Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Tanah harus berada dalam kondisi normal agar dapat mendukung fungsi-fungsinya secara optimal. Masuknya sejumlah zat asing atau kadar suatu komponen normal tanah yang berada dalam jumlah berlebih dapat menimbulkan pencemaran. Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda. Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Salah satu diantaranya, penyelenggaraan

pembangunan, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan. Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Sedangkan kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta kekeringan. Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh terhadap kesehatan makhluk hidup.

Berdasarkan fakta tersebut, sangat diperlukan pengkajian khusus yang membahas mengenai pencemaran tanah beserta dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian tanah ? 2. Apa saja yang termasuk komponen tanah ? 3. Bagaimana sifat kimia tanah? 4. Apa penyebab terjadinya pencemaran tanah ? 5. Bagaimana dampak pencemaran tanah ? 6. Bagaimana langkah pencegahan dan penanggulangan pencemaran tanah ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian tanah 2. Untuk mengetahui komponen tanah 3. Untuk mengetahui sifat kimia tanah 4. Untuk mengetahui terjadinya pencemaran tanah 5. Untuk mengetahui dampak pencemaran tanah 6. Untuk mengetahui langkah pencegahan dan penanggulangan pencemaran tanah

D. Manfaat 1. Dapat mengetahui pengertian tanah 2. Dapat mengetahui komponen tanah 3. Dapat mengetahui sifat kimia tanah 4. Dapat mengetahui terjadinya pencemaran tanah 5. Dapat mengetahui dampak pencemaran tanah 6. Dapat mengetahui langkah pencegahan dan penanggulangan pencemaran tanah.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanah Tanah merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi. Tanah berasal dari pelapukan bahan induk secara fisik, kimia, dan biologis. Hasil dari proses pelapukan disertai dengan beberapa faktor yang memengaruhinya menghasilkan suatu benda yang dinamakan dengan tanah. Tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, yaitu organisme yang mampu mengubah energi sinar matahari menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup dan tumbuhan itu sendiri. Selain itu, tanah juga merupakan tempat tinggal (habitat) bagi berbagai jenis hewan seperti cacing tanah, serangga, serta berbagai jenis mikroorganisme. Mula pertama orang menganggap tanah sebagai alat produksi pertanian, sehingga definisinya menyatakan tanah sebagai medium alam bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat di permukaan bumi atau bentuk organik dan anorganik yang di tumbuhi tumbuhan baik tetap maupun sementara. Menurut definisi tanah tersebut tanah gurun pasir yang tidak bertumbuh-tumbuhan tidak dapat dianggap sebgai tanah, meskipun sebenarnya bahan pasir adalah tanah. Dalam kenyataannya pasir harus dianggap tanah, demikian pula jenis tanah garam atau tanah alkali (Darmawijaya, 1990 : 4). Tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi lain, yaitu air alami dan atmosfer, menjadi inti fungsi perubahan dan kemantapan ekosistem. Tanah berkedudukan khas dalam masalah lingkungan hidup, merupakan kimia lingkungan dan membentuk landasan hakiki bagi manusia. Fungsi-sungsi vital yang dikerjakan tanah dalam ekosistem mencakup: (1) memberlanjutkan kegiatan, keanekaan dan prokduktivitas hayati;(2) mengatur dan membagi-bagi aliran air dan larutan;(3) menyaring, menyangga, mendegrasi, imobilitas, dan detoksifikasi bahanbahan organik dan anorganik, termaksud hasil samping industri dan kota serta endapan atmosfer;(4) menyimpan dan mendaurkan hara dan unsur-unsur lain di

dalam biosfer bumi; dan (5) memberikan topangan bagi bangunan sosia lekonomi dan perlindungan manusia (Tejoyuwono, 1999 : ). Tanah dapat dimanfaatkan untuk keperluan tertentu karena mempunyai sejarah pembentukan yang membangkitkan sifat dan pelaku. Sejarah tanah bermula dari faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu atmosfer, hidrosfer, litosfer,biosfer dan waktu. Ketermanfaatan tanah menjadikannya suatu hikmah bagi manusia. Tanah dapat dimanfaatkan untuk sanitasi dan menagulangi pencemaran lingkungan. Tanah berkemampuan menyaring cairan yang meresap, menjadikannya jernih dan bersih, bebas dari bahan-bahan tersuspensi , sebelum masuk ke air bumi atau air sungai. Dengan zarah-zarah penjerap ion yang dimilikinya (mineral lempung, mineral oksida dan hidroksida, serta senyawa humik), tanah dapat menjerap ion-ion yang terlarut dalam cairan yang meresap, menjadikannya bebas ion-ion pencemar. Dengan basa-basa dan asam-asam yang dikandungnya, tanah dapat mengatur pH cairan yang meresap (Tejoyuwono, 1999 : ).

B. Komponen Tanah Tekstur tanah tersusun dari tiga komponen, yaitu: pasir, debu dan liat. Ketiga komponen tersebut dibedakan berdasarkan ukurannya yang berbeda. Partikel pasir berukuran antara 200 mikrometer sampai dengan 2000 mikrometer. Partikel debu berukuran antara 2 mikrometer sampai dengan kurang dari 200 mikrometer. Partikel liat berukuran kurang dari 2 mikrometer. Makin halus ukuran partikel penyusun tanah tersebut akan memiliki luas permukaan partikel per satuan bobot makin luas. Partikel tanah yang memiliki permukaan yang lebih luas memberi kesempatan yang lebih banyak terhadap terjadinya reaksi kimia. Partikel liat persatuan bobot memiliki luas permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan kedua partikel penyusun tekstur tanah lain (seperti: debu dan pasir). Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada permukaan patikel liat lebih banyak daripada yang terjadi pada permukaan partikel debu dan pasir persatuan bobot yang sama. Dengan demikian, partikel liat adalah komponen tanah yang paling aktif terhadap reaksi kimia, sehingga sangat

menentukan sifat kimia tanah dan mempengaruhi kesuburan tanah (Safriansyah, 2010).

C. Sifat Kimia Tanah Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (pH) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Tanah pada umumnya memiliki pH berkisar dari 3,09,0. Di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5. Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0 hingga 7,0. Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. (Safriansyah, 2010).

2. C-Organik Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Andre, 2009).

3. N-Total Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, pengikatan oleh mikroorganisme dari N

udara, pupuk dan air hujan. Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 4000 kg/ha pada lapisan 0 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut. (Andre, 2009).

4. P-Bray Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7. Di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi fosfor (Andre, 2009).

5. Kalium (K) Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium (Andre, 2009).

6. Natrium (Na) Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75% yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Andre, 2009).

7. Kalsium (Ca) Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci. Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (Andre, 2009).

8. Magnesium (Mg) Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Andre, 2009).

9. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan

organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir . Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh : a. Reaksi tanah b. Tekstur atau jumlah liat c. Jenis mineral liat d. Bahan organik dan, e. Pengapuran serta pemupukan. kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat ya ng dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula (Andre, 2009).

10. Kejenuhan Basa (KB) Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid. Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50% (Andre, 2009).

D. Pencemaran Tanah Tanah mengalami pencemaran apabila ada bahan asing, baik yang bersifat organik maupun anorganik berada di permukaan tanah yang menyebabkan tanah menjadi rusak, tidak dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia. Dalam keadaan normal tanah harus dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia; baik pertanian, peternakan, kehutanan, maupun untuk pemukiman. Apabila bahan asing tersebut berada di daam tanah dalam waktu yang lama dan menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia, hewan, tumbuhan,maka dapat dikatakan bahwa tanah telah mengalami pencemaran. Kalau hal ini terjadi maka kenyamanan hidup yang merupakan sasaran (Banggali, 2004 : 7). Secara garis besar sumber pencemaran tanah ada dua yaitu: (1) Faktor internal yaitu pencernaan yang disebabkan oleh peristiwa alam sepeti letusan gunung berapi yang memuntahkan debu, pasir, batu dan bahan vulkanik lainnya yang menutupi dan merusakkkan tanah sehingga tanah menjadi tercemar. Pencemaran karena faktor internal ini tidak terlalu menjadi bahan pemikiran dalam masalah lingkungan hidup karena dianggap sebagai musibah bencana alam. (2) Faktor eksternal yaitu pencemaran tanah karena ulah manusiadan aktivitas manusia. Pencemaran tanah karena faktor eksternal merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan sungguh-sungguh agar tanah tetap dapat memberikan daya dukung alamnya bagi kehdupan manusia. (Banggali, 2004 : 7-8). Bahan pencemar tanah seperti pupuk buatan, obat pembasmi hama (pestisida,herbisida). Apabila digunakan secara berlebihan dapat menimbulkan pencemaran tanah, merubah sifat fisis,sifat kimia, dan sifat biologis tanah, sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Sampah dan bahan buangan benda-benda padat yang makin meningkat jumlahnya dapat menjadi bahan pencemar tanah, apalagi yang sukar diuraikan oleh bakteri pengurai. Sebagai sumber pencemar tanah yang lainnya adalah bahan radioaktif masuk ke dalam rantai makanan dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pada mahluk yang memakannya (Banggali, 2004 : 8). peningkatan kualitas hidup tidak dapat dicapai

10

Cara pencemaran penanggulangan tanah, dapat dilakukan baik secara teknis maupun nonteknis (Banggali, 2004 : 8). Pencemaran tanah dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian . 1. Limbah domestik Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain. Jenis sampah ini tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik,

bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb. Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah (Admin, 2009).

2. Limbah industri Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. misalnya sisasisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam. Kontaminasi logam berat merupakan masalah paling serius dalam pencemaran tanah. Pencemaran logam berat dihasilkan dari kegiatan manusia seperti pertambangan, pabrik, dan penggunaan produk sintetis seperti baterai, pestisida, cat, dan buangan industri. Meskipun logam berat secara alami ada dalam tanah, kadar alami tersebut tidak pernah mencapai level toksik. Logam berat pencemaran tanah dapat disebabkan oleh dua jenis ion, yaitu kation dan anion. Logam dalam bentuk kation (bermuatan positif) antara lain adalah Hg (merkuri), cadmium, timah, timbal, tembaga, nikel, seng, chromium, dan mangan. Logam berat dalam bentuk anion (bermuatan negatif) biasanya dijumpai bergabung dengan senyawa lain seperti oksigen. Contoh dari logam berat dalam anion adalah arsenik, molibden, selenium, dan boron (Mustaqim, 2010).

11

3. Limbah pertanian Aktivitas pertanian memang merupakan salah satu kegiatan yang sangat berkaitan dengan penggunaan dan pengelolaan tanah. a. Pemupukan dan Polybag Pemupukan dengan partikel pupuk yang keras dapat menimbulkan sisa-sisa partikel keras hasil pertanian. Hal tersebut tentunya menyebabkan perubahan struktur tanah, yang menjadi seperti berpasir karena jumlah partikel kasar yang ada biasanya sangat banyak. Aktivitas penanaman yang menyisakan polybag dapat menimbulkan pencemaran tanah. Polybag biasanya merupakan tempat benih saat dibawa menuju lahan. Petani yang masih konvensional, dalam artian belum mengerti pengaruh plastik pada lahan pertanian, biasanya mengubur polybag sekaligus di lubang penanaman. Akibatnya, tanah akan tercemari plastik polybag yang membutuhkan waktu lama untuk proses penguraiannya. Alternatif penyelesaian masalah dari banyaknya partikel pupuk yang tersisa dalam tanah bisa diminimalisasi dengan mengalihkan penggunaan pupuk ke pupuk organik. b. Pestisida Masalah yang ditimbulkan berasal dari pencemaran akibat residu dari pestisida. Pestisida sebagaimana sudah diketahui beracun bagi manusia, yang bila terakumulasi pada tubuh tumbuhan lalu dikonsumsi dapat menimbulkan gejala kelainan pada manusia (Mustaqim, 2010).

Shofyan (2010) memaparkan mengenai komponen bahan pencemar tanah sebagai berikut: 1. Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati. 2. Senyawa organik dan senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan/ diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur.

12

3. Pencemar udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida karbon (CO dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak kesuburan tanah/ tanaman. 4. Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah industri seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah. 5. Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari percobaan lain yang menggunakan atau menghasikan zat radioaktif.

E. Dampak Pencemaran Tanah Menurut Admin (2009), berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah, diantaranya: 1. Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/ mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estika. Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun. 2. Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang. 3. Limbah cair rumah tangga berupa; tinja, deterjen, oli bekas, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat membunuh mikroorganisme di dalam tanah.

13

4. Limbah cair sisa hasil industri pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron merupakan zat yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah. 5. Limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Penimbunan limbah padat mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu. 6. Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang 7. Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorganisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut. Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau. Selain itu timbunan akan mengering dan mengundang bahaya kebakaran. Dampak dari pencemaran tanah juga dapat dirasakan pada berbagai bidang khusus seperti: Pada kesehatan Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi. Merkuri (air raksa) dan siklodiena

14

dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.

Pada Ekosistem Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut. Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama (Anonim, 2010).

15

F. Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Tanah Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar. Sedangkan penanggulangan adalah usaha untuk mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Lutfi (2009) mengemukakan mengenai langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan pencemaran tanah sebagai berikut : 1. Langkah Pencegahan a. Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses pembusukan, maka penguburan sampah dilakukan secara berlapislapis dengan tanah. b. Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikelpartikel kecil, kemudian dikubur. c. Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar dilakukan proses pemurnian. d. Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumur-sumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat dalam.

16

e. Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai dengan aturan dan tidak sampai berlebihan. f. Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.

2. Langkah Penanggulangan a. Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi barang-barang lain yang bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah. b. Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata, berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih. c. Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang.

Sedangkan menurut Sofyan (2008) bahwa langkah penanganan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah. Diantaranya: 1. Remediasi Kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah dikenal dengan remediasi. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan

17

lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

2. Bioremediasi Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi : a. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb b. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus c. Penerapan immobilized enzymes d. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar. Proses bioremediasi harus memperhatikan temperatur tanah, ketersediaan air, nutrien (N, P, K), perbandingan C : N kurang dari 30:1, dan ketersediaan oksigen.

18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Tanah merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi. 2. Tekstur tanah tersusun dari tiga komponen, yaitu: pasir, debu dan liat. Ketiga komponen tersebut dibedakan berdasarkan ukurannya yang berbeda. 3. Sifat kimia tanah dapat ditinjau dari derajat kemasamannya (pH), C-organik, N-total, P-bray, kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) tanah tersebut. 4. Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian dsb. 5. Dampak dari pencemaran tanah dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang, seperti kesehatan maupun ekosistem kita. 6. Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, diantaranya dengan remediasi dan bioremidiasi.

B. Saran Untuk lebih memahami semua tentang pencemaran tanah, disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun yang ada di dalamnya.

19

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2009, Pencemaran Tanah. (http://www.bplhdjabar.go.id, diakses pada tanggal 12 Februari 2011). Andre. 2009. Sifat Kimia Tanah. (http://id.wordpress.com/tag/kimia/, diakses pada tanggal 12 Februari 2011). Anonim. 2009, Pencemaran Tanah. (http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 12 Februari 2011). Banggali, Tinggi & Sugiarti. 2004. Hand out kimia Lingkungan. Jurusan Kimia Universitas Negeri Makassar : Makassar. Darmawijaya, Isa. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University : Yogyakarta. Lutfi , Achmad . 2009. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Bahan Pencemar Tanah. (http://www.chem-is-try.org/author/achmad_lutfi/, diakses pada tanggal 12 Februari 2011). Mustaqim, Wendy Achmmad. 2010. Solusi Pencemaran Tanah (http://www.wendyismy.name/author/wendyachmmad-2/, diakses pada tanggal 12 Februari 2011). Safriansyah, Dedy . 2010. Sifat Kimia Tanah. (http://dsafriansyah.blogspot.com/, diakses pada tanggal 12 Februari 2011. Shofyan. 2010. Pencemaran Tanah. (http://forum.um.ac.id/, diakses pada tanggal 12 Februari 2011). Sofyan, Asep. 2008. Pencemaran Tanah. (http://personal.ftsl.itb.ac.id/asep/, diakses pada tanggal 12 Februari 2011). Tejoyuwono, Notohadiprawiro. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat jendral pendidikan tinggi departemen pendidikan dan kebudayaan : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai