jalan bebas hambatan pertama yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor. Ketika masih dalam tahap pembangunan, jalan tol Jagorawi ini belum berstatus sebagai jalan tol. Ketika jalan tersebut selesai dibangun, pada tahun 1978, Pemerintah RI memikirkan agar biaya pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan tersebut dapat dilakukan mandiri tanpa membebani anggaran Pemerintah RI. Untuk itu, Menteri Pekerjaan Umum ketika itu, Ir. Sutami mengusulkan kepada Presiden RI agar ruas jalan Jakarta-Bogor tersebut dijadikan jalan tol.[2] Maka 2 pekan sebelum jalan tol Jagorawi diresmikan penggunaannya, persisnya pada 25 Februari 1978, terbit PP No. 4 tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian Persero yang mengurusi dan mengelola infrastruktur jalan raya. Dari situlah, kemudian lahir badan usaha persero PT Jasa Marga (Persero) pada 1 Maret 1978, sepekan sebelum jalan tol Jagorawi diresmikan.[1] Dari Maret-Agustus ruas Jagorawi telah dilebarkan dari tiga jalur menjadi empat jalur dari Jakarta hingga Citeureup, sisanya dari Citeureup sampai Ciawi menjadi tiga jalur dan Bogor sampai Ciawi masih dua jalur. Jalan tol ini dilengkapi pula oleh lima tempat istirahat yakni di

tempat istirahat kawasan Taman Mini Indonesia Indah (KM 6), tempat peristirahatan Cibubur Square di (KM 11) dan tempat istirahat Sentul (KM 35) untuk arah Jakarta ke Bogor/Ciawi. Sebaliknya dari Bogor/Ciawi, tempat peristirahatan akan ditemui di tempat istirahat Bogor (KM 39), tempat istirahat Cimanggis (KM 19,5), dan tempat istirahat Cibubur (KM 12).[4] Jagorawi (Jakarta Bogor Ciawi), Merupakan Jalan Tol pertama yang dioperasikan oleh Jasa Marga pada tahun 1978. Jalan Tol dengan total 59 km ini, menghubungkan antara Jakarta, Cibubur, Citeureup, Bogor, serta Ciawi. Pengoperasian Jagorawi menjadi tonggak sejarah kelahiran PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebagai perusahaan pengembang dan operator jalan tol di Indonesia. Saat ini Jalan Tol Jagorawi tersambung dengan berbagai ruas jalan tol lain, yaitu; Jalan Tol Dalam Kota, Jalan tol Lingkar Luar Jakarta, dan Bogor Ring Road. Jagorawi menjadi masterpiece dikarenakan struktur konstruksi yang masih prima serta dan penataan landscape yang hijau yang memberikan suasana segar bagi pengguna jalan tol. Kini Jalan Tol Jagorawi terus mengalami perubahan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada pengguna jalan, diantaranya; pelebaran jalan tol, pemindahan Gerbang Tol ke Cimanggis, hingga Penambahan Sarana Tempat Istirahat. Jumlah pegawai : 731 orang Alamat : Jl. Raya Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, 13560 Telepon : (62-21) 841 3632, 840 0732 Email : jagorawi@jasamarga.co.id Pertumbuhan volume lalu lintas 2006 - 2010 Tol Jagorawi rata-rata per hari/kr

Menurut teori planologi yang sudah ada puluhan tahun lalu, kota seharusnya tumbuh memanjang, bukan concentris. Pertumbuhan concentris, dimana kota bertumbuh dalam bentuk lingkaran yang makin besar menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas. Ditinjau dari pandangan geometri, karena gerakan / aliran lalu lintas ke arah pusat kota, maka terjadi pemampatan. Salah satu solusinya, pindahkan pusat2 kegiatan ke suatu garis lurus. Yang sudah ada, Tol Jagorawi.

Penataannya sbb: Di sisi kiri dan kanan jagorawi dibangun MRT, dan busway, rute bolak balik jakarta bogor Km ke 0 - 5 disisi kiri dan kanan jagorawi, peruntukannya: pusat2 kegiatan seperti yang sekarang di jalan2 utama jakarta (pemerintahan, bisnis, hotel dsb) Km ke 5 - 6 disisi kiri dan kanan jagorawi, peruntukannya: hutan kota, sebagai tameng polusi udara dari area pusat2 kegiatan. Km ke 6 - 16 di sisi kiri dan kanan jagorawi, peruntukannya: hunian Dari stasiun2 terpadu (MRT, busway, kendaraan kecil pengumpan / feeder) sepanjang jagorawi, dibuat jalan kearah pemukiman. Jadi tampak atasnya seperti tulang ikan, jagorawi sebagai tulang punggung dan jalan2 feeder sebagai tulang rusuk. Kepada supporter-wwf yang lulusan planologi dan membaca ini, tolong masukannya untuk penyempurnaan. Kalau sudah sempurna kita ajukan ke Presiden dan Gubernur DKI dan Jabar Untuk milis ini yang sudah mensosialisasikan ide ini, kita sediakan lahan untuk posko wwf di km ke 5 - 6 (peruntukan hutan kota)...

Gan, sekedar share saja dari pandangan dan opini ane sebagai mahasiswa Teknik Sipil, yang kebetulan pernah kuliah Perancangan Geometri Jalan yang mana merupakan dasar ilmu dari perancangan semua jalan raya, termasuk jalan tol. Begini gan, alur dari perancangan jalan tol: 1. Pembuatan kebijakan dari Kementrian Perhubungan dan Kementrian Pekerjaan Umum mengenai perancangan Jalan Tol dan produk peraturan-peraturan berupa Standar Geometrik Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Tol, Perencanaan perkerasan mengacu kepada Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-142003) dan Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pd T-01-2005-B), untuk perencanaan drainase mengacu kepada Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan (SNI-03-3424-1994). Dan semua aturan tersebut selalu mempunyai latar belakang "keselamatan pengguna jalan", 2. Perancang jalan (umumnya konsultan) selalu memperhatikan peraturan tersebut, sehingga semua faktor yang ada dalam perancangan alinemen jalan (horizontal maupun vertikal) tidak pernah menghiraukan faktor keselamatan pengguna jalan (katanya, umumnya insinyur Indonesia selalu menerapkan Safety Factor tertinggi dalam perancangan jalan untuk kawasan Asia), 3. Pembuat jalan (umumnya kontraktor, baik BUMN maupun swasta) idealnya tidak akan melanggar peraturan-peraturan pembangunan jalan yang telah ada, dan rancangan jalan dari konsultan perancang harus direalisasikan, tidak lebih tidak kurang. Namun kenyataaannya di Indonesia, banyak pelaku kontraktor jalan sering menelan sebagian besar dari anggaran Pemerintah, selaku pemilik proyek jalan. Jadi tidak mengherankan, banyak kasus korupsi terkait proyek jalan raya. Berbeda ceritanya dengan jalan tol, dimana proses pengawasan dari Kementrian PU sangat ketat. Mengingat investasi pembangunan jalan tol yang tidak sedikit (milyaran hinggi triliunan) dan selalu berasal dari pos anggaran Pemerintah Pusat. Saya tidak

yakin bila tidak ada korupsi dalam proyek jalan tol, namun hasil fisik perkerasan dan alinemen jalan tol di Indonesia berkualitas tinggi, 4. Operator jalan tol, yakni PT. Jasa Marga tidak serta merta bisa menjadi tersangka dari banyaknya kecelakaan di Jalan Tol Cipularang. Dikarenakan selalu ada road safety inspector dari Dinas Perhubungan yang selalu memantau keberadaan dan pemeliharaan infrastruktur penunjang keselamatan di jalan tol.

Bagi para pembuat kebijakan, perancang, kontraktor hingga operator jalan tol, akan menjadi beban tanggung jawab bagi mereka ketika terjadi kecelakaan kendaraan. Karena jalan tol adalah produk mereka, dan sangat berkaitan dengan nyawa manusia. Namun sekali lagi, itu hanyalah idealisme semata dari ilmu ini. Sejak tinggal diluar kota Jakarta. Padahal masih mengajar di salah satu SMA Negeri di Jakarta Utara. Setiap hari kerja Senin sampai Jumat saya menjadi pengguna setia jalan tol Jagorawi. Jalan tol yang konon kabarnya termulus ini. Kalau lagi padat. Yaitu saat mulai jam berangkat kerja dan saat pulang kerja. Banyak pelanggaran. Saya jadi ngeri sendiri. Jarak antar kendaraan sudah gak aman lagi. Jarak aman antar kendaraan yaitu 100 meter. Saking padatnya, bahu jalan juga dipakai. Kendaraan yang seharusnya selalu dilajur paling kiri, malah dilajur paling kanan. Ngebut lagi. Kadang ada kendaraan yang mendahului dari sebelah kiri. Belum lagi kalau lihat papan petunjuk tingkat kecelakaan yang terjadi dan korban jiwa yang diakibatkannya. Duhh tambah ciut. Tapi gimana lagi. Tiap hari tetap aja lewat situ. Bismillah aja. Malah kalau ngantuk saya tidur. Kalau gak bisa tidur, saya lihat-lihat pemandangan kiri dan kanan jalan tol. Cukup menghibur juga. Cuman sayangnya dibanyak titik terdapat sampah rumah tangga yang dibuang oleh penghuni sekitar jalan tol. Walau demikian disaat-saat libur. Jalan tol ini lenggang. Jarak tempuh dari mulai masuk pintu tol cimanggis ke tanjung priok hanya makan waktu 30 menit. Cimanggis Tanjung Priok lebih kurang berjarak 40 km. Padahal kalau pas jam berangkat kantor, bisa-bisa makan waktu satu jam. Baru-baru ini pada papan petunjuk keluar jalan tol banyak tulisan Cikeas. Di pintu keluar Cibubur ada tulisan Cikeas. Di pintu keluarl Cimanggis ada lagi tulisan Cikeas. Dipintu keluar Gunung putri juga sama. Eh, di pintu keluar Citereup ada juga. Wah apa karena rumah pak SBY di Cikeas ya.
Jalan Tol Jagorawi adalah jalan tol pertama di Indonesia yang mulai dibangun pada tahun 1973, menghubungkan Jakarta - Bogor - Ciawi. Jalan ini dibangun dengan biaya 350 juta perkilometer pada kurs waktu itu. Jalan tol sepanjang lebih kurang 60 km ini diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978. Saat diresmikan jalan tol tersebut baru ruas Jakarta - Citeureup dengan karyawan 200 orang. Jalan tol Jagorawi merupakan jalan tol pertama yang didanai APBN dari pinjaman luar negeri, kemudian

pengelolaannya diberikan kepada PT. Jasa Marga sebagai modal awal perusahaan tersebut dan merupakan penyertaan pemerintah. Jalan tol Jagorawi dikelola oleh PT. Jasa Marga Indonesia. Jagorawi sendiri merupakan singkatan kata dari (Ja)karta - Bo(gor) - Ci(awi).

Sejarah
Tahun 1973, Pemerintah mulai membangun jalan bebas hambatan pertama yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor. Ketika masih dalam tahap pembangunan, jalan tol Jagorawi ini belum berstatus sebagai jalan tol.. Ketika jalan tersebut selesai dibangun, tahun 1978, Pemerintah memikirkan agar biaya pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan tersebut dapat dilakukan mandiri tanpa membebani anggaran Pemerintah. Untuk itu Menteri Pekerjaan Umum ketika itu, Ir. Sutami mengusulkan kepada Presiden agar ruas jalan Jakarta - Bogor tersebut di jadikan jalan tol. Maka, dua minggu minggu sebelum jalan tol Jagorawi diresmikan penggunaannya, persisnya pada 25 Februari 1978, terbit PP No. 4 tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian Persero yang mengurusi dan mengelola infrastruktur jalan raya. Dari situlah kemudian lahir badan usaha persero

PT Jasa Marga (Persero) pada 1 Maret 1978, satu

minggu sebelum jalan tol Jagorawi diresmikan.

Anda mungkin juga menyukai