Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH KEDOKTERAN ISLAM

NAMA : MUHAMMAD WAHYUDI B


NIM

: 10542 0102 09

1. JELASKAN

KONSEPSI

MANUSIA

DALAM

ISLAM

SECARA

LENGKAP DAN MENYELURUH


Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia
wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul
kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan
mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat
dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali
Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan
bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal
ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacammacam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan
dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia
yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah.
Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia
dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak
pertemuan antara permatozoa dengan ovum.

Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya


dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia
benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka segala
sesuatu dapat terjadi. Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat
bahwa Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas
asumsi bahwa:
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak
berarti bahwa semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi
kimia.

Hal

itu seperti

pernyataan

bahwa tumbuh-tumbuhan

bahan

makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah
ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu
bahan-bahan pembentuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya
merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan
petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu
ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian
bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah Lumpur hitam yang diberi bentuk
(mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur
hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau
dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa
proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga
yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di manamana seperti panas dan sinar ultraviolet.
Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu
jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap
yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus
dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang
dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui

suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia
juga mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-Ala
1-2 dan Nuh 14.
Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa
penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam,
maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang
hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup
sebelumnya. Hal itu karena kata tsumma yang berarti kemudian, dapat juga
berarti suatu proses.
Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak,
diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada
ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik
ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu
dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dan tugas yang telah
ditetapkan Allah pada manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan
informasi tentang itu.
Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimia,
biologi, dan lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat
tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa
manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus
ajaran Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah
30. kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan
yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai
pemilih atau penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan
dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubungkan dengan jabatan

pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan
yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-Abbasiah.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada
waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau
mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah
rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar
antara lain menyatakan selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi
apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya. Jika demikian pengertian
khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan
kekhalifahannya. Hal itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua
orang mau memilih ajaran Allah.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai
kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad
( al-Anbiya : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya :91
dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal ( alBaqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb ( Ali Imran 159,
Al-Araf 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia,
Ruh adalah daya hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb
adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang
negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Maarif 19 ),
suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ),
suka melampaui batas ( al-Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain
sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat
mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya
dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat
terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu
ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat

menetralisasi kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin


dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam
menyerap dan membudayakan wahyu.
Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah 30 terlihat suatu gambaran
bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam
ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaailun dan bukan khaaliqun. Kata
khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata jaala
mengarah pada sesuatu yang bukan baru,dengan arti kata memberi bentuk
baru. Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang
menyatakan apakah engkau akan menjadikan di bumi mereka yang merusak
alam dan bertumpah darah? ungkapan malaikat tersebut memberi pengertian
bahwa sebelum adam diciptakan, malaikat melihat ada makhluk dan jenis
makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu merusak alam dan bertumpah
darah. Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan, karena malaikat tidak
tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang tahu apa yang akan
terjadi dimasa depan hanya Allah.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia
pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang
tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air
yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi
mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam
rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat
dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan lebih sempurna
jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan.
Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama. Biarkanlah para
saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang

berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar pengayaan saint


untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para
saintis hanya bersifat relatif dan pada suatu saat dapat disanggah kembali, jika
ada penemuan baru. Misalnya, mungkinkah penemuan baru itu dilakukan oleh
ulama islam? Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan.
Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang
bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat
dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa
melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain
dijelaskan surat al-Isra ayat 70.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu
yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu
manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan
sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap
bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap
hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-Anam : 165 ). Karena ilmunya itulah
manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk lainnya.
Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat
lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, mereka
itu seperti binatang ( ulaaika kal anaam ), bahkan lebih buruk dari binatang
( bal hum adhal ). Dalam keadaan Dalam pandangan Islam, manusia
didefinisikan

sebagai

makhluk,

mukalaf,

mukaram,

mukhaiyar, dan mujizat. Manusia adalah makhluk yang memiliki nilai-nilai


fitri dan sifat-sifat insaniah, seperti dhaif lemah (an-Nisaa: 28), jahula
bodoh (al-Ahzab: 72), faqir ketergantungan atau memerlukan (Faathir: 15),

kafuuro sangat mengingkari nikmat (al-Israa: 67), syukur (al-Insaan:3),serta


fujur dan taqwa (asy-Syams: 8).
Selain itu, manusia juga diciptakan untuk mengaplikasikan beban-beban
ilahiah yang mengandung maslahat dalam kehidupannya. Ia membawa
amanah ilahiah yang harus diimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Keberadaannya di alam mayapada memiliki arti yang hakiki, yaitu
menegakkan khilafah. Keberadaannya tidaklah untuk huru-hara dan tanpa
hadaf tujuan yang berarti. Perhatikanlah ayat-ayat Qur`aniah di bawah ini.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata:
Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?
Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui. (al-Baqarah: 30)
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (adz-Dzariyat: 56)
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (al-Ahzab:
72)
Manusia adalah makhluk pilihan dan makkhluk yang dimuliakan oleh Allah
SWT dari makhluk-makhluk yang lainnya, yaitu dengan keistimewaan yang
dimilikinya, seperti akal yang mampu menangkap sinyal-sinyal kebenaran,

merenungkannya, dan kemudian memilihnya. Allah SWT telah menciptakan


manusia dengan ahsanu taqwim, dan telah menundukkan seluruh alam
baginya agar ia mampu memelihara dan memakmurkan serta melestarikan
kelangsungan

hidup

yang

ada

di

alam

ini.

Dengan

akal yang dimilikinya, manusia diharapkan mampu memilah dan memilih


nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan yang tertuang dalam risalah
para rasul. Dengan hatinya, ia mampu memutuskan sesuatu yang sesuai
dengan iradah Robbnya dan dengan raganya, ia diharapkan pro-aktif untuk
melahirkan karya-karya besar dan tindakan-tindakan yang benar, sehingga ia
tetap mempertahankan gelar kemuliaan yang telah diberikan oleh Allah SWT
kepadanya seperti ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan yang lainnya.
Maka, dengan sederet sifat-sifat kemuliaan dan sifat-sifat insaniah yang
berkaitan dengan keterbatasan dan kekurangan, Allah SWT membebankan
misi-misi khusus kepada manusia untuk menguji dan mengetahui siapa yang
jujur dalam beriman dan dusta dalam beragama.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta. (al-Ankabuut: 2-3).
Oleh karena itu, ia harus benar-benar mampu menjabarkan kehendakkehendak ilahiah dalam setiap misi dan risalah yang diembannya.
1.Misi Manusia
Manusia di dalam hidup ini memiliki tiga misi khusus: misi utama; misi
fungsional; dan misi operasional

A. Misi Utama
Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi utama, yaitu
beribadah kepada Allah SWT. Maka, setiap langkah dan gerak-geriknya harus
searah dengan garis yang telah ditentukan. Setiap desah nafasnya harus selaras
dengan kebijakan-kebijakan ilahiah, serta setiap detak jantung dan keinginan
hatinya harus seirama dengan alunan-alunan kehendak-Nya. Semakin mantap
langkahnya dalam merespon seruan Islam dan semakin teguh hatinya dalam
mengimplementasikan apa yang telah menjadi tugas dan kewajibannya, maka
ia akan mampu menangkap sinyal-sinyal yang ada di balik ibadahnya. Karena,
dalam setiap ibadah yang telah diwajibkan oleh Islam memuat nilai filosofis,
seperti nilai filosofis yang ada dalam ibadah shalat, yaitu sebagai aun
(pertolongan) bagi manusia dalam mengarungi lautan kehidupan (alBaqarah:153),

dan

sebagai

benteng

kokoh

untuk

menghindari,

menghadang, dan mengantisipasi gelombang kekejian dan kemungkaran (alAnkabuut:45).


Adapun nilai filosofis ibadah puasa adalah untuk menghantarkan manusia
muslim menuju gerbang ketaqwaan, dan ibadah-ibadah lain yang bertujuan
untuk melahirkan manusia-manusia muslim yang berakhlak mulia (alBaqarah: 183 dan aat-Taubah:103). Maka, apabila manusia mampu
menangkap sinyal-sinyal nilai filosofis dan kemudian mengaplikasikan serta
mengekspresikannya dalam bahasa lisan maupun perbuatan, ia akan sampai
gerbang

ketaqwaan.

Gerbang

yang

dijadikan

satu-satunya

tujuan

penciptaannya.
Namun, tidak semua manusia di dunia ini mengikuti perintah dan merespon
risalah yang di bawa oleh para Rasul. Bahkan, banyak di antara mereka yang
berpaling dari ajaran-ajaran suci yang didakwahkan kepada mereka. Ada juga

yang secara terang-terangan mengingkari dan memusuhinya (an-Nahl: 36, alAnaam: 26, dan al-Baqarah: 91).
Hal ini bisa terjadi pada manusia karena dalam dirinya ada dua kekuatan yang
sangat dominan mempengaruhi setiap pikiran dan perbuatannya, kekuatan
taqwa dan kekuatan fujur. Kekuatan taqwa didorong oleh nafsu mutmainnah
(jiwa yang tenang) untuk selalu menterjemahkan kehendak ilahiah dalam
realitas kehidupan, dan kekuatan fujur yang di dominasi oleh nasfu ammarah
(nafsu angkara murka) yang senantiasa memerintahkan manusia untuk masuk
dalam dunia kegelapan. Maka, dalam bingkai misi utama ini, manusia bisa
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sabiqun bil khairat, muqtashidun, dan
dzalimun linafsihi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT sebagai
berikut.
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri
mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin
Allah.Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Faathiir: 32)
Sabiqun bil khairat
Hamba Allah SWT yang termasuk dalam kategori ini adalah hamba yang
tidak hanya puas melakukan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang
diharamkan oleh-Nya,

namun ia terus berlomba dan berpacu untuk

mengaplikasikan sunnah-sunnah yang telah digariskan, dan menjauhi hal-hal


yang dimakruhkan. Akal sehatnya menerawang jauh ke depan untuk
menggagas

karya-karya

besar

dan

langkah-langkah

positif.

Hati sucinya menerima pilihan-pilihan akal selama tidak bertentangan dengan


nilai-nilai Islam. Inilah hamba yang selalu melihat kehidupan dengan cahaya

bashirah. Hamba yang hatinya senantiasa dihiasi ketundukan, cinta,


pengagungan,
dan kepasrahan kepada Allah SWT.
Muqtashidun
Hamba Allah yang masuk dalam kategori ini adalah manusia muslim yang
puas ketika mampu mengamalkan perintah dan meninggalkan larangan Allah
SWT. Dalam benaknya, tidak pernah terlintas ruh kompetitif dalam
memperluas wilayah iman ke wilayah ibadah yang lebih jauh lagi, yaitu
wilayah

sunnah.

Imannya

hanya

bisa

menjadi

benteng dari hal-hal yang diharamkan dan belum mampu membentengi halhal
yang dimakruhkan.
Dzalimun linafsihi
Hamba

yang

termasuk

dalam

kelompok

ini

adalah

yang

masih

mencampuradukkan antara hak dan batil. Selain ia mengamalkan perintahperintah Allah SWT, ia juga masih sering berkubang dalam kubangan lumpur
dosa.

Jadi,

dalam

diri

seorang

hamba

ada

dua

kekuatan

mempengaruhinya, tergantung kekuatan mana yang lebih


dalam

kelompok

mendominasi

ini,

nampaknya

kehidupannya,

sehingga

kekuatan
hatinya

yang

dominan, dan

syahwat
sakit

yang
parah.

Mengikuti syahwat adalah penyakit, sedangkan durhaka kepadanya adalah


obat mujarab dab terapi yang manjur (Adab ad-Diin wa ad-Dunya, Abu alHasan Ali al-Mawardy)
Apabila manusia mengikuti libido, mengekor nafsu angkara murka, dan
menjadi budak syahwatnya, maka ia akan keluar dari poros yang telah
digariskan oleh Allah SWT. Ia akan mencampakkan dan mensia-siakan

amanah yang agung. Bahkan, ia akan melakukan konspirasi bersama thogutthogut untuk memberangus nilai-nilai kebenaran. Di sini, manusia akan
bergeser dari gelar khairul barriah sebaik-baik makhluk dan ahsanu taqwim
ke gelar baru, yaitu syarrul barriah seburuk-buruk makhluk, asfalus saafilin
tempat yang paling rendah, al-anaam binatang ternak, kera, babi, batu,
dan kayu yang berdiri. Inilah manusia-manusia yang memiliki hati, mata dan
telinga, numun ia tidak pernah berfikir, tidak pernah melihat kebenaran, dan
tidak pernah mendengar ayat-ayat Qur`aniah dan Kauniah dengan tiga faktor
tersebut. Mereka adalah sebuah komunitas dari manusia-manusia yang dungu,
buta, tuli, dan bisu dari nilai-nilai Islam (al-Bayyinah: 6-7, al-Araaf: 179, alMaidaah: 60, al-Munaafiquun: 4, dan al-Baqarah:74)
Ali bin Abu Thalib ra. berkata, Ada dua masalah yang saya takutkn menimpa
kamu. Pertama, mengikuti hawa nafsu. Kedua, banyak menghayal. Karena,
yang pertama akan menjadi tembok penghalang antara dirinya dan kebenaran,
dan yang kedua mengakibatkan lupa akan akhirat. Sebagian ahli hikmah
berkata, Akal merupakan teman setia, dan hawa nafsu adalah musuh yang
ditaati.Sebagian ahli hikmah yang lain berkata,Hawa nafsu adalah raja yang
bengis dan penguasa yang lalim. (Adab ad-Diin wa ad-Dunya)
B. Misi Fungsional
Selain misi utama yang harus diemban manusia, ia juga mempunyai misi
fungsional sebagai khalifah. Manusia tidak mampu memikul misi ini, kecuali
ia istiqamah di atas rel-rel robbaniah. Manusia harus membuang jauh bahasa
khianat dari kamus kehidupannya. Khianat lahir dari rahim syahwat, baik
syahwat mulkiah kekuasan, syahwat syaithaniah, maupun syahwat
bahaimiah binatang ternak.(al-Jawab al-Kaafi, Ibnu Qaiyim al-Jauziah)

Ketika jiwa manusia di kuasai oleh syahwat mulkiah, maka ia akan


mempertahankan kekuasaan dan kedudukannya, meskipun dengan jalan yang
tidak dibenarkan oleh Islam. Ia senantiasa melakukan makar, adu domba, dan
konspirasi politik untuk menjegal lawannya (al-Anfal: 26-27 dan Shaad: 26).
Adapun ketika jiwa manusia terbelenggu oleh syahwat syaithaniah dan
bahaimiah, maka ia akan selalu menciptakan permusuhan, keonaran, tipuantipuan, dan menjadi rakus serta tamak akan harta. Tidak ada sorot mata
persahabatan dan sentuhan kasih dalam dirinya. Ia bersenang-senang di atas
penderitaan rakyat dan tak pernah berhenti mengeruk kekayaan rakyat.
C.Misi Operasional
Manusia diciptakan di bumi iniselain untuk beribadah dan sebagai khalifah,
juga harus bisa bermain cantik untuk memakmurkam bumi (Huud: 61).
Kerusakan di dunia, di darat, maupun di lautan bukan karena binatang ternak
yang tidak tahu apa-apa, tetapi ia lahir dari tangan-tangan jahil manusia yang
tidak pernah mengenal rambu-rambu Tuhannya. Benar, semua yang ada di
bumi ini diciptakan untuk manusia, namun ia tidak bebas bertindak diluar
ketentuan dan rambu ilahi (ar-Ruum: 41). Oleh karena itu, bumi ini
membutuhkan pengelola dari manusia-manusia yang ideal. Manusia yang
memiliki sifat-sifat luhur sebagaimana disebutkan di bawah ini. Syukur
(Luqman: 31) Sabar (Ibrahim: 5) Mempunyai belas kasih (at-Taubah:
128)Santun (at-Taubah: 114)Taubat (Huud: 75) Jujur (Maryam: 54)
Terpercaya (al-Araaf: 18)
Maka, manusia yang sadar akan misi sucinya harus mampu mengendalikan
nafsu danmenjadikannya sebagai tawanan akal sehatnya dan tidak sebaliknya,
diperbudak hawa nafsu sehingga tidak mampu menegakkan tonggak misi-

misinya.
Hanya dengan nafsu muthmainnahlah, manusia akan sanggup bertahan
mengibarkan panji-panji kekhilafahan di antara awan jahiliah modern,
sanggup mengaplikasikan simbol-simbol ilahi dalam realitas kehidupan,
membumikan seruan-seruan langit, dan merekonstruksi peradaban manusia
kembali. Inilah sebenarnya hakikat risalah insan di muka bumi ini demikian
manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).

2. BAGAIMANA BENTUK KASIH SAYANG ALLAH SWT KEPADA


MANUSIA SEBAGAI MAKHLUQ CIPTAANNYA?
Kasih sayang dan rahmat merupakan manifestasi dari kemuliaan Allah SWT,
Di antara kata kasih sayang dan rahmat terdapat satu ruang di mana perintah
Allah SWT untuk menyucikan semua tindakan kita sebagai manusia dalam
kehidupan sehari-hari.

Al-Rahmn dan Al-Rahm kemudian menjadi gerak dan denyut nadi dalam
setiap aspek kehidupan setiap muslim yang dimanifestasikan dalam kebaikan,
kemurahan, dan kasih sayang. Sifat-sifat ini berhubungan arat dengan Rahmat
(Al-Rahmah).

Selain itu, kata ini juga berhubungan dengan kata yang berarti rahm. Jadi,
dapat dikatakan bahwa dunia ini muncul dari rahim kemurahan dan kasih
sayang Allah SWT.

Allah SWT merupakan sumber kasih sayang di alam semesta. Kasih sayang

Allah disebut dengan rahmat. Ada dua bentuk kasih sayang Allah. Pertama
kasih sayang yang ia turunkan kepada semua manusia dan kedua kasih sayang
Allah yang diberikan karena Allah menghargai upaya manusia tersebut. Yang
pertama datang dari sifat Ar rahmaan (Allah yang Maha Pemurah) sedang
yang kedua dari sifat Allah Ar Rahiim (Yang Maha Penyayang).
Begitu banyak kasih sayang Allah SWT yang diberikan kepada kita, mulai
dari bernafas dan menghirup udara, berjalan, memiliki anggota tubuh yang
lengkap, nikmat mengkonsumsi makanan, berbicara, mendengar dan begitu
banyak nikmat lainnya yang wajib kita syukuri sebagai penerima kasih sayang
itu.
Maka dari itu wujud atau menifestasi seorang manusia yang bersyukur akan
nikmat ini ialah ibadah. Dalam ibadah kita diharapkan mengucapkan kata
syukur kepada Allah SWT dan menghargai nikmat tersebut dengan
menjaganya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. (Hijrah)

3. JELASKAN POSISI/KEDUDUKAN MANUSIA SEBAGAI ABDILLAH


(HAMBA ALLAH) DAN SEBAGAI KHALIFATULLAH. APA PERAN
MASING-MASING POSISI TERSEBUT?

posisi/kedudukan manusia sebagai Abdillah

Kata bd disamping mempunyai arti budak, dalam pengertian negatif, ia juga


mengandung pengertian yang positif, yaitu dalam hubungan antara manusia
dengan penciptanya. Seorang hamba Tuhan artinya orang yang taat dan patuh
terhadap perintah-Nya . Kata abid dalam Al-Quran dipakai untuk menyebut
semua manusia dan jin.

Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melaikan supaya mereka
menyembah-Ku(Q.S Adz-Zariyat:56).
Kata ibadah diartikan sebagai sesuatu kegiatan penyembahan, atau
pengabdian kepada Allah. dalam pengertian sempit, kata ibadah hanya
menunjuk pada segala aktifitas pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat
Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya.
Sedang dalam pengertian luas, ibadah tidak hanya terbatas pada hal-hal yang
disebutkan diatas, namun mencakup segala aktivitas pengabdian yang
ditujukan kepada Allah semata.
Ibadah dalam Islam lebih merupakan amal saleh dan latihan spiritual yang
berakar dan diikat oleh makna yang hakiki dan bersumber dari fitrah manusia.
Dari beberapa ayat Al-Quran diatas, dapat disimpulkan, bahwa hakikat
penciptaan manusia dimuka bumi sebagai khalifah Allah dan juga sebagai
abd Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, tetapi merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan. Kekhalifahannya adalah realisasi dari
pengabdiannya kepada Tuhan yang menciptakannya. Kedudukan manusia
sebagai khalifah dan abd pada dasarnya merupakan kesatuan pembentuk
kebudayaan. Kebudayaan dibentuk oleh adanya pemikiran terhadap alam
sekitarnya dan pemahaman terhadap hukum-hukumnya yang kemudian
diwujudkan dalam tindakan.

Posisi/kedudukan manusia sebagai Khalifatullah


Hakikat penciptaan manusia dimuka bumi salah satunya adalah sebagai

khalifatullah dalamhal ini Al-Quran menegaskan :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi (Q.S. Al-Baqaroh :
30)
Manusia sebagai khalifah Allah fi al-ardi menjadi wakil Tuhan di muka
bumi, yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di
muka bumi.
Sebagai wakil Tuhan, maka Tuhan telah mengajarkan kepada manusia
tentang kebenaran-kebenaran dalam segala ciptaan-Nya, dan melalui
pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang
terkandung dalam ciptaan-nya semua yang da dalam alam ini maka
manusia

dapat

menyusun

konsep-konsep

serta

melakukan

rekayasa

membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.


Tugas kekhalifahan pada dasarnya dalah tugas kebudayaan yang berciri
kreatif agar selalu dapat menciptakan sesuatu yang batru sesuai dengan
kebutuhan

pertumbuhan

dan

perkembangan

masyarakat.

Manusia

dianugerahkan kelebihan dan kemampuan dalam hal pengetahuan konseptual


(berfikir), kemampuannya menerima pelajaran tentang nama-nam benda dan
kemampuannya menegaskan nama-nama tersebut. Tujuannya adalah untuk
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup dimuka bumi ini.
4. TULISKAN DAN JABARKAN PERANAN DOKTER SEBAGAI
KHALIFAH

Rasullah SAW bersabda bahwa Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan
setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Tidak terkecuali
bagi seorang dokter.

Setiap pasien akan datang kepada dokter sewaktu sakit, dan berharap untuk
dapat sembuh. Dan setiap dokter akan mencarikan jalan terbaik bagi sang
pasien dan memberikan masukan-masukan alternatif yang dapat diambil bagi
pasien.Dokter berperan sebagai seorang pemimpin bagi dirinya sendiri
sebagai contoh terbaik yang dapat di lihat dan ditiru setiap orang sebagai figur
pembawa kesembuhan dari Allah. Sebagai seorang khalifah, yang bertugas
mengelola pelayanan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
seorang

dokter harus memiliki kriteria-kriteria berikut agar dapat

disebut sebagai khalifah Allah:


1. Ilmu
Allah telah menyimpan dalam diri manusia sebuah potensi ilmu. Seorang
dokter menggunakan pengetahuan yang didapat dari kuliah sebagai modal
dasar untuk memecahkan masalah yang ada.
2. Iman dan Amal Sholeh
Allah Taala berfirman tentang kriteria khalifah-Nya.
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan
beramal shaleh (kebaikan), bahwa Dia akan menjadikan mereka sebagai
khalifah di bumi, Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka sebagai khalifah. Sesungguhnya Dia akan meneguhkan bagi mereka
agama mereka, yang telah diridhai-Nya untuk mereka, serta Dia benar-benar
akan mengubah (keadaan) mereka menjadi aman setelah mereka ketakutan.
Mereka akan menyembah-Ku dan tidak menyekutukan apapun dengan-Ku.
Dan barang siapa kafir setelah itu, maka mereka adalah orang-orang yang
fasik. (QS. An-Nur : 55).
Pada ayat tersebut, jelas sekali Allah berjanji akan menjadikan hambahambaNya sebagai khalifah yang akan menguasai dan memimpin dunia.
Tetapi janji itu akan ditepati-Nya bagi manusia yang beriman dan beramal
kebaikan.Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kriteria lain dari
seorang dokter khalifatullah adalah iman dan amal shaleh.

3. Memberi keputusan dengan benar (haqq) dan tidak mengikuti hawa nafsu
Allah Taala berfirman:
Wahai Dawud, Kami jadikan engkau sebagai khalifah di bumi, maka berilah
keputusan dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu, karena hawa
nafsu akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (QS. Shad : 26).
Nasihat medis yang diberikan kepada pasien haruslah tepat dan dapat
digunakan dengan baik, dengan harapan kepatuhan pasien menjalani proses
terapi yang direncanakan dapat membawa kesembuhan. Hal ini akan sulit
dicapai jika misalnya karena terikat kerjasama dengan pihak tertentu, dokter
memberikan obat yang bagus tetapi harganya mahal, maka pasien akan
justru tidak membeli obat yang dia perlukan.
4. Amar Maruf dan Nahi Munkar
Rasulullah saww bersabda, Barang siapa ber-amar maruf dan nahi munkar,
maka dia adalah khalifatullah di bumi dan khalifah kitab-Nya serta khalifah
rasul-Nya. (Kitab Mizan al-Hikmah, jilid 3 hal 80).
Fungsi dokter adalah menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan dasar
paripurna dengan menggunakan pendekatan menyeluruh untuk memecahkan
masalah yang dihadapi oleh individu dalam keluarga dan oleh setiap anggota
keluarga dalam kelompok masyarakat yang memilihnya sebagai mitra utama
pemeliharaan kesehatan.
Prinsip dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan kesehatan yang harus
diterapkan :
Memberikan pelayanan secara komprehensif atau dengan kata lain
adalah pelayanan yang paripurna. Dokter sebagai mitra, konsultan, atau
penasihat di kala sakit dan sehat.
Memberikan pelayanan secara bersinambungan: terus menerus, mulai
dari konsepsi (pembuahan/dalam rahim) sampai mati dan tentu saja selama
sakit sampai sembuh dan sehat kembali. Rekam Medis yang handal dan

kerjasama.
Memberikan pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif. Kerjasama
dengan para spesialis yang dikoordinasikan Dokter sebagai kolaborasi
saintifik yang handal untuk meningkakan kepercayaan pasien kepada
pelayanan medis yang disediakan.
Mengutamakan pencegahan. Pencegahan di sini berarti luas (penyuluhan,
vaksinasi,

upaya

KB,

pemeriksaan

kehamilan,

dan

pemantauan

tumbuhkembang
anak, membuat diagnosis dini dan memberikan pengobatan yang
cepat dan tepat, membuat rujukan cepat dsb)
Mempertimbangkan keluarganya. Bahwa pasien adalah bagian dari
keluarganya. Saling-aruh (interaksi) antara pasien dan keluarganya
merupakan salah satu fokus perhatian Dokter
Mempertimbangkan komunitasnya. Dokter mengingat bahwa pasien
merupakan bagian dari komunitasnya baik di lingkungan tempat tinggal
maupun kerjanya.
Untuk dapat menjadi pemimpin yang baik, setiap dokter harus berupaya agar
kepemimpinannya efektif dalam menghadapi suatu permasalahan, dengan
menciptakan

wawasan,

mengembangkan

suatu

strategi,

membangun

kerjasama
dan mendorong tindakan.
Dokter sebagai pemimpin yang efektif perlu melakukan hal-hal berikut:
Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan
kepentingan jangka panjang kelompok yang terlibat.
Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah wawasan
tersebut.
Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan yang bekerjasama, persetujuan,
kerelaan atau kelompok kerjanya dibutuhkan untuk menghasilkan pergerakan
itu.

memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti yang tindakannya


merupakan penentu untuk melaksanakan strategi.

Anda mungkin juga menyukai