Anda di halaman 1dari 37

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Percobaan Kelompok Nama 1. 2. 3. 4. 5.

: PELAPISAN LOGAM : VIII A

: Clarissa Amalia Daniatus Syarh Hajj Aprise Mujiartono Fano Alfian Ardyansyah Khairul Anam

NRP. NRP. NRP. NRP. NRP.

2313 030 015 2313 030 023 2313 030 051 2313 030 079 2313 030 097

Tanggal Percobaan Tanggal Penyerahan Dosen Pembimbing Asisten Laboratorium

: 25 Nopember 2013 : 2 Desember 2013 : Nurlaili Humaidah ST, MT : Dhaniar Rulandri W

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

ABSTRAK Tujuan melakukan percobaan ini adalah untuk melapisi logam besi (Fe) yang mudah mengalami korosi dengan logam tembaga (Cu) menggunakan metode elektroplating, sehingga dapat meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan dan dapat memperbaiki penampilan. Metode pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian membersihkan logam besi dengan cara mencelupkan logam besi dalam larutan HCl pekat, menimbang logam besi satu per satu dengan menggunakan neraca analit kemudian mencatatnya sebagai berat awal (Wo). Metode kedua yaitu melakukan percobaan menggunakan variabel kuat arus yaitu 300 mA dan 500 mA dengan variabel waktunya adalah 8 menit, 16 menit, 24 menit, 32 menit, dan 40 menit. Lalu menimbang berat masing- masing logam besi setelah melalui proses elektroplating (pelapisan logam menggunakan listrik) kemudian mencatatnya dalam sebagai berat akhir (Wt). Hasil percobaan yang telah dilakukan menyatakan bahwa proses elektroplating menghasilkan peningkatan berat pada logam yang dilapisi atau yang kali ini digunakan adalah logam besi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin lama proses elektroplating tersebut dilakukan pada besi maka semakin berat pula endapan / pelapisan yang terbentuk. Namun, dalam percobaan kali ini terdapat beberapa kesalahan yaitu selisih berat yang dihasilkan selama elektroplating berat tidak berubah. Hal itu dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah larutan CuSO4 yang digunakan tidak pernah diganti selama percobaan berlangsung dan banyaknya ampas hasil pelapisan yang terbuang (tidak ikut ditimbang). Dari percobaan dapat disimpulkan Electroplating merupakan proses palapisan logam dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu untuk memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapisi. Lapisan yang dihasilkan kasar dan mudah terlepas akibat ketidaksesuaiannya kondisi-kondisi sistem. Kondisi Optimum pada saat percobaan dengan variabel waktu dengan skala 300, Kuat Arus 220 mA, menghasilkan massa ratarata tertinggi yakni bernilai 0,5 dengan waktu 40 menit. Sedangkan kondisi minimum pada saat percobaan dengan variabel waktu dengan skala 300, Kuat Arus 110 mA, menghasilkan massa ratarata tertinggi yakni bernilai 0,2. Kondisi Optimum pada saat percobaan dengan variabel kuat arus dengan waktu 40 menit, Kuat Arus 500 mA, menghasilkan massa rata-rata tertinggi yakni bernilai 0,5. Lapisan yang dihasilkan kasar dan mudah terlepas akibat ketidaksesuaiannya kondisi-kondisi sistem. Semakin lama waktu pelapisan maka nilai W semakin besar. Hal ini dikarenakan proses electrplating berlangsung lebih lama sehingga elektroda Cu yang teroksidasi semakin banyak untuk melapisi logam Fe. Kata Kunci : Electroplating, kuat arus, waktu, dan perubahan berat.

DAFTAR ISI
ABSTRAKS ........................................................................................................................ i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL............................................................................................................... iv DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang........................................................................................................ I-1 I.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. I-1 I.3 Tujuan Percobaan ................................................................................................... I-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori ............................................................................................................ II-1 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Variabel Percobaan .............................................................................................. III-1 III.2 Bahan yang Digunakan ........................................................................................ III-1 III.3 Alat yang Digunakan ........................................................................................... III-1 III.4 Prosedur Percobaan.............................................................................................. III-1 III.5 Diagram Alir Percobaan ...................................................................................... III-3 III.6 Gambar Alat Percobaan ....................................................................................... III-5 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan ................................................................................................... IV-1 IV.2 Pembahasan ......................................................................................................... IV-2 BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................... V-1 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... vi DAFTAR NOTASI ............................................................................................................. vii APPENDIKS....................................................................................................................... viii LAMPIRAN Laporan Sementara Fotokopi Literatur Lembar Revisi

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Proses ELectroplating.................................................................................... II-4 Gambar II.2 Skema Pelapisan Logam ............................................................................... II-8 Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan ................................................................................ III-5

iii

DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.2.1 Pengaruh waktu terhadap selisih berat dengan arus tetap 100 mA ............ IV-2 Grafik IV.2.2 Pengaruh waktu terhadap Kuat arus dengan arus tetap 300 mA ................ IV-3 Grafik IV.3 Pengaruh waktu terhadap selisih berat dengan arus tetap 500 mA ............... IV-4 Grafik IV.4 Pengaruh waktu terhadap kuat arus dengan arus tetap 500 mA .................... IV-5

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Pelapisan permukaan logam diperlukan pada logam yang mudah mengalami korosi, misalnya baja yang memiliki sifat mekanik yang baik, tetapi mudah korosi sehingga perlu dilakukan proses pelapisan. Saat ini pelaisan nikel pada baja banyak sekali dilakukan. Baik untuk tujuan pencegahan karat saja ataupun untuk menambah keindahan. Pada saat proses pelapisan logam berlangsung maka akan timbul gelembung-gelembung gas hidrogen (H2). Selain itu juga akan timbul kotoran-kotoran akibat proses. Gas hidrogen dan kotoran yang timbul dapat menggangu proses pelapisan yang buruk. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka selam proses harus dilakukan pengadukan
(Tatang, 2008).

Pengadukan larutan elektrolit merupakan salah satu hal yang menentukan hasil dari pelapisan. Pengadukan larutan elektrolit dengan menggunakan udara merupakan salah satu cara pada proses pengadukan. Maka perlu melakukan proses penelitian tentang pengaruh pengadukan dan waktu pelapisan terhadap ketebalan dan kerekatan. Proses pelapisan logam merupakan proses pelapisan permukaan logam dengan logam yang dicairkan, dilebur atau diberi arus listrik dengan perantara larutan elektrolit dengan tujuan utama untuk memperbaiki sifat fisik dan sifat mekanik suatu material, ada bermacam- macam proses pelapisan logam, salah satunya adalah proses Electroplating merupakan proses pelapisan logam dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu yang digunakan untuk memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapisi. Pada proses pelapisan ini banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan pelapisan logam, antara lain pengadukan, rapat arus, temperature, pH larutan elektrolit dan waktu yang digunakan selama proses berlangsung. Fungsi utama dari pelapisan logam adalah memperbaiki penampilan misalnya : pelapisan emas, perak, kuningan, dan tembaga, memperbaiki kehalusan atau bentuk permukaan. Selain yang disebutkan diatas electroplating juga digunakan untuk melindungi logam dasar dari korosi dan meningkatkan sifat teknis atau mekanisme dari suatu logam. Dari praktikum ini dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari, misalnya untuk pelapisan emas, besi yang digunakan untuk struktur bangunan rumah, dan sebagainya agar tidak mudah mengalami korosi.

I-1

I-2 Bab I Pendahuluan I.2 Rumusan Masalah Bagaimana caranya menentukan reaksi redoks yang terjadi pada elektroda besi (Fe) di katoda dan tembaga (Cu) di anoda ? I.3 Tujuan Percobaan Mengetahui cara menentukan reaksi redoks yang terjadi pada elektroda besi (Fe) di katoda dan tembaga (Cu) di anoda.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II..1 Dasar Teori Pelapisan adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan mengalami perbaikan dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak menutup kemungkinan pada perbaikan terhadap sifat fisiknya. Sementara logam adalah sebuah unsur kimia yang siap dan bisa membentuk ion/kation dan memiliki ikatan logam. Jadi, dengan demikian pelapisan logam adalah cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu pada permukaan logam yang tujuannya agar logam mengalami perbaikan yang lebih baik dari hal struktur mikro maupun tekannanya. Konsep dasar dalam melindungi logam adalah upaya agar tidak terjadi pertukaran ion antara logam dengan lingkungan. Lapisan metalik merupakan penghalang yang sinambung antara permukaan logam dan lingkungan sekelilingnya. Sifat-sifat ideal bahan pelapis dari logam ini dapat diringkaskan sebagai berikut: 1. Logam pelapis harus jauh lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan dibandingkan logam yang dilindungi. 2. Logam pelapis tidak boleh memicu korosi pada logam yang dilindungi senandainya mengalami goresan atau pecah dipermukaannya. 3. Sifat-sifat fisik, seperti kekuatan, keuletan dan kekerasannya, harus cukup memenuhi persyaratan operasional struktur/komponen bersangkutan. 4. Tebal lapisan harus merata dan bebas dari pori-pori (persyaratan ini hampir tidak mungkin terpenuhi). Pengertian Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang didalamnya terdapat serah terima elektron antar zat. Reaksi redoks sederhana dapat sederhana dapat disederhanakan dengan mudah tanpa metode khusus. Akan tetapi untuk reaksi yang cukup kompleks, ada dua metode yang dapat digunakan untuk menyetarakannya yaitu :

II-1

II-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Metode bilangan oksidasi, yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung tanpa atau dalam air, dan memiliki persamaan reaksi lengkap (bukan ionik).
2. Metode setengah reksi (metode ion elektron), yang digunakan untuk reaksi

yang berlangsung dalam air dan memiliki persamaan ionik. Ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk oksidasi, yaitu kehilangan elektron, memperoleh oksigen, atau kehilangan hidrogen. Oksidasi adalah kehilangan satu atau lebih elektron yang dialami oleh suatu atom,molekul, atau ion, sementara reduksi adalah perolehan elektron. Tidak ada elektron bebas dalam sistem kimiawi selalu disertai oleh perolehan elektron pada bagian yang lainnya . istilah reaksi transfer elektron terkadang digunakan untuk reaksi-reaksi redoks Tabel II.1 Tabel pengertian Reduksi dan oksidasi Oksidasi Pengertian Klasik Pengertian Modern Reaksi antara suatu zat dengan oksigen Reaksi dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi Reaksi dimana terjadi pelepasan elektron Reduksi Reaksi antara suatu zat dengan hidrogen Reaksi dimana terjadi penurunan bilangan oksidasi Reaksi dimana terjadi penangkapan elektron

Tabel II.2 Tabel perbedaan oksidator dan reduktor Oksidator Zat yang dalam reaksinya mengalami reduksi Zat yang dalam penurunan Reduktor Zat yang dalam reaksinya mengalami oksidasi reaksinya Zat yang dalam reaksinya mengalami bilangan kenaikan bilangan oksidasi

mengalami oksidasi

Zat yang mampu mengoksidasi zat Zat yang mampu mereduksi zat lain Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA lain Zat yang dapat menangkap Zat yang dapat memberikan elektron pada zat lain

elektron dari zat lain (IPIEMS, 1983) Konsep-konsep dasar Redoks :

1. Oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron atau penambahan (kenaikan) bilangan oksidasi 2. Reduksi adalah peristiwa penangkapan elektron atau pengurangan (penurunan) bilangan oksidasi 3. Reduktor (pereduksi) adalah zat yang mengalami oksidasi atau zat yang melepaskan elektron, atau zat yang bilangan oksidasinya naik 4. Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi atau zat yang menangkap elektron atau zat yang bilangan oksidasinya turun 5. Redoks adalah reaksi yang terdiri dari peristiwa reduksi dan oksidasi atau reaksi perubahan bilangan oksidasi 6. Reaksi disproporsionasi (autoredoks) adalah reaksi redoks dimana hanya satu jenis atom yang mengalami reduksi dan oksidasi atau reaksi redoks dimana hanya satu jenis atom yang bilangan oksidasinya berubah. 7. Mol elektron adalah selisih bilangan oksidasi. (Andriani) Pengertian Pelapisan Logam Electroplating adalah proses pelapisan logam yang menggunakan prinsip elektrokomia. Dalam metode ini komponen bersama dengan batangan atau lempengan logam yang akan dilapisi, direndam dalam suatu larutan elektrolit yang mengandung garam-garam logam pelapis. Elektroplating dibuat dengan jalan mengalirkan arus listrik melalui larutan antara logam atau material lain yang konduktif. Dua buah plat logam merupakan anoda dan katoda dihubungkan pada kutub positif dan negatif

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA terminal sumber arus searah (DC). Logam yang terhubung dengan kutub positif disebut anoda dan yang terhubung dengan kutub negatif disebut katoda. Ketika sumber tegangan digunakan pada elektrolit, maka kutub positif mengeluarkan ion bergerak dalam larutan menuju katoda dan disebut sebagai kation.Kutub negatif juga mengeluarkan ion, bergerak menuju anoda dan disebut sebagai anion. Larutannya disebut elektrolit. Besarnya listrik yang mengalir yang dinyatakan dengan Coulomb adalah sama dengan arus listrik dikalikan dengan waktu. Dalam pemakaian secara umum atau dalam pemakaian elektroplating satuannya adalah ampere-jam (Amperehour) yang besarnya 3600 coulomb, yaitu sama dengan listrik yang mengalir ketika arus listrik sebesar 1 ampere mengalir selama 1 jam. Untuk menentukan tebal pelapisan yang terjadi perlu diketahui berat jenis dari logam yang terlapis pada katoda. Efisiensi plating pada umumnya dinyatakan sebagai efisiensi arus anoda maupun katoda. Efisiensi katoda yaitu arus yang digunakan untuk pengendapan logam pada katoda dibandingkan dengan total arus masuk. Arus yang tidak dipakai untuk pengendapan digunakan untuk penguraian air membentuk gas hidrogen, hilang menjadi panas atau pengendapan logamlogam lain sebagai impuritas yang tak diinginkan. Efisiensi anoda yaitu perbandingan antara jumlah logam yang terlarut dalam elektrolit dibanding dengan jumlah teoritis yang dapat larut menurut Hukum Faraday.Kondisi plating yang baik bila diperoleh efisiensi katoda sama dengan efisiensi anoda, sehingga konsentrasi larutan bila menggunakan anoda aktif akan selalu tetap. Efisiensi arus katoda sering dipakai sebagai pedoman menilai apakah semua arus yang masuk digunakan untuk mengendapkan ion logam pada katoda sehingga didapat efisiensi plating sebesar 100% ataukah lebih kecil. Adanya kebocoran arus listrik, larutan yang tidak homogen dan elektrolisis air merupakan beberapa penyebab rendahnya efisiensi. Elektrolisis air merupakan reaksi samping yang menghasilkan gas hidrogen pada katoda dan gas oksigen pada anoda. Reaksi elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut :

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara praktis efisiensi plating dinyatakan sebagai perbandingan berat nyata terhadap berat teoritis endapan pada katoda. Apabila logam dimasukkan pada larutan yang mengandung ionnya sendiri akan menimbulkan beda potensial antara logam tersebut dengan larutan. Beda potensial ini disebabkan karena atom dari logam untuk menjadikan satu atau lebih muatan negatif dan lepas ke larutan dalam bentuk ion. Pada saat yang bersamaan terjadi reaksi kebalikan dalam larutan. Dua reaksi yang berlawanan tersebut berlangsung pada kecepatan yang tidak sama, maka potensial ini akan diatur oleh permukaan logam dan elekrolit yang berhubungan dengan permukaan logam. Akhirnya kondisi setimbang tercapai dimana ionisasi dan pelepasan berlangsung tepat pada kecepatan yang sama. Kesetimbangan ini disebut dengan potensial kesetimbangan atau potensial bolak-balik pada partikel logam pada laruan yang dipergunakan. Potensial elektroda standar berdasarkan skala hidrogen, dimana semua logam-logam sebelum hidrogen pada skala hidrogen mampu menggantikan hidrogen dari larutan yang mengandung ion hidrogen, dan logam-logam setelah hidrogen pada skala hidrogen biasanya tidak dapat menggantikan hidrogen secara langsung. Logam seng, timah hitam dan timah putih dinamakan logam dasar karena mudah larut di dalam asam dan ditunjukkan oleh tanda potensial negatif, sedangkan kebalikan dari ketiga logam diatas adalah logam mulia seperi tembaga, perak dan emas ditunjukkan oleh tanda potensial positif.

Gambar II.1 Proses Electroplating Pada electroplating terdapat dua buah elektroda, dimana elekroda yang dihubungkan dengan kutub positif disebut anoda dan elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif disebut katoda. Ciri-ciri dari elektroda tersebut adalah: Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA a. Anoda: 1. Kutub positip 2. Terjadi reaksi oksidasi 3. Terjadi pelepasan elektron keluar sirkuit b. Katoda: 1. Kutub negatif 2. Terjadi reaksi reduksi 3. Menerima elektron dari sirkuit luar Ada dua macam Anoda yang sering digunakan dalam proses electroplating, yaitu anoda larut, yang berarti anoda yang selama proses memberikan ion-ion logamnya kepada katoda sehingga makin lama makin habis terkikis. Contohnya adalah tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), timah putih (Sn), perak (Ag), dll. Dan ada jenis yang kedua adalah anoda yang tidak dapat larut, yang berarti selama proses berlangsung anoda ini tidak terkikis. Contohnya adalah karbon (C), platina (Pt), imah hitam (Pb), dll. Sementara katoda adalah logam yang akan dilapisi. Logam-logam dapat disususun dalam suatu deret menurut kenaikan potensial elektrodenya yang disebut Deret Volta.

Li K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au
Semakin ke kiri posisi logam maka potensial elektodenya makin kecil, yang menyebabkan logam mudah mengalami oksidasi. Sebaliknya, semakin kekanan posisi logam maka potensial elektrodenya makin besar, yang menyebabkan logam sulit mengalami oksidasi melainkan mengalami reduksi. Proses pelapisan elekroplating memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunannya. Kelebihannya adalah: a. b. c. d. Temperatur proses rendah sekitar 60-70C Ketebalan lapisan mudah dikendalikan Permukaan halus dan mengkilap Laju pengendapan cepat

e. Porositas pada lapisan relatif rendah Kekurangannya adalah: a. Terbatas pada logam dan paduannya Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA b. Perlu perlakuan awal terhadap benda kerja c. Terbatas pada benda kerja yang bersifat konduktur Macam-macam Pelapisan Logam
a. Pelapisan Tembaga

Dalam pelapisan tembaga digunakan bermacam-macan larutan elektrolit, yaitu : 1. 2. 3. 4. Larutan asam Larutan sianida Larutan fluoborat Larutan pyrophosphat

Diantara empat macam larutan di atas yang paling banyak digunakan adalah larutan asam dan larutan sianida (mgmpkimiabms, 2009). b. Timah Putih Pelapisan timah putih pada besi dengan cara listrik (elektroplating) sudah sangat lama dilakukan untuk kaleng-kaleng makanan, minuman dan sebagainya. Pelapisan secara listrik pada umumnya sudah menggantikan pelapisan secara celup panas, karena pelapisan secara celup panas menghasilkan lapisan yang tebal dan kurang merata (kurang halus) sedangkan pelapisan secara listrik dapat menghasilkan lapisan yang tipis dan lebih merata/halus. Dengan keuntungan tersebut pada saat ini lebih banyak industri yang melakukan pelapisan timah putih secara listrik dari pada secara celup panas (mgmpkimiabms, 2009). c. Pelapisan Seng Seng sudah lama dikenal sebagai pelapis besi yang tahan korosi, murah harganya, dan mempunyai tampak permukaan yang cukup baik. Pelapisan senga pada besi dilaksanakan dengan beberapa cara seperti galvanizing, sherardizing, atau metal spraying. Namun pelapisan secara listrik (elektroplating) lebih disukai karena mempunyai beberapa

keuntungan bila dibandingkan dengan cara-cara pelapisan yang lain, diantaranya : a) Lapisan lebih merata

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA b) Daya rekat lapisan lebih baik c) Tampak permukaan lebih baik. Karena beberapa keuntungan itulah maka lebih banyak

dilaksanakan pelapisan secara listrik daripada cara-cara lainnya. Pelapisan seng secara listrik kadang juga disebut elektro-galvanizing. Larutan elektrolit yang sering digunakan ada dua macam yaitu larutan asam dan larutan sianida. Bila kedua larutan tersebut dibandingkan maka permukaan lapisan hasil dari penggunaan larutan sianida adalah lebih baik jika dibandingkan dengan larutan asam. Namun larutan asam digunakan bila dikehendaki kecepatan pelapisan yang tinggi dan biaya yang lebih murah.Larutan lain yang sering digunakan pada pelapisan adalah larutan alkali zincat dan larutan pyrophosphate (mgmpkimiabms, 2009). d. Pelapisan Nikel Pada saat ini, pelapisan nikel pada besi banyak sekali dilaksanakan baik untuk tujuan pencegahan karat ataupun untuk menambah keindahan. Dengan hasil lapisannya yang mengkilap maka dari segi ini nikel adalah yang paling banyak diinginkan untuk melapis permukaan. Dalam pelapisan nikel selain dikenal lapisan mengkilap, terdapat juga jenis pelapisan yang buram hasilnya. Akan tetapi tampak permukaan yang buram inipun dapat juga digosok hingga halus dan mengkilap. Jenis lain dari pelapisan nikel adalah pelapisan yang berwarna hitam. Warna hitam inipun tampak menarik dan digunakan biasanya untuk melapis laras senapan dan lainnya
(mgmpkimiabms, 2009).

e. Pelapisan Khrom Selain nikel, maka pelapisan khrom banyak dilaksanakan untuk mendapatkan permukaan yang menarik. Karena sifat khas khrom yang sangat tahan karat maka pelapisan khrom mempunyai kelebihaan tersendiri bila dibandingkan dengan pelapisan lainnya. Selain sifat dekoratif dan atraktif dari pelapisan khrom, keuntungan lain dari pelapisan khrom adalah dapat dicapainya hasil pelapisan yang keras. Sumber logam khrom didapat dari asam khrom, tapi dalam perdagangan yang tersedia adalah khrom oksida

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Cr O3) sehingga terdapatnya asam khrom adalah pada waktu khrom oksida bercampur dengan air (mgmpkimiabms, 2009). Pelapisan Logam Ditinjau dan Sifat Elekrokimia Bahan Pelapis A. Pelapisan Anodik Pelapisan anodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis lebih anodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada baja yang memiliki potensial listrik -0,04 Volt yang dilapisi dengan logam Seng yang memiliki potensial listrik -0,0762 Volt. Logam seng bersifat lebih anodik terhadap baja sehingga logam Seng akan mengorbankan dirinya dalam bentuk korosi sehingga logam yang lebih katodik terhindar dari reaksi korosi. Pelapisan ini termasuk dalam jenis pelapisan protektif. Keunggulan dari pelapisan ini adalah sifat logam pelapis yang bersifat melindungi logam yang dilapisi sehingga walaupun terjadi cacat pada permukaan pelapis karena sebab seperti tergores, retak, terkelupas dan lain-lain sehingga terjadi eksposure terhadap lingkungan sekitarnya, sampai batas tertentu tetap terproteksi oleh logam pelapis. B. Pelapisan Katodik Pelapisan katodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis lebih katodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada tembaga yang memiliki potensial listrik +0,34 Volt yang dilapisi dengan logam Emas yang memiliki potensial listrik +1,5 Volt. Logam Emas bersifat lebih mulia dibandingkan dengan logam tembaga, maka apabila logam pelapis mengalami cacat, logam yang dilapisi akan terekspose ke lingkungan dan bersifat anodik sehingga akan terjadi korosi lokal yang intensif terhadap substrat. Pelapisan katodik sangat cocok digunakan pada pelapisan dekoratif karena umumnya aksesoris dan perhiasan dari bahan-bahan imitasi tidak dikenai gaya-gaya dari luar sehingga kecil kemungkinan untuk mengalami cacat local pada permukaan (http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/). Metode-metode Pelapisan dengan Logam 1. Pencelupan Panas (hot dipping) Dalam metode ini, sruktur dicelupkan ke dalam bak berisi lelehan logam pelapis. Pengaturan tebal lapisan dalam proses ini cukup sulit karena Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA lapisan dalam proses ini cukup sulit karena lapisan cenderung tidak merata, yaitu tebal pada permukaan bawah tetapi tipis pada permukaan atas. Proses ini terbatas untuk logam-logam yang memiliki titik lebur rendah, misalnya timah, seng, dan aluminium. 2. Penyemprotan Logam pelapis berbentuk kawat diumpankan pada bagian depan penyembur api, dan begitu meleleleh segera dihembuskan dengan tekanan tinggi menjadi butir-butir yang halus. Butir-butir halus yang terlempar itu menjadi pipih ketika membentur permukaan logam dan melekat disitu. 3. Penempelan (clad coating) Kulit dari logam yang tahan korosi dapat dilapiskan ke logam lain yang tidak mempunyai ketahanan terhadap korosi lingkungan kerjanya. Kulit dipasang dengan cara rooling, dan membuat lapisan pengelasan di atas logam, suatu proses yang disebut buttering. 4. Pelapisan Difusi Proses ini hanya untuk benda-benda yang relatif kecil. Komponen yang hendak diproses mula-mula dibersihkan dari kotoran dan lemak, kemudian dipanaskan dalam keadaan kontak dengan tepung pelapis di udara lembab (solid route), atau dalam aliran gas senyawa mudah menguap dari logam pelapis (gaseous route). 5. Pelapisan Listrik (Electroplating) Electroplating adalah proses pelapisan logam yang menggunakan prinsip elektrokomia. Dalam metode ini komponen bersama dengan batangan atau lempengan logam yang akan dilapisi, direndam dalam suatu larutan elektrolit yang mengandung garam-garam logam pelapis. Dalam metode ini ada istilah throwing power yang diartikan dengan kemampuan logam penyalut untuk menghasilkan ketebalan merata sejalan dengan terus berubahnya panjang lintasan antara anoda dan permukaan komponen selama pelapisan Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai katoda. Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.2 Skema Pelapisan Logam Reaksi kimia yang terjadi pada proses elektroplating dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pembentukan lapisan nikel (Ni) Ni2+(aq) + 2e 2) Pembentkan gas hidrogen (H) 2H+(aq) + 2e 3) Reduksi oksigen terlarut O2 (aq) + 2H+(g) H2O (g) H2 (g) Ni(s)

Mekanisme terjadinya pelapisan adalah dimulai dari dikelilinginya ionion logam oleh molekul-molekul pelarut yang mengalami polarisasi. Didekat permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer (EDL) yang bertindak seperti lapisan dielektrik. Adanya lapisan EDL memberi beban tambahan bagi ion-ion untuk menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial listrik dan dibantu oleh reaksi-reaksi kimia, ion-ion logam akan menuju permukaan katoda dan menangkap elektron dari sambil mendeposisikan diri dipermukaan katoda. Dalam kondisi equilibrium, setelah ion-ion mengalami discharge menjadi atomatom kemudian akan menempatkan diri pada permukaan katoda dengan mula-mula menyesuaikan mengikuti susunan atom dari material katoda. Salah satu tujuan plating/pelapisan ialah upaya mencegah korosi. Peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi logam dari lingkungannya. 1. Lingkungan berwujud gas, udara dengan rentang temperatur -10C hingga +30C. Beberapa metode yang digunakan untuk mengurangi laju korosi udara Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA bebas adalah: a) Menurunkan kelembaban relative b) Menghilangkan komponen mudah menguap yang dihasilkan oleh bahanbahan disekitar. c) Mengubah temperature d) Menghilangkan kotoran, endapan yang akan membentuk katoda dan ion-ion agresif. 2. Bahan terendam di air bebas yang cukup mengandung ion untuk menjadikannya sebuah elektrolit. a. Menurunkan konduktivitas ionic b. Mengubah pH c. Secara homogen mengurangi kandungan oksigen d. Mengubah temperature Fungsi Pelapisan Logam Dalam teknologi pengerjaan logam, proses lapis listrik termasuk ke dalam proses pengerjaan akhir (metal finishing). Adapun fungsi dan tujuan dari pelapisan logam adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki tampak rupa (dekoratif) misalnya : pelapisan emas, perak, kuningan, dan tembaga. 2. Melindungi logam dan dekorasi, yaitu : a) Melindungi logam dasar dengan logam yang lebih mulia, misalnya : pelapisan platina, emas dan baja. b) Melindungi logam dasar dengan yang kurang mulia, misalnya : pelapisan seng dan baja. 3. Meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), misalnya : pelapisan krom keras. 4. Memperbaiki kehalusan /bentuk permukaan toleransi logam dasar misalnya : pelapisan nikel, krom dan lain sebagainya. 5. Elektroforming, yaitu : membentuk benda kerja dengan cara endapan.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hukum-Hukum yang Mendasari Pelapisan Logam A. Hukum Faraday Michael Faraday menemukan hubungan antara produk suatu endapan dengan jumlah arus dan waktu yang digunakan, yaitu : 1. Berat dari logam yang diendapkan (w) pada saat berlangsung proses elektrolisa berbanding lurus dengan jumlah kuat arus (I) dan waktu (t). 2. Untuk jumlah arus yang sama, berat dari logam yang diendapkan berbanding lurus dengan ekivalen kimianya. Pernyataan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut : Dengan :
W I t A zF

W = berat logam yang diendapkan (gr) I = arus yang digunakan (Ampere) t = waktu (detik) A = berat atom (gr/mol) z = valensi F = bilangan Faraday = 96500 Coulomb/mol Dari rumus diatas, ketebalan deposit dapat diperoleh dengan asumsi deposit sepanjang permukaan seragam (Sanders,1950:7). Dari rumus diatas, ketebalan deposit dapat diperoleh dengan asumsi deposit sepanjang permukaan seragam. Untuk mengetahui ketebalan deposit maka kita harus mengetahui volume dari logam, dan hubungan tersebut sebagai berikut: Dengan :
V W

V = volume (cm3) W = berat endapan (gr) = kerapatan logam pelapis (gr/cm3) Ketebalan endapan dapat ditentukan sebagai berikut: Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


ketebalan V A

Ketebalan = tebal lapisan (cm) V = volume (cm3) A = luas permukaan (cm2) Hukum Faraday dapat menjelaskan pengaruh penambahan waktu pada proses pelapisan logam dengan listrik. Semakin lama waktu yang digunakan, maka deposit logam yang dihasilkan juga semakin besar. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Variabel Percobaan a) Variabel Bebas : 1. Arus Listrik 300 mA dan 500 mA 2. Waktu 8 menit, 16 menit, 32 menit, dan 40 menit b) Variabel Kontrol : Konsentrasi CuSO4 0,1 N c) Variabel Terikat : Perubahan Berat Logam III.2 Alat 1. 2. 3. Pipet Tetes Beaker Glass Labu Ukur

4. Penjepit 5. Lempengan Besi 6. Lempengan Tembaga

III.3 Bahan 1. 2. 3. 4. 5. Logam Cu Logam Fe CuSO4 HCl Aquades

III.4 Prosedur percobaan Tahap persiapan 1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan 2. Membersihkan 25 logam besi (Fe) yang akan dilapisi dengan cara mencelupkan logam besi dalam larutan HCl 3. Menimbang logam besi yang telah kering satu persatu sebagai berat awal (W0) dengan menggunakan neraca analit 4. Kemudian mencatatnya dalam tabel

III-1

III-2 BAB III Metodologi Percobaan Tahap percobaan 1. Percobaan pertama menggunakan variabel kuat arus yaitu 100 mA, 300 mA(I), 300 mA(II), 500 mA(I), 500 mA(II). Dan variabel terikatnya adalah waktu 12 menit. 2. Percobaan kedua menggunakan variabel waktu yaitu 8 menit,12 menit, 20 menit, 28 menit, 37 menit. Dan variabel terikatnya adalah kuat arus 100 mA. 3. Menimbang berat masing- masing logam besi setelah melalui proses elektroplating (pelapisan logam menggunakan listrik) kemudian mencatatnya dalam tabel sebagai berat akhir (Wt). 4. Mengulang percobaan tersebut sesuai variabel percobaan.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-3 BAB III Metodologi Percobaan III.5 Diagram Alir

Mulai

Membersihkan logam yang berkarat dengan menggunakan HCl Menimbang logam besi (Fe) yang telah kering sebagai berat awal (W0)

Memasang logam besi (Fe) yang dilapisi katoda (-)

Elekktroplating logam Cu sebagai lapisannya

Keringkan logam kemudian timbang sebagai berat akhir (Wt)

Selesai

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-4 BAB III Metodologi Percobaan III.6 Gambar Alat

Penjepit

Beaker Glass

Terminal negative (-)

Skala ampere

Terminal positif (+)

Labu Ukur

Amperemeter

kaca Piringan (pan) neraca Tombol power on/off

Layar LCD

Neraca analitik

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV. Pembahasan Electroplating adalah proses pelapisan suatu logam dengan logam lain yang lebih tahan terhadap korosi. Pada praktikum ini, logam yang dilapisi yaitu lempeng besi dengan logam pelapis tembaga. Yang mana sifat dari besi yang mudah mengalami korosi ketika kontak dengan udara. Oleh karena itu perlu adanya pelapisan dengan logam lain agar besi tidak mudah mengalami korosi. Sebelum dilakukan praktikum, lempeng tersebut dibersihkan untuk dihilangkan karatnya agar lapisan yang terbentuk relatif lebih kuat dan tidak mudah mengelupas. Proses pembersihan lempeng besi dilakukan dalam dua tahap yaitu pembersihan karat dan pencucian karat. Proses pembersihan karat dilakukan dengan menggunakan amplas yang bertujuan untuk menghilangkan sebagian karat dan juga memperhalus permukaan lempeng. Penghilangan karat pada tahap ini hanya sebagian saja yang bisa dihilangkan. Oleh karena itu pada tahap selanjutnya akan dibersihkan lagi. Tahap selanjutnya yaitu pencucian karat dengan larutan pencuci 0,3 N HCl. Pada tahap ini peristiwa yang bisa diamati adalah larutan menjadi warna keruh akibat karat besi yang terlepas dari lempeng besi. Setelah dilakukan tahap persiapan, didapatkan lempeng besi yang halus kemudian ditimbang sebagai berat awal (W0) sebelum dilapisi logam. Telah didapatkan berat awal lempeng besi yaitu 12 gram dan 11 gram, selanjutnya lempeng besi tersebut telah siap untuk dilapisi dengan tembaga. Pada tahap percobaan, kami menyiapkan dua wadah yang berisi masing-masing 0,1 N CuSO4. Wadah satu digunakan untuk pelapisan lempeng besi 12 gram yang dialiri arus 300 mA, sedangkan wadah lain digunakan untuk pelapisan lempeng besi 11 gram yang dialiri arus 500 mA. Lempeng besi ditempatkan pada posisi katoda dan tembaga pada posisi anoda yang menyebabkan terbentuknya lapisan pada bagian katoda. Tahap percobaan dilakukan dengan variable yang telah ditentukan dan tahap ini dilakukan bersamaan. Pada saat arus mengalir, tembaga yang digunakan sebagai anoda akan mengalami oksidasi sehingga melepaskan elektronnya. Sementara lempeng besi akan mengalami reduksi sehingga akan menerima electron.

IV-1

IV-2 Hasil Percobaan dan Pembahasan Tabel IV.1 Pengaruh waktu terhadap selisih berat dengan arus tetap 300 mA t (menit) 8 16 24 32 40 W0(gr) 12 12 12 12 12 Wt(gr) 12 12,2 12,25 12,45 12,5 W (gr) 0 0,2 0,25 0,45 0,5

0.5 0.4

W 0.3 (gram)
0.2 0.1 0 8 16 24 32 40

t (menit) Grafik IV.1 Pengaruh waktu terhadap selisih berat dengan arus tetap 100 mA Berdasarkan Grafik dapat dilihat bahwa selisih berat mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya waktu. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan, semakin lama waktu pelapisan maka semakin berat pula hasil pelapisan logam yang dihasilkan. Kenaikan selisih berat terjadi pada waktu 16 menit, 24 menit, 32 menit, dan 40 menit. Dalam percobaan ini larutan yang digunakan tetap CuSO4. Pertambahan berat disebabkan oleh pengendapan Cu pada besi. Hal ini sesuai dengan Hukum Faraday yang menyebutkan bahwa Banyaknya zat yang dihasilkan pada elektroda sebanding dengan jumlah arus yang dialirkan pada zat tersebut

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-3 Hasil Percobaan dan Pembahasan Tabel IV.2 Pengaruh waktu terhadap Kuat arus dengan arus tetap 300 mA t(menit) 8 16 24 32 40 W0(gr) 12 12 12 12 12 Wt(gr) 12 12,2 12,25 12,45 12,5 W (gr) 0 0,2 0,25 0,45 0,5 I(mA) 65 110 140 200 220

300 250

I (mA)

200 150 100 50 8 16 24 32 40

t (menit) Grafik IV.2 Pengaruh waktu terhadap Kuat arus dengan arus tetap 300 mA Berdasarkan Grafik diatas kuat arus yang didapat mengalami kenaikan disetiap variabel waktu yaitu pada 16,24,32, dan 40 menit Semakin lama waktu pelapisan maka nilai W semakin besar. Hal ini dikarenakan proses electroplating berlangsung lebih lama, sehingga elektroda Cu teroksidasi semakin banyak untuk melapisi logam Fe. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa massa zat (m) yang timbul berbanding lurus dengan jumlah listrik yang mengalir (I).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-4 Hasil Percobaan dan Pembahasan Tabel IV.3 Pengaruh waktu terhadap selisih berat dengan arus tetap 500 mA t(menit) 8 16 24 32 40 W0(gr) 11 11 11 11 11 Wt(gr) 11,5 11 11,5 11,5 11,5 W (gr) 0,5 0 0,5 0,5 0,5

1.4 1.2 1

I 0.8 ( mA )
0.4 0.2 0

0.6

16

24

32

40

t (menit) Grafik IV.3 Pengaruh waktu terhadap selisih berat dengan arus tetap 500 mA Berdasarkan Grafik dapat dilihat bahwa selisih berat mengalami kenaikan pada variabel waktu 24,32, dan 40 menit. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan, semakin lama waktu pelapisan maka semakin berat pula hasil pelapisan logam yang dihasilkan. Namun pada waktu 16 menit, selisih berat mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karenan ketidakakuratan neraca dalam menghitung berat logam serta faktor kepekatan larutan CuSO4 sehingga mempengaruhi selisih berat logam. Dalam percobaan ini larutan yang digunakan tetap CuSO4. Dari hasil percobaan, semakin lama waktu yang digunakan maka pertambahan berat pada besi semakin besar. Pertambahan berat disebabkan oleh pengendapan Cu pada besi. Hal ini sesuai dengan Hukum Faraday yang

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-5 Hasil Percobaan dan Pembahasan menyebutkan bahwa Banyaknya zat yang dihasilkan pada elektroda sebanding dengan jumlah arus yang dialirkan pada zat tersebut Tabel IV.4 Pengaruh waktu terhadap kuat arus dengan arus tetap 500 mA t(menit) W0(gr) Wt(gr) I (mA) W (gr) 8 16 24 32 40 11 11 11 11 11,5 11,5 11 11,5 11,5 11,5 0,5 0 0,5 0,5 0,5 170 180 280 280 320

400 350 300

I 250 (mA)
200 150

100
8 16 24 32 40

t (menit) Grafik IV.4 Pengaruh waktu terhadap kuat arus dengan arus tetap 500 mA Berdasarkan Grafik diatas dapat diketahui hubungan waktu dan kuat arus pada proses elektroplating mengalami kenaikan pada waktu 16 menit, 24 menit, dan 40 menit. Sedangkan pada waktu 32 menit tidak mengalami perubahan. Dalam proses pelapisan logam, lapisan menjadi kasar dan mudah terlepas akibat ketidaksesuaiannya kondisi-kondisi sistem. Semakin lama waktu pelapisan maka nilai W semakin besar. Hal ini dikarenakan proses electroplating berlangsung lebih lama, sehingga elektroda Cu teroksidasi semakin banyak

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-6 Hasil Percobaan dan Pembahasan untuk melapisi logam Fe. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa massa zat (m) yang timbul berbanding lurus dengan jumlah listrik yang mengalir (I).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB V KESIMPULAN
Dari percobaan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. electroplating dapat diartikan sebagai proses palapisan logam, dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapisi. 2. Massa zat (m) yang timbul pada elektroda berbanding lurus dengan jumlah arus listrik (I) yang mengalir. Hali ini sesuai dengan Hukum Faraday I. 3. Semakin lama waktu pelapisan maka nilai W semakin besar. Semakin lama waktu
elektrolisa, semakin banyak endapan yang terbentuk. Semakin besar arus yang digunakan untuk elektrolisa, semakin banyak endapan yang terbentuk.Hal ini dikarenakan proses

electroplating berlangsung lebih lama sehingga elektroda Cu yang teroksidasi semakin banyak untuk melapisi logam Fe. 4. Lapisan yang dihasilkan kasar dan mudah terlepas akibat ketidaksesuaiannya kondisikondisi sistem. Kondisi Optimum pada saat percobaan dengan variabel waktu dengan skala 300, Kuat Arus 220 mA, menghasilkan massa rata-rata tertinggi yakni bernilai 0,5 dengan waktu 40 menit. Sedangkan kondisi minimum pada saat percobaan dengan variabel waktu dengan skala 300, Kuat Arus 110 mA, menghasilkan massa rata-rata tertinggi yakni bernilai 0,2. Kondisi Optimum pada saat percobaan dengan variabel kuat arus dengan waktu 40 menit, Kuat Arus 500 mA, menghasilkan massa rata-rata tertinggi yakni bernilai 0,5.

V-1

DAFTAR PUSTAKA

Dessykimiapasca. reaksi-redoks . Diakses di (dessykimiapasca.wordpress.com/kimiaxii/reaksi-redoks/pengertian/) pada tanggal 12 November 2013 Mgmpkimiabms. 2009. Pelapisan logam (elektroplating). Diakses di (mgmpkimiabms.wordpress.com/2009/11/05/pelapisan-logam-elektroplating/) pada tanggal 12 November 2013 Repository. 2011. Chapter II. Diakses di (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29125/4/Chapter%20Iipdf) pada tanggal 12 November 2013. IPIEMS. 1983. Edumedia. Surabaya: IPIEMS group

DAFTAR NOTASI

SIMBOL W A I t m

KETERANGAN Berat Luas Permukaan Kerapatan Logam Pelapis Kuat Arus Waktu Massa

SATUAN gram cm2 gr/cm3 mA sekon gram

vii

APPENDIKS 1. Menghitung W atau berat akhir dari percobaan I dengan variabel Arus tetap yaitu 300 mA. W1 = W Wo = 12 12 = 0 gram W2 = W Wo = 12,2 12 = 0,2 gram W3 = W Wo = 12,25 12 = 0,25 gram W4 = W Wo = 12,45 12 = 0,45 gram W5 = W Wo = 12,5 12 = 0,5 gram Menghitung W atau berat akhir dari percobaan II dengan variabel arus tetap yaitu 500 mA. W1 = W Wo = 11,5 11 = 0,5 gram W2 = W Wo = 11 11 = 0 gram W3 = W Wo = 11,5 11 = 0,5 gram W4 = W Wo = 11,5 11 = 0,5 gram W5 = W Wo = 11,5 11 = 0,5 gram

2.

viii

LEMBAR REVISI
No. KETERANGAN TANGGAL TERIMA TANGGAL KEMBALI TTD

Anda mungkin juga menyukai