Anda di halaman 1dari 10

KASIH TAK SAMPAI

ZILIAH

Embun sejuk dipagi hari telah membasahi rerumputan, kicauan burung telah dimulai, dan sentuhan lembut angin pun mulai terasa. Perlahan langit mulai membiru, matahari semakin tinggi dilangit cerah, mengusir para bintang dan bulan untuk pergi ke sisi lain. Zi, jangan terlalu lama, ayahmu sudah menunggu kamu! Teriak Nenek Ziliah. Ia! Jawab Ziliah dengan malas. Ziliah keluar dari kamarnya, ia mengambil tas karungnya dan memeriksa sekali lagi perlengkapan yang ia butuhkan untuk hari ini. Ini adalah hari terakhirnya untuk menjalani MOS di SMA barunya. Ia membawa seragam putih birunya dan mengenakan seragam olahraga SMPnya. Ziliah pergi bersama dengan ayahnya pada jam 5 pagi, ia harus tiba jam 6 di sekolah barunya. Ziliah tiba di sekolahnya kurang dari jam 6. Hampir tidak ada orang disana, tapi dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang yang datang. Hari ini Ziliah tidak akan diam dikelas, ia dan teman-temannya akan melaksanakan withgame di area sekitar sekolah. Dari yang telah ia ketahui, setiap kelas membagi muridnya dalam beberapa kelompok. Ziliah satu kelompok dengan Anggun, temannya sejak SD. Setiap kelas terdiri dari 4 atau 5 kelompok, dan akan memulai perncarian berdasarkan nomor urut kelompok yang telah diberikan oleh para senior. Sebelum setiap kelompok pergi, mereka terlebih dahulu diajak oleh para senior untuk melihat-lihat sekolah. Giliran kelompok Ziliah untuk memulai permaianan, mereka akan pergi ke 5 pos dan meminta tandatangan disetiap pos. Pos keempat yang mereka datangi adalah pos pramuka. Disana, seorang pemuda datang ke kelompoknya. kalian tunggu sebentar ya! Pinta pemuda tersebut. Ya! Sahut semua anggota kelompok Ziliah. Pemuda itu tersenyum pada kelompok Ziliah, Ziliah melihat pemuda itu dan tidak melepaskan pandangannya. Pemuda itu sepertinya tidak menyadari jika Ziliah terus memandangnya. Tidak lama kemudian, pemuda lain datang, pemuda itu lebih besar dari pemuda sebelumnya, dia yang bertanya pada kelompok Ziliah, dan karena kelompok Ziliah bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan, maka mereka tidak dihukum serta diizinkan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Dalam perjalanan kembali ke sekolah barunya, Ziliah harus menahan rasa kesalnya karena harus berjalan dibawah terik matahari yang begitu panas. Ziliah berjalan dengan cepat didepan teman-temannya. Ia berharap agar ia cepat sampai ke sekolah barunya itu. Begitu sampai ke sekolah barunya, Ziliah mengambil baju putih birunya dan mengganti pakaian di kamar mandi bersama dengan Anggun. Anggun mengganti pakaian di kamar mandi yang pertama, sedangkan Ziliah mengganti pakaiannya di kamar mandi yang berikutnya. Ia mencuci mukanya yang tampak kotor dengan coretan-coretan dari setiap pos yang pertanyaannya tidak dapat dijawab oleh kelompok Ziliah.

KASIH TAK SAMPAI | 1

Saat semua kelompok telah kembali dari perjalanan mereka, maka saat itulah dimulai pertunjukan ekstrakulikuler. Tidak semua ekstrakulikuler Ziliah lihat pertunjukannya, ia justru makan di kantin dan kembali lagi ke kelasnya saat selesai makan. Setelah pertunjukan dari setiap ekstrakulikuler selasai, tiba waktunya untuk seluruh siswa baru berbaris dilapangan mendengarkan sambutan dari kepala sekolah dan melihat pembagian kelas dan jadwal pelajaran mereka masing-masing di mading. Saat akan melaksanakan apel, Ziliah merasa malas dan berpura-pura pusing. Senior yang bertugas untuk mengawasi kelasnya lalu menghampirinya saat teman sebangku Ziliah mengatakan jika Ziliah sakit. Dia membawa Ziliah pergi ke UKS, tapi saat tiba di UKS, Ziliah menolak untuk masuk dan hanya duduk didepan UKS. Senior yang membawa Ziliah ke UKS pergi meninggalkan Ziliah didepan UKS saat Ziliah mengatakan ia ingin sendirian disana atau katakan saja saat Ziliah mengusir senior itu. Ziliah duduk didepan UKS sendirian, ia melihat temantemannya yang sedang berbaris mendengarkan sambutan dari kepala sekolah, ia duduk dan tanpa ia sadari, pemuda yang tadi ia lihat di pos pramuka sedang duduk disebrangnya. Pemuda itu tampak lelah, ia terus minum tanpa henti dengan keringat yang mengalir turun dari wajahnya. Ziliah melihat pemuda itu terus dan mungkin karena merasa diperhatikan, pemuda itu lalu tersenyum dan pergi. Sambutan dari kepala sekolah telah selesai, semua siswa kemudian berpencar melihat papan pengumuman, mencari kelas mereka dan jadwal pelajaran mereka. Setelah itu mereka kembali kerumah mereka masing-masing. Ziliah berjalan ke gerbang dan melihat ayahnya telah menunggu. ### Hari pertama Ziliah sebagai siswi resmi SMA tersebut. Ziliah sengaja datang pagi ke SMAnya, ia tidak ingin duduk dibelakang, dan juga tidak ingin didepan. Ia datang lumayan pagi dan memilih tempat duduk yang ia inginkan. Ia duduk sendiri ditempatnya, tidak ingin orang lain mengambil tempat itu, hingga seorang gadis masuk dan tersenyum padanya. Ziliah mengenal gadis itu, mereka melakukan tes diruangan yang sama dan saat itu ia salah melihat nomor tesnya hingga duduk di tempat gadis itu. Gadis itu bernama Dora. Saya boleh duduk disini teh? Tanyanya. Ziliah hanya mengangguk dan tersenyum. ### Sudah beberapa bulan berlalu, dan Ziliah telah mengenal semua teman di kelasnya. Teman-teman barunya sangatlah ramah dan tidak sesombong saat pertama kali ia masuk ke kelas tersebut. Ziliah mengambil beberapa ekstrakulikuler yang tidak ada di SMPnya, ekstrakulikuler yang ia ambil semuanya berhubungan dengan sastra, memang Ziliah ingin mengambil jurusan sastra jika ia lulus SMA nanti, itu juga jika diizinkan oleh orangtuanya. Ziliah dan teman satu kelasnya Aini, Ronia dan Jani memiliki 4 ekstrakulikuler yang sama. Ziliah memiliki 1 ekstrakulikuler tambahan, hingga total ekstrakulikuler yang ia miliki ada 5. Ziliah masih mengingat pemuda yang ia perhatikan waktu di UKS dan di pos pramuka dulu. Dari 5 ekstrakulikuler yang ia ikuti, tidak satu pun ekstrakulikuler yang sama dengan pemuda tersbut. Ziliah

KASIH TAK SAMPAI | 2

tahu, jika ia ingin memiliki ekstrakulikuler yang sama dengan pemuda itu, ia harus memilih pramuka, tapi sejak ia SD hingga kini, ia tidaklah suka dengan pramuka. Ziliah dan beberapa teman di kelasnya akan mewakili kelasnya untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh sekolah. Ziliah memilih ikut dalam lomba Bahasa Inggris bersama dengan Jani, Zizah dan Pandu, sedangkan Aini ikut serta dalam lomba Bahasa Idonesia bersama dengan Rafi, Anggun dan Lika. Tiba waktunya untuk mengikuti perlombaan, lawan pertama yang dihadapi oleh Ziliah, Zizah dan Pandu adalah kakak kelas ( 12 IPA 3 ) yang tidak mereka kenal sama sekali. Walaupu mereka melawan kakak kelas, bukan berarti mereka akan kalah, karena buktinya, mereka berhasil maju ke babak seperempat final, dan akan melawan kakak kelas lain ( 12 IPA 1 ). Entah mengapa saat mengetahui siapa saja yang mewakili kelas lawan berikutnya, Ziliah merasa senang. Dari tiga orang yang mewakili kelas 12 IPA A, Ziliah hanya tahu nama satu orang dari ketiganya yaitu Farhan, seniornya di salah satu ekstrakulikuler yang ia ikuti, dan sisanya ia hanya mengenal wajah. Ia tidak tahu jika pemuda yang ia temui di pos pramuka dulu sekarang kelas 12, padahal ia mengira jika pemuda itu sekarang kelas 11. Seperti biasa, Farhan selalu ramah pada adik kelasnya, terutama adik kelas perempuan. Ziliah mewakili timnya untuk mengambil bagian mereka. Para juri menggunakan uang koin untuk menentukan siapa yang akan memulai, Ziliah memilih burung dan Farhan memilih nominal. Sang juri melempar koinnya, dan gambar burunglah yang muncul, dengan munculnya gambar burung, berarti kelompok Farhanlah yang akan memulai terlebih dahulu. Sebelum tim Ziliah dan Farhan memulai perlombaan, mereka diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk mencari informasih tentang topik yang akan mereka perdebatkan. Zizah mecari informasi melalui internet, dan Pandu merangkai infomasih yang telah Zizah dapatkan, sedangkan Ziliah menerjemakan rangkaian informasih yang dibentuk oleh Pandu. Ziliah tidak terlalu yakin jika ia akan menang berdebat dengan tim Farhan, ia mendengar dari kelas lain jika tim Farhan sangat pandai dalam bahasa Inggris dan mereka cukup paham dengan topik yang dipermasalahkan. Karena ketidak yakinannya, Ziliah lupa dengan semua yang telah ia hafalkan. Ziliah berjalan menuju ke tim Farhan, tapi saat sampai di ujung tembok, ia berhenti, ia melihat pemuda itu, ia tidak tahu harus bagaimana, kemudian Farhan melihatnya dan tersenyum padanya. Ada apa Ziliah? Tanya Farhan. Mmm,,, saya dapat bagian kontra ya? Ucap Ziliah karena tidak tahu harus mengatakan apa. Ya. Balas Farhan dengan bingung. Ziliah melihat pada pemuda itu dan tersenyum. Terima kasih. Ziliah lalu melangkah kembali ke timnya di balik tembok, tapi kemudian Farhan muncul dan memanggilnya. Saya kontra! Serunya. Bohong! Balas Ziliah dengan suara pelan.

KASIH TAK SAMPAI | 3

Waktu untuk mencari informasih telah habis, tiba saatnya untuk berlomba. Ziliah memulai setelah pemuda yang ia temui di pos pramuka selesai berbicara. Ia menjelaskan tentang pendapat timnya dan menerima pertanyaan dari tim Farhan dan bersedia untuk di stop karena kehabisan waktu. Pemuda yang ia temui di pos pramukalah yang bertanya padanya. Pemuda itu menggunakan suara yang pelan, hingga Ziliah harus mendekatkan kupingnya dengan pemuda tersebut, tapi ia tetap tidak bisa mendengarkan dengan jelas perkataan pemuda itu karena setiap kali ia mendekatkan dirinya, pemuda itu menjauh. Karena tidak dapat mendegarkan dengan jelas perkataan pemuda itu, Ziliah melihat pada Zizah dan Mahudz, tapi mereka juga tidak bisa membantu. Pada akhirnya tim Ziliah-lah yang kalah, memang ada perasaan sedih di hati Ziliah, tapi saat melihat pemuda itu tersenyum, Ziliah merasa nyaman. Ziliah menarik nafasnya dan tersenyum pada pemuda itu, ia memiliki kesempatan untuk berjabat tangan dengan pemuda tersebut. Selamat ya, kak! Ucap Ziliah. Kakak bagus banget bahasa Inggrisnya! Tidak kok, bahasa inggris kamu lebih bagus dari kakak. Ziliah hanya tersenyum. Kakak tadi bingung mau tanya apa, tapi tadi kakak hanya menangkap satu kata dari kamu. Ziliah senang mendengarkan perkataan pemuda itu. Ziliah bersama dengan Pandu dan Zizah kembali ke kelas mereka dan mengambil tas lalu kembali pulang ke rumah mereka masing-masing. ### Seiring dengan berjalannya waktu, Ziliah semakin sering bertemu dengan pemuda itu, entah muncul keberanian dari mana, Ziliah akan secara spontan memanggil pemuda itu. Pemuda itu selalu tersenyum dan melambaikan tangannya setiap kali ia mendengar panggilan Ziliah. Ketua kelas Ziliah, Rafi satu ekstrakulikuler dengan pemuda itu, banyak anak dikelasnya yang sudah tahu jika Ziliah cukup tertarik pada pemuda itu, khususnya anak perempuan. Suatu ketika saat Ziliah mengantar Jani ke kamar mandi, Rafi dan Aini memanggilnya dengan sengaja. Ziliah menengok tapi sepertinya tadi mereka hanya ingin menghentikan langkah Ziliah, entah karena alasan apa. Saat kembali dari kamar mandi, ia menanyakan alasan Rafi dan Aini memanggilnya tadi. Tadi kalian manggil aku kenapa? Tanya Ziliah. Tadi kamu gak lihat? Tanya Rafi. Lihat apa? Tadi ada kakak itu. Kata Rafi. Dimana? Tanya Ziliah penasaran. Tadi dibelakang kamu! Disamping mobil dekat kamar mandi! Sayang bangaet tadi tuh! Terang Rafi dengan,,, entah apalah itu tidak dapat diktuliskan.

KASIH TAK SAMPAI | 4

Aku gak lihat. Sayang bangat tadi tu. Emangnya kenapa? Ceritain dong! Tadi pas Rafi sama aku ngelihat kakak itu, Rafi manggil kamu, terus kakak itu nengok ke Rafi sama aku saat dengar nama kamu, saat Rafi manggil kamu lagi dan kamu nengok, dia ngelihat kamu terus tersenyum. Jelas Aini. Terus, apa lagi? Begitu senang mende ngar jika pemuda itu tersenyum sambil melihatnya. Ya, apa lagi. Dia jalan ke kelasnya. Mendengar perkataan Aini tentang pemuda itu yang tersenyum padanya dan berhenti saat mendengar namanya membuat Ziliah merasa senang. Mungkin ia memang tidak tahu nama pemuda itu saat ini, dan tidak mungkin bertanya pada Rafi. ### Sekolah Ziliah akan mengadakan pelantikan untuk setiap anak kelas X, dan sebenarnya diwajibkan untuk ikut, akan tetapi karena banyak yang tidak mendapatkan izin dari orang tuanya, jadi banyak yang tidak ikut serta. Ziliah dan semua yang ikut serta dalam plantikan akan menginap selama satu malam. Mereka berangkat dan pulang menggunakan truk. Ziliah satu truk dengan anak OSIS yang perempuan (perempuan dan laki-laki truknya dipisahkan). Dalam perjalanan banyak yang merasa mual bahkan muntah. Karena melihat Lika, teman sekelasnya tiba-tiba muntah didepannya, akhirnya Ziliah ikut muntah. Anak OSIS yang melihat teman-teman Ziliah dan Ziliah tidak melakukan apapun. Salah satu kakak kelas Ziliah, Mirna yang kebetulan satu truk dengan Ziliah meminta kepada para anak OSIS untuk memberikan sedikit ruang, karena pada saat itu posisi anak OSIS ada dibagian belakang pintu keluar truk yang secara tidak langsung membuat mereka mendapatkan perolehan angin yang lebih banyak. Anak-anak OSIS tersebut tidak ingin pindah dari posisi mereka, mereka mengatakan jika mereka juga membutuhkan angin seperti anak-anak yang sedang pusing ataupun mual. Ziliah melihat temannya yang lain, keadaannya semua hampir sama, hampir semuanya telah muntah, kecuali untuk anak-anak OSIS. Lika yang berada didepannya tertidur dalam pangkuan Mirna setelah muntah, selain Lika, Rona juga tertidur setelah muntah, Rona tidur dengan posisi terduduk dan kaki dilipat, ia tidak bangun meskipun telah dicubit berkali-kali. Ziliah mencoba untuk tidur tapi tidak bisa, ia merasa kesal dengan anak-anak OSIS, mereka bisabisanya bernyanyi dan menganggap Ziliah serta teman-temannya tidak ada. Mereka terus bernyanyi hingga tiba ditempat tujuan. Ziliah satu tenda dengan Jani dan Rona, teman sekelasnya, serta bertetanggaan dengan tenda Ronia, Dora dan Zizah, sedangkan Aini bergabung dengan tenda anak PMR, karena dia anggota PMR. Ziliah tidak dapat tidur pada malamnya. Ia mendengar suara tawa Dora yang keras dari tenda samping, bukan hanya Ziliah yang mendengar tawa Dora, tapi Jani juga mendengar suara tawa Dora yang begitu keras. Pada tengah malam, Ziliah masih terjaga, memang suara tawa Dora telah usai, tapi sekarang ia merasa tidak nyaman, merasa ada yang

KASIH TAK SAMPAI | 5

mengawasinya. Ziliah tidur dipinggir bagian belakang tenda dan disamping kanannya Rona. Ziliah melihat pada bagian pinggir depan tenda, takut jika ada yang masuk dan mengambil barang-barang yang ada di tenda. Ziliah melihat Rona menggenggam hpnya sambil tertidur, hp itu masih menyala, dan Ziliah ingin mematikannya, akan tetapi saat Ziliah akan mengambil hp itu, Rona justru memegang hp itu dengan erat dan makin erat setiap kali ia mencoba menarik hp itu. Karena tidak berhasil sejak tadi, akhirnya Ziliah menyerah untuk menarik hp itu. Jani yang tidur disebelah kiri Rona bangun dan membuat Ziliah terkejut karena sebelum melihat Jani, suara Janilah yang terdengar terlebih dahulu. Ziliah dan Jani terjaga hingga subuh, mereka lalu keluar dari tenda dan berkeliling, hingga kakak kelas datang dan meminta mereka untuk membangunkan yang lain. Semuanya sudah bangun dan mereka digiring ketengah untuk mendengarkan renungan malam. Banyak anak yang menangis mendengarkan renungan tersebut. Setelah berenung selasai tiba giliran untuk shalat subuh. Anak-anak yang satu tenda dengan Ziliah dan juga yang di tenda sebrang merasa sakit perut, atau lebih tepatnya mag. Ziliah dan Jani pergi ketenda PMR sebelum sholat, mereka mencari Aini untuk meminta obat mag atau obat sakit perut lainnya. Tanpa permisi dan dengan pd-nya, Ziliah dan Jani memasuki sebuah tenda yang mereka kira sebagai tenda anak PMR. Tapi sayang, mereka langsung keluar dari tenda saat semua mata dalam tenda tersebut melihat pada mereka dan baru menyadari jika mereka salah tenda. Belum lama setelah mereka keluar, mereka melihat seorang gadis yang dari belakang mirip dengan Aini, mereka menghampiri gadis itu dan memanggil nama Mamah, panggilan yang biasa diucapkan oleh anak-anak kelasnya kepada Aini, beruntungnya mereka belum sampai dekat dengan gadis itu, ketika dari belakang terdengar suara seorang gadis menjawab panggilan mereka. Mamah! Teriak Ziliah saat melihat gadis yang menjawab panggilannya. Aini melihat mereka dan tersenyum. Mau ngapain disitu? Gak usah dipikirin! Ehdisini ada obat mag atau obat sakit perut gak? Tanya Ziliah langsung ke titik permasalahan. Ehobat mag udah habis, soalnyakan banyak yang sakit mag. Satu aja gak ada, Mah? Gak, tapi kalau mau, coba minta sama anak OSIS aja. Saran Aini. Ziliah dan Jani lalu pergi ke tenda OSIS, Ziliah bertanya pada Farhan yang merupakan salah satu anggota OSIS. Anak OSIS tidak memiliki persediaan obat, jadi terpaksa Ziliah mencari obat ke warung sekitar, sedangkan Jani pergi untuk berwuduh. Dijalan mencari obat, Ziliah bertemu dengan pemuda itu. Pemuda itu sedang makan mie, sepertinya dia lapar dari cara makannya. Pemuda itu melihat Ziliah dan berhenti memakan mienya serta tersenyum, Ziliah membalas senyum pemuda itu. Sejenak Ziliah mengacuhkan pemuda itu untuk bertanya pada sang pedagang. Pak, disini ada obat mag gak? Tanya Ziliah.

KASIH TAK SAMPAI | 6

Obat mag gak ada neng, adanya obat buat masuk angin. Ucap sang pedagang. Oh, ya udah, Pak, ma kasih ya! Pemuda tersebut masih melihat Ziliah, Ziliah mendekat sedikit dan hanya berbasa-basi. Kakak tahu dimana aku bisa dapat obat mag? Emangnya buat siapa? Buat teman aku. Mungkin di penjual yang diujung itu ada. Ucap pemuda itu sambil menunjuk seorang pedagang yang cukup jauh dari posisi mereka. Ziliah melihat pada pemuda itu dan tersenyum. Kakak mau nemanin aku kesana? Tanya Ziliah. Kakak sih mau aja, tapi kakak lagi makan, jadi gak bisa. Oh, kalau gitu aku pergi dulu ya, Kak! Ziliah pergi kearah yang ditunjuk oleh pemuda itu, tapi saat tiba disana dan bertanya pada sang pedagang, ternyata disana tidak ada obat mag, yang ada hanya obat masuk angin seperti pedagang yang sebelumnya. Ziliah kembali ke tendanya dan bertemu dengan Jani. Karena kasihan dengan teman mereka yang sakit, akhirnya Ziliah pergi mencari obat lagi, dan kali ini ia ditemani oleh Jani. Ditengah jalan, mereka berpapasan dengan ketua pelaksana pelantikan yang merupakan salah satu anggota OSIS. Karena mengetahui posisi orang tersebut, Ziliah sengaja mengencangkan suaranya saat berbicara tentang ke tidak perdulian sang ketua dan OSIS lainnya terhadap para peserta. Awalnya Ziliah mengira orang itu akan berhenti dan bertanya padanya, tapi ternyata tidak, ia justru berjalan melewati mereka dengan wajah yang datar, padahal sebelumnya ia dan Ziliah sempat beradu pandang. Ya ia tidak harus membelikan obat, setidaknya ia menunjukan dimana mereka harus mencari obat atau bertanya saja pada mereka. Mereka pergi mencari hingga ke perkemahan sekolah lain, dan baru mendapatkan obat tidak jauh dari perkemahan yang mereka masuki. ### Keesokan paginya, cuaca tampak begitu cerah, angin menyapa dengan sejuk, sinar matahari menghangatkan tubuh dengan sempurnah dan sungguh cuaca yang bagus untuk Ziliah dan teman-temannya kembali ke sekolah. Kali ini ada beberapa anak laki-laki dari OSIS yang memanjat masuk kedalam truk saat akan berangkat, bukan hanya anak laki-laki dari OSIS, beberapa anak laki-laki dari pramuka juga ikut masuk, terutama pemuda itu. Ziliah dan teman-teman tadinya ingin bertukar posisi dengan anak OSIS, tapi anak-anak OSIS tidak bersedia. Memangnya kalian pikir kalian ini siapa? Disini tu yang berkuasa kami! Kata salah satu anak OSIS. Ya, kalian itu jangan manja deh disini! Tambah seorang anak OSIS lagi.

KASIH TAK SAMPAI | 7

Akhirnya Ziliah dan teman-temannya mengalah. Ziliah menolak untuk duduk, ia bersikeras untuk berdiri. Ziliah berdiri dekat dengan pemuda itu, tapi ia tidak berani untuk menyapa, karena sepertinya pemuda itu sedang sakit. Kamu gak mau nyapa? Tanya Jani yang berdiri disamping Ziliah. Kamu lihat dong, kakaknya lagi sakit, gak mungkin aku nyapa. Ya. Diperjalanan tiba-tiba saja hujan deras, dan petir terus berbunyi. Anak OSIS yang tadinya ingin dibelakang truk tiba-tiba ingin berada dibagian posisi Ziliah dan teman-temannya. Ada seoarang anak OSIS yang pingsan dan kemudian disusul oleh seorang lagi. Saat hujan tak kunjung henti, akhirnya Mirna mengambil salah satu tikar yang ada dalam truk dan meminta yang lain untuk menelentangkan tikar diatas kepala mereka. Tikar yang digunakan kuranglah panjang, sehingga mereka yang berada dibagian belakang, khususnya anak OSIS harus kehujanan. Entah karena tidak terima atau bagaimana, anak OSIS tiba-tiba menarik tikar yang Ziliah dan teman-temannya gunakan. Mirna melihat Rona yang yang tampak asmanya akan kambuh, karena khawatir Mirna meminjam almamater milik kekasihnya yang merupakan ketua pelaksan pelantikan yang mukanya sejak tadi datar dan tampak tidak perduli. Ziliah yakin, jika bukan karena diminta oleh Mirna, sang ketua tidak akan meminjamkan almamaternya. Tapi beribu-ribu sayang, entah karena alasan apa lagi, anak OSIS mengambil almamater yang baru saja akan dikenakan oleh Rona. Saat hujan makin deras, kilat dan petir diatas langit tampak saling bersahutan dengan amarah yang besar. Ziliah baru kali ini melihat dan mendengar kilat dan petir yang sebesar itu. Ziliah melihat pada Rona dan mulai khawatir dengan keadaannya, mengingat ia memiliki asma dan dalam keadaan hujan yang sangat deras ini, Ziliah benar-benar khawatir. Mirna meminta sang ketua untuk memaksa truk berhenti. Sang ketua mengetuk-ngetuk dinding truk dan berteriak meminta truk untuk berhenti dengan kencang, dan semakin kencang setiap kali truk tidak ingin berhenti. Aksinya itu diikuti oleh para lelaki lain dalam truk dan akhirnya setelah entah berapa lelaki yang berteriak dan mengetuk dinding truk, akhirnya truk berhenti dan anak-anak turun dari truk mencari tempat berlindung. Saat Ziliah dan teman-temannya telah mendapat tempat berlindung, Ziliah langsung melihat hp-nya dan mematikan hp tersebut. Anak OSIS yang pertama kali pingsan dibawa oleh sang pembina OSIS dengan mobil sekolah dan yang kedua dibawa ke klinik oleh para pria yang ada. Seorang guru yang menemani mereka memesan sebuah angkutan umum dan memerintahkan mereka untuk kembali ke sekolah dengan angkutan tersebut. ### Entah bagaimana caranya, akhirnya setelah beberapa minggu pulang dari pelantikan, Ziliah mengetahui nama pemuda itu. Mungkin Ziliah dapat mengetahuinya karena banyak orang yang Ziliah kenal merupakan teman dari pemuda itu. Ziliah sempat melihat absen salah seorang guru yang mengajar di kelasnya dan juga di kelas pemuda itu, Ziliah tidak menyangka jika nomor absen Ziliah dan pemuda itu sama. sebenarnya ia dapat melihat absen guru tersebut karena bantuan Aini.

KASIH TAK SAMPAI | 8

Aku mau kok bantu mamah nulis nama anak-anak kelas kita kalau mamah mau. Tawar Ziliah. Kamu mau? Banyak lho kertas yang harus kamu isi dengan nama anakanak. Aku nulis nama anak-anak kelas kita, dan mamah nulis nama anak kelas sebelah. Kalau gak ngeropotin, ya udah. Ma, aku dah lama gak ketemu sama kakak. Mengubah topik pembicaraan. Kemarin aku ketemu. Yang benar? Dimana? Di tukang somay! Kamu sih gak ikut aku pas jajan. Mana aku tahu kalau bisa ketemu kakak, kalau aku tahu, aku pasti bakal ikut. Udahlah, lagian kamu masih bisa ketemu terus sama dia nantinya. Tahun depan gak. Kata Ziliah tanpa sadar. Aini menyisipkan kertas yang berisi nama para siswa ke buku nilai. Kamu tahu, menurut aku kakak itu cuma nganggap kamu sebagai adiknya aja. Mamah tahu dari mana? Dari cara dia lihat kamu sama caranya tersenyum sama kamu. Rasanya dia natap ke orang lain kaya gitu juga. Ya, tapi ada bedanya. Kalau sama yang lain, kayanya biasa aja, tapi ke kamu beda. Kalau beda kan bisa jadi suka. Tapi kalau aku lihat bukan suka, tapi tahu juga deh. Mamah tahu, nomor absen aku sama dia sama. Ya kebetulan sih. Emang? Gak percaya? Lihat aja di daftar kelas dia! Mamah dia punya cewe. Rona, teman sekelas Ziliah yang waktu pelantikan tidurnya begitu nyaman dan sulit untuk dibangunkan, serta selalu penasaran dengan pemuda yang Ziliah ceritakan akhirnya mengetahui nama pemuda tersebut dan tahu apa nama facebook dan twitter pemuda itu. Bahkan temannya itu dengan berani meminta nomor sang pemuda melalui twitternya atas nama Ziliah. Kamu mah, malu-maluin aku. Kata Ziliah. Lah, kan aku mau bantuin kamu.

KASIH TAK SAMPAI | 9

Bantuin sih bantuin, tapi kalau kaya ini mah malu-maluin aku. Rona hanya tersenyum. Ya udah. Kamu dapat nomornya? Gak. Coba cerita ke aku. Ni kan aku minta nomor dia pertama-tama lewat fb, tapi kata dia jangan lewat fb, kalau mau tanya apa-apa tu lewat twitter aja. Terus aku buka twitter dan minta nomor dia, sebelumnya dia tanya, emangnya buat siapa, terus aku jawab buat teman aku, terus dia balas, ya namanya siapa, yaudah aku bilang aja buat kamu. Kok bilang buat aku sih. Kamu kan bisa bilang aja buat Ronia. Mendengar namanya disebut, Ronia kemudian berbalik. Apaan? Kok ada nama Saya? Kakak, masa si Ziliah suruh aku minta nomor cem-cemannya pake nama kakak. Adu Rona. Gak bisa itu, kan yang butuh Ziliah. Ya, sekali-kali tolong aku kan gak apa-apa. Kata Ziliah pada Ronia. Terus apa lagi yang dia bilang? Tanyanya pada Rona. Dia bilang, dia udah ada yang punya, dia gak mau nge-PHP-in kamu, terus aku balas lagi, ya dia juga tahu kalau kakak ada yang punya, dia cuma mau berteman aja sama kakak, jadi apa salahnya kasih nomor kakak ke dia. Dia gak kasih. Ziliah memotong ucapan Rona. Gak, alasannya dia gak megang hp, dan nomornya ada di pacarnya. Ziliah tersenyum dengan sedih Aku terlalu berharap sama dia. Dah gak apa-apa. Gak ada salahnya kok suka sama cowo orang, yang salah itu kalau kita ngambil cowo orang. Ziliah hanya mengangguk dan berusaha menerima semuanya. Yang sabar ya! Ziliah tersenyum lalu pergi bersama Aini serta Jani ke kantin. Rona ikut bersama dengan mereka saat melihat mereka bertiga keluar dari kelas. Ziliah tidak tahu ingin membeli apa dikantin, tapi ia hanya berjalan ke kantin bersama dengan Aini, Jani dan Rona. Ziliah tidak mengira jika ia akan bertemu dangan pemuda yang baru saja ia bicarakan dengan Aini. Pemuda itu tidak sendirian, ia bersama dengan Farhan. Ziliah tersenyum saat berhadapan dengan pemuda itu, dan pemuda itu juga tersenyum padanya.

T. A. M. A. T.

KASIH TAK SAMPAI | 10

Anda mungkin juga menyukai