Anda di halaman 1dari 42

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan olehkuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit kusta menyebar di seluruh dunia mulai dari Afrika, Amerika, Asia Tenggara, Mediterania Timur dan Pasifik Barat. Menurut WHO tahun 2010, kusta merupakan masalah dunia sebanyak 211.903 kasus. Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda. Diantara 122 negara yang endemis pada tahun 1985 dengan prevalensi >1/10.000 penduduk, hanya tinggal 6 negara yang masih belum mencapai eliminasi di tahun 2005 yaitu : India, Brazil, Indonesia,Bangladesh, Congo, dan Nepal. Jumlah penderita kusta di dunia pada tahun 1997 sebanyak 888.340 orang. Jumlah penderita kusta baru pada tahun 2007 adalah sekitar 296.499 orang .Data tahun 2011 menyebutkan dari 130 negara terdapat 192.246 kasus baru. 1 Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat pada regional Asia Tenggara 201.635 orang, Afrika 42.814 orang, Amerika 41.780 orang, dan sisanya terdapat di regional lain di dunia. kusta/leprosis di Indonesia terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Brazil.Pada akhir 2004, jumlah penderita baru penyakit kusta di Indonesia mencapai 16.572 orang dan penderita yang telah disembuhkan mencapai 287.274 orang.Indonesia berhasil menekan jumlah penderita kusta dari 60.000 menjadi 19.666 orang dalam kurun 1994-2004. 2 Pada tahun 2006, di Indonesia, jumlah penderita kusta yang terdaftar 19.805 orang. Masih terdapat di 10 propinsi memiliki penderita kusta terbanyak diantara propinsi lainnya yaitu Jawa Timur 4.856 orang, Jawa Barat 1.721 orang, Jawa Tengah 2.334 orang, Sulawesi Selatan 1.779 orang, Papua 1.190 orang, Nanggroe Aceh Darusalam 736 orang, Daerah Kota Istimewa Jakarta 1.721 orang, Sulawesi Utara 404 orang, Maluku Utara 550 orang dan Kalimantan Selatan 473 orang, Maluku 522, Sulawesi Utara 404 orang.3 Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka kejadian kusta yang masih tinggi. Pada tahun 2011 didapatkan sebanyak 2.057 penderita kusta di Propinsi Jawa Barat, dengan proporsi 257 penderita PB dan 1.800 penderita MB.Penderita kusta terbanyak berada di Kabupaten Cirebon dengan jumlah penderitanya sebanyak 237

orang. Kemudian Kabupaten Indramayu (211 orang), Kabupaten Bekasi (191 orang), Kota Bekasi (145 orang), dan Kabupaten Subang (126 orang). 1 Menurut Kemenkes RI, di Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang masih tinggi jumlah penderita kusta. Tercatat 6 kasus kusta tipe PB dan 65 kasus kusta tipe MB pada tahun 2010. Sementara itu, prevalensi penyakit kusta di Kecamatan Batujaya pada tahun 2011 mencapai 2,25 : 10.000 penduduk (target <1:10.000). Angka insidensi 3,79:100.000 penduduk (target <5:100.000), angka cacat tingkat 2 0% (target <5%), proporsi penderita anak 33% (target <5%), proporsi penderita MB 100% (target <60%), RFT rate MB 100% (target >90%).4,5 Belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Penyakit kusta menyebar di seluruh dunia mulai dari Afrika, Amerika, Asia Tenggara, Mediterania Timur dan Pasifik Barat. 2. Menurut WHO tahun 2010, kusta merupakan masalah dunia sebanyak 211.903 kasus 3. Data tahun 2011 menyebutkan dari 130 negara terdapat 192.246 kasus baru 4. Indonesia jumlah penderita kusta yang terdaftar 19.805 orang pada tahun 2006 5. Didapatkan sebanyak 2.057 penderita kusta di Propinsi Jawa Barat, dengan proporsi 257 penderita PB dan 1.800 penderita MB 6. Prevalensi penyakit kusta di Kecamatan Batujaya pada tahun 2011 mencapai 2,25 : 10.000 penduduk (target <1:10.000) 7. Proporsi penderita MB di Kecamatan Batjaya tahun 2011 mencapai 100% (target <60%) 8. Belum diketahuinya cakupan keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Batujaya periode Januari 2012 Desember 2012.

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pemberantasan kusta pada UPTD Puseksmas Batujaya periode Januari sampai dengan Desember 2012 dengan pendekatan sistem, dan diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, terutama di lingkungan Puskesmas Batujaya. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya angka penemuan penderita baru (CDR = Case Detection Rate) Kusta di Puskesmas Batujaya periode Januari sampai dengan Desember 2012. 2. Diketahuinya angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di Puskesmas Batujaya periode Januari sampai dengan Desember 2012. 3. Diketahuinya prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Batujaya periode Januari sampai dengan Desember 2012. 4. Diketahuinya proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Batujaya periode Januari sampai dengan Desember 2012. 5. Diketahuinya proporsi penderita anak (0-14 tahun) di Puskesmas Batujaya periode Januari sampai dengan Desember 2012. 6. Diketahuinya proporsi MB di Puskesmas Batujaya periode Januari sampai dengan Desember 2012. 7. Diketahuinya cakupan penyuluhan di Puskesmas Batujaya periode Januari sampai dengan Desember 2012. 8. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Batujaya periode Januari sampai dengan Desember 2012.

1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi evaluator 1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah. 2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program P2Kusta.
3

3. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi 1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi. 2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan. 3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana ( Ukrida ) sebagai universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi 1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Pengendalian Penyakit Kusta diwilayah kerjanya. 2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan balik agar keberhasilan program dimasa mendatang dapat tercapai secara optimal.

1.4.4 Bagi masyarakat 1. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu, khususnya bagi penderita Kusta diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya. 2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai penularan Kusta diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya. 3. Diharapkan Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya.

1.5 Sasaran Semua penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Batujaya, Kabupaten Karawang, periode Januari sampai dengan Desember 2012.

Bab II Materi dan Metode


2.1 Materi Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan Program Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Batujaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012, yang berisi kegiatan : 1. Penemuan tersangka penderita Kusta 2. Penentuan Diagnose Penderita Kusta 3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan 4. Pemantauan pengobatan (Penderita yang mengalami reaksi) 5. Pemeriksaan kontak 6. POD dan perawatan diri 7. Reaksi kusta 8. Penyuluhan 9. Pencatatan dan pelaporan

2.2 Metode Evaluasi dilakukan dengan cara mengetahui cakupan program penanggulangan penyakit kusta di Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2012 yang kemudian dibandingkan dengan tolok ukur yang ditetapkan dengan mengadakan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari pelaksanaan program penanggulangan penyakit kusta di
5

Puskesmas Kecamatan Batujaya kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.

Bab III Kerangka Teori 3.1 Kerangka Teoritis

Bagan 1. Skema Sistem Menurut Ryans

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. 1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metoda (methode) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan penyakit kusta. 2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan dan terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organization), pelaksanaan (activities) dan pengawasan (controling) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan penyakit kusta. 3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan langsung dari berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan pemberantasan penyakit kusta. 4. Lingkungan (environment) adalah dampak luar yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap program pemberantasan penyakit kusta, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.
7

5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam program pemberantasan penyakit kusta. 6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dalam pemberantasan penyakit kusta.

3.2 Tolok Ukur Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan dan umpan balik. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program penanggulangan penyakit kusta.(Lampiran I).

Bab IV Penyajian Data


4.1 Sumber Data Data sekunder diperoleh dari Data Monografi Puskesmas Kecamatan Batujaya tahun 2012 dan Laporan Bulanan Program Penanggulangan Penyakit Kusta Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

4.2 Data Umum 4.2.1 Data Geografis Puskesmas Batujaya terletak di sebelah utara Kabupaten Karawang, dimana Puskesmas Batujaya termasuk wilayah kecamatan Batujaya, salah satu kecamatan dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang. Luas wilayah kerja Puskesmas Batujaya 8138,139 Ha, dengan kondisi fisik dataran rendah, di dominasi oleh sebagian besar persawahan dan sebagian pantai. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Batujaya sebagai berikut:6 Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah barat Sebelah timur : berbatasan dengan wilayah kerja PKM Tirtajaya : berbatasan dengan wilayah kerja Kabupaten Bekasi : berbatasan dengan wilayah kerja PKM Pakisjaya : berbatasan dengan PKM Medangasem

Keterangan : Peta wilayah puskesmas Batujaya terlampir dalam Lampiran II. 4.2.2 Demografi Berdasarkan data penduduk yang ada, proyeksi wilayah Puskesmas Batujaya jumlah penduduk sebanyak 85.406 terdiri dari laki-laki 41.402 dan perempuan 44.004, jumlah KK 35.276. (Lampiran 3 tabel 2)

4.2.3

Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Batujaya, sebagian

besar adalah petani 67.60%. (Lampiran 3 tabel 3)

4.2.4

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan masyarakat Kecamatan Batujaya SD sebesar 55,54%,

SMP sebesar 33,60%, SMA sebesar 23,28% dan S1 sebesar 1,20%.(Lampiran 3 tabel 4)

4.2.5

Sarana Kesehatan Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Batujaya Kabupaten Karawang antara lain: puskesmas perawatan (1), Puskesmas Pembantu/Pustu( 2), Polindes Plus (7 ), BP Pratama (4), BP Madya/Klinik 24 jam (8), Posyandu(52), Posbindu (5), Praktek Bidan (17).(Lampiran 3 tabel 5). Data PHBS

Data umum selengkapnya ada di Lampiran III.

4.3Data Khusus
4.3.1 Masukan 4.3.1.1 Tenaga 1. Dokter umum (terlatih) 2. Petugas P2Kusta 3. Petugas laboratorium (terlatih) : 2 orang : 1 orang : 1 orang

10

4. Petugas Pencatatan dan Pelaporan dengan petugas P2 kusta)

: 1 orang (orang yang sama

Tidak cukupnya tenaga di bidang P2Kusta yang hanya ada 1 orang. Seharusnya tenaga di bidang P2Kusta minimal ada 10 orang atau dapat diambil tenaga dari bidang lain di Puskesmas. 4.3.1.2 Dana 1. APBD Tingkat II 4.3.1.3 Sarana 1. Object Glass 2. Bambu/lidi 3. Silet : ada : ada : ada : ada

4. Persediaan obat Kusta blister PB, blister MB, prednison : ada 5. Spuit 6. Mikroskop 7. Lampu spiritus 8. Pewarnaan BTA Ziehl Nielseen : ada : ada : ada : ada

Non Medis 1. Ruang tunggu pasien yang terbuka 2. Ruang pemeriksaan pasien 3. Ruang administrasi 4. Ruang obat 5. Ruang laboratorium 6. Tempat tidur untuk memeriksa pasien 7. Lemari penyimpanan obat 8. Rak obat Alat Administrasi 1. Buku register kunjungan pasien 2. Alat tulis : ada : ada
11

: ada : ada : ada : ada : ada : ada : ada : ada

3. Komputer Alat Penyuluhan 1. Papan tulis 2. Spidol 3. Brosur 4. Poster Formulir Pencatatan 1. Kartu Penderita

: ada

: ada : ada : tidak ada : tidak ada

: ada

2. Register/Monitoring KOHORT Penderita : ada 3. Pencatatan Pencegahan Cacat 4. Form Evaluasi Pengobatan Prednison Formulir Pelaporan 1. Gambaran Data Pokok Pencapaian Program Pemberantasan Penyakit Kusta : ada 2. Laporan Program P2Kusta : ada : ada : ada

4.3.2

Metode

1. Penemuan tersangka penderita Kusta : passive case finding yaitu penemuan tersangka penderita Kusta yang datang ke Puskesmas ke Balai Pengobatan Umum (BPU). Tanda-tanda tersangka Kusta (Suspek) : Tanda-tanda pada kulit a. b. Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh Kulit mengkilap
12

c. d.

Bercak yang tidak gatal Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut

e.

Lepuh tidak nyeri

Tanda-tanda pada saraf a. b. c. d. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka Adanya cacat (deformitas) Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh

2. Penentuan Diagnosis Penderita Kusta Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinal Sign : Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf : gangguan fungsi sensoris (mati rasa), gangguan fungsi motoris (parese atau paralisis), gangguan fungsi otonom (kulit kering dan retak-retak) Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit.

Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta jika terdapat satu dari tandatanda utama di atas. Jika diagnosis kusta masih belum dapat ditegakkan dan tidak ada petugas terlatih dan sarana pemeriksaan apusan, tunggu 3-6 bulan dan periksa kembali adanya cardinal sign. Jika ada cardinal sign, berikan MDT. Jika masih meragukan, suspek perlu dirujuk. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan pemeriksaan pandang, pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit, dan pemeriksaan saraf (saraf auriklaris magnus, saraf ulnaris, saraf radialis, saraf medianus, saraf peroneus, dan saraf tibialis posterior).

13

3. Klasifikasi a. Paucibacillary (PB): bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA negatif. b. Multibacillary (MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf, BTA positif

4. Penentuan regimen dan mulai pengobatan Regimen Pengobatan MDT Sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO : a. Pauci baciler (PB) Hari pertama : o o o 2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg) 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg Hari ke 2-28 : 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 6-9 bulan b. Multi basiler (MB) o o o o o Hari pertama : 2 tablet Rifampisin @300 mg (600 mg) 3 tablet Lampren @100 mg (300 mg) 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg Hari ke 2-28 : 1 tablet Lampren 50 mg 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 12-18 bulan

14

c. Dosis MDT menurut umur (<5 tahun) Rifampisin : 10-15mg/kgBB DDS : 1-2 mg/kgBB Clofazimine : 1mg/kgBB

d. Obat-obatan penunjang Sulfas ferosus Vitamin A Neurotropik Prednison

5. Pemantauan pengobatan a. b. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama dalam 1 bulan harus dilakukan pelacakan c. RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium d. Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif 1. Tipe PB selama 2 tahun 2. Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratoriumPenderita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis (blister) dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium e. Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis (blister) Dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium f. Defaulter 1. PB tidak ambil obat >3 bulan 2. MB tidak ambil obat >6 bulan 3. Tindakan bagi Defaulter - Dikeluarkan dari monitoring dan register

15

- Bila kemudian datang lagi, maka harus dilakukan pemeriksaan klinis ulang dengan teliti, bila: o Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif o Tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak perlu diobati lagi g. Relaps/Kambuh Penderita dinyatakan relaps. Bila setelah dinyatakan RFT timbul lesi baru pada kulit maka untuk menyatakan relaps harus dikonfirmasi ke dokter yang memiliki kemampuan klinis mendiagnosis relaps. h. Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT, meninggal, pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default. i. Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke pelayanan kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa blister disertai dengan pesan penyuluhan lengkap mengenai efek samping dan indikasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan. j. Reaksi Kusta Setiap pasien yang mengalami reaksi kusta, harus diberikan prednison sesuai dengan beratnya reaksi kusta. Kemudian harus dicatat kedalam form pemggunaan prednison yang tersedia.

6. Pemeriksaan Kontak a. Membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu penderita kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT. b. Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu penderita. c. Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering kontak dengan penderita. d. Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga atau tetangga yang sering kontak dengan penderita. e. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat MDT dosis pertama.

16

7. Prevention of Disability dan perawatan diri Komponen pencegahan cacat: a. b. c. Penemuan dini penderita sebelum cacat Pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin d. e. f. g. Penanganan reaksi Penyuluhan perawatan diri Penggunaan alat bantu Rehabilitasi medis

Tingkat cacat menurut WHO: Cacat Tingkat 0: Tidak ada cacat Cacat Tingkat 1: Cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada kornea mata, telapak tangan, dan telapak kaki. Gangguan fungsi sensoris pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu tidak ada cacat tingkat 1 pada mata. Cacat Tingkat 2: Tidak mampu menutup mata dengan rapat (lagophtalmos), kemerahan yang jelas pada mata (ulserasi kornea atau uveitis), gangguan penglihatan berat atau kebutaan; luka dan ulkus di telapak tangan dan kaki, deformitas yang disebabkan oleh kelumpuhan otot kaki atau hilangnya jaringan (atropi) atau reabsorbsi parsial dari jari-jari. Perawatan diri penderita dapat diupayakan dengan penyuluhan tentang perawatan diri yang diberikan kepada penderita dan keluarga tentang cara-cara memeriksa, melindungi mata, tangan yang mati rasa, kulit yang kering, jari tangan yang bengkok, kaki yang simper, kulit kaki tebal dan kering, kaki yang mati rasa, dan merawat luka agar dapat melakukan pencegahan cacat di rumah. Selain itu,

17

petugas dapat melakukan kegiatan pencegahan cacat di Puskesmas pada penderita dengan masalah khusus kecacatan seperti memberikan tetes mata yang mengandung saline jika mata sangat kering, antibiotik dan bebat mata bila terjadi konjungtivitis, atau merujuk jika perlu.1 8. Reaksi Kusta Reaksi kusta adalah suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan (seluler respons) atau reaksi antigen-antibodi (Humoral respons) dengan akibat merugikan penderita dan dapat mengakibatkan cacat. Reaksi kusta dapat terjadi sebelum pengobatan, selama pengobatan, dan sesudah pengobatan. Tipe reaksi kusta: o Reaksi tipe 1 (reaksi borderline) Reaksi tipe I terjadi baik pada penderita PB maupun MB dan kebanyakan terjadi pada 6 bulan pertama pengobatan. Reaksi tipe 1 terjadi akibat respons kekebalan seluler terhadap kuman kusta di kulit dan saraf penderita. o Reaksi tipe II (ENL= Erythema Nodosum Leprosum) Terjadi pada penderita tipe MB dan merupakan reaksi humoral dimana basil kusta yang utuh maupun yang tak utuh menjadi antigen. Pengobatan reaksi kusta dapat menggunakan prednison. Skema pemberian prednison : orang dewasa: (reaksi tipe 1 dan 2 berat) - 2 minggu I: 40mg/hari - 2 minggu II: 30mg/hari - 2 minggu III: 20mg/hari - 2 minggu IV: 15 mg/hari - 2 minggu V: 10mg/hari

18

- 2 minggu VI: 5 mg/hari Kasus reaksi berat pada wanita hamil atau penderita dengan komplikasi penyakit lain harus dirujuk ke rumah sakit. Anak Untuk pengobatan reaksi berat pada anak harus dikonsutasikan ke dokter atau dirujuk, karena steroid dapat menggangu proses pertumbuhan. Dosis maximal prednison pada anak tidak boleh melebihi 1mg/kgBB. Minimal pengobatan 12 minggu (3 bulan). 9. Penyuluhan a. Perorangan: penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau konsultasi di Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah semua informasi mengenai Kusta. Penyuluhan diberikan pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali untuk mengambil obat ke Puskesmas. b. Kelompok: penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar, dll. Materi yang diberikan adalah semua informasi mengenai Kusta. Dilakukan 4x/tahun. 10. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan: a. b. Kartu penderita : diisi saat ada penderita baru Register/Monitoring Penderita PB/MB : diisi tiap bulan saat pasien datang mengambil obat c. Formulir Pencatatan Pencegahan Cacat : diisi saat ada penderita baru. Diulangi setiap bulan untuk mendeteksi reaksi kusta secara dini. Diulangi setiap 2 minggu jika penderita mengalami reaksi. Juga diisi saat penderita dinyatakan RF d. Formulir Evaluasi Pengobatan Reaksi Berat

19

e.

Data Pokok Program Eliminasi : diisi setiap tahun, merupakan rekapitulasi data tribulan hasil kegiatan Puskesmas

f. g.

Formulir Register Stok Obat MDT Formulir Permintaan MDT-3, MDT-4

Pelaporan Formulir laporan Puskesmas copy register monitoring pengobatan PB/MB selanjutnya dikirim ke Kabupaten setiap tribulan

4.3.3

Proses

4.3.3.1 Perencanaan Ada perencanaan tertulis mengenai: 1. Penemuan Tersangka Penderita Kusta Setiap hari Senin Sabtu jam 08.00-14.00 di Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan Batujaya oleh dokter umum atau perawat maupun bidan desa secara passive case finding dengan target 8 pasien perbulan. berdasarkan gejala bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacat serta ulkus yang tidak mau sembuh yang dilakukan oleh dokter puskesmas atau petugas P2Kusta. 2. Diagnosis penderita Kusta Setiap hari Senin Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Batujaya oleh dokter berdasarkan gejala yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan fisik dan ditentukan tipe kusta: Paucibacillary (PB): bercak kusta berjumlah 15, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA negatif;

20

Multibacillary (MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf, BTA positif. 3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan Setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-12.00 di Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta. 4. Pemantauan pengobatan Setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-12.00 di Puskesmas Batujaya oleh petugas P2Kusta dengan memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps. 5. Pemeriksaan kontak Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau tetangga yang sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis pertama. 6. Prevention of Disability dan perawatan diri Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin dan Kamis jam 08.0012.00 di Puskesmas Batujaya dengan penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis. Dilakukan pada saat pasien sedang dalam masa pengobatan. 7. Reaksi Kusta Dilakukan setiap hari Senin- Sabtu jam 08.00 14.00 di Balai Pengobatan Umum Puskesmas Batujaya. Penentuan reaksi kusta dilakukan oleh dokter

21

Puskesmas, dengan cara menentukan derajat berat ringannya reaksi dan ditentukan tipe reaksi berdasarkan gejala yang ada. 8. Penyuluhan a. Perorangan: dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari kerja di Puskesmas Batujaya dengan cara tanya jawab serta memberi edukasi yang berisi semua informasi tentang kusta. b. Kelompok: penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar dll. Materi yang diberikan semua informasi tentang Kusta. Dilakukan 1x/3 bulan yang dilakukan oleh petugas P2Kusta. 9. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan: setiap hari kerja di Puskesmas Batujaya dengan menggunakan formulir yang ada di Puskesmas. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. Pelaporan: dilaporkan triwulan ke Dinas Kesehatan Karawang dilakukan oleh petugas P2Kusta. Pengawasan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang sebanyak 4x/tahun, dari Provinsi Jawa Barat 2x/tahun, dan evaluasi dari Kepala Puskesmas setiap 1x/bulan.

22

4.3.3.2 Pengorganisasian Terdapat struktur organisasi yang tertulis:

Penanggung jawab program Teti Suhernayati, S.KM

Petugas pencatatan dan pelaporan program P2M Sakinah

Sakinah

Koordinator dan pelaksana P2Kusta: Sakinah

Struktur organisasi tersebut tertulis di struktur organisasi puskesmas. Tetapi pengorganisasian kurang lengkap dan kurang jelas karena tidak diketahui siapa yang memeriksa pasien, siapa yang dilaboratorium, siapa yang menyuluh, siapa yang mengawasi, mengurus dan yang melakukan feedback, serta yang melakukan evaluasi. Oleh karena itu, penting untuk menuliskan secara tertulis mengenai pembagian tugas secara jelas untuk tiap bagian.. Seharusnya pembagian tugas dilakukan seperti diawah ini:

Taryono, AMKDampak

4.3.3.3 Pelaksanaan 1. Penemuan Tersangka Penderita Kusta Setiap hari Senin Sabtu jam 08.00-14.00 di Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan Batujaya oleh dokter umum atau perawat dan bidan secara passive case finding berdasarkan gejala bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal,
23

adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacat, ulkus yang tidak mau sembuh yang dilakukan oleh petugas P2Kusta. 2. Diagnosis penderita Kusta Setiap hari Senin - Sabtu jam 08.00-14.00 di Balai Pengobatan Umum Puskesmas Batujaya oleh dokter berdasarkan gejala yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan fisik dan ditentukan tipe kusta : Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, Multibacillary (MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf.. 3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan Setiap hari Senin dan Kamis pukul 08.00- 12.00 di Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta. 4. Pemantauan pengobatan Setiap Senin dan Kamis pukul 08.00- 12.00 di Puskesmas Batujaya oleh petugas P2Kusta dengan memonitor tanggal pengambilan obat, mencatat apakah ada yang mengalami reaksi kusta, mencatatat penggunaan prednison, melakukan pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps. 5. Pemeriksaan kontak Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau tetangga yang sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis pertama.

24

6. Prevention of Disability dan perawatan diri Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari kerja di Puskesmas Batujaya dengan penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis. 7. Reaksi Kusta Dilakukan setiap Senin- Sabtu jam 08.00 14.00 di Balai Pengobatan Umum. Penentuan reaksi kusta dilakukan oleh dokter puskesmas, dengan cara menentukan derajat berat ringannya reaksi dan tipe reaksi. 8. Penyuluhan a. Perorangan: dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari kerja di Puskesmas Batujaya dengan cara tanya jawab yang berisi semua informasi tentang kusta. b. Kelompok: tidak dilakukan.

9. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan : setiap hari kerja di Puskesmas Batujaya dengan menggunakan formulir yang ada di Puskesmas. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. Pelaporan : dilaporkan triwulan ke Dinas Kesehatan Karawang. Dilakukan oleh petugas P2Kusta.

25

4.3.3.4 Pengawasan Dari Kabupaten Karawang : 4x/tahun Dari Propinsi Jawa Barat : 2x/tahun Dari Kepala Puskesmas : 1x/bulan Pengawasan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang sudah ditetapkan.

4.3.4

Keluaran 1. Angka Penemuan Penderita Baru Kusta (CDR= Case Detection Rate) Merupakan penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun per 100.000 penduduk Rumus:
Jumah penderita yang baru ditemukan (PB+MB) pada periode satu tahun X 100.000 Jumlah penduduk pada tahun yang sama

15
X 100.000 85.406

= 17,56 per 100.000 penduduk (Target <5 per 100.000 penduduk) 2. Angka Kesembuhan (RFT= Release From Treatment) Menunjukkan keberhasilan pengobatan dan kualitas pelaksanaan program MDT.

26

a.

RFT Rate MB Jumlah penderita baru MB dari periode 1 tahun yang sama yang

menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan) dinyatakan dalam persentase

Rumus:
Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12-18 bulan Jumlah penderita MB yang mulai pengobatan pada periode yang sama 1

X 100%

=
15

= 6.7% (target >90%)

Hanya ada 1 pasien yang RFT dari 15 pasien baru tipe MB. 14 pasien lainnya masih dalam proses pengobatan & belum selesai.

b. RFT Rate PB Jumlah penderita baru PB dari periode 1 tahun yang sama yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan) dinyatakan dalam persentase.

Rumus:
Jumlah penderita baru PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9 bulan Jumlah penderita PB yang mulai pengobatan pada periode yang sama 0

X 100%

=
0

= 0% (target >90%)

3. Prevalensi dan Angka Prevalensi (PR = Prevalence Rate)


27

Menunjukkan besar masalah, menentukan beban kerja sebagai dasar perencanaan, sebagai alat evaluasi. Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat tertentu Angka prevalensi adalah jumlah penderita kusta terdaftar PB dan MB pada suatu saat tertentu per 10.000 penduduk Rumus: Jumlah penderita kusta tercatat pada waktu tertentu

X 10.000

Jumlah penduduk pada waktu tertentu

27

X 10.000 85.406
= 3.16 per 10.000 penduduk ( Target <1 per 10.000 penduduk)

4. Proporsi Cacat Tingkat 2 Menunjukkan keterlambatan penemuan yang merupakan bagian dari penampilan kerja (kinerja) dari petugas/efektifitas program kusta serta pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta.

Jumlah penderita yang ditemukan telah mengalami cacat tingkat 2 diantara penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun Rumus:
Jumlah kasus baru dengan cacat tingkat 2 dalam periode waktu tertentu

X 100%

28

Jumlah penderita baru dalam periode waktu tersebut

1 15

X 100%

= 7% (Target <5%) 5. Proporsi Pederita Anak (0-14 tahun) Menggambarkan tingginya penluaran di daerah tersebut mengingat masa inkubasinya yang lama. Jumlah penderita anak (0-14 tahun) diantara penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun. Rumus:

Jumlah penderita anak (0-14 tahun) yang baru ditemukan dalam periode tertentu

X 100%

Jumlah penderita baru yang ditemukan dalam periode waktu yang sama

0
=

X 100% 15

= 0% ( Target <5%)

6. Proporsi MB

29

Menggambarkan prosentase penderita kusta tipe MB diantara kasus baru. Hal ini menunjukkan tingginya penularan dimasyarakat. Jumlah penderita MB yang ditemukan diantara penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun Rumus: Jumlah penderita baru tipe MB dalam periode tertentu Jumlah penderita baru dalam periode tersebut

X 100%

15
=

X 100%

15

=100 % (Target < 60%)

7. Penyuluhan Penyuluhan perorangan = 100% (target 100%). Penyuluhan kelompok = 0% (target 100%).

8. Reaksi Reaksi tipe I : tidak ada Reaksi tipe II: tidak ada

9. Pencatatan dan Pelaporan 100 % dilakukan pencatatan kegiatan program. 100% dilakukan pelaporan kegiatan program.

4.3.5

Umpan Balik

30

Pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan sesuai dengan waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan Ada

Rapat kerja yang membahas laporan kegiatan setiap bulannya untuk mengevaluasi program yang telah dijalankan

Ada

Analisa

serta

perhitungan

mengenai

Tidak ada

pencapaian program P2Kusta

4.3.6

Lingkungan Fisik Perumahan: sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga sedikit padat serta jarak antar rumah cukup dekat dan sedikit kumuh. Sebagian besar rumah memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup, namun sanitasi yang kurang. Fasilitas kesehatan lain: terdapat fasilitas kesehatan lain seperti klinik dokter umum, rumah sakit umum daerah dan rumah sakit swasta yang dapat bekerjasama dengan baik namun berlokasi sangat jauh.

Non fisik Pendidikan: Mayoritas berpendidikan tamat SD sebanyak 55,54 % Sosial Ekonomi: Mayoritas bekerja sebagai petani sebanyak 67.60% Peran serta perilaku masyarakat: tidak semua masyarakat berperan aktif dan saling mendukung dalam pemberantasan penyakit kusta

31

4.3.7

Peran keluarga : kebanyakan keluarga mendukung untuk pasien berobat

Dampak 1. Langsung Menurunkan jumlah penderita kusta Menurunkan jumlah kecacatan penderita kusta

2.Tidak langsung Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

Bab V Pembahasan
32

Masalah menurut variabel keluaran: No Variabel 1 2 3 4 5 Angka penemuan penderita baru Prevalence rate Proporsi cacat tingkat 2 Proporsi penderita MB Penyuluhan kelompok Tolok ukur <5:100.000 <1:10.000 <5% <60% 4x/tahun Pencapaian 17.56 : 100.000 3.16 : 10.000 7% 100% Tidak dilakukan Masalah (+) (+) (+) 40% (+) 66% (+)100%

Masaah menurut variabel masukan: No Variabel 1 2 Alat penyuluhan brosur Alat penyuluhan poster Tolok ukur Ada Ada Pencapaian Tidak ada Tidak ada Masalah (+) (+)

Masalah menurut variabel proses No 1 Variabel Penyuluhan Kelompok Tolok Ukur Dilakukan sebanyak bulan 2 Struktur organisasi Tertulis tertempel dan Tidak jelasnya (+) 1x/3 Pencapaian Tidak dilakukan Masalah (+)

di pembagian tugas

papan organisasi Puskesmas dan ditulis pembagian tugas

Masalah menurut variabel lingkungan

33

No Variabel 1 Perumahan

Tolok ukur Tidak kumuh, ventilasi

Pencapaian Kumuh, ventilasi rumah dan

Masalah (+)

rumah dan pencahayaan pencahayaan baik,Sanitasi tidak baik , Sanitasi baik 2 Pendidikan Tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan program P2 kusta baik Mayoritas penduduk berpendidikan rendah (+)

Bab VI

34

Perumusan Masalah
Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di Puskesmas Batujaya terdapat beberapa masalah: 6.1 Masalah Menurut Keluaran 1. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 17.56 : 100.000 2. Prevalence rate yang tercatat 3.16 :10.000 3. Proporsi penderita yang mengalami cacat tingkat 2 sebesar 7% 4. Proporsi penderita MB sebesar 100% 5. Tidak adanya penyuluhan kelompok dengan besar masalah 100%

5.2 Masalah Menurut Sistem lainnya 1. Masukan Tidak adanya alat penyuluhan berupa brosur dan poster mengenai program pemberantasan kusta.

2. Proses Tidak dilakukannya penyuluhan kelompok yang direncanakan sudah baik yaitu dilakukan oleh petugas P2Kusta sebanyak 1x/3 bulan. Tidak adanya pengorganisasian dan pembagian tugas yang jelas

3. Lingkungan a) Fisik : Perumahan tempat tinggal warga termasuk padat dengan jarak antar rumah yang dekat dan lingkungan yang kumuh. Sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup, namun sanitasi yang kurang.

b) Non fisik :
35

1.

Mayoritas penduduk berpendidikan rendah sehingga kurang memahami pentingnya pengendalian kusta dan menjadi hambatan dalam program penaggulangan penyakit kusta.

Bab VII
36

Prioritas Masalah
A. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 17.56 : 100.000 B. Prevalence rate yang tercatat 3.16 :10.000 C. Proporsi penderita yang mengalami cacat tingkat 2 sebesar 7% D. Proporsi penderita MB sebesar 100% E. Tidak adanya penyuluhan kelompok dengan besar masalah 100%

No 1 2 3

Parameter Besarnya masalah Akibat yang ditimbulkan Keuntungan sosial karena selesainya masalah

A 5 5 5

B 5 4 3

C 3 5 5

D 5 5 3

E 3 4 5

4 5

Teknologi yang tersedia Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah Total

5 3

3 3

2 3

3 3

5 4

23

18

18

19

21

Keterangan derajat masalah: 5 = Sangat penting 4 = Penting 3 = Cukup penting 2 = Kurang penting 1 = Sangat kurang penting Yang menjadi prioritas masalah adalah: 1. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 17.56 : 100.000 2. Penyuluhan kelompok 0 (0%) (masalah 100%)

Bab VIII

37

Penyelesaian Masalah
Masalah I Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 17.56 : 100.000 Penyebab a. Lingkungan rumah penduduk yang padat dan kumuh , serta sanitasi lingkungan yang kurang baik b. Masih banyak penderita kusta (khususnya tipe MB) yang belum terjaring sehingga menjadi sumber penularan ditengah masyarakat karena penemuan penderita masih dilakukan secara pasif. Penyelesaian masalah a. Menjaga kebersihan dengan cara memberi tahu pasien dan penduduk sekitar untuk membuka jendela agar ventilasi menjadi baik. b. Mengoptimalkan active case finding dengan kunjungan ke desa dimulai dengan memeriksa anggota keluarga pasien kusta yang sudah terdaftar kemudian lingkungan sekitar rumah pasien, agar dapat menjaring penderita kusta dan segera memberikan pengobatan. c. Dalam 3 bulan seluruh anggota keluarga harus diperiksa, dimulai pada saat anggota keluarga tersebut dinyatakan sakit kusta pertama kali dan perhatian khusus ditujukkan pada kontak tipe MB. Pemeriksaan sebaiknya diulang tiap tahun. d. Segera memberikan pengobatan kepada penderita yang telah didiagnosa penyakit kusta.

Masalah II
38

Tidak adanya penyuluhan kelompok (0%) dari target 100% Penyebab a. Kurangnya tenaga dalam bidang P2 kusta, karena hanya ada seorang yang bertugas dibidang kusta. b. Tidak diadakan perencanaan dengan baik mengenai penyuluhan kelompok dan pembagian tugas dalam pengoraganisasian c. Tidak adanya alat penyluhan seperti brosur, poster yang dapat berfungsi sebagai alat penyuluhan Penyelesaian Masalah a. Dapat diambil tenaga kesehatan yang bekerja dari bidang lain, ataupun dengan melatih kader-kader yang dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit kusta. b. Membuat program dan merencanakan secara tertulis dan terstruktur mengenai penyuluhan kelompok mengenai penyakit kusta. c. Membuat poster atau brosur-brosur yang sederhana mengenai penyakit kusta dan ditempel di puskesmas, dan poster tersebut juga dapat dibawa jika saat akan dilakukan penyuluhan kelompok.

Bab IX

39

Kesimpulan dan Saran 9.1 Kesimpulan


Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di Puskesmas Batujaya Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 belum berhasil, hal ini dapat dilihat dari unsur keluaran yang belum seluruhnya mencapai target yang ditentukan. 1. Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di Puskesmas Batujaya Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 dapat disimpulkan bahwa angka penemuan penderita baru Kusta di Puskesmas Batujaya Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah 17.56 :100.000, sudah melebihi tolok ukur yang ditetapkan yaitu <5:100.000, oleh karena itu pemberantasan penyakit kusta harus lebih agresif. 2. Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) tipe MB di Puskesmas Batujaya Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah 6.7% hal ini tidak menjadi masalah karena pasien memang masih dalam masa pengobatan. 3. Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) tipe PB di Puskesmas Batujaya Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah 0% adanya penderita PB pada periode tersebut. 4. Angka nilai prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Batujaya Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah 3.16 :10.000, hal ini masih diatas target yaitu <1:10.000. 5. Proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Batujaya Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah 7%, hal ini masih diatas tolok ukur yang ditetapkan yaitu <5%. 6. Proporsi MB di Puskesmas Batujaya Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah 100%, dimana hasil ini sudah sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan yaitu <60%.. 7. Cakupan penyuluhan kelompok Puskesmas Batujaya Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 tidak dilakukan. Hal ini menjadi masalah besar karena rendahnya tingkat pengetahuan penduduk tentang penyakit kusta dan stigma sosial negatif tentang penyakit kusta. Dipilih dua prioritas masalah, yaitu:
40

karena tidak

1. Penyuluhan kelompok 0 (0%) (masalah 100%). 2. Masih tinggi penemuan penderita baru kusta yang tercapai 17.56 :100.000

10.2 Saran
Diharapkan kedua prioritas masalah tersebut dapat terselesaikan apabila saran berikut ini dapat dijalankan dengan benar, antara lain:

Diadakannya penyuluhan kelompok oleh petugas promosi kesehatan puskesmas untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, serta dilakukannya pencatatan yang jelas pada setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan dan pentingnya untuk merubah stigma masyarakat mengenai penyakit kusta.

Membuat secara tertulis mengenai rincian pembagian tugas dari setiap bagian program, yang ditanda tangani oleh kepala puskesmas dan ditempel di papan organisasi puskesmas.

Penyuluhan dilakukan dengan rutin bekerja sama dengan pihak-pihak luar, seperti pemuka desa, tokoh agama, organisasi sosial, organisasi kesehatan lain sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit kusta.

Dilakukannya Rapid Village Survey untuk secara cepat menjaring penderita kusta di suatu desa. Ditingkatkannya angka penemuan penderita baru dengan lebih agresif seperti setiap pasien yang datang dengan keluhan penyakit kulit wajib diperiksa seluruh bagian tubuhnya untuk dicari apakah termasuk cardinal sign kusta.

Peningkatan pengawasan minum obat penderita kusta dengan melatih kader kusta di masyarakat dan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran penderita akan pentingnya menjalani pengobatan kusta hingga tuntas.

Daftar Pustaka
41

1. Menkes Canangkan Tahun Pencegahan Cacat akibat Kusta, diunduh dari http://www.bppsdmk.depkes.go.id, September 2012. 2. Indonesia Urutan Ketiga Terbesar Kasus Kusta, diunduh dari http://www.tempo.co, September 2012. 3. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011, diunduh dari www.depkes.go.id, Maret 2013 4. Kusta, diunduh dari http://www.diskes.jabarprov.go.id, September 2012. 5. Buku Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Batujaya Tahun 2011 6. Profil Puskesmas Batujaya Tahun 2012

42

Anda mungkin juga menyukai