: 10542 0102 09
1. JELASKAN
KONSEPSI
MANUSIA
DALAM
ISLAM
SECARA
Hal
itu seperti
pernyataan
bahwa tumbuh-tumbuhan
bahan
makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah
ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu
bahan-bahan pembentuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya
merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan
petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu
ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian
bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah Lumpur hitam yang diberi bentuk
(mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur
hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau
dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa
proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga
yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di manamana seperti panas dan sinar ultraviolet.
Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu
jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap
yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus
dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang
dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui
suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia
juga mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-Ala
1-2 dan Nuh 14.
Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa
penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam,
maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang
hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup
sebelumnya. Hal itu karena kata tsumma yang berarti kemudian, dapat juga
berarti suatu proses.
Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak,
diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada
ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik
ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu
dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dan tugas yang telah
ditetapkan Allah pada manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan
informasi tentang itu.
Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimia,
biologi, dan lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat
tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa
manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus
ajaran Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah
30. kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan
yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai
pemilih atau penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan
dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubungkan dengan jabatan
pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan
yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-Abbasiah.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada
waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau
mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah
rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar
antara lain menyatakan selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi
apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya. Jika demikian pengertian
khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan
kekhalifahannya. Hal itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua
orang mau memilih ajaran Allah.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai
kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad
( al-Anbiya : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya :91
dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal ( alBaqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb ( Ali Imran 159,
Al-Araf 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia,
Ruh adalah daya hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb
adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang
negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Maarif 19 ),
suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ),
suka melampaui batas ( al-Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain
sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat
mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya
dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat
terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu
ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat
sebagai
makhluk,
mukalaf,
mukaram,
hidup
yang
ada
di
alam
ini.
Dengan
A. Misi Utama
Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi utama, yaitu
beribadah kepada Allah SWT. Maka, setiap langkah dan gerak-geriknya harus
searah dengan garis yang telah ditentukan. Setiap desah nafasnya harus selaras
dengan kebijakan-kebijakan ilahiah, serta setiap detak jantung dan keinginan
hatinya harus seirama dengan alunan-alunan kehendak-Nya. Semakin mantap
langkahnya dalam merespon seruan Islam dan semakin teguh hatinya dalam
mengimplementasikan apa yang telah menjadi tugas dan kewajibannya, maka
ia akan mampu menangkap sinyal-sinyal yang ada di balik ibadahnya. Karena,
dalam setiap ibadah yang telah diwajibkan oleh Islam memuat nilai filosofis,
seperti nilai filosofis yang ada dalam ibadah shalat, yaitu sebagai aun
(pertolongan) bagi manusia dalam mengarungi lautan kehidupan (alBaqarah:153),
dan
sebagai
benteng
kokoh
untuk
menghindari,
ketaqwaan.
Gerbang
yang
dijadikan
satu-satunya
tujuan
penciptaannya.
Namun, tidak semua manusia di dunia ini mengikuti perintah dan merespon
risalah yang di bawa oleh para Rasul. Bahkan, banyak di antara mereka yang
berpaling dari ajaran-ajaran suci yang didakwahkan kepada mereka. Ada juga
yang secara terang-terangan mengingkari dan memusuhinya (an-Nahl: 36, alAnaam: 26, dan al-Baqarah: 91).
Hal ini bisa terjadi pada manusia karena dalam dirinya ada dua kekuatan yang
sangat dominan mempengaruhi setiap pikiran dan perbuatannya, kekuatan
taqwa dan kekuatan fujur. Kekuatan taqwa didorong oleh nafsu mutmainnah
(jiwa yang tenang) untuk selalu menterjemahkan kehendak ilahiah dalam
realitas kehidupan, dan kekuatan fujur yang di dominasi oleh nasfu ammarah
(nafsu angkara murka) yang senantiasa memerintahkan manusia untuk masuk
dalam dunia kegelapan. Maka, dalam bingkai misi utama ini, manusia bisa
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sabiqun bil khairat, muqtashidun, dan
dzalimun linafsihi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT sebagai
berikut.
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri
mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin
Allah.Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Faathiir: 32)
Sabiqun bil khairat
Hamba Allah SWT yang termasuk dalam kategori ini adalah hamba yang
tidak hanya puas melakukan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang
diharamkan oleh-Nya,
karya-karya
besar
dan
langkah-langkah
positif.
sunnah.
Imannya
hanya
bisa
menjadi
benteng dari hal-hal yang diharamkan dan belum mampu membentengi halhal
yang dimakruhkan.
Dzalimun linafsihi
Hamba
yang
termasuk
dalam
kelompok
ini
adalah
yang
masih
mencampuradukkan antara hak dan batil. Selain ia mengamalkan perintahperintah Allah SWT, ia juga masih sering berkubang dalam kubangan lumpur
dosa.
Jadi,
dalam
diri
seorang
hamba
ada
dua
kekuatan
kelompok
mendominasi
ini,
nampaknya
kehidupannya,
sehingga
kekuatan
hatinya
yang
dominan, dan
syahwat
sakit
yang
parah.
amanah yang agung. Bahkan, ia akan melakukan konspirasi bersama thogutthogut untuk memberangus nilai-nilai kebenaran. Di sini, manusia akan
bergeser dari gelar khairul barriah sebaik-baik makhluk dan ahsanu taqwim
ke gelar baru, yaitu syarrul barriah seburuk-buruk makhluk, asfalus saafilin
tempat yang paling rendah, al-anaam binatang ternak, kera, babi, batu,
dan kayu yang berdiri. Inilah manusia-manusia yang memiliki hati, mata dan
telinga, numun ia tidak pernah berfikir, tidak pernah melihat kebenaran, dan
tidak pernah mendengar ayat-ayat Qur`aniah dan Kauniah dengan tiga faktor
tersebut. Mereka adalah sebuah komunitas dari manusia-manusia yang dungu,
buta, tuli, dan bisu dari nilai-nilai Islam (al-Bayyinah: 6-7, al-Araaf: 179, alMaidaah: 60, al-Munaafiquun: 4, dan al-Baqarah:74)
Ali bin Abu Thalib ra. berkata, Ada dua masalah yang saya takutkn menimpa
kamu. Pertama, mengikuti hawa nafsu. Kedua, banyak menghayal. Karena,
yang pertama akan menjadi tembok penghalang antara dirinya dan kebenaran,
dan yang kedua mengakibatkan lupa akan akhirat. Sebagian ahli hikmah
berkata, Akal merupakan teman setia, dan hawa nafsu adalah musuh yang
ditaati.Sebagian ahli hikmah yang lain berkata,Hawa nafsu adalah raja yang
bengis dan penguasa yang lalim. (Adab ad-Diin wa ad-Dunya)
B. Misi Fungsional
Selain misi utama yang harus diemban manusia, ia juga mempunyai misi
fungsional sebagai khalifah. Manusia tidak mampu memikul misi ini, kecuali
ia istiqamah di atas rel-rel robbaniah. Manusia harus membuang jauh bahasa
khianat dari kamus kehidupannya. Khianat lahir dari rahim syahwat, baik
syahwat mulkiah kekuasan, syahwat syaithaniah, maupun syahwat
bahaimiah binatang ternak.(al-Jawab al-Kaafi, Ibnu Qaiyim al-Jauziah)
misinya.
Hanya dengan nafsu muthmainnahlah, manusia akan sanggup bertahan
mengibarkan panji-panji kekhilafahan di antara awan jahiliah modern,
sanggup mengaplikasikan simbol-simbol ilahi dalam realitas kehidupan,
membumikan seruan-seruan langit, dan merekonstruksi peradaban manusia
kembali. Inilah sebenarnya hakikat risalah insan di muka bumi ini demikian
manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).
Al-Rahmn dan Al-Rahm kemudian menjadi gerak dan denyut nadi dalam
setiap aspek kehidupan setiap muslim yang dimanifestasikan dalam kebaikan,
kemurahan, dan kasih sayang. Sifat-sifat ini berhubungan arat dengan Rahmat
(Al-Rahmah).
Selain itu, kata ini juga berhubungan dengan kata yang berarti rahm. Jadi,
dapat dikatakan bahwa dunia ini muncul dari rahim kemurahan dan kasih
sayang Allah SWT.
Allah SWT merupakan sumber kasih sayang di alam semesta. Kasih sayang
Allah disebut dengan rahmat. Ada dua bentuk kasih sayang Allah. Pertama
kasih sayang yang ia turunkan kepada semua manusia dan kedua kasih sayang
Allah yang diberikan karena Allah menghargai upaya manusia tersebut. Yang
pertama datang dari sifat Ar rahmaan (Allah yang Maha Pemurah) sedang
yang kedua dari sifat Allah Ar Rahiim (Yang Maha Penyayang).
Begitu banyak kasih sayang Allah SWT yang diberikan kepada kita, mulai
dari bernafas dan menghirup udara, berjalan, memiliki anggota tubuh yang
lengkap, nikmat mengkonsumsi makanan, berbicara, mendengar dan begitu
banyak nikmat lainnya yang wajib kita syukuri sebagai penerima kasih sayang
itu.
Maka dari itu wujud atau menifestasi seorang manusia yang bersyukur akan
nikmat ini ialah ibadah. Dalam ibadah kita diharapkan mengucapkan kata
syukur kepada Allah SWT dan menghargai nikmat tersebut dengan
menjaganya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. (Hijrah)
Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melaikan supaya mereka
menyembah-Ku(Q.S Adz-Zariyat:56).
Kata ibadah diartikan sebagai sesuatu kegiatan penyembahan, atau
pengabdian kepada Allah. dalam pengertian sempit, kata ibadah hanya
menunjuk pada segala aktifitas pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat
Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya.
Sedang dalam pengertian luas, ibadah tidak hanya terbatas pada hal-hal yang
disebutkan diatas, namun mencakup segala aktivitas pengabdian yang
ditujukan kepada Allah semata.
Ibadah dalam Islam lebih merupakan amal saleh dan latihan spiritual yang
berakar dan diikat oleh makna yang hakiki dan bersumber dari fitrah manusia.
Dari beberapa ayat Al-Quran diatas, dapat disimpulkan, bahwa hakikat
penciptaan manusia dimuka bumi sebagai khalifah Allah dan juga sebagai
abd Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, tetapi merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan. Kekhalifahannya adalah realisasi dari
pengabdiannya kepada Tuhan yang menciptakannya. Kedudukan manusia
sebagai khalifah dan abd pada dasarnya merupakan kesatuan pembentuk
kebudayaan. Kebudayaan dibentuk oleh adanya pemikiran terhadap alam
sekitarnya dan pemahaman terhadap hukum-hukumnya yang kemudian
diwujudkan dalam tindakan.
dapat
menyusun
konsep-konsep
serta
melakukan
rekayasa
pertumbuhan
dan
perkembangan
masyarakat.
Manusia
Rasullah SAW bersabda bahwa Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan
setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Tidak terkecuali
bagi seorang dokter.
Setiap pasien akan datang kepada dokter sewaktu sakit, dan berharap untuk
dapat sembuh. Dan setiap dokter akan mencarikan jalan terbaik bagi sang
pasien dan memberikan masukan-masukan alternatif yang dapat diambil bagi
pasien.Dokter berperan sebagai seorang pemimpin bagi dirinya sendiri
sebagai contoh terbaik yang dapat di lihat dan ditiru setiap orang sebagai figur
pembawa kesembuhan dari Allah. Sebagai seorang khalifah, yang bertugas
mengelola pelayanan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
seorang
3. Memberi keputusan dengan benar (haqq) dan tidak mengikuti hawa nafsu
Allah Taala berfirman:
Wahai Dawud, Kami jadikan engkau sebagai khalifah di bumi, maka berilah
keputusan dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu, karena hawa
nafsu akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (QS. Shad : 26).
Nasihat medis yang diberikan kepada pasien haruslah tepat dan dapat
digunakan dengan baik, dengan harapan kepatuhan pasien menjalani proses
terapi yang direncanakan dapat membawa kesembuhan. Hal ini akan sulit
dicapai jika misalnya karena terikat kerjasama dengan pihak tertentu, dokter
memberikan obat yang bagus tetapi harganya mahal, maka pasien akan
justru tidak membeli obat yang dia perlukan.
4. Amar Maruf dan Nahi Munkar
Rasulullah saww bersabda, Barang siapa ber-amar maruf dan nahi munkar,
maka dia adalah khalifatullah di bumi dan khalifah kitab-Nya serta khalifah
rasul-Nya. (Kitab Mizan al-Hikmah, jilid 3 hal 80).
Fungsi dokter adalah menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan dasar
paripurna dengan menggunakan pendekatan menyeluruh untuk memecahkan
masalah yang dihadapi oleh individu dalam keluarga dan oleh setiap anggota
keluarga dalam kelompok masyarakat yang memilihnya sebagai mitra utama
pemeliharaan kesehatan.
Prinsip dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan kesehatan yang harus
diterapkan :
Memberikan pelayanan secara komprehensif atau dengan kata lain
adalah pelayanan yang paripurna. Dokter sebagai mitra, konsultan, atau
penasihat di kala sakit dan sehat.
Memberikan pelayanan secara bersinambungan: terus menerus, mulai
dari konsepsi (pembuahan/dalam rahim) sampai mati dan tentu saja selama
sakit sampai sembuh dan sehat kembali. Rekam Medis yang handal dan
kerjasama.
Memberikan pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif. Kerjasama
dengan para spesialis yang dikoordinasikan Dokter sebagai kolaborasi
saintifik yang handal untuk meningkakan kepercayaan pasien kepada
pelayanan medis yang disediakan.
Mengutamakan pencegahan. Pencegahan di sini berarti luas (penyuluhan,
vaksinasi,
upaya
KB,
pemeriksaan
kehamilan,
dan
pemantauan
tumbuhkembang
anak, membuat diagnosis dini dan memberikan pengobatan yang
cepat dan tepat, membuat rujukan cepat dsb)
Mempertimbangkan keluarganya. Bahwa pasien adalah bagian dari
keluarganya. Saling-aruh (interaksi) antara pasien dan keluarganya
merupakan salah satu fokus perhatian Dokter
Mempertimbangkan komunitasnya. Dokter mengingat bahwa pasien
merupakan bagian dari komunitasnya baik di lingkungan tempat tinggal
maupun kerjanya.
Untuk dapat menjadi pemimpin yang baik, setiap dokter harus berupaya agar
kepemimpinannya efektif dalam menghadapi suatu permasalahan, dengan
menciptakan
wawasan,
mengembangkan
suatu
strategi,
membangun
kerjasama
dan mendorong tindakan.
Dokter sebagai pemimpin yang efektif perlu melakukan hal-hal berikut:
Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan
kepentingan jangka panjang kelompok yang terlibat.
Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah wawasan
tersebut.
Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan yang bekerjasama, persetujuan,
kerelaan atau kelompok kerjanya dibutuhkan untuk menghasilkan pergerakan
itu.