Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TERSTRUKTUR PERTANIAN BERLANJUT ASPEK SOSIAL EKONOMI

Disusun oleh : Kelas O Kelompok 2

Anisa Rosida Anita Nur Khoiriyah Aldita Adin Nugraha Anita Novi Agustin Ari Sukmana Anam Prasetyo Alif Maulana R Ahmad Yusril Devi Mira Kusuma

115040200111029 115040201111218 115040201111058 115040201111285 115040200111057 115040201111224 115040201111326 115040213111034 125040209111001

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan pertanian selama ini telah memberikan dukunganyang sangat tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian disadari bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahan kelemahan yang perlu diperbaiki. Produksi yang tinggi yang telah dicapai banyak didukung oleh teknologi yang memerlukan input (masukan) bahan-bahan anorganik yang tinggi terutama bahan kimia pertanian seperti pupuk urea, TSP/SP-36, KCl, pestisida, herbisida, dan produk-produk kimia lainnya yang berbahaya bagi kesehatan dengan dosis yang tinggi secara terusmenerus, terbukti menimbulkan banyak pencemaran yang dapat menyumbang degradasi fungsi lingkungan dan perusakan sumberdaya alam, serta penurunan daya dukung lingkungan (Sudirja, 2009). Pada hikikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali kepada alam, yaitu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Adanya kesadaran akan akibat yang ditimbulkan dampak tersebut, perhatianmasyarakat dunia perlahan mulai bergeser ke pertanian yang berwawasan lingkungan (Sudirja, 2009). Pertanian berkelanjutan telah muncul menjadi alternatif sistem pertanian untuk menjawab banyak kendala yang dihadapi oleh petani yang miskin akan sumberdaya dan waktu, serta menjamin keberlanjutan lingkungan. Hal ini merujuk pada kapasitas pertanian untuk memberi sumbangan terhadap kesejahteraan secara keseluruhan dengan menyediakan pangan dan barang lainnya serta jasa-jasa yang efisien dan menguntungkan secara ekonomi, bertanggungjawab secara sosial, dan layak dari segi lingkungan. Sistem ini melibatkan kombinasi yang saling berkaitan antara tanah, produksi tanaman dan ternak yang bersesuaian dengan tidak dipakainya atau berkurangnya pemakaian input eksternal yang mempunyai potensi membahayakan lingkungan dan/atau kesehatan petani dan konsumen. Sebagai gantinya, sistem ini lebih menekankan teknik produksi pangan yang mengintegrasikan dan sesuai dengan proses alam lokal seperti siklus hara, pengikatan nitrogen secara biologis, regenerasi tanah dan musuh alami hama. Menggunakan sumberdaya lokal dalam memperbaiki tanah dan bisa bermanfaat dimana peningkatan pendapatan dapat mengurangi hambatan untuk

mengadopsi praktek-praktek penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan (Rukmana, 2012). Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramahterhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997 dalam Sudirjo, 2009).

BAB II INDIKATOR KEBERHASILAN PERTANIAN BERLANJU 2.1 Aspek Ekologis Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh mnyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan adalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanisme dikendalikan oleh hukum alam. Wawancara kepada petani yaitu Bapak Tanto (31 tahun) dilakukan di Dusun Kekep, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada 24 November 2013. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pada Bapak Tanto melakukan pemupukan anorganik seperti Urea, NPK, TSP dan ZK pada lahan pertanian tanaman wortel, kubis dan bawang prei seluas 800 m2 miliknya. Pupuk organik berupa pupuk kandang dari limbah ternak 2 ekor sapi yang dimilikinya juga diaplikasikan pada lahan sebelum penanaman. Pengendalian hama dan penyakit pada lahan Bapak Tanto dilakukan dengan menyemprot pestisida sintetik. Penerapan pengendalian hama dan penyakit secara alami tidak dilakukan. Pemberian bahan anorganik atau kimia sintetik baik berupa pupuk maupun pestisida selalu dilakukan tiap musim tanam. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan panen yang sesuai target. Pupuk anorganik memiliki keuntungan diantaranya pemberiannya dapat terukur dengan tepat, mudah diaplikasikan dan cepat tersedia (fast release) bagi tanaman (Lingga dan Marsono, 2007). Sama halnya dengan pestisida anorganik yang memiliki keuntungan dapat mengendalikan hama dan penyakit dengan cepat. Sehingga tanaman yang dibudidayakan pun akan tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun aplikasi pupuk dan pestisida kimia buatan secara terus menerus bukanlah solusi terbaik untuk mencapai produksi yang optimum. Karena aplikasi pupuk dan pestisida kimia buatan dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan seperti yang terjadi pada zaman revolusi hijau, dimana pupuk dan pestisida sintetik digunakan secara intensif dan akhirnya mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan yang membutuhkan waktu sangat lama untuk diperbaiki. Pupuk anorganik dapat menyebabkan tanah menjadi rusak (penggunaan yang berlebihan dan terus menerus akan menyebabkan tanah mernjadi keras), air tercemar, terjadi polusi udara dan keseimbangan alam

terganggu (Indriani, 2007). Sedangkan pestisida sintetik dapat membunuh serangga lain yang bukan sasaran, residunya yang mencemari lingkungan sekitar hingga ke sumber air dan lainnya. 2.2 Aspek Ekonomi Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi. Sistem pertanian yang layak secara ekonomi mempunyai pengembalian yang layak dalam investasi tenaga kerja dan biaya yang terkait dan menjamin penghidupan yang layak bagi keluarga petani.. Sistem ini minimal dapat menyediakan makanan dan kebutuhan dasar yang lain bagi keluarga petani. Sistem ini minimal dapat menyediakan makanan dan kebutuhan dasar yang lain bagi keluarga petani. Economically viable juga berarti minimisasi biaya eksternalitas dari kegiatan usahatani Wawancara kepada petani yaitu Bapak Tanto (31 tahun) dilakukan di Dusun Kekep, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada 24 November 2013. Untuk pengelolaan usahatani yang dilakukan oleh Bapak Tanto membutuhkan biaya, diantaranya biaya pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, tenaga kerja dan lainnya. Berikut biaya yang dikeluarkan oleh Bapak Tanto untuk satu musim tanam: 2.2.1. Biaya Usahatani No. 1. 2. 3. Uraian Sewa Lahan Sewa Alat Penyusutan Alat : Sprayer Cangkul 1 1 250.000 67.000 Rp 25.000,Rp 6.700,Jumlah (unit) (milik sendiri) (milik sendiri) Harga 10.000.000/th Biaya Rp 3.500.000,-

Pompa Selang 4 Benih / bibit : Benih wortel Benih kubis Bibit bawang prei 5 Pupuk : Pupuk Urea Pupuk NPK Mutiara Pupuk TSP Pupuk ZK 6 7 Pestisida Tenaga Kerja : Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Perawatan Panen

1 1

250.000 80.000 -

Rp 25.000,Rp 8.000,Rp 800.000,Rp 150.000,Rp 120.000,-

10 mangkok 2000 biji 2 meter

80.000,150.000,60.000,-

1 1 1 1 1

190.000 400.000 460.000 400.000 550.000 -

Rp 190.000,Rp 400.000,Rp 460.000,Rp 400.000,Rp 550.000,Rp 1.500.000,Rp 300.000,Rp 60.000,Rp 800.000,Rp 500.000,Rp 600.000,Rp 10.394.700,-

10orang *5hari 5orang*3hari 3orang*1hari 2orang* 20hari 10orang* 2hari 1

30.000 20.000 20.000 20.000 25.000 600.000

8 9

Biaya lain-lain Total

2.2.2 Penerimaan Usahatani No. 1. 2. 3. Uraian Wortel Kubis Bawang prei Nilai 7000kg 2000kg 2000kg Harga Rp 2.000/kg Rp 400/kg Rp 9.000/kg Jumlah Rp 14.000.000,Rp 800.000,Rp 18.000.000,Rp 32.800.000,-

Penerimaan Usaha Tani

2.2.3 Keuntungan Usahatani No. Uraian 1. 2. Total Biaya Penerimaan Jumlah Rp 10.394.700,Rp 32.800.000,Rp 22.405.300,-

Keuntungan

2.2.4 R/C Ratio R / C = PQ x Q / (TFC + TVC) = [(2000 x 7000) + (400 x 2000) + (9000 x 2000)] / (10.394.700) = 32.800.000 / 10.394.700 = 3,16 -> R/C rasio > 1 Dengan dilakukannya analisis usahatani pada lahan pertanian bapak Tanto, diketahui bahwa R/C ratio > 1. Hal ini berarti usahatani yang dilakukan bapak Tanto tersebut efisien dan mengunutungkan. Karena R/C rationya lebih dari 1, hal ini dapat mengindikasikan usahatani Bapak Tanto berkelanjutan pada segi ekonomi. 2.3 Aspek Sosial Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya. Sistem petanian yang menghargai martabat, hak asasi individu dan kelompok-kelompok dan memperlakukannya secara adil

adil. Sistem tersebut menyediakan askes ke informasi, pasar, dan usahatani lain yang terkait dengan sumberdaya, khususnya lahan. Wawancara kepada petani yaitu Bapak Tanto (31 tahun) dilakukan di Dusun Kekep, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada 24 November 2013. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa untuk memulai penanaman ditentukan oleh musim dan tidak ada suatu adat istiadat tertentu dalam melakukan penanaman, selama pertumbuhan tanaman atau saat panen. Untuk mengelola lahan, membutuhkan penyewaan beberapa tenaga kerja karena kurangnya kegotong royongan pada daerah sekitar lahan Bapak Tanto. Selain itu, tidak adanya suatu kelompok tani yang berfungsi sebagai pusat informasi dalam melakukan usahatani. Salah satu dampak tidak adanya kelompok tani ialah penjualan hasil panen ke tengkulak dengan nilai jual yang rendah. Jika terdapat kelompok tani, maka tentu dapat mengetahui informasi pasar mengenai harga atau pun permintaan, serta pemasarannya. Sehingga petani seperti Bapak Tanto tidak perlu menjual hasil panennya ke tengkulak dengan harga jual rendah tetapi dapat memasarkannya ke konsumen dengan harga jual yang sesuai. Tidak adanya tokoh panutan dalam pengelolaan usahatani di daerah lahan pertanian Bapak Tanto juga menyebabkan tidak adanya perputaran infornasi. Sehingga Bapak Tanto tetap melakukan usahatani secara mandiri dan tidak menggunakan teknik pengelolaan usahatani yang lebih baik. Selain itu, meski penyuluhan diadakan, namun hanya dilakukan satu kali dalam tiga bulan. Penyuluhan yang diberikan pun tidak optimal sehingga para petani, termasuk Bapak Tanto, kurang mendapatkan informasi mengenai pengelolaan usahatani yang berkelanjutan.

BAB III KESIMPULAN Lahan pertanian yang dimiliki oleh Bapak Tanto belum berkelanjutan dari aspek ekologis dan sosial. Pada aspek ekologi dikatakan berkelanjutan apabila kualitas agroekosistem dipelihara atau ditingkatkan, dengan menjaga

keseimbangan ekologi serta konservasi keanekaragaman hayati, tetapi Bapak Tanto tersebut menggunakan pupuk anorganik secara terus menerus. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan (economically viable). Bapak Tanto mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang bisa ditolerir/diterima dan analisis usahatani yang dijalankan layak dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA Indriani, Y. H. 2007. Membuat Kompos Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta. Kasumbogo Untung. 1997 Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang berwawasan Lingkungan. Makalah yang Dibawakan Dalam Seminar Nasional Pertanian Organik. Manwan Ibrahim. 1994 Strategi dan Langkah Operasional Penelitian Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan Dalam Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku I. Kebijaksanaan dan Hasil Utama Penelitian. Puslitbang Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Rukmana, D. 2012. Pertanian Berkelanjutan: Mengapa, Apa dan Pelajaran Penting dari Negara Lain. (http://repository.unhas.ac.id/bitstream

/handle/123456789/2838/Pertanian%20berkelanjutan-buku%20Ultah %20Faperta.pdf?sequence=1). Diakses 19 Desember 2013. Sudirjo, R. 2009. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Organik. (http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2009/03/pembangunan_pertanian_berkelanjutan_berbasis_s istem_pertanian_organik.pdf). Diakses 19 Desember 2013. Trubus No. 363. 2000. Pertanian Organik. Yayasan Tani Membangun. Jakarta

Lampiran Penyusutan Sprayer : (250.000 175.000)/3 = 25.000 Cangkul : (67.000 53.200)/2 = 6.700 Pompa : (250.000 175.000)/3 = 25.000 Selang/pipa kecil : (80.000 56.000)/3 = 8.000

Tenaga kerja Pengolahan tanah : 10 orang x 5 hari x 30.000 = 1.500.000 Penanaman : 5 orang x 3 hari x 20.000 = 300.000 Pemupukan : 3 orang x 1 hari x 20.000 = 60.000 Perawatan : 2 orang x 20 hari x 20.000 = 800.000 Panen : 10 orang x 2 hari x 25.000 = 500.000

Anda mungkin juga menyukai