Anda di halaman 1dari 31

PENGORGANISASIAN KOMUNITAS ATAU KOMUNITAS

YANG MENGORGANISASIKAN DIRI?


GENDER DAN PEMBERDAYAAN

Randy Stoecker
Dept. of Sociology, Anthropology, and Social Work
University of Toledo
Toledo, OH 43606
419-530-4975
rstoecker@pop3.utoledo.edu

Susan Stall
Department of Sociology
Northeastern Illinois University
5500 N. St. Louis Ave.
Chicago, IL 60625
312-794-2997

RINGKASAN

Makalah ini membahas dua aliran utama dalam


pengorganisasian komunitas yang dibedakan secara
filosofis dan sering kali juga gender: model Alinsky,
yang memfokuskan pada pengorganisasian untuk mendapatkan
kuasa (power), dan apa yang biasa disebut model yang
berpusat pada perempuan (women-centered model), yang
memfokuskan pada mengorganisasikan relasi untuk
memperkuat komunitas. Kedua model ini berakar pada
tradisi yang berbeda dan berkisar pada delapan dimensi:
konsep tentang kuasa; teori tentang pemerintah;
pemilahan/hubungan wilayah publik dan domestik; pandangan
tentang nilai-nilai kultural; peran konflik; peran
pendamping (organiser); proses pengorganisasian; dan
peran organisasi. Kami berkesimpulan bahwa pemusatan
modal yang kapitalistik, meningkatnya feminisasi
kemiskinan, dan rusaknya relasi-relasi komunitas
menjadikan masing-masing model tersebut, jika berdiri
sendiri, menjadi tidak bermakna -- pengorganisasian
komunitas membutuhkan keduanya.

Pengantar

Terlepas dari begitu kayanya warisan yang membanggakan


dan banyaknya pemimpin gerakan dari kalangan perempuan,
pengorganisasian komunitas, baik dalam hal model
pelatihan dan pendukung utamanya, sangat didominasi oleh
lelaki, di mana, walaupun nilai-nilai yang dikemukakan
adalah demokrasi partisipatoris, banyak praktek dalam
metode-metode praktisnya tidak mendukung atau merupakan
antithesis feminisme. Kebanyakan strategi yang digunakan
merupakan model-model “kekuasaan –macho, manipulasi, dan
permainan zero-sum.” (Weil, 1986, h.192). “Aspek
PEREMPUAN dalam pengorganisasian perempuan penting … Ia
menunjukkan mulai tumbuhnya berbagai teknik dan taktik
baru, dan bahkan mungkin tumbuhnya kesadaran akan tujuan-
tujuan khusus dan unik.” ( Education Center for Community
Organizing [ECCO], 1989, p. 15).

Gender sebagai satu variable dalam gerakan sosial baru


belakangan ini saja mendapatkan banyak perhatian
( Bookman and Morgen, l988;Caldwell, 1994; McAdam,
1989;Stoecker, 1992; Thompson, l994; Tracy, l994; West
and Blumberg, l990). Pengabaian gender ini sangat
mencolok di bidang pengorganisasian komunitas ( Weil,
1986, p. 192) –satu bentuk gerakan sosial yang dipusatkan
pada mobilisasi yang berbasis tempat dalam pemukiman atau
bentuk-bentuk lokal komunitas lainnya. Dalam analisis
akademik dari protes sosial penggunaan istilah seperti
‘organiser’ tanpa spesifikasi gender secara tersirat
memperkuat kesan dominan bahwa lelaki lah yang memainkan
peran penting di dalamnya (West and Blumberg, l990).

Akhir-akhir ini, para peneliti dan pengorganisasi feminis


mengemukakan teori pengorganisasian dengan perspektif
feminis atau ‘berpusat pada perempuan’( Ackelsberg, l988;
ECCO, 1989; Gutierrez and Lewis, 1992; Haywoode, l991a;
Weil, l986; West and Blumberg, l990). Mereka melihat
kembali asumsi-asumsi, konsep dan definisi
pengorganisasian tradisional untuk kemudian memasukkan
pengalaman-pengalaman perempuan ke dalamnya. Dengan
menggunakan perspektif ini, tulisan ini bertujuan
membandingkan apa yang kami lihat sebagai dua aliran
paling penting dalam pengorganisasian komunitas di
Amerika: model Alinsky dan model yang berpusat pada
perempuan.
Dalam tulisan ini kami akan mulai dengan melacak secara
pendek akar sejarah dari masing-masing aliran. Kemudian
kami akan melihat perbedaan dari dua pendekatan ini,
dengan menggunakan contoh-contoh kasus di Amerika selama
lima dekade terakhir. Terakhir kami akan membahas
implikasi dari masing-masing model dan kemungkinan
penggabungan dari keduanya.
Latar Belakang Model Alinsky dan Model Berpusat pada
Perempuan

Istilah “pengorganisasian komunitas” tidak bisa


terpisahkan dari almarhum Saul Alinsky, yang memulai
karir pengorganisasian masyarakat pada akhir 1930an.
Sebagai bagian dari penelitian lapangan yang
dilakukannya, ia harus menyusun satu program untuk
memerangi kenakalan remaja di pemukiman “back of the
Yards” Chicago di arah Chicago Stockyards – satu
perkampungan miskin yang bau dengan tingkat kriminalitas
tinggi yang dihuni orag-orang Polandia, Lithuania dan
Slowakia. Ketika Alinksy datang, Congress of Industrial
Organisations (CIO) sedang mengorganisasikan para buruh
pasar hewan yang tinggal di sana. Alinsky menerapkan
model pengorganisasian CIO dengan memperluasnya
menjangkau masalah-masalah di luar tempat kerja; ia
membentuk Back of the Yards Neighborhood Council (BYNC)
yang terdiri atas kelompok-kelompok kampung, klub-klub
etnis, serikat kerja lokal, liga bowling, dan American
Legion Post. Keberhasilan BYNC untuk mendapatkan
fasilitas umum dari pemerintah kota dan kekuatan yang
dipunyainya menjadi pendorong karir panjang Alisnky
mengorganisasikan komunitas-komunitas miskin kota di
seluruh negeri ( Finks, 1984; Reitzes and Reitzes, 1987).

Para musuh Alinsky pernah menembak dia, menjebloskannya


dalam penjara, menghubungkan gerakannya dengan kaum
Komunis, kejahatan terorganisasi, dan berbagai
‘keburukan’ lainnya. Ia menyaksikan bagaimana “kaum kaya”
dengan terang-terangan merampok dari “kaum miskin” dan
tanpa malu memanipulasi nilai-nilai tradisional untuk
kepentingan mereka. Alinsky tidak sabar dengan cara
pengorganisasian komunitas sebagaimana dilakukan oleh
para pekerja sosial saat itu, dan mengatakan “mereka
melakukan pengorganisasian untuk membersihkan tikus-tikus
kaki empat dan berhenti di situ; kita melakukan
pengorganisasian untuk membersihkan tikus kaki empat
supaya kita bisa menebas tikus-tikus kaki dua " (Alinsky,
1971, p. 68. ).

Alinsky sering kali mengemukakan bahwa karir sebagai


pengorganisasi komunitas harus mengalahkan semua yang
lain, termasuk keluarga, dan untuk menanamkan prinsip itu
ia memaksa para muridnya berapat dan berdiskusi sampai
jauh malam (Reitzes and Reitzes, 1987, p. 10). Walaupun
ia tidak secara terbuka menghalangi perempuan ikut serta
dalam kegiatan pengorganisasian sebagaimana dilakukannya
(Alinsky, 1971), dia cenderung skeptikal terhadap
kesertaan perempuan, khawatir mereka terlalu halus untuk
pekerjaan macam itu ( Finks, 1984). [1] Heather Booth,
yang ikut aktif dalam pendirian Midwest Academy and
Citizen Action, keluar dari program Aksi Komunitasnya
Industrial Areas Foundation (IAF) Alinsky, karena merasa
bahwa perempuan kurang mendapatkan pelatihan dari IAF dan
bahwa IAF tidak sensitive terhadap isu-isu perempuan.

Pendekatan Alinsky berpengaruh kuat pada satu generasi


pengorganisasi komunitas yang mengadaptasi prinsip-
prinsipnya tetapi tetap mempertahankan asumsi dan
praktek-praktek dasarnya yang di bawah akan kita bahas
lebih mendalam. Cara-cara pengorganisasian model Alinsky
telah berhasil menumbuhkan organisasi-organisasi yang
kuat dan menghasilkan kemenangan-kemenangan nyata di
seluruh negeri: Back of the Yards dan TWO di Chicago,
SECO di Baltimore, FIGHT di Rochester, MACO di Detroit,
ACORN di Little Rock, ETCO di Toledo, dan COPS di San
Antonio, untuk menyebut beberapa. Organisasi-organisasi
ini, dalam beberapa kasus, telah menyelamatkan seluruh
komunitas dari kehancuran dan menumbuhkan para pemimpin
yang berpengaruh yang mengubah wajah kehidupan ruang
publik.

Berbeda dari model Alinsky, model pengorganisasian


berpusat pada perempuan tidak mengacu pada hanya satu
tokoh atau gerakan saja. Pada kenyataannya, berbagai
perempuan dengan latar belakang beragam telah melakukan
pengorganisasian dengan menggunakan berbagai jenis isu
menggunakan berbagai macam cara. Dalam hal ini kita akan
melihat pengorganisasian yang sesuai dengan definisi
pengorganisasian yang ciri utamanya adalah acuan
lokalitas.

Model ini bisa dilacak dari upaya berbagai perempuan


Afrika-Amerika yang berusaha mempertahankan rumah dan
keluarga pada masa perbudakan. Bell Hooks (l990; lihat
juga Davis, l981) mencatat arti penting dari “rumah
sebagai basis” orang-orang Afrika-Amerika sebagai
pangkalan untuk menyadari dan melawan penindasan yang
terjadi. Pada akhir abad sembilan belas dan awal abad dua
puluh, para perempuan Arika-Amerika yang aktif dalam
Klub-Klub Perempuan Kulit Hitam mendirikan tempat
penitipan anak, rumah yatim, dan rumah jompo. Beberapa
yang lain seperti Ida B. Wells mengorganisasikan kampanye
tentang isu-isu seperti pengeroyokan massa sampai mati
(terhadap orng-orang kulit hitam)dan perkosaan ( Duster,
1970; Giddings, l984; Gutierrez & Lewis, l992).
Juga penting untuk memahami akar sejarah dari berbagai
upaya pengorganisasian di perkotaan yang saat ini banyak
dilakukan adalah kegiatan “perawatan rumah tangga kota”
yang dilakukan para perempuan kulit putih pada abad
sembilan belas dan awal abad dua puluh. “Ketika itu, para
perempuan yang berani dan penuh semangat, dalam upaya
mereka melawan penolakan terhadap peran publik mereka …
menjelaskan bahwa mereka hanya berupaya menyelamatkan
rumah dan keluarga mereka dengan cara meluaskan kegiatan
dari lingkup rumah tangga ke arena publik. Para perempuan
mengambil peran sebagai penjaga lingkungan tinggal mereka
sebagaimana juga peran mereka sebagai penjaga keluarga.”
Sejak itu, perempuan menciptakan berbagai asosiasi
kerelawanan yang mengkampanyekan perubahan-perubahan
konkret di tingkat lingkungan tinggal dan perubahan yang
lebih luas dalam hal fasilitas umum kota, pendidikan,
lapangan kerja, perumahan, kesehatan, dan hak-hak anak
(Haywoode, l991, p. 180; Tax, 1980; Berg 1978).

Mungkin di antara berbagai kegiatan tersebut, yang paling


terkenal adalah kegiatan yang berkait dengan pemukiman,
yang dimulai oleh para perempuan kelas menengah
berpendidikan universitas yang mengangkat ide bahwa
mereka harus tinggal di daerah perumahan di mana mereka
bekerja. ( Bryan and Davis, l990, p. 5). Salah satu
organisator di antara mereka ini yang paling terkenal
adalah Jane Addams yang, bersama Ellen Gates Starr
mendirikan Hull House di bagian barat Chicago pada 1889.
Tujuan mereka adalah meningkatkan jaringan kerja sosial,
pelayanan sosial, dan kehidupan komunitas di
perkampungan-perkampungan miskin kaum imigran. Mereka
berhasil membangun taman, tempat main anak, memaksa
penguasa kota memberikan fasilitas umum, dan membuat
rencana tata ruang komunitas. Mereka juga terlibat dalam
gerakan reformasi sosial yang memperjuangkan masalah
undang-undang perlindungan pekerja perempuan,
pemeliharaan anak-anak nakal, dan hak pilih perempuan.
Namun pengorganisasi komunitas cenderung melihat kegiatan
mereka sebagai kerja karitas (charity), bukan tindakan
perlawanan sosial (Brandwein, l981; l987; Finks, 1984,
pp.96-97), sementara para pekerja sosial klinis
menganggap mereka melanggar metode kasus berjarak yang
menekankan penanganan kasus individual, bukan reformasi
sosial dan pengembangan komunitas (Drew, l983; Lee, l937;
Specht and Courtney, l994).

Saat ini, perempuan kulit berwarna, berpendapatan rendah,


dan perempuan kelas pekerja melakukan berbagai tindakan
protes dan mendirikan berbagai organisasi untuk
memperbaiki tingkat kehidupan atau mengubah kebijakan
yang mengancam kehidupan keluarga dan komunitas mereka
(Bookman and Morgen, l988; Feldman and Stall, 1994;
Garland, l988; Wilkes, l988; Gutierrez and Lewis, l992;
Haywoode, l991; Leavitt, 1993; McCourt, l977; Hamilton,
1991). Model yang berpusat pada perempuan ini juga
mencatat sejarah keberhasilan yang berbeda dari sukses
model Alinsky. Kelompok-kelompok penyadaran dari sayap
radikal gerakan perempuan tahun 1970an membuat perempuan
mendobrak pengaturan baik publik maupun privat dalam
bentuk yang selamanya mengubah relasi, pembagian kerja di
rumah tangga, cara mengasuh anak, dan karir. Perubahan
yang dihasilkannya dalam hal perawatan kesehatan dan
pemahaman perempuan tentang tubuh mereka sendiri, dalam
hal praktek-praktek budaya yang berkait dengan soal
relasi lelaki-perempuan masih terus berlangsung dalam
masyarakat. Kenyataan bahwa keberhasilan-keberhasilan ini
tidak terdokumentasikan dengan baik menunjukkan bahwa
perjuangan yang berpusat di wilayah privat belum
didefinisikan atau dinilai penting.

PERBANDINGAN DUA MODEL

Beberapa penulis telah mempelajari dan mengkritik gaya


pengorganisasian Alinsky (Lancourt, 1979; Sherrard and
Murray, 1965; Stein, 1986 ), dan beberapa penulis
mengemukakan bahwa ada perbedaan yang jelas dengan
pengorganisasian gaya perempuan (ECCO, l989; Haywoode,
l991; Oppenheim, l991; Weil, l986), belum ada satu
penulis pun yang mencoba membanding dua pendekatan ini.
“Kedua model” ini adalah konstruk ideal dan, kami
memperkirakan dalam kehidupan nyata tidaklah saling
menegasikan. Pada kenyataannya, banyak organisasi model
Alinsky yang enggan melibatkan diri dalam konflik publik
(Lancourt, l979; Bailey, 1972), dan pengikut Alinsky
seperti Fred Ross, Cesar Chavez, and Ed Chambers semakin
menekankan hubungan antara isu-isu wilayah privat dan
eluarga dengan penguatan komunitas (Reitzes and Reitzes,
l987; Industrial Areas Foundation, l978). Sebaliknya,
model berpusat pada perempuan sampai saat ini belum
diakui sebagai model dan karenanya banyak pelakunya, yang
kebanyakan dilatih dengan gaya pengorganisasian Alinsky,
menerapkan cara yang sangat beragam. Berikut kami
bermaksud menunjukkan pengaruh masing-masing model dalam
pengorganisasian komunitas.

Kuasa (Power)
Alinsky percaya bahwa kuasa (power) itu dikotomis dan
zero-sum. Jika satu atau sebagian orang mempunyai lebih,
yang lainnya mempunyai kurang, dan jika orang mempunyai
kurang satu-satunya cara mendapatkannya adalah dengan
mengambil dari orang lain. Alinsky sangat yakin bahwa
kekuasaan tidak bisa diberikan, tetapi harus direbut.
Namun, ia juga melihat bahwa struktur kuasa sesungguhnya
retak atau pecah-pecah. Kaum elit, menurut pendapatnya,
sangat terobsesi dengan kekuasaan, bahkan Kalau perlu
merebut dari antara sesama mereka. Karena itu pranata
sosial kekuasaan kaum elit menjadikan power sebagai
persoalan zero sum. Dengan demikian, satu komunitas
miskin bisa mendapatkan kekuasaan dengan menjadikan satu
sosok elit sebagai sasaran tembak, mengisolasinya dari
elit yang lain, mempersonalkannya, dan memecah belah
(Alinsky, 1971). Dari perspektif ini, tidaklah bias
diterima pikiran yang mengikuti model pengorganisasian
komunitas yang bertujuan menunjukkan bahwa orang orang
miskin perlu mendapatkan dukungan kelompok elit, karena
kepentingan orangorang miskin itu dalam banyak hal
bertabrakan dengan kepentingan para elit.

The Woodlawn Organization (TWO) adalah salah satu proyek


pengorganisasian Alinsky yang paling terkenal di
lingkungan tinggal Africa Amerika di bagian selatan
Chicago. Ketika TWO tidak disertakan sama sekali dalam
perencanaan pembangunan lingkungan tinggal mereka, mereka
mengajukan perencanaan yang mereka susun sendiri, dan
mengancam akan memblokade jalan raya Lake Shore Drive
pada saat jam sibuk sampai tuntutan mereka dipenuhi.
Tidak hanya mereka berhasil mendapatkan semua tuntutan,
mereka juga mengontrol segala rencana pembangunan yang
akan dilakukan di wilayah tinggal mereka artinya,
mengalihkan kekuasaan perencanaan kota dari tangan balai
kota ke tangan komunitas(Reitzes and Reitzes, 1987, p.
80, Finks, 1984, p. 153).

Pada pengorganisasian berpusat pada perempuan, kekuasaan


tidak dipahami sebagai zero sum, tetapi sebagai sesuatu
yang tak terbatas dan kolektif. Kekuasaan co aktif
didasarkan pada saling ketergantungan antar manusia dan
pertumbuhan semua yang ada dalam kelompok atau komunitas
melalui kerjasama atau kolaborasi(Follett, l940; see also
Hartsock, l974). "[Kekuasaan] itu merupakan milik
kelompok dan akan tetap ada selama kelompok tetap bersama
dan menyatu" (Arendt, l969:44). Tujuan proses
pengorganisasian berpusat pada perempuan adalah
keberdayaan(ECCO, l989). Keberdayaan adalah proses
perkembangan atau pertumbuhan yang mencakup penumbuhan
ketrampilan melalui lingkaran aksi refleksi yang
mendorong munculnya pemahaman dan ketrampilan baru, yang
pada gilirannya memunculkan tindakan tindakan baru dan
lebih efektif(Kieffer, l984). Keberdayaan mencakup di
dalamnya pertumbuhan konsep diri dan kepercayaan diri
yang lebih positif, pemahaman kritis tentang dunia
sekitar dan kehidupan, dan penumbuhan kemampuan individu
dan kolektif serta sumberdaya untuk gerakan social
politik(Rappaport, l986; Van Den Bergh and Cooper, l986;
Weil, l986).
Pada kasus the Cedar Riverside Project Area Committee,
satu organisasi yang memusatkan kegiatannya pada control
warga atas perencanaan dan pembangunan lingkungan tinggal
dengan budaya tandingan di Minneapolis, ketegangan
terjadi antara pihak yang menekankan pentingnya diraihnya
kekuasaan sebagai tujuan dan pihak yang menekankan
pemberdayaan warga sebagai proses. Seorang pendamping
(organiser)perempuan membandingkan pendekatannya dengan
pendekatan organiser yang menjadi pimpinannya: "Saya
tidak sepakat dengan Tim, karena dia lebih mementingkan
diraihnya kekuasaan di tangan warga. Tim lebih Alinsky.
Untuk saya, proses, bukan hasil, yang paling penting …
Terberdayakannya setiap individu lah yang membuat saya
tertarik untuk terlibat … Saya orang tua tunggal yang
membutuhkan penghasilan, dan saya diangkat sebagai
pendamping blok sebagai bagian dari tim penanganan
konflik, dan saya merasa terberdayakan karenanya."

Sistem Politik
Model Alinsky percaya kepada sistem politik yang
pluralis. Alinsky percaya bahwa rakyat miskin dapat
membentuk kelompok kepentingan mereka dan sehingga dapat
mempunyai akses pada sistem politik sebagaimana kelompok
kelompok lain. Mungkin pada awalnya mereka harus berjuang
lebih keras untuk diperhatikan, tetapi setelah itu,
kepentingan mereka akan terwakili sebagaimana juga
lainnya. Pengorganisasian komunitas, untuk Alinsky,
adalah bagaimana membuka kemungkinan untuk orang bersama
sama melaksanakan demokrasi. Karenanya, Alinsky tidak
melihat perlunya perubahan struktural yang mendasar.
Sistem yang ada sudah begitu bagus sehingga dapat
melindungi dan mendukung kepentingan mereka yang miskin
dalam berhadapan dengan kelompok elit yang telah dengan
tidak adil mengambil bagian terbanyak dari sumbrdaya yang
ada(Reitzes and Reitzes, 1987, pp.17-18; Lancourt,
1979,pp.31-35, Alinsky, 1969). Organisasiorganisasi
Alinsky mendukung pemerintah walaupun pada waktu yang
sama menyerang para pejabatnya (Bailey, 1972, p. 136).

Ketika Ernesto Cortez yang dilatih oleh IAF kembali ke


San Antonio untuk membantu pembentukan Communities
Organized for Public Service (COPS), ia mulai dengan
strategi yang umum dilakukan, mulai dari negosiasi sampai
ke protes untuk mendapatkan fasilitas social yang lebih
baik bagi komunitas komunitas Latino. Namun, tidak lama
setelah keberhasilan awal mereka dapatkan, COPS
mengalihkan langkahnya ke mobilisasi pemilih, yang
menghasilkan kemenangan tipis untuk mengubah sistem
pemilihan di San Antonio dari pemilihan oleh semua warga
ke sistem perwakilan. Hasilnya adalah mereka dapat
menguasai separuh kursi Dewan, dengan demikian
mengalirkan lebih separuh dana Pembangunan Komunitas ke
proyeproyek COPS pada 1974-1981. COPS melihat bahwa lobi
politik dan taktik mobilisasi suara pemilih mengalahkan
efektivitas taktik konfrontasi dan protes(Reitzes and
Reitzes, 1987, pp.121- 123). Proyek Citizen Action yang
dipimpin Heather Booth menggunakan pendekatan
pengorganisasian cara ini dengan sangat ekstrem,
memfokuskan seluruh energinya untuk mobilisasi suara
pemilih di banyak kota dan negara bagian di seluruh
negeri( Reitzes and Reitzes, 1987, p. 153).

Model yang berpusat pada perempuan memulai analisisnya


dari pengalaman matriks dominasi yang secara structural
bersilangan antara gender, ras, dan kelas sosial. Matriks
ini secara historis telah meminggirkan perempuan dari
wilayah politik publik, dan membatasi mereka melalui
pembagian kerja seksual yang memberi mereka peran hanya
pada kegiatan-kegiatan reproduktif sosial yang berpusat
di rumah tangga (Cockburn, l977; Kaplan, l982, p. 545).
Karenanya, perempuan melakukan pengorganisasian lewat isu
isu yang memuara dari sejarah mereka, perspektif dan
pengalaman keseharian mereka( ECCO, 1989; Ackelsberg,
l988; Bookman & Morgan, l988; Haywoode, l991; Stall,
1991; West & Blumberg, l990; Wilson, l977). Ini
menghasilkan konsep tentang wilayah politik yang tidak
pluralis tetapi secara struktural bias. Sedikit demi
sedikit perempuan mempolitisasi wilayah privat sebagai
alat untuk melawan penyingkiran terhadap mereka dari
agenda publik(Kaplan, l982).

Cynthia Hamilton (l99l), seorang CO di South Central Los


Angeles, menggambarkan kampanye yang dipimpin oleh para
perempuan untuk menghentikan pembangunan incinerator
limbah padat di komunitas mereka. Para perempuan
berpenghasilan kecil ini, yang kebanyakan orangorang
Afrika Amerika yang tidak punya pengalaman politik
sebelumnya, tergerak karena bahaya yang ditimbulkan oleh
pembangunan itu terhadap kesehatan rumah tangga dan
anakanak mereka. Mereka membentuk satu organisasi yang
cair tetapi efektif yang diberi nama the Concerned
Citizens of South Central Los Angeles, yang belakangan
para perempuan kulit putih kelas menengah professional
dari seluruh bagian kota ikut bergabung di dalamnya. Para
perempuan ini mulai menyadari penindasan gender yang
bersama-sama mereka alami ketika mereka harus berhadapan
dengan sarkasme dan pelecehan para pejabat pemerintah
lelaki dan wakil industri yang menepis tuntutan manusiawi
mereka sebagai "tidak rasional, bodoh dan mengacau" (p.
44)—dan hambatan dalam berorganisasi karena desakan
kebutuhan hidup keluarga. Akhirnya mereka memaksa wakil
perusahaan incinerator untuk menerima tuntutan mereka dan
meyakinkan anggota keluarga mereka untuk bisa menerima
pengaturan pembagian kerja baru dalam rumah tangga agar
para aktivis yang kesadaran politiknya mulai tumbuh ini
dapat terus memberikan partisipasinya.

Wilayah Publik dan Privat: Terpisah atau berkaitan


Alinsky memisahkan secara tegas wilayah public dan
privat. Pengorganisasian komunitas bukanlah pekerjaan
untuk tipe orang-orang yang mengutamakan keluarga, satu
posisi yang dikuatkan oleh kondisi konflik di rumah
tangganya, lewat tuntutannya kepada para magangnya dan
kemiskinannya sendiri. Peran wilayah privat, jika pun
ada, adalah sebagai pendukung pekerjaan organiser di
wilayah publik. Dalam bukunya Rules for Radicals,
Alinsky (1971) menyatakan bahwa:
"Riwayat perkawinan para organiser, dengan sedikit sekali
perkecualian, pada umumnya berantakan. Ketegangan, jam
kerja yang panjang, situasi rumah, dan kesempatan yang
ada, membuat orang tidak peduli dengan masalah kesetiaan.
Juga, dengan sangat sedikit perkecualian, saya tidak
menemui organiser yang lihai yang hidupnya selibat. Di
sana sini ada istri istri dan suami suami atau hubungan
percintaan yang memahami dan memberikan komitmen tinggi
pada pekerjaan pengorganisasian, dan menjadi sumber
kekuatan bagi si organiser (p. 65)."

Pilihannya terhadap isu mana yang penting juga


menggambarkan tekanannya yang penting terhadap wilayah
public. Andaikan pun masalah itu bermula di wilayah
privat, penting bagi komunitas untuk memahami hubungan
permasalahan tersebut dengan isu-isu yang lebih besar di
luar komunitas. Dengan demikian permasalahan tidak dapat
dipecahkan di dalam komunitas tetapi harus diangkat oleh
komunitas ke wilayah publik (Reitzes and Reitzes, 1987,
pp.27-28). Ini bukan berarti mengatakan bahwa Alinsky
menghindari isu-isu privat. Upaya pengorganisasiannya
yang pertama berhasil, di daerah in Back of the Yards,
menghasilkan klinik bayi, kelompok simpan pinjam, dan
program makan siang hangat( Finks, 1984, p. 21). Tetapi
semua program ini dicapai lewat langkah langkah strategi
di wilayah publik, bukan lewat hubungan hubungan di
wilayah pribadi. Untuk mengadakan program makan siang
gratis, Alinsky membuat organisasi itu memahami
hubungannya dengan program makan siang gratis tingkat
nasional dan dalam berjuang untuk program makan siang
gratis mereka, organisasi harus berjuang untuk program
yang sama di seluruh negeri." (Alinsky, 1969, p. 168).
Menurut pendapat model berpusat pada perempuan, dikotomi
tradisional antara public/privat "...adalah alat pandang
yang tidak efektif untuk mengkonseptualisasikan kegiatan-
kegiatan yang tidak masuk dalam salah satu kategori itu"
(Tiano, l984, p. 21) dan mengabaikan arti penting
pekerjaan perempuan di lingkup rumah tangga. Keterikatan
emosional perempuan terhadap keluarga mereka berpengaruh
terhadap keterlibatan mereka dalam kehidupan keseharian
komunitas dan hal-hal yang dianggap mereka sebagai
prioritas untuk mendorong terjadinya perubahan sosial di
lingkup lokal mereka (Colfer and Colfer, 1978; Genovese,
1980; Stoneall, 1983). Pengorganisasian berpusat pada
perempuan “mencairkan batas antara kehidupan public dan
privat, antara rumah tangga dan civil society” dan
memperluas “lingkup rumah tangga sampai ke lingkungan
tinggal.” (Haywoode, l991, p. 175). Pengorganisasian
melalui kegiatan memperjuangkan hak tanah, pengadaan
tempat penitipan anak, dan program-program untuk remaja “
memang berada di lingkup public tetapi tidak jauh atau
terpisah dari lingkup rumah" (Haywoode, l991, p. 175) dan
menunjukkan arti penting saling keterkaitan antara
keduanya (Ackelsberg, l988; Petchesky, l979).

Organisasi The "Mothers of East Los Angeles" (Para Ibu


Los Angeles Timur) mempunyai sejarah panjang menangani
isu-isu yang berasal dari wilayah tanggung jawab mereka
sebagai ibu rumah tangga seperti pendidikan dan keamanan.
Dalam prosesnya mereka akhirnya melakukan pengorgani-
sasian yang mengontrol atau menolak proyek-proyek
pemerintah. Melalui berbagai kegiatan ini, para aktivis
tersebut memperluas pengertian tradisional “ibu” menjadi
mencakup juga kegiatan politis militan. Seorang aktivis
lingkungan tinggal menjelaskan bahwa “jika keselamatan
anak kita terancam, seorang ibu akan menjadi seperti
singa … Kita harus mempunyai organisasi para ibu yang
kuat untuk melindungi komunitas kita dan melawan hal-hal
yang membahayakan komunitas kita." (Pardo, 1990, p. 4).

Kecenderungan Alamiah Manusia (Human Nature)

Masyarakat modern, dari perspektif model Alinsky,


dibentuk oleh kompromi antara berbagai kepentingan
individu di dalamnya. Karena itu, pengorganisasian harus
mempertimbangkan kepentingan pribadi orang per orang ini.
Orang terlibat karena mereka berpikir ada kepentingannya
yang akan terpenuhi karena keterlibatannya itu (Alinsky,
1971, pp.53-59; 1969, pp.94-98). Dia berharap bahwa
proses pengorganisasian akan menumbuhkan “semangat
altruisme (pengabdian)” dan “komitmen afektif” orang.
Komitmen itu pun, diandaikan terbangun dari kemenangan
ketika berkonflik dengan musuh yang menjadi target
perjuangan (Lancourt, 1979, p. 51; Reitzes and Reitzes,
1987 , p. 56; 1987b). Di kalangan pengikut model Alinsky,
asumsi adanya kepentingan pribadi ini sangat kuat
dipercaya (Beckwith, n.d.). Penekanan Alinsky terhadap
kepentingan pribadi ini berkait dengan ketidak-percayaan
dia terhadap ideology. Dari sudut pandangnya,
mengorganisasikan orang lewat permasalahan ideology yang
abstrak akan menghasilkan kebosanan atau bahkan
pertikaian ideologis. Alinsky juga khawatir bahwa
ideology akan menjadi dogma dan karenanya sangat
menekankan bahwa terbangunnya organisasi dengan tujuan
pragmatis harus terjadi dulu sebelum orang mulai
memperkenalkan ideologi.

Alinsky bercerita tentang langkah awal seorang organizer


dalam memulai sebuah ‘organisasi rakyat’ dan bagaimana ia
menggunakan motif pribadi orang untuk mencapai tujuan:
"Tuan David adalah seorang pengusaha yang … selalu
menghindar dari keterlibatan dalam semua kegiatan social
atau kegiatan komunitas … ketika saya mendekatinya untuk
mengajaknya bergabung dalam organisasi rakyat yang kami
mulai, saya mengemukakan keuntungan bagi usahanya jika ia
ikut aktif dalam organisasi yaitu, bahwa ia akan bisa
memperluas relasi bisnisnya.” David akhirnya akhirnya
berkata ke saya, “saya akan hadir dalam rapat organisasi
nanti malam.” Langsung setelah itu saya mendatangi Roger
yang mempunyai usaha yang sama dengan David, dan saya
mengemukakan bahwa David telah bersedia bergabung dengan
kami. Roger mempunyai alasan sangat kuat untuk bergabung
ketika David telah bersedia bergabung. Pertama adalah
alasan yang sama dengan David. Kedua, Roger mau menjaga
agar usahanya tidak dirugikan oleh David." (Alinsky,
1969, pp.95-97).

Berbeda dari model Alinsky, pengorganisasian berfokus


perempuan berpendapat bahwa kesediaan orang untuk
terlibat dalam organisasi bukanlah berasal dari
kepentingan atau motif pribadi tetapi dari etika
kepedulian yang tumbuh dari kerja-kerja kerelawanan di
tingkat komunitas yang banyak dilakukan para perempuan
(Stall, 1991). "Perempuan dididik untuk memberi; lelaki
dididik untuk mengambil!" (ECCO, l989, p. 24). Sebagai
bagian dari sosialisasinya, “perempuan belajar untuk
merawat, satu tugas yang berdampak psikologis, juga
social." (Kaplan, l982, p. 546; see also Chodorow l978).
"Perempuan, dalam tingkatan yang lebih tinggi, dan dengan
cara yang berbeda, mengangkat dan mendukung isu-isu yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan tanggung jawab terhadap
manusia dan sumberdaya alam." (Jonasdottir, l988, p. 42).
Alih-alih moralitas hak yang dipisahkan dari individu,
perempuan memegang moralitas yang dihubungkan ked an
didasarkan pada “kebutuhan untuk peduli dan menyayangi
yang ada pada setiap orang" (Gilligan, l977, p. 509).
Organisers yang berfokus pada perempuan memahami keadilan
bukan sebagai kompromi antara kepentingan berbagai
individu, tetapi sebagai saling memberi dan menunjang
dalam jaringan relasi yang membentuk komunitas
(Ackelsberg, l988; Haywoode, 1991; Stall, 1991).
Leavitt (l993)menggambarkan tentang bagaimana kepedulian
tentang kesejahteraan anak-anak mereka telaj mendorong
para perempuan Afro-Amerika untuk memfokuskan kegiatannya
pada perbaikan tempat main anak-anak yang ada di
lingkungan tinggal mereka yang bernama Nickerson Gardens.
Kampanye untuk kegiatan ini mendorong para perempuan itu
untuk mengusulkan pertemuan dengan Dinas Perumahan,
melakukan survey tingkat komunitas dan akhirnya
mendapatkan dana bantuan dan berpartisipasi dalam
perencanaan dan pembangunan dua tempat main di komunitas
miskin mereka. Mereka bukan memanipulasi kepentingan atau
motif pribadi orang tetapi membangun consensus bersama.

Peran Konflik
Karena Alinsky memandang masyarakat sebagai kompromi
antar kepentingan pribadi para individu anggotanya,
konflik menjadi sesuatu yang tak terhindarkan, dan
pemerintahan plural merupakan media untuk mempertemukan
berbagai kepentingan tersebut. Karena rakyat miskin pada
umumnya terpinggir dan dirugikan dalam pemerintahan dan
pengelolaan kehidupan bersama masyarakat itu, maka tugas
organiser adalah menyiapkan para rakyat miskin tersebut
agar dapat berperan dalam konflik dan pencapaian titik
temunya ( Reitzes and Reitzes, 1987). Alinsky menekankan
bahwa satu-satunya cara untuk menghilangkan inertia
rakyat ( Reitzes and Reitzes, 1987, p. 70) adalah dengan
“membuat mereka panas” (Alinsky, 1971, p. 116). Untuk
bisa menang dalam perjuangannya, “setiap orang dalam
komunitas harus dilecut dengan semangat berperang"
(Alinsky, 1969, p. 151). Alinsky akan mengobarkan
konflik-konflik lingkup kecil antara komunitas dengan
pedagang yang sombong, pengembang yang tidak peduli atau
bahkan organiser yang menjadi manipulatif untuk
menciptakan suasana dan rasa keberhasilan dan kekuatan
(Reitzes and Reitzes, 1987, p. 54, 65).

Keterlibatan Alinsky dalam FIGHT, kegiatan yang


dimaksudkan untuk menekan Kodak agar menyetujui
pemberlakukan kebijakan yang memberikan kesempatan kerja
lebih besar kepada kulit hitam, menggambarkan
pandangannya tersebut. FIGHT memulai proses dari
melakukan negosiasi, dan kemudian Alinsky melanjutkannya
dengan konfrontasi lewat demonstrasi pendudukan pabrik.
Ketika Kodak mengingkari kesepakatan tertulis yang sudah
dibuat bersama, Alinsky dan FIGHT melakukan tekanan pada
pertemuan tahunan Kodak. Empat puluh anggota FIGHT dan
pendukungnya menghadiri pertemuan tersebut, menuntut agar
KODAK kembali mentaati kesepakatan tersebut dengan batas
waktu jam 2 siang; mereka kemudian keluar dari ruang
pertemuan menemui 800 orang demonstran yang menunggu di
jalan. Ketika mereka masuk kembali ke ruangan pada jam 2
siang dan diberitahu bahwa KODAK tidak bersedia memenuhi
tuntutan tersebut, para pimpinan FIGHT ke luar dan
memberitahu massa demonstran: Perang rasial telah
dikobarkan terhadap rakyat kulit hitam oleh Kodak. Jika
perang yang mereka inginkan, kita tidak akan mundur dan
mari kita layani mereka." Ancaman akan dilakukannya
demonstrasi besar-besaran pada bulan Juli dan meluasnya
konfrontasi memaksa Kodak membuat kesepakatan tertutup
pada jam 11 malam hari itu (Finks, 1984:213-221).

Pada model berfokus perempuan, terbangun dan


terpeliharanya kohesi social – hubungan antar individu
yang menciptakan lingkungan yang aman bagi setiap orang
untuk mengembangkan diri, berubah dan tumbuh – dianggap
jauh lebih penting dari pengobaran konflik untuk
mendapatkan kekuasaan institusional(institutional power)
(Kaplan, l982). Bagi perempuan, relasi-relasi komunitas
mencakup rajutan social yang tercipta dari kegiatan
sehari-hari seperti pengasuhan anak, mengerjakan kerja-
kerja rumah tangga, belanja (DeVault, l984), selain
pengaturan bersama yang mereka ciptakan untuk melindungi,
meningkatkan dan memelihara pengalaman-pengalaman
cultural anggota komunitasnya (Bernard, l981, Stoneall,
l983). Sepanjang sejarah, perempuan telah selalu
menyandarkan diri pada jaringan hubungan dalam
komunitasnya untuk memberi makan, pakaian dan atap
berteduh untuk keluarganya ( Sacks, 1988a, p. 21; also
see Collins, l990). Untuk perempuan, khususnya, struktur
komunal berfungsi sebagai “ruang bebas” yang menyediakan
arena di luar lingkup rumah tangga bagi perempuan untuk
“menumbuhkan kepercayaan bahwa mereka mempunyai hak untuk
bekerja – pertama untuk kepentingan orang lain, kemudian
untuk kepentingan dirinya" (Evans & Boyte, l981, p. 61;
Evans & Boyte, l986).

Para perempuan di perumahan Wentworth Gardens mengadakan


sendiri fasilitas Laundromat (mesin cuci umum) yang
mereka kelola sendiri, yang selain memberikan fasilitas
cuci dalam komunitas, juga menjadi ruang komunitas untuk
merekrut aktivis baru. Kerja-kerja kerelawanan yang telah
berlangsung selama tiga dekade membuat usaha tempat
cucian bersama sukses dan membantu banyak perempuan
mengembangkan ketrampilan dan rasa percaya diri sehingga
mereka mengembangkan kegiatannya dengan membangun tempat
bermain anak dan perbaikan rumah tinggal mereka. Pengurus
tingkat komunitas, yang terdiri atas para relawan
Laundromat, berapat setiap bulan untuk membahas berbagai
kegiatan dan masalah yang muncul, dana beasiswa, dan
berbagai kegiatan lainnya.(Feldman and Stall, 1994)

Peran Organiser
Untuk Alinsky, organizer adalah orang dari luar komunitas
yang tugasnya membuat komunitas membangun kerangka
deligitimasi (Gamson et al., 1982; Ferree and Miller,
1985) untuk membongkar struktur kuasa yang menindas
mereka (Bailey, 1972, pp.46-7). Para pengikut pendekatan
Alinsky approach berpendapat bahwa kegiatan
pengorganisasian merupakan sesuatu yang sangat kompleks
dan membutuhkan pelatihan dan pengalaman professional
(Bailey, 1972, p. 137; Reitzes and Reitzes, 1987, p. 53).
Dalam banyak kasus, organiser harus “"disorganize
(membongkar organisasi yang ada)" or mengorganisasikan
kembali komunitas karena banyak pengorganisasian yang
dilakukan dalam komunitas justru menumbuhkan sikap apatis
(Alinsky, 1971, p. 116; Bailey, 1972, p. 50). Pendekatan
Alinsky juga memilah secara ketat peran organiser dari
laur komunitas dan pemimpin komunitas; tugas organiser
adalah mengidentifikasi dan mendukung para pemimpin
komunitas ini (Lancourt, 1979; Reitzes and Reitzes,
1987b). Pemimpin-pemimpin baru harus ditumbuhkan, sering
kali di luar struktur lembaga formal komunitas. Fokusnya
bukan pada penumbuhan individu pemimpin itu, tapi pada
penumbuhan organisasi yang kuat agar tuntutan mereka
terhadap elit penguasa terpenuhi. Para organiser
mempunyai pengaruh tetapi karena hubungan yang
dipunyainya dengan pemimpin komunitas (Lancourt, 1979).

Agak mengherankan mengapa Alinsky tidak justru menekankan


pengembangan kemampuan pemimpin komunitas, terutama telah
banyak bukti menunjukkan bahwa lemahnya kemampuan
mengorganisasikan di kalangan para pemimpin komunitas
menjadikan melemahnya organisasi setelah organiser
professional pergi meninggalkan komunitas dampingannya
(Lancourt, 1979) [2]. Tom Gaudette, seorang murid Alinsky
yang ikut membangun Organization for a Better Austin
(OBA) di Chicago, secara terbuka mendorong para
organisernya untuk tidak tinggal di komunitas dengan alas
an mereka harus tetap memelihara jarak dengan komunitas
dan tidak terlibat secara emosional agar dapat efektif
melaksanakan tugasnya (Bailey, 1972, p. 80).
Alih-alih orang-orang dari luar komunitas, organiser
dengan pendekatan yang berfokus pada perempuan justru
berasal dan berakar pada jaringan lokal, dan biasanya
berperan sebagai fasilitator dalam proses pemberdayaan
yang berlangsung [3]. Para organizers pada umumnya
menemui situasi di mana mereka harus mengatasi dulu rasa
tidak berdaya dan tidak percaya diri para perempuan yang
didampinginya (Miller, l986) -- sebelum bisa secara
efektif mengajak mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan
pengorganisasian. Memfasilitasi yang lain dalam proses
belajar bersama melakukan pengorganisasian didasarkan
pada pandangan bahwa semua orang mempunyai potensi untuk
memimpin atau mengorganisasikan. Alih-alih menumbuhkan
individu-individu pemimpin, model yang berfokus pada
perempuan berupaya menumbuhkan kepemimpinan “yang
berpusat pada kelompok” ( Payne, l989) yang "lebih
percaya pada tumbuhnya partisipasi sebanyak mungkin orang
dalam kepemimpinan, bukannya menciptakan persaingan
sebagian kecil orang untuk menjadi pemimpin" (ECCO, l989,
p. 16). Alih-alih melihat kepemimpinan sebagai tindakan
untuk menggerakkan orang dan mengarahkan kegiatan,
pendekatan ini lebih memandang kepemimpinan sebagai
tindakan mendidik(Payne, l989) [4]. Upaya pengorganisa-
sian berfokus perempuan juga menekankan arti penting
“orang-orang kunci” yang menjadi penghubung antar orang
dengan kepedulian yang sama dan yang berfungsi
menumbuhkan kesadaran akan permasalahan bersama, dengan
memanfaatkan jaringan-jaringan yang ada (Sacks, l988b).
Pada waktunya, orang-orang kunci ini dapat mengubah
jaringan sosial yang ada menjadi kekuatan politik lewat
langkah-langkah yang menjadikan kegiatan mereka bersifat
politis.

Penggambaran tentang orang kunci di program pengembangan


perumahan di Wentworth Gardens, Chicago, yang berhasil
menumbuhkan kegiatan usaha komunitas yang dijalankan oleh
warga sendiri dan menentang rencana penggusuran komunitas
mereka untuk kepentingan pembangunan stadion baru di
Comiskey Park, menunjukkan arti penting orang-orang
kunci.
"Dia[Mrs. Amey] adalah tipe orang yang dapat memunculkan
ide-ide bagus … dan selalu siap membantu. Dan dia selalu
ada, dan tidak pernah diam. Dia selalu mengajak orang,
meminta orang, memanggil orang “ini harus dikerjakan!”
Dia selalu memastikan orang tidak melupakan hal-hal yang
harus dikerjakan dan diselesaikan. Pagi-pagi sekali dia
sudah menelepon, “Ibu Haris, jam berapa anda akan datang
ke sini?” artinya “anda harus menyelesaikan tugas anda
tanpa saya terlebih dulu meminta, atau anda akan membuat
alasan lagi?" (Stall, 1991)
Proses Pengorganisasian
Pada pendekatan model Alinsky pengorganisasian difokuskan
pada mengidentifikasi dan menangani “permasalahan.”
Kunjungan dari rumah ke rumah merupakan strategi awal
untuk mulai menggali masalah dalam komunitas.
Permasalahan yang muncul menjadi sarana mengajak orang
melakukan proses pengorganisasian. Organisasi merupakan
cara terbaik, jika tidak bisa disebut satu-satunya, alat
untuk menyelesaikan permasalahan. “Rapat umum” merupakan
sarana membahas permasalahan dan sarana merayakan
kemenangan yang diperoleh. Karena itu, satu bagian
penting dari rapat umum itu adalah kemenangan kumulatif –
yang dimulai dari kemenangan kecil yang mudah didapat,
dan menggunakan semangat yang muncul karena adanya
kemenangan itu untuk menangani permasalahan yang lebih
besar dan mendapatkan kemenangan lebih besar. Rally,
demonstrasi massa, konfrontasi terbuka, perayaan
kemenangan, semua itu menjadi sarana untuk membangun
organisasi yang kuat yang secara terbuka menjadi sarana
perjuangan dan mewakili kepentingan komunitas. Kongres
tahunan adalah puncak dari proses pengorganisasian model
Alinsky.

Kongres pertama dari the East Toledo Community


Organization diawali dengan pembagian selebaran yang
mengecam penelantaran bagian timur kota Toledo oleh
pemerintah daerah, janji-janji kosong para pejabatnya,
kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh organisasi, dan
persatuan yang mulai tumbuh dalam komunitas. ETCO
menyebarkan undangan yang berhasil menjaring 500 orang
yang mendaftar untuk ikut kongres. Dalam pertemuan itu
sendiri 500-1000 orang berkumpul dan menyampaikan 13
resolusi tentang berbagai masalah termasuk pintu
penyeberangan kereta api yang berbahaya, buruknya
fasilitas pelayanan publik, perawatan taman kota, lalu
lintas truk, danberbagai lainnya (Stoecker, 1991).

Satu hal penting dalam proses pengorganisasian berfokus


perempuan adalah pengadaan ruang yang aman dan yang
mendorong orang untuk berkembang di mana perempuan dapat
mengidentifikasi dan mendiskusikan berbagai permasalahan
yang mengganggu dalam kehidupan sehari-hari mereka
(Gutierrez, l990). Model ini menggunakan cara kelompok
kecil untuk menumbuhkan rasa saling percaya dan membangun
“informalitas, rasa saling menghargai, toleransi dan
spontanitas" ( Hamilton, l991, p. 44). Organiser hak-hak
sipil, Ella Baker, tidak terlalu percaya pada kegunaan
jangka panjang rapat umum, lobi dan demonstrasi. Dia
lebih mendorong dilakukannya pengorganisasian lewat
penumbuhan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan
orang untuk memahami potensi kekuatan mereka dan
bagaimana memanfaatkannya(Britton, l968; Payne, l989).
Kelompok kecil menimbulkan suasana yang mendorong
partisipasi setiap orang, membuka kemungkinan orang untuk
berbagi, dan memungkinkan orang untuk saling mendengarkan
dengan baik satu sama lain (Stall, 1993). Dalam
mengembangkan perspektif feminis dalam pengorganisasian
di kalangan perempuan kulit berwarna, Gutierrez and Lewis
(l992, p. 126) menyatakan bahwa, "Kelompok kecil bisa
menjadi lingkungan ideal untuk mengeksplorasi aspek-aspek
social dan politik dari masalah “pribadi” dan untuk
menemukan strategi perubahan sosial". Lebih dari itu,
kelompok kecil menciptakan dan menguatkan relasi dan
solidaritas yang menjadi bagian penting komunitas [5].

Kegiatan the work of Women in Organizing, sebuah program


perkotaan yang mengorganisasikan duabelas ibu (yang
mempunyai anak-anak remaja) untuk menumbuhkan rasa
percaya diri dan keberdayaan politik, menunjukkan
pentingnya hal di atas. Seorang aktivis menggambarkan
upaya tersebut:
"Apa yang kami lakukan berkaitan dengan kegiatan untuk
menghubungkan satu perempuan dengan lainnya; dengan upaya
mentransformasikan pengalaman mereka yang berkaitan
dengan kerja bersama dengan para perempuan dari latar
belakang ras yang berbeda; dengan upaya menumbuhkan rasa
percaya diri masing-masing perempuan dan membangun
kekuatan kelompok … Seluruh kegiatan kita berkait dengan
pengembangan kepemimpinan perempuan, dengan upaya
memahami bagaimana kesadaran baru bisa bertumbuh, dan
tentang bagaimana kami bisa bersama-sama secara kolektif
mengubah dunia" (Stall, 1993).

Peran Organisasi
Bagi model Alinsky, peran organizer bukan sekedar untuk
memenangkan pertarungan yang berkait dengan satu masalah
tetapi untuk membangun organisasi yang kuat yang bisa
terus memperjuangkan kuasa dan sumberdaya bagi
kepentingan komunitas – untuk mewakili komunitas dalam
system pemerintahan perwakilan plural. Organiser tidak
harus mulai dari nol tetapi menggunakan organisasi-
organisasi yang sudah ada seperti organisasi gereja,
klub-klub, organisasi massa, dsb. Dalam banyak kasus,
organisasi komunitas juga menciptakan kegiatan pelayanan
pendukung seperti penitipan anak dan sebegainya. Langkah
ini bukan main-main dan bukan tanpa biaya besar. Alinsky
sering kali menekankan bahwa sebelum dia bersedia
bekerjasama dengan satu komunitas, komunitas itu harus
dapat menyediakan $150,000 untuk membiayai kegiatan
selama 3 tahun (Lancourt, 1979). Ketika Ed Chambers
mengambil alih the Industrial Areas Foundation dari
Alinsky, dia membutuhkan $160,000 hanya untuk biaya awal
(Industrial Areas Foundation, 1978).

Untuk Alinsky, organisasi itu sendiri merupakan


repertoire taktis dari pengorganisasian komunitas. Dave
Beckwith -- seorang organiser gaya Alinsky yang bergabung
dengan the Center for Community Change, juga menekankan
arti penting organisasi.
"Ketika organisasi tidak lagi berkembang, maka ia akan
mati… Secara alamiah dalam satu organisasi orang akan
datang dan pergi mengikuti ritme kehidupan mereka – orang
berpindah tempat tinggal, anak-anak mengikuti kursus
baseball pada musim semi, dsb. Jika tidak ada orang baru
yang datang bergabung, menciutnya organisasi bisa
berakibat fatal. Masalah-masalah baru dan ekgiatan-
kegiatan untuk menjangkau komunitas menjadi satu-satunya
pelindung dari proses alamiah tersebut." (Beckwith,
n.d.,p.13).

Pada model berfokus perempuan, pada tahap awal


pengorganisasian, organisasi yang berkelanjutan tidak
sepenting seperti dalam model Alinsky. Langkah sentral
dalam penumbuhan organisasi adalah “perjuangan kecil-
kecilan” – kecil, cair, dan kadang terlihat kontradiktif
sebagai upaya rakyat mengubah nasibnya" (Krauss, l983, p.
54). Kegiatan kolektif yang bersifat sementara ini
(misal, kegiatan membuat kebun bersama, membuka tempat
penitipan anak) sering kali dimulai oleh satu kelompok
yang cair. Kegiatan pengorganisasian yang dilakukan oleh
para perempuan Afro-Amerika di Los Angeles Pusat bagian
selatan sebagaimana telah disebut di atas, berjalan
selama satu setengah tahun tanpa struktur kepemimpinan
baku. Mereka menggunakan sistem ketua rotasi, melawan
kecenderungan kuat media massa terhadap penokohan
(Hamilton, l991, p. 44; see also Ferguson, l984). Jika
pemberdayaan adalah "satu proses yang bertujuan untuk
memperkuat, memelihara, atau mengubah sifat dan pembagian
kekuasaan dalam satu konteks budaya tertentu" (Bookman &
Morgen, l988, p. 4), upaya-upaya sederhana (modest)
merupakan satu factor penting dalam proses ini.
Keterlibatan dalam tindakan perlawanan sederhana itu
memungkinkan para perempuan untuk secara langsung
mengubah komunitas mereka dan perasaan bahwa mereka dapat
menentukan hidup mereka sendiri Perhatian terhadap
perjuangan semacam ini sangatlah penting untuk kita dapat
memahami proses perlawanan halus yang berlangsung di
bawah permukaan dan di luar pengertian konvensional
tentang pengorganisasian komunitas, protes social, atau
gerakan sosial (Feldman and Stall, 1994).
Kutipan dari Payne (l989, pp. 892-893) tentang pandangan-
pandangan Ella Baker menunjukkan posisi model yang
berpusat pada perempuan ini tentang peran organisasi.
"Berapa orang yang datang untuk ikut demonstrasi kurang
penting dibanding berapa orang yang menyelenggarakan
demonstrasi itu mendapatkan pengalaman dan belajar dari
kegiatan tersebut. Jika upaya menyelenggarakan
demonstrasi memberikan kepada mereka teknik-teknik
pengorganisasian, jika percobaan melakukan demonstrasi
itu meningkatkan rasa percaya diri mereka, jika para
penyelenggara itu merasakan ikatan yang semakin kuat
antar mereka karena berjuang bersama, maka demonstrasi
itu dapat dikatakan berhasil walaupun tidak seorang pun
hadir untuk ikut serta. Sebagaimana diungkapkannya, 'Anda
mengorganisasikan orang agar mereka bisa mandiri, bukan
untuk menjadikan orang tergantung kepada seorang pemimpin
karismatik'" (Britton, 1968:37)

ANALiSIS
Kenyataan bahwa dua model ini berbeda, dan bahwa para
pendamping lapangan lebih memilih satu dari lainnya,
menimbulkan pertanyaan apakah keduanya berbeda dalam
orientasi gendernya? Kami berpendapat bahwa kedua model
ini mencerminkan perbedaan-perbedaan kepribadian maskulin
dan feminine yang terkonstruksi secara social. Penekanan
model Alinsky pada pendekatan konflik, oposisi,
pemisahan, dan kemenangan menunjukkan ciri-ciri maskulin.
Kaum lelaki biasa dilatih untuk tidak lemah dan sensitif
dan untuk tidak terlalu percaya, serta dipersiapkan untuk
mengelola konfrontasi yang kadang harus menggunakan
kekerasan. Demikian pula, penekanan pada sikap merawat,
kebersamaan, dan upaya membangun relasi pada model yang
berpusat pada perempuan mencerminkan ciri-ciri feminin.
Penekanan pada individu dan relasi antar individu jauh
lebih kuat pada model yang berpusat pada perempuan
daripada model Alinsky. Sosialisasi anak dan perempuan
dewasa untuk bersikap empati, sensitif, merawat, dan
membantu menghasilkan sensitivitas interpersonal yang
penting bagi proses pengorganisasian, khususnya dalam
konteks di mana orang saling curiga dan diliputi
ketakutan (Haywoode, 1991). Kenyataan bahwa model Alinsky
lebih merupakan wilayah lelaki, dan pelatihan model
Alinsky dikuasai oleh para lelaki, sedangkan model yang
berpusat pada perempuan berkembang dalam lingkup privat
dan pada umumnya di kalangan kelompok-kelompok perempuan,
sangat boleh jadi mempengaruhi perkembangan dan
menguatnya perbedaan dua model ini (Stall, 1991; ECCO
1989).
Dan sebagaimana kenyataan bahwa pemilahan gender yang
ketat antara lelaki dan perempuan telah menghasilkan
pribadi yang tidak lengkap, masing-masing model ini juga
memberikan strategi pengorganisasian yang tidak lengkap.
Tidak terbayangkan bukan bahwa kita akan menggunakan
pendekatan Alinsky untuk mengorganisasikan para perempuan
muda yang secara sosial terisolasi; tenaganya habis untuk
menangani pekerjaan hari-hari untuk bertahan hidup,
mencari sesuap nasi, sepotong pakaian dan tempat
berteduh, dan juga mengasuh anak, tanpa ada penghasilan
cukup. Pendekatan maskulin mungkin justru akan melemahkan
jika diterapkan dalam upaya pengorganisasian kelompok
rakyat tertentu, “khususnya jika kelompok yang didampingi
adalah para perempuan” sebagaimana digambarkan di atas
(Lawson and Barton, l990, p. 49).

Kurangnya penekanan pada penguatan relasi pada model


Alinsky membuat komunitas kuat dalam melawan tetapi
perlawanan itu tidak bisa berumur panjang, khususnya saat
ini ketika komunitas cenderung kehilangan kebersamaannya,
dan para warganya semakin lama semakin dilemahkan.
Organisasi yang besar justru menghambat keberdayaan
karena cenderung “tidak bisa memberikan kesempatan
individu-individu untuk tumbuh seperti pada organisasi
kecil, dan cenderung tidak menarik untuk komunitas
miskin, di mana pola relasi masih cenderung informal"
(Payne, 1989, p. 894). Akibatnya, perebutan pengaruh dan
kekuasaan dalam internal organisasi sering kali mengancam
keberlangsungan banyak organisasi gaya Alinsky.

Model pendekatan yang berpusat pada perempuan juga


mempunyai kelemahan-kelemahan yang jika tidak ditangani
akan menjadikan upaya pengorganisasian gagal. Yang
pertama adalah penundaan konfrontasi di wilayah publik
dengan elit kapitalis patriarkal akan memelihara
kerentanan komunitas karena kapitalis patriarkal kulit
putih tidak bermain secara adil. Ketika pendekatan
berpusat pada perempuan memfokuskan perhatian pada
pemberdayaan individu – satu proses yang tidak bisa
ditentukan dengan target – buldoser sudah datang. Satu
kritik terhadap peningkatan kesadaran kritis yang
dilakukan oleh gerakan perempuan adalah bahwa ia tidak
bisa secara efektif terwujudkan dalam langkah-langkah
tindakan atau aksi konkret(Ferree and Hess, 1985, p. 64-
67; Cassell, 1989, p. 55; Freeman, 1975). Resiko ini
terlihat jelas dalam program Ibu Muda sebagaimana
diuraikan di atas. Ketika program itu terancam akan
mengalami pengurangan alokasi dana, perlawanan yang
terorganisasi sulit digerakkan. Masalah serupa muncul
juga pada kasus Wentworth Gardens di mana upaya mengelola
toko barang kebutuhan harian terganjal oleh penolakam
para pemasok yang menolak mengirim barang ke pemukiman
yang “berbahaya”, dan juga di Cedar-Riverside ketika
klinik setempat mengalami pengurangan alokasi dana
sehingga pelayanan harus dikurangi. Kedua komunitas ini
enggan menggunakan taktik konfrontasi Alinsky untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi sehingga tidak bisa
menggalang dukungan luas untuk melawan. Upaya
mempertahankan kebersamaan komunitas di hadapan kekuatan-
kekuatan yang terus menerus berusaha menghancurkannya
dengan segala cara (pengabaian, pelecehan, tidak adanya
investasi) adalah satu tindakan perlawanan – bisa
bertahan hidup saja sudah merupakan tamparan bagi
struktur kekuasaan yang ada (Collins, l991; Hooks, l990).
Tetapi model ini mungkin tidak akan bisa bertahan
menghadapi kekuatan-kekuatan yang berusaha dengan segala
cara untuk menghancurkan komunitas itu. Ada bahaya juga
bahwa pendekatan berpusat pada perempuan ini tergelincir
menjadi sekedar program pelayanan sosial yang menjadikan
para pemilik masalah bukan sebagai partisipan aktif
tetapi Kecenderungan ini merupakan kritik terhadap
gerakan pengadaan perumahan dan pengorganisasian gaya
kerja sosial [6].

Mempertimbangkan kelemahan kedua model ini, nampaknya


perlu kita bertanya apakah keduanya harus digabung. Kami
memang berpendapat bahwa keduanya bisa dan harus digabung
walaupun tidak harus selalu dengan perimbangan yang sama
dan dengan cara yang sama. Julian Rappaport (1981)
menjelaskan pengertian "paradoks dari pemberdayaan"
sebagai keharusan untuk melakukan pengorganisasian secara
simultan di tingkat orang per orang dan di tingkat
struktural. Komunitas yang sungguh-sungguh kuat (dengan
jaringan relasi, budaya, dan sistem pendukung yang kuat,
dsb) yang dihambat aksesnya terhadap sumberdaya yang
seharusnya bisa dimanfaatkan haruslah melakukan langkah-
langkah konfrontasi untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, dan mungkin paling tepat jika menggunakan
pendekatan model Alinsky. Komunitas yang bukan sungguh-
sungguh komunitas – di mana jaringan relasi dan
kebersamaan, budaya, sistem penunjang dan berbagai faktor
lain tidak ada – membutuhkan pondasi yang bisa
ditumbuhkan lewat model pendekatan berpusat pada
perempuan untuk mencegah munculnya oligarki yang bisa
menghancurkan dari dalam. Untuk kedua jenis komunitas
tersebut, kedua model ini diperlukan. Ketegangan yang
diciptakan oleh pendekatan Alinsky mengancam ikatan
komunitas sehingga dibutuhkan strategi pengimbang dalam
bentuk penguatan relasi dalam komunitas dan pemberdayaan
orang per orang. Dan jika sebuah komunitas yang kuat
mempunyai landasan pertahanan yang kuat, ketika ancaman
muncul komunitas itu harus mampu menghadapinya dengan
strategi dan taktik yang efektif. Penggabungan dua model
ini juga harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kita
tidak bisa begitu saja menggabung proses pengorganisasian
Alinsky dengan prinsip penyambungan wilayah public dan
privat yang digunakan oleh pendektan berpusat pada
perempuan, misalnya, Dalam hal ini, penggabungan harus
dilakukan mulai dari prinsip-prinsip dasar keduanya agar
kedua model ini bisa sungguh-sungguh menyatu. Pendekatan
Alinsky cenderung tidak melakukan penggabungan prinsip
ini ketika mereka beralih ke kegiatan pelayanan sosial
(Stoecker, 1995). Ungkapan Ella Baker bahwa
"pengorganisasian yang sesungguhnya” adalah kerja dalam
kelompok-kelompok kecil dengan individu-individu sehingga
mereka bisa menemukan dan mengembangkan potensi dan
kemampuan mereka, untuk kemudian “menggabungkan mereka
menjadi kelompok besar” (Britton, l968, p. 67) adalah
contoh bagaimana komponen-komponen proses
pengorganisasian Alinsky dan pendekatan berpusat
perempuan digabungkan.

Memang ada kemungkinan bahwa untuk kurun waktu tertentu


dalam sejarah satu model lebih tepat dari lainnya. Kerja
pengorganisasian pemukiman tinggal yang dilakukan Robert
Fisher (1984) menunjukkan langkah bolak-balik antara
periode militan dan periode pembangunan komunitas dalam
proses pengorganisasian yang terkait dengan periode
progresif dan periode reaksioner dalam sejarah.
Transformasi upaya-upaya pengorganisasian komunitas pada
masa Reagan di tahun 1980an ke bentuk-bentuk pembangunan
komunitas, dan “ditemukannya” pendekatan berpusat pada
perempuan pada kurun waktu yang sama juga memperkuat
pendapat bahwa kedua jenis pengorganisasian itu mungkin
lebih efektif jika diterapkan pada kondisi yang berbeda.
Periode reaksioner seperti masa tahun 1980an memaksa
gerakan sosial menjadi “lemah dan kendur" (Taylor, 1989)
sehingga penguatan ikatan-ikatan dalam komunitas dan
dukungan emosional menjadi sangat penting, karena aksi-
aksi di ruang publik terasa tidak efektif. Pada periode
semacam ini, pendekatan berpusat perempuan menyiapkan
terjadinya aksi-aksi publik pada masa yang akan datang.
Demikian pula, di saat de-industrialisasi dan
penghancuran melanda komunitas-komunitas tengah kota,
kebutuhan untuk membangun kembali komunitas sangatlah
besar. Mary Pardo (1990, p. 6) mengamati bahwa "isu-isu
tradisional yang biasa diangkat perempuan – kesehatan,
perumahan, sanitasi, dan lingkungan urban – telah
bergerak ke pusat panggung begitu urbanisasi kapitalis
merebak." Namun, saat kita bergerak memasuki abad baru,
aspek-aspek model Alinsky kemngkinan akan berlaku dan
diperlukan lagi. Sebagian pekerja sosial berupaya
menghidupkan kembali akar-akar profesi pengorganisasian
komunitas (Specht and Courtney, 1994) dan mencoba kembali
ke model pemberdayaan ala Piven and Cloward (1979). Dan
keberhasilan pengorganisasian model pendekatan berpusat
perempuan dalam membangun relasi-relasi sosial dan
fasilitas-fasilitas fisik komunitas bisa jadi mendorong
terjadinya siklus baru kegiatan gerakan sosial.

CATATAN
[1] Alinsky, bersama dengan Fred Ross, berperan sangat
penting dalam “pelatihan” pengorganisasian di California
menggunakan proses pendidikan rakyat untuk mendukung
proses pengorganisasian. Pelatihan ini menghasilkan
organiser perempuan pertama yang pernah diangkat oleh
Alinsky, dan kegiatan pengorganisasian pertama yang
khusus difokuskan pada perempuan (Finks, 1984:68-71).
[2] Kadang-kaadng ada juga muncul organiser dari dalam
komunitas sendiri. Kerja yang dilakukan Fred Ross di
Southwest, misalnya, memunculkan seorang organiser local
bernama Cesar Chavez (Reitzes and Reitzes, 1987).
[3] Fish (l986) membedakan model mentor Hull House dari
model mentor tradisional yang didasarkan pada pembagian
kuasa yang tidak setara antara instruktur dan pelajar.
Mentor model Hull House, aliha-alih hanya dua arah,
menggunakan system pendukung yang lebih luas dengan cirri
jaringan relasi yang egalitarian dan kesempatan tampil
yang terbagi sehingga memberikan dukungan public dan
privat bagi para perempuan yang terlibat.
[4] Tokoh perjuangan hak-hak sipil, Ella Jo Baker, yang
sepanjang hidupnya menerapkan kepemimpinan kelompok
menyatakan bahwa, "Rakyat yang kuat tidak membutuhkan
tokoh-tokoh pimpinan yang kuat," (Cantarow and O'Malley,
l980:53). Di kali lain Ms. Baker berucap, "Saya selalu
percaya bahwa yang dibutuhkan adalah penumbuhan orang-
orang yang tertarik bukan untuk menjadi tokoh atau
pemimpin tetapi yang berminat menubmuhkan kepemimpinan di
kalangan rakyat (Baker, l973:352).
[5] Tom Gaudette, dalam membangun organisasi untuk Austin
yang Lebih Baik menggunakan model Alinsky, mulai dengan
membentuk kelompok-kelompok kecil, tetapi dengan tujuan
mengangkat isu dan membangunan organisasi lebih besar
yang kuat (Bailey, 1972:66), bukannya untuk memberdayakan
individu-individu sebagaimana dilakukan oleh pendekatan
berpusat pada perempuan.
[6] Selama pelayanan sosial dapat diorganisasikan emlalui
para tokoh komunitas atau para “figure kunci perempuan”,
dan tujuan pemberdayaan tetap dipegang, kecendrungan ini
bisa dicegah untuk tidak terjadi. Organiser para ibu muda
menjelaskan "Saya rasa program pelayanan sosial untuk
komunitas Afrika-Amerika menjangkau keluarga luas, di
mana sesungguhnya ktia dibayar untuk menjadi bagian
darinya. Jika anda memandangnya dengan cara ini, maka
program ini sesungguhnya tidak semata-mata soal target
angka yang harus kita capai … tetapi lebih persoalan
bagaimana anda siap di tempat ketika dibutuhkan." Gilkes
(l988) mengemukakan bagaimana para pekerja sosial yang
tinggal dan bekerja di komunitas-komunitas kulit hitam
memperbarui sturktur dan praktek-praktek berorganisasi
dan mengubah organisasi jenis lama -- melawan praktek-
praktek pelayanan sosial tradisional (misalnya,
impersonal, sekedar tempelan, birokratis) dan mengubah
pengaturan organisasi sehingga menjadi “berorientasi
Kulit Hitam" (56).

REFERENCES
Ackelsberg, Martha. (1988) Communities, Resistance, and
Women's Activism: Some Implications for a Democratic
Policy. In Ann Bookman and Sandra Morgen (Eds.), Women
and the Politics of Empowerment, (pp. 297-313).
Philadelphia.: Temple University Press.
Alinsky, Saul. (1971). Rules for Radicals. New York:
Vintage Books.
________. (1969). Reveille for Radicals. New York:
Vintage Books.
Arendt, Hannah. (1969). On Violence. New York: Harcourt,
Brace and World.
Bailey, Robert Jr. (1972). Radicals in Urban Politics:
The Alinsky Approach. Chicago: University of Chicago
Press.
Baker, Ella. (1973). Developing Community Leadership. In
(Ed.) Gerda Lerner, Black Women in White America, New
York: Vintage.
Beckwith, Dave. (n.d.). "Introduction to Organizing."
University of Toledo Urban Affairs Center.
Berg, Barbara J. (1978). The Remembered Gate: Origins of
American Feminism: The Women and the City l800-1860. New
York: Oxford University Press.
Berkowitz, Rabbi William. (Ed). (1975). Conversations
with... New York: Block Publishers.
Bernard, Jessie. (1981). The Female World. New York: Free
Press.
Bookman, Ann and Sandra Morgen. (Eds). (1988). Women and
the Politics of Empowerment. Philadelphia: Temple
University Press.
Brandwein, Ruth A. (1987). Women and Community
Organization. In Dianne S. Burden and Naomi Gottlieb
(Eds.), The Woman Client. New York: Tavistock
Publications.
________. Toward the Feminization of Community and
Organizational Practice. (1981). In A. Lauffer and E.
Newman (Eds.), Community Organization for the l980s.
Special Issue of Social Development Issues ,5 (2-3) pp.
180-193.
Britton, John "Interview with Ella Baker: June 19, l968,"
Moorland-Spingarn Collection, Howard University, 4.
Bryan, Mary Lunn McCree and Allen F. Davis.
(Eds.).(1990). 100 Years at Hull-House. Bloomington:
Indiana University Press.
Caldwell, Agnes. (1994). We are not Afraid: The Influence
of Social Reproduction on Women's Mobilization in
Northeast Ireland. Presented at the Midwest Sociological
Society annual meetings.
Cassell, Joan. (1989). A Group Called Women: Sisterhood
and Symbolism in the Feminist Movement. Prospect Heights,
IL: Waveland Press.
Chodorow, Nancy. (1978). The Reproduction of Mothering.
Berkeley: University of California Press.
Cockburn, Cynthia. (1977). When Women Get Involved in
Community Action. In Marjorie Mayo (Ed.), Women in the
Community, (pp. 61- 70). London: Routledge and Kegan
Paul.
Colfer, Carol J. Pierce Michael L. Colfer, Michael L.
(1978). Inside Busher Bay: Lifeways in Counterpoint.
Rural Sociology 43, No. 2, pp. 204-220.
Collins, Patricia Hill. (l990). Black Feminist Thought.
New York: Routledge.
Davis, Angela. (l981). Women, Race and Class. New York:
Random House.
De Vault, Marjorie L. (l984). Women and Food: Housework
and the Production of Family Life. Ph.D. dissertation,
Northwestern University, Evanston, Illinois.
Drew, Patricia. (l983). A Longer View: The Mary E.
Richard Legacy. Baltimore: School of Social Work,
University of Maryland.
DuBois, Ellen Carol. (l978). Feminism and Suffrage: The
Emergence of an Independent Women's Movement in America,
1848-1869. Ithaca, New York: Cornell University Press,.
Duster, Alfreda. (Ed). (l970). The Autobiography of Ida
B. Wells. Chicago: University of Chicago Press.
Education Center for Community Organizing (ECCO). (l989).
Women on the Advance: Highlights of a National Conference
on Women and Organizing. Stony Point, NY: February 16-18.
Evans, Sara M and Harry C. Boyte. (l986). Free Spaces:
The Sources of Democratic Change in America. New York:
Harper and Row Publishers.
________. (l981). Schools for Action: Radical Uses of
Social Space. Democracy. pp. 55-65.
Ferguson, Kathy. (l984). The Feminist Case Against
Bureaucracy. Philadelphia, PA: Temple University Press.
Ferree, Myra Marx, and Beth B. Hess. (1985). Controversy
and Coalition: The New Feminist Movement. Boston: G. K.
Hall and Company.
Ferree, Myra Marx, and Frederick Miller. (1985).
Mobilization and Meaning: Toward an Integration of Social
Psychological and Resource Perspectives on Social
Movements. Sociological Inquiry, 55, 38-61.
Finks, P. David. (1984). The Radical Vision of Saul
Alinsky. New York: Paulist Press.
Fisher, Robert. (1984). Let the People Decide:
Neighborhood Organizing in America. Boston: Twayne.
Flexner, Eleanor. (l975). Century of Struggle: The
Women's Rights Movement in the United States. Cambridge,
Massachusetts.
Follett, Mary Parker. (l940). Dynamic Administration. New
York: Harper and Row.
Freeman, Jo. (1975). The Politics of Women's Liberation.
New York: David McKay.
Gamson, William A., Bruce Fireman, and Steven Rytina.
(1982). Encounters With Unjust Authority. Homewood, IL:
Dorsey Press.
Garland, Anne White. (l988). Women Activists: Challenging
the Abuse of Power. New York: The Feminist Press.
Genovese, Rosalie G. (l980). A Women's Self-Help Network
as a Response to Service Needs in the Suburbs. Signs:
Journal of Women in Culture and Society. No. 3 Supplement
S248-S256.
Giddings, Paula. (l984). Where and When I Enter: The
Impact of Black Women on Race and Sex in America. New
York: William Morrow and Company.
Gilkes, Cheryl Townsend. (l988). Building in Many Places:
Multiple Commitments and Ideologies in Black Women's
Community Work. In Ann Bookman and Sandra Morgen (Eds.)
Women and the Politics of Empowerment, (pp. 53-76).
Philadelphia: Temple University Press.
Gilligan, Carol. (November, l977). In a Different Voice:
Women's Conceptions of Self and Morality. Harvard
Educational Review 47, No.4, 481-517.
Gutierrez, Lorraine M. (l990). Working with Women of
Color: An Empowerment Perspective. Social Work. 35,149-
154.
Gutierrez, Lorraine M. and Edith A. Lewis. (l992). A
Feminist Perspective on Organizing with Women of Color.
In Felix G. Rivera and John L. Erlich (Eds.), Community
Organizing in a Diverse Society, (pp. 113-132). Boston:
Allyn & Bacon.
Hamilton, Cynthia. (1991, Spring). Women, Home, and
Community. Women of Power, 42-45.
Hartsock, Nancy. (1974, Summer ). Political Change: Two
Perspectives on Power. Quest: A Feminist Quarterly 1, No.
1, 10- 25.
Haywoode, Terry L. (l991). Working Class Feminism:
Creating a Politics of Community, Connection, and
Concern. Ph.D. dissertation, The City University of New
York.
Hooks, Bell. (l990). Yearning: Race, Gender, and Cultural
Politics. Boston: South End Books.
Industrial Areas Foundation. (l978). Organizing for
Family and Congregation. Franklin Square, New York:
Industrial Areas Foundation.
Jonasdottir, Anna G. l988. On the Concept of Interest,
Women's Interests, and the Limitations of Interest
Theory. In Kathleen B. Jones and Anna G. Jonasdottir
(Eds.), The Political Interests of Gender, (pp. 33-65).
London: Sage.
Kaplan, Temma. (1982). Female Consciousness and
Collective Action: The Case of Barcelona, 1910-1913.
Signs: Journal of Women in Culture and Society , 7, (3),
545-566 .
Kieffer, Charles H. (1984). Citizen empowerment: A
developmental perspective. In J. Rappaport, C. Swift, &
R. Hess (Eds.), Studies in empowerment: Steps toward
understanding action (pp. 9-36). New York: Haworth.
Krauss, Celene. (l983, Fall). The Elusive Process of
Citizen Activism. Social Policy , 50-55.
Lancourt, Joan I. (l979). Confront or Concede: The
Alinsky Citizen-Action Organizations. Lexington, Mass.:
Lexington Books.
Lawson, Ronald and Barton, Stephen E. (l990). In Guida
West and Rhoda Blumberg (Eds.), Women and Social Protest,
(pp.41-56). New York: Oxford University Press.
Leavitt, Jacqueline . (1993). Women under fire: Public
housing activism in Los Angeles. Frontier, 13, (2), 109-
130.
Lee, Porter R. (l937). Social Work as Case and Function
and Other Papers. New York: Columbia University Press.
McAdam, Doug. (1989). Gender Differences in the Causes
and Consequences of Activism. Presented at the American
Sociological Association annual meetings.
McCourt, Kathleen. (l977). Working Class Women and
Grassroots Politics. Bloomington: Indiana University
Press.
Miller, Jean Baker. (1986). Toward a New Psychology of
Women. Boston, MA: Beacon Press.
Oppenheim, Lisa. (l991). Women's Ways of Organizing.
Labor Research Review ,18 , 45-59.
Pardo, Mary. (1990). Mexican American Women Grassroots
Community Activists: "Mothers of East Los Angeles."
Frontiers, 11 (1), 1-7.
Payne, Charles. (l989). Ella Baker and Models of Social
Change. Signs: Journal of Women in Culture and Society
14, (4), 885-899.
Petchesky, Rosalind Pollack. (l979). Dissolving the
Hyphen: A Report on Marxist-Feminist Groups 1-5. In
Zillah Eisenstein (Ed.) Capitalist Patriarchy and the
Case for Socialist Feminism, (pp. 373-389). New York:
Monthly Review press.
Piven, Frances Fox, and Richard Cloward. (1979). Poor
People's Movements: Why They Succeed, How They Fail. New
York: Vintage.
Rappaport, Julian. (1981). In praise of a paradox: A
social policy of empowerment over prevention. American
Journal of Community Psychology, 9(1), 1-26.
______. (1986, August). Terms of Empowerment/Exemplars of
Prevention: Toward a Theory for Community Psychology. An
address delivered at the Annual Meeting of the American
Psychological Association, Washington, DC.
Reitzes, Donald C. and Dietrich C. Reitzes. (1987). The
Alinsky Legacy: Alive and Kicking. Greenwich, CT: JAI
Press.
Reitzes, Donald B. and Dietrich C. Reitzes. (1987b).
Alinsky in the 1980s: Two Contemporary Chicago Community
Organizations. The Sociological Quarterly ,27, 265-
284.[0]
Sacks, Karen Brodkin. (l988a). Caring by the Hour.
Urbana: University of Illinois Press.
________. (l988b). Gender and Grassroots Leadership. In
Ann Bookman and Sandra Morgen (Eds.), Women and the
Politics of Empowerment, ( pp. 77-94). Philadelphia:
Temple University Press.
Sherrard, Thomas D., and Richard C. Murray. (1965). The
Church and Neighborhood Community Organization. Social
Work, 10, 3-14.
Specht, Harry and Mark E. Courtney. (l994). Unfaithful
Angels: How Social Work Has Abandoned Its Mission. New
York: The Free Press.
Stein, Arlene. (1986). Between Organization and Movement:
ACORN and the Alinsky Model of Community Organizing.
Berkeley Journal of Sociology, 31, 93-115.
Stoneall, Linda. (1983). Bringing women into community
studies: A rural midwestern case study. Journal of the
Community Development Society 14, No 1.[RS24]
______. Cognitive Mapping: Gender Differences in the
Perception of Community. Sociological Quarterly, 51 (2),
121-128.
Tax, Meredith. (l980). The Rising of the Women: Feminist
Solidarity and Class Conflicts, 1880-1917. New York:
Monthly Review Press.
Taylor, Verta. (l989). Social Movement Continuity: The
Women's Movement in Abeyance. American Sociological
Review, 54, 761-775.
Thompson, Martha. (l994, March). Making the Invisible
Visible: Challenging Conventional Images of Leadership
and Social Change. Paper presented at the Midwest
Sociological Meetings, St. Louis, Missouri.
Tiano, Susan. (l984, October). The Public-Private
Dichotomy: Theoretical Perspectives on Women in
Development. Social Science Journal 21, (4), 11-28.
Tracy, Elizabeth. (1994). Discourse, Ideology, and
Ecofeminism. Paper presented at the Midwest Sociological
Society annual meetings.
Van Den Bergh, Nan and Lynn B. Cooper (Eds). (l986).
Feminist Visions for Social Work. Silver Springs,
Maryland: National Association of Social Workers.
Weil, Marie. (l986). Women, Community, and Organizing. In
Nan Van DenBergh and Lynn B. Cooper (Eds.), Feminist
Visions for Social Work, (pp. 187-210). Silver Spring,
Maryland: National Association of Social Workers.
West, Guida. (l981). The National Welfare Rights
Movement: The Social Protest of Poor Women. New York:
Praeger.
West, Guida and Blumberg, Rhoda L. (Eds). (l990). Women
and Social Protest. New York: Oxford University Press.
Wilson, Elizabeth. (l977). Women in the Community. In
Marjorie Mayo.(Ed). Women in the Community, (pp. 1-11).
London: Routledge and Kegan Paul.
AUTHOR REFERENCES
Feldman, Roberta M. and Susan Stall. (1994). The Politics
of Space Appropriation: A Case Study of Women's Struggles
for Homeplace in Chicago Public Housing. In Irwin Altman
and Arza Churchman(Eds.), Women and the Environment,
Edits., Human Behavior and Environment Series, Vol. 13.
pp. 167-199. New York: Plenum Press.
Stall, Susan. (l993). Women in Organizing Project
Evaluation. Prepared for Women United for a Better City,
unpublished.
________. (l991). 'The women are just back of
everything...:'Power and Politics Revisited in Small Town
America. (dissertation), Iowa State University, Ames,
Iowa.
Stoecker, Randy. (1995). Community Organizing and
Community- Based Redevelopment in Cedar-Riverside and
East Toledo: A Comparative Study. Journal of Community
Practice, 2, (3), 1-23.
_______. (1994). Defending Community: The Struggle for
Alternative Redevelopment in Cedar-Riverside.
Philadelphia: Temple University Press.
_______. (1993). The Federated Front-Stage Structure and
Localized Social Movements: A Case Study of the Cedar-
Riverside Neighborhood Movement. Social Science Quarterly
74, 169-184.
_______. (1992). Who Takes Out the Garbage? Social
Reproduction and Social Movement Research. In Gale Miller
and James A. Holstein (Eds.), Perspectives on Social
Problems (pp. 239-264). Greenwich, CT: JAI Press.
_______. (1991). Community Organizing and Community
Development: The Life and Times of the East Toledo
Community Organization, unpublished manuscript.

Anda mungkin juga menyukai