Anda di halaman 1dari 18

JUMAT, 28 MEI 2010

Jurnal Analisis Sistem Bagi Hasil Deposito Pada PT Bank Jabar Syariah

ABSTRAK
Perbankan Syariah merupakan lembaga investasi dan jasa perbankan, di mana sumber dana dan sistem operasionalnya berdasarkan dengan nilai-nilai Islam, sehingga tujuannya tidak sematamata mencari keuntungan materi, melainkan mengikuti syariat ajaran Islam.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui system bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Jabar dan bank konvensional. Untuk mengetahui system penghimpuan dana bank syariah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dengan melakukan observasi untuk memperoleh data. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Data rekening deposito mudharabah dengan nisbah umum tahun 2009 .Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif system bagi hasil mudharabah.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan mengirimkan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah ekonomi kaum muslim, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak jaman Rasulullah SAW. Contohnya seperti praktikpraktik menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposito, menyalurkan dana, dan melakukan transfer menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak jaman Rasulullah. Perbankan Syariah merupakan lembaga investasi dan jasa perbankan, di mana sumber dana dan sistem operasionalnya berdasarkan dengan nilai-nilai Islam, sehingga tujuannya tidak semata-mata mencari keuntungan materi, melainkan mengikuti syariat ajaran Islam. Perbankan syariah pertama kali dilakukan di Negara Malaysia pada pertengahan tahun 40-an, namun usaha perbankan syariah tersebut tidak sukses. Selanjutnya usaha pendirian bank

syariah dilakukan di Negara Mesir pada tahun 1963 dengan nama Mit Gharm Local Saving Bank. Di Indonesia sendiri bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat. Perlu diketahui bahwa produk-produk perbankan syariah tidak hanya ditujukan bagi orang Islam saja tetapi pada hakekatnya semua orang dan golongan. Jadi, siapapun bisa menjadi nasabah bank syariah sepanjang ia dapat memenuhi persyaratan yang ada dan yang telah ditentukan oleh pihak bank itu sendiri. Sistem perbankan syariah merupakan suatu sistem yang bisa menjadi solusi dalam permasalahan ekonomi. Saat ini penerapan ekonomi syariah sudah semakin luas. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lembaga keuangan yang berbasis syariah. Perkembangan Bank Syariah saat ini sangat pesat dipicu oleh UU No. 10 tahun 1998 yang memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system. Bank-bank konvensional yang menguasai pasar mulai melirik dan membuka Unit Usaha Syariah. Dalam meyediakan produk penghimpun dana, Bank Syariah tidak melakukan pendekatan tunggal bagi para nasabahnya. Misalnya, pada tabungan beberapa bank memperlakukannya seperti deposito, bahkan ada yang tidak menyediakan produk tabungan sama sekali. Pada dasarnya, dilihat dari segi sumbernya, dana Bank Syariah terdiri atas modal, titipan , investasi. Menurut Keynes, orang membutuhkan uang untuk 3 kegunaan yaitu; transaksi, jagajaga, dan investasi. Oleh karena itu produk penghimpun dana pun disesuaikan berdasarkan 3 fungsi diatas yaitu berupa giro, tabungan dan deposito. Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam penulisan ilmiah ini penulis mengambil judul " ANALISIS SISTEM BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK JABAR SYARIAH " Rumusan dan Batasan Masalah Rumusan Masalah Dalam perumusan masalah ini, penulis akan mengemukakan permasalahan yaitu bagaimana perbandingan perhitungan deposito antara system bagi hasil mudharabah dengan bank konvensional. Batasan Masalah Sehubungan dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka penulis membatasi masalah tersebut dengan bagaimana system bagi hasil deposito Mudharabah yang berlaku pada Bank Jabar Syariah. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari penulisan ilmiah ini adalah

1. Untuk mengetahui system bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Jabar dan bank konvensional 2. Untuk mengetahui system penghimpuan dana bank syariah Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis agar bermanfaat dan berguna bagi manajemen bank untuk mengetahui perhitungan system bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Jabar. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan penulis dalam melakukan pengumpulan data yang diperlukan dengan menggunakan cara sebagai berikut : Objek Penelitian Penulis menggunakan objek penelitian yaitu pada Bank Jabar Data / Variabel 1. Data Primer Data ini bersumber dari objek penelitian terhadap perusahaan yang diteliti dengan melakukan survey di lokasi penelitian. 2. Data Sekunder Data ini diperoleh dengan cara mengumpulkan data yang telah diolah untuk pihak perusahaan berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan mudharabah pada Bank Syariah sebagai kerangka teoritis dan diperoleh dari referensi buku-buku yang mempunyai hubungan dengan objek penelitian. Metode Pengumpulan Data / Variabel Untuk mengumpulkan data yang lengkap dan relevan, penulis menggunakan metode pengumpulan data yang terdiri dari : 1. Studi pustaka Yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku yang dapat membantu penulis dalam menyusun penulisan ilmiah ini. 2. Studi Lapangan

a. Observasi : yaitu dengan melihat dan mempelajari secara langsung pada objek penelitian. b. Wawancara : yaitu dengan menanyakan langsung kepada pihak-pihak perusahaan yang menangani suatu operasi yang berhubungan dengan penulisan ilmiah ini. Alat Analisis yang digunakan Analisis Deskriptif Dengan menggunakan metode sistem bagi hasil deposito mudharabah. LANDASAN TEORI Kerangka Teori Definisi Bank Secara umum bank disebut sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan, tabungan dan giro. Selain itu, bank juga dikenal sebagai lembaga yang memberikan pinjaman uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Disamping itu, bank juga sebagai tempat untuk menukar uang dan menyediakan jasa pembayaran seperti pembayaran listrik, telefon, uang kuliah dan pembayaran lainnya. Pengertian bank secara umum menurut Undang0Undang NO. 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. (Kasmir, 2002: 23) Sedangkan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran. (Kasmir, 2002: 33) Funsi dasar bank adalah : (1) menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping function), dan (2) menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transaction function). Sebagai lembaga intermediasi, bank konvensional menerima simpanan dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah (unit ekonomi) lain yang membutuhkan dana. Atas simpanan para nasabah itu bank memberi imbalan berupa bunga. Demikian pula, atas pemberian pinjaman itu bank mengenakan bunga kepada para peminjam. Diakui bahwa peran bank konvensional itu telah mampu memenuhi kebutuhan manusia, dan aktivitas perbankan dapat dipandang sebagai

wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada pelaksanaan kegiatan tolongmenolong dan menghindari adanya dana-dana yang menganggur. Pengertian Bank Syariah Dalam perbankan konvensional terdapat kegiatan-kegiatan yang dilarang Syariah Islam, seperti menerima dan membayar bunga (riba), membiayai kegiatan produksi dan perdagangan barangbarang yang dilarang Syaraiah. Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam. Syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terklait. Prinsip utama yang di ikuti oleh bank Islami itu adalah : (a) larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi

(b) melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah

(c) memberikan zakat jika yang dimkasud dengan bank adalah istilah bagi suatu lembaga keuangan, maka istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al Quran. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat, shadaqah, bai (jual beli), maal(harta), yang memiliki konotasi fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi. Lembaga-lembaga itu pada akhirnya bertindak sebagai individu yang dalam konteks fiqih. Latar Belakang Bank Syariah Berkembangnya bank-bank syariah di negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awwal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kejadian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M, Saefudin, M. Amien Azis. Beberapa uji coba pada skala yang relative terbatas terbatas telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut Tamwil-Salman, Bandung yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti. Akan tetapi prakarsa lebih khusus untuk mendirikan Bank Islam di Indonesiabaru dilakukan pada tahun 1990-an. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil

Lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus1990. berdasarkan amanat khusus Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatandan konsultasidengan semua pihak terkait. Prinsip Syariah Prinsip Perbankan Syariah di Indonesia pertama kali dikenakan kepada masyarakat pada tahun 1992 dengan diberlakukannya UU No. 7/1992 tentang Perbankan. Meskipun Undang-undang ini dianggap belum memberiakan landasan hukum yang kuat terhadap pengembangan Perbankan Syariah karena hanya mengatur bank bagi hasil dan belum secara tegas mengatur mengenai keberadaan bank berdasarkan prinsip syariah. Namun keberadaan UU No 7 tahun 1992 ini merupakan titik awal dari perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang diikuti berdirinya bank umum syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Ketentuan tentang kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah dalam UU No. 7 tahun 1992 sangat terbatas yakni hanya menyangkut kegiatan pembiayaan dan tidak di atur tentang penghimpunan dana. Untuk itu diberlakukannya undang-undang baru yang lebih jelas dan lengkap yaitu UU No. 10 tahun 1998 sebagai amandemen UU No. 7 tahun 1992 yang diikuti dengan dikeluarnya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk SK Direksi BI atau Peraturan Bank Indonesia memberikan landasan operasionalsyariah di Indonesia, baik dari segi kelembagaan maupun landasan operasional syariah. Beberapa perubahan penting dalam UU No. 10 tahun 1998 antara lain sebagai berikut : 1. Dalam rangka memperluas jangkauan perbankan syariah oleh Bank Perkreditan Rakyat, khususnya untuk mayarakat golongan ekonomi lemah/ pengusaha kecil dalam kenyataannya terdapat baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan, maka persyaratan bahwa pendirian dan atau pembukaan kantor BPR harus dilakukan diwilayah kecamatan dihapuskan, dengan demikian BPR dapat didirikan dan membuka kantor di seluruh wilayah Indonesia.

2. Bank Umum dan BPR dapat menjalankan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, khususnya bagi bank umum yang selama ini menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dapat membuka cabang perusahaan untuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. (Sumber : Zainul Arifis Memahami Bank Syariah : Alvabet Hal 136)

Prinsip Syariah adalah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah (Sumber : Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada)

Prinsip Investasi Syariah

Investor / Investor / Shahibul maal Shahibul maal

Masyarakat / Mudharabah Gambar 2.1 (Sumber Muhammad Syafii Antolo, Bank Syariah:Dari Teori ke Praktikhal 61) Dasar Hukum Bank Islam Bank Islam mempunyai dasar-dasar hukum dalam menjalankan kegiatannya. Adapun landasan hukumnya adalah: 1. PP No. 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil

2. UU No. 7 tahun 1992 Jo UU Perbankan No. 10 tahun 1998

3. SK Direktur Bank Indonesia No. 32/34/Kep/dir K So BI No. 32/2/UPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah. Perbedaan Antara Bank Syariah Dengan Bank Konvensional Perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank konvensional terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank Islam tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktifitasnya, sedangkan bank konvensional menerapkan sistem bunga dalam seluruh aktifitasnnya bahkan menjadi salah satu sumber pendapatan bank. (Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 2002)

Dari sisi operasionalnya, dana yang diamnahkan oleh nasabah kepada Bank Islam dapat berupa titipan maupun investasi, hal ini berbeda dengan deposito pada bank konvensional diman dengan jelas deposito pada bank konvensional adalah upaya membungakan uang. Konsep dana titipan pada bank syariah berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank Islam harus dapat memenuhinya. Adapun investasi berbeda dengan membungakan uang. Setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya pula terdapat resiko untuk menerima kerugian. Konsep inilah yang menjadi ciri khas bank Islam dimana bank dengan nasabah sama-sama salaing berbagi baik keuntungan maupun resiko. Dari aspek tanggung jawab sosial, bank Islam berkewajiban untuk membayar zakat serta mengelolanya. Dari sisi organisasi, dalam bank Islam diharuskan adanya suatu lembaga yang mengawasi baik operasional maupun produk yang dikembangkan agar sesuai dengan ketentuan syariah. Lembaga pengawasan tersebut disebut dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Sumber-sumber Dana Bank Syariah Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk uang tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus atau secara berangsur-angsur. Berdasarkan data empiris selama ini, dana yang berasal dari para pemilik bank itu sendiri, ditambah cadangan modal yang berasal ari akumulasi keuntungan yang ditanam kembali pada bank, hanya sebesar 7% sampai 8% dari total aktiva. Ini berarti sebagian besar modal kerja bank berasal dari masyarakat, lembaga keuangan lain dan pinjaman likuiditas dari bank sentral. Untuk menghasilkan keuntungan, uang harus dikaitkan dengan kegiatan ekonomi dasar (primary economic activities), baik secara langsung melalui transaksi seperti perdagangan, industri manufaktur, sewa-menyewa dan lain-lain. Atau secara tidak langsung melalui penyertaan modal guna melakukan salah satu atau seluruh kegiatan usaha tersebut. Berdasarkan prinsip tersebut bank Syariah dapat menarik dana pihak ketiga tau masyarakat dalam bentuk : Titipan (wadiah), yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya (guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan;

Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi resiko () untuk investasi umum () dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut;

Investasi khusus (special investmentaccount/mudharabah muqayyadah) dimana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee; jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko atas investaasi itu. Dengan demikian sumber dana bank Syariah terdiri dari : 1. Modal inti (core capital)

2. Kuasi ekuitas (mudharabah account) dan

3. Titipan (wadiah) atau simpanan tanpa imbalan (non remunerated deposit) Produk Dana Bank Syariah Pada dasarnya produk dana bank konvensional dengan bank syariah sama yaitu giro, tabungan dan deposito namun dalam bank syariah terdapat perbedaan prinsipil seperti yang dijelaskan berikut ini ; 1. Giro Nasabah yang membuka rekening giro berarti melakukan akad wadiah (titipan). Ada dua macam yaitu : Wadiah Yad Al-Amanah adalah titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan (bank) tidak wajib mengganti jika terjadi kerusakan dan Wadiah Yad Dhamanah adalah titipan yang dilakukan dengan penerima titipan bertanggung jawab atas nilai (bukan fisik) dari uang yang dititipkan. 2. Tabungan

Akad yang dilakukan oleh bank syariah dalam tabungan ada dua yaitu : Wadiah dan Mudharabah. Tabungan yang menggunakan prinsip wadiah artinya tabungan ini mendapatkan keuntungan karena titipan dapat diambil sewaktu-waktu dengan menggunakan buku tabungan dan kartu ATM. Tabungan yang menerapkan prinsip seperti ini akan mempunyai keuntungan sebagai berikut : a. Keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara pemilik uang dan mudharib.

b. Adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu perlu waktu yang cukup.

3. Deposito Deposito dalam bank syariah ditetapkan sebagai akad mudharabah. Pemilik uang sebagai nasabah (deposan) sedangkan bank sebagai mudharib. Tenggang waktu merupakan salah satu sifat deposito bahkan dalam deposito terdapat pengaturan waktu seperti 30 hari, 90 hari dan sebagainya. Sistem Penghimpunan Dana Al-Mudharabah Mudharabah adalah kerjasama usaha dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maaldan keahlian dari mudharib. (Sumber : Bank Jabar Syariah) Sedangkan menurut ensiklopedia hukum Islam bagi hasil (Al-Mudharabah) adalah Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja/pedagang untuk diusahakan dikelola, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama. Jadi yang dimaksud dengan sistem bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian laba hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut :

- Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai, apabila modal diserahkan secara bertahap maka harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.

- Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpanagn pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana.

- Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi administrasi.

a. Rukun Mudharabah

1. Pemilik modal (shahibul maal)

2. Pemilik usaha (mudharib)

3. Proyek/usaha (amal)

4. Modal (rasul maal)

5. Ijab kabul (sighat

6. Nisbah bagi hasil

b. Jenis-jenis Mudharabah Pada dasarnya prinsip mudharabah diaplikasikan pada produk tabungan dan deposito berjangka. Ada dua macam prinsip mudharabah yaitu :

1. Mudharabah Muthlaqah atau URIA (Unrestriced Invesment Account Dalam Mudharabah Muthlaqah ini tidak ada akad pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Dari penerapan mudharabah muthlaqah ini dikembangkan produk tabungan dan deposito, sehingga terdapat 2 jenis penghimpunan dana, yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Ketentuan umum dalam produk ini adalah :

a. Bank dan pemilik dana terlebih dahulu mencapai kesepakatan mengenai nisbah.

b. Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM atau alat penariakn lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

c. Deposito Mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.

d. Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2. Mudharabah Muqayyadah atau RIA Mudharabah (RIA) ini ada dua jenis yaitu : a. Mudharabah muqayyadah on balance sheet ; Jenis mudharabah ini merupakan simpaan khusus (Resricted Invesment) dimana pemilik dana harus dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau diisyaratkan digunakan dengan akad tertentu atau diisyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu. Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut : sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus.

untuk deposito Mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. b. Mudharabah muqayyadah off balance sheet ; jenis mudharabah ini merupakan penyaluaran dana mudharabah lansung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis (pelaksana usaha). Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut : Sebagai tanda simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus.

Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.

Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil dan prinsip lainnya.

Pengertian Deposito Deposito adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam janka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan. Dalam praktek kita mengenal dengan adanya deposito berjangka dan sertifikat deposito. Definisi deposito berjangka adalah seperti yang termaksud dalam pengertian deposito diatas. Bila waktu yang ditentukan telah habis deposan dapat : Menarik deposito berjanka tersebut, atau

Memperpanjang dengan suatu periode yang diinginkan. Bank Indonesia menjamin sepenuhnya pembayaran kembali deposito berjangka pada tanggal pelunasannya. Tidak seluruh deposito berjangka dijamin oleh Bank Indonesia. Deposito berjangka yang diterbitkan (dijual) oleh bank komersial asing atau bank komersial swasta nasional, tidak dijamin kecuali oleh bank-bank pemerintah. Pemerintah tidak akan mengadakan pengusutan untuk keperluan pajak mengenai asalusul uang yang didepositokan. Pemerintah idak akan mengenakan pajak kekayaan terhadap simpanan deposito berjangka, dan pajak pendapatan terhadap bunga deposito. Jangka waktu dipilih sesuai kebutuhan, yaitu : Satu bulan

Tiga bulan

Enam bulan

Dua belas bulan Tarif bunga diberikan dengan sangat menarik sesuai dengan perkembangan pasar. Deposito berjangka dikeluarkan atas nama pembelinya. Pengertian Sertifikat deposito adalah simpanan berjangka atas pembawa atau atas tunjuk, yang dengan izin Bank Indonesia dikeluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat

diperjual belikan atau dipindahtangankan kepada pihak ketiga. Bunganya dibayar dimuka dalam arti dipotong dari harga nominalnya pada waktu sertifikat itu dibeli. Sertifikat deposito dapat diperjual belikan dan jangka waktu yang dimaksudkan biasanya adalah 1 minggu, 2 minggu atau kurang dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Bunga yang diberikan sebagai imbalan oleh setiap bank yang menerbitkan sertifikat deposito berbeda satu sama lain, perbedaannya tergantung dari kemampuan dan kebutuhan bank yang bersangkutan atas data yang ingin ditarik dari masyarakat. Pengertian Deposito Mudharabah Deposito ini dijalankan dengan prinsip Mudharabah Muthlagoh, karena pengelolaan dana diserahkan sepenuhnya kepada mudharib (pengelola). Deposito ini merupakan simpanan dana dengan akad mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan dananya oleh bank untuk dikelola atau bertindak sebagai mudharib dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati sejak awal. Jangka waktu penarikannya ada yang 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan ada yang 12 bulan. Perbedaan Deposito Mudharabah dengan Konvensional Sepintas bahwa deposito di bank syariah dengan yang berlaku di bank konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini disebabkan secara mekanis harus mengikuti konsep perbankan secara umum. Akan tetapi jika diamati secara mendalam, terdapat perbedaan besar diantara keduanya. a. Perbedaan pada akad (perjanjian) Pada bank syariah, semua akad yang berlaku harus berdasarkan dengan akad yang dibenarkan syariah. Dengan demikian, segala transaksi yang terjadi harus sesuai dengan kaidah atau aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah. Pada bank konvensional, transaksi pembukuan deposito dan tabungan berdasarkan akad atau perjanjian titipan namun tidak mengikuti prinsip manapun dalam muamalah syariah. b. perbedaaan pada imbalan yang diberikan bank konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk menghitung keuntungan. Artinya bunga yang dijanjikan dimuka kepada nasabah penabung merupakan ongkosyang harus dibaya oleh bank. Karena itu bank harus menjual kepada nasabah yang lain (peminjam) dengan biaya yang lebih tinggi. Keuntunagn yang didapat dinamakan spread. Sedangkan pada perbankan syariah menggunakan pendekatan profit sharing, artinya dana yang diterima akan disalurkan kepada pembiayaan, dan keuntungan yang didapat akan dibagi dua antara bank dengan nasabah sesuai dengan perjanjian bagi hasil yang telah disepakati sebelumnya. Kajian Penelitian Sejenis

Dengan berpedoman pada beberapa hasil penelitian ilmiah yang memiliki kesamaan topik, maka penulis termotivasi untuk melakukan pengamatan dan membuat penulisan ilmiah dengan topik Sistem Perhitungan bagi Hasil Deposito Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesi.Tbk. dan penulisan ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan bagi hasil dan perhitungan bunga. Beberapa penelitian sejenis, sangat membantu penulis untuk melengkapi informasi-informasi yang berkaitan dengan topik yang dipilih penulis. Alat Analisis Pada konsep bank syariah tidak membenarkan adanya penentuan awal atau didepan terhadap sesuatau yang tidak pasti. Dengan kata lain tidak akan pernah mengetahui jumlah imbalan yang akan diberikan kepada pemilik dana (penabung) sebelum diketahui terlebih dahulu perolehan pendapatan dari hasil penyaluran dana pada bank selama sebulan. Adapun variabel yang menentukan besarnya bagi hasil adalah : 1. Total nilai investasi, dan total dana masyarakat selama satu bulan

2. Pendapatan bank

3. Nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank.

Metodologi
Objek Penelitian Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00. Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972

tentang kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat. Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan Bank Jabar dengan logo baru. Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan perbankan yang berlandaskan Syariah, maka sesuai dengan izin Bank Indonesia No. 2/ 18/DpG/DPIP tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15 April 2000 Bank Jabar menjadi Bank Pembangunan Daerah pertama di Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu memberikan layanan perbankan dengan sistem konvensional dan dengan sistem syariah. Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat tanggal 3 Juli 2007 di Bogor, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/63/KEP.GBI/2007 tanggal 26 November 2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten serta SK Direksi Nomor 1065/SK/DIR-PPN/2007 tanggal 29 November 2007 maka nama perseroan berubah menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar Banten. Data/ variabel yang digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa :

1. 2.

Data rekening deposito mudharabah dengan nisbah umum tahun 2009

Sejarah berdirinya perusahaan, perkembangan serta kegiatan perusahaan dan struktur

organisasi. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Kepustakaan

Yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku yang dapat membantu penulis dalam menyusun penulisan ilmiah ini. 2. Metode Interview yaitu dengan menanyakan langsung kepada pihak-pihak perusahaan yang menangani suatu operasi yang berhubungan dengan penulisan ilmiah ini.

http://www.dewisayangcatur.blogspot.com/2010/05/jurnal-analisis-sistem-bagi-hasil.html

Anda mungkin juga menyukai