Anda di halaman 1dari 24

Work Sampling

2.1

Definisi Work Sampling Work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau operator (Sritomo, 1992). Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja ini sama halnya dengan pengukuran kerja menggunakan jam henti, yaitu diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Teknik sampling kerja ini pertama kali digunakan oleh seorang sarjana Inggris bernama L.H.C. Tippett dalam aktifitas penelitiannya di industri tekstil.

2.2

Kegunaan-kegunaan Work Sampling Work sampling mempunyai beberapa kegunaan lain di bidang produksi, selain untuk menghitung waktu penyelesaian. Kegunaan-kegunaan dari work sampling adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 2006).

a.

Mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja.

b. c. d.

Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik. Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung. Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

2.3

Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Work Sampling Pada dasarnya, langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan cara jam henti. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum melakukan work sampling, yaitu (Sutalaksana, 2006):

a.

Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan, menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.

b.

Melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik.

c. d. e. f.

Memilih operator. Pelatihan bagi operator agar terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan, lembaranlembaran pengamatan, alat tulis.

2.4

Cara Melakukan Work Sampling Cara untuk melakukan sampling pengamatan dengan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan yang dilakukan untuk cara jam henti yaitu terdiri dari:

a. b.

Melakukan sampling pendahuluan. Pengujian keseragaman data, bertujuan untuk menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Rumus untuk mencari BKA dan BKB adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 2006).

2.5

Penggunaan Tabel Angka Acak dalam Work Sampling Pengamatan yang dilakukan dalam work sampling haruslah ditentukan secara acak (random). Oleh karena itu, maka penggunaan tabel angka acak merupakan metode yang terbaik guna menjamin bahwa sampel pengamatan yang diambil benar-benar dipilih secara acak. Tabel angka acak terutama sekali dapat dipakai sebagai alat untuk menetapkan waktu setiap harinya, dimana pengamatan harus dilaksanakan.

2.6

Menghitung Waktu Baku Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk mengetahui waktu baku, maka waktu siklus dan waktu normal harus diketahui terlebih dahulu. Manfaat dari waktu baku adalah sebagai berikut (Sritomo, 1992).

a. b. c. d. e.

Man Power Planning. Estimasi biaya-biaya untuk upah kerja. Penjadwalan produksi dan penganggaran. Perencanaan sistem pemberian bonus dan intsestif bagi pekerja yang berprestasi. Indikasi keluaran untuk mampu dihasilkan oleh pekerja.

KELONGGARAN Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selam pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan. 1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi. Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah, hal hal seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap cakap dengan teman sekerja sekedar menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam bekerja. Kebutuhan kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak; tidak bisa misalnya, seseorang diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga, atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap cakap sepanjang jam jam kerja. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologi dan fisiologi yang wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampeir dapat dipastikan produktivitasnya menurun

Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda beda dari satu pekerjan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjan mempunyai karakteristik sendiri sendiri dengan tuntutan yang berbeda beda. Penelitian yang khusus perlu dilakukan untuk menentukan besarnya kelonggaran ini secara tepat seperti dengan sampling kerja atau secara fisiologis. Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria dari pekerja wanita; misalnya untuk pekerjaan pekerjaan ringan pada kondisi kondisi kerja normal pria memerlukan 2% 2,5% dan wanita 5% (persentase ini adalah dari waktu normal). Table 1 menunjukan besarnya kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dan untuk menghilangkan rasa fatique untuk berbagai kondisi kerja. 2. Kelonggaran untukMenghilangkan rasa Fatique. Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kwalitas. Kerenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat saat mana menurunnya hasil produksi yang disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya. Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk meghasilkan

performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Apabila hal ini berlangsung terus dan pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika nggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerak kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki.hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan gerakan kerja ditunjukan untuk menghilangkan rasa fatique ini. Besarnya kelonggaran dan kelonggaran untuk kebutuhan pribadi ditunjukan pada Tabel 1 3. Kelonggaran untuk Hambatan hambatan yang tidak terhindarkan. Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan mengaggur dengan sengaja ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hamabtan yang pertama jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya sedangkan bagi yang terakhir walaupun harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenayan harus diperhitungkan dalam waktu baku. Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan ang tidak terhindarkan adalah: 1. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.

2. 3.

Melakukan penyesuaian penyesuaian mesin. Memperbaiki kemacetan kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya.

1. 2. 3. 4.

Memasang peralatan potong. Mengambil alat alat khusus atau bahan bahan khusus dari gudang. Hambatan hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan. Mesin mati karena aliran listrik. Besarnya hambatan untuk kejadian kejadian sperti itu sangat bervariasi dari suatu pekerjaan lain bahkan suatu stasiun kerja kestasiun kerja lain karena banyaknya penyebab seperti, mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai alat dan bahan dan sebaginya. Salah satu cara yang baik yang biasanya digunakan untuk menentukan besarnya kelonggaran bagi hambatan yang tidak terhindarkan adalah dengan melakukan sampling pekerjaan.

5.

Menyertakan Kelonggaran dalam Perhitungan Waktu Baku. Langkah pertama adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal diatas yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan yang tidak dapat dihindarkan dua hal yang pertama antara lain dapat diperoleh dari table 1yaitu dengan memperhatikan kondisi kondisi yang sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan. Untuk yang ketiga dapat diperoleh melali pengukuran khusus seperti sampling pekerjaan.

Kesemuanya, yang biasanya masing masing dinyatakan dalam presentase dijumlahkan; dan kemudian mengalikan jumlah ini dalam waktu normal yang tealah dihitung sebelumnya. Misalnya suatu pekerjaan yang sangat ringan yang dilakukan sambil duduk dengan gerakan gerakan yang terbatas membutuhkan pengawasan mata terus menerus dengan pencahayaan yang kurang memadai, temperature, dan kelembapan ruang normal, siklus udara baik, tidak bising. Dari table didepan didapat prosentase kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dan untuk fatique sebagai berikut: Jika dari sampling pekerjaan didapat bahwa kelonggaran untuk hambatan yang terhindarkan adalah 5 %, maka kelonggaran total yang harus diberikan untuk pekerjaan itu adalah (19,5 + 5) % =24,5% Jika waktu normalnya telah dihitung sama dengan 5,5 menit maka waktu bakunya adalah: 5,5 + 0,245(5,5) = 6,58 menit PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL dlm lingkungan kerja yg TERBAIK pd saat itu JENIS PENGUKURAN WAKTU 1. SECARA LANGSUNG

2.

SECARA TAK LANGSUNG

System) Pengukuran waktu yg dilakukan terhadap beberapa ALTERNATIF SISTEM KERJA, maka yg TERBAIK dilihat dari Waktu penyelesaian TERSINGKAT. Pengukuran waktu juga ditujukan untuk mendapatkan WAKTU BAKU penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang Dibutuhkan secara WAJAR, NORMAL, dan TERBAIK Kelebihan dan Kekurangan Pengukuran Kerja Langsung dan Tidak Langsung 1. Pengukuran LANGSUNG KELEBIHAN: PRAKTIS, mencatat waktu saja tanpa harus menguraikan pekerjaan ke dlm elemenelemen pekerjaannya. KEKURANGAN: 1. Dibutuhkan waktu lebih lama utk memperoleh data waktu yg banyak tujuannya: hasil pengukuran yg TELITI dan AKURAT 2. Biaya lebih MAHAL karena harus pergi ke tempat dimana pekerjaan pengukuran kerja berlangsung

3.

Pengukuran TIDAK LANGSUNG KELEBIHAN:

1.

Waktu relatif SINGKAT!!, hanya mencatat elemen-elemen gerakan pekerjaan satu kali saja.

2.

Biaya lebih MURAH KEKURANGAN:

1.

Belum ada data waktu gerakanberupa tabel-tabel waktu gerakan yg menyeluruh dan rinci.

2.

Tabel yg digunakan adalah untuk orang Eropa tidak cocok untuk orang Indonesia

3.

Dibutuhkan ketelitian yg tinggi untuk seorang pengamat pekerjaan karena akan berpengaruh terhadap hasil perhitungan.

4.

Data waktu gerakan harus disesuaikan dengan kondisi pekerjaan Misal: Elemen Pekerjaan Kantor tidak sama dengan elemen pekerjaan Pabrik.

PERHITUNGAN WAKTU BAKU WAKTU BAKU Waktu yg dibutuhkan secara WAJAR oleh pekerja NORMAL untuk menyelesaikan pekerjaannya yg dikerjakan dalam sistem kerja TERBAIK SAAT ITU.

WAKTU NORMAL Waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dlm kondisi WAJAR dan kemampuan RATARATA.

P=1 bekerja WAJAR

p<1 bekerja terlalu LAMBAT P>1 bekerja Terlalu CEPAT Xi= jumlah waktu penyelesaian yg teramati N= jumlah pengamatan yg dilakukan WAKTU SIKLUS Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bhn baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Merupakan JUMLAH waktu tiap-tiap elemen Job WS = Xi/N Langkah-LangkahSEBELUM Pengukuran 1. Menetapkan Tujuan Pengukuran UntukApa?

2. Melakukan Penelitian Pendahuluan

Operator perlu pegangan BAKU. 3. Memilih Operator

4. Melatih Operator

Kurva belajar menunjukkan tingkat penguasaan operator terhadap pekerjaan yang dilakukannya (kondisi dan metode kerja sudah distandarkan). Kurva belajar ini penting untuk diketahui dalam melakukan pengukuran waktu kerja. Pengukuran kerja dilakukan pada keadaan operator sudah terlatih dan menguasai dengan baik metode pekerjaan yang dilakukannya. Tingkat penguasaan ini dapat dilihat dari kurva belajar. Perumusan matematis dari kurva belajar adalah sebagai berikut : Y = KX -A Di mana : Y = Waktu siklus X = Siklus ke n : n = 1, 2, 3,. K = Konstanta A = Konstanta

5. MenguraikanPekerjaanatasElemen-Elemen Pekerjaan Elemen-elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin tapi masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti. 6. MenyiapkanAlat-AlatPengukuran

7. MelakukanPengukuranWaktu

3 metoda yg umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dgn stopwatch, yaitu:

-back method

PENYESUAIAN WAKTU DENGAN RATING PERFORMANCE KERJA Kegiatan EVALUASI kecepatan dan performance kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung merupakan bagian yg paling SULITdan PENTING dalam PENGUKURAN KERJA. nal sebagai: RATING PERFORMANCE

TIDAKWAJARAN operator dlm bekerja. Hitung rata-rata dari harga rata-rata subgrup dengan: = xi = 56 =14 k 4

xi= harga rata-rata dari subgrup ke-i k = banyaknya subgrup Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan rumus: = (xj x)2 = (14-14)2+(10-14)2 + + (15-14)2 n-1 = 8,13 = 2,9 Hitung standar deviasi dari distribusi harga ratarata subgrup dengan rumus: x = /n = 2,9/4 = 1,445 16-1

n adalah besarnya subgrup Tentukan BKA dan BKB dengan rumus: BKA = x + 3 x = 14 + 3(1,455) = 18,365 BKB = x + 3 x = 14 - 3(1,455) = 9,635 BKA dan BKB merupakan batas apakah subgrup seragam atau tidak, ternyata semua rata-rata subgrup ada dlm batas kontrol sehingga dapat digunakan untuk menghitung banyaknya Jumlah pengukuran yg diperlukan. Cara Menentukan Faktor Penyesuaian 1. Persentase Cara paling awal, sederhana, dan mudah! p ditentukan oleh pengukur melalui pengamatan selama pengukuran, misal: Ditentukan p = 110% jika Ws = 14,6 menit, maka Wn= 14,6 x 1,1 = 16,6 menit Kekurangannya hasil penilaiannya kasar

2. Cara SCHUMARD Patokan penilaian berdasarkan kelaskelas performansi kerja- tiap kelas punya nilai sendiri-sendiri. 3. Cara WESTINGHOUSE Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap factor terbagi dalam kelas kelas dengan nilai masingmasing. Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi enam kelas dengan cirri-ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : SUPER SKILL :

1. Secara bawahan cocok sekali dengan bawahannya. 2. Bekerja dengan sempurna. 3. Tampak seperti telah terlatih dengan baik. 4. Gerakan-gerakannya sangat halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti. 5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin. 6. Perpidahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancar. 7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis). 8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik. EXXELENT SKILL : 1. Percaya diri sendiri. 2. Tampak cocok dengan pekerjaanya. 3. Terlihat telah terlatih dengan baik. 4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan. 5. Gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dikerjakan tanpa kesalahan. 6. Menggunakan peralatan dengan baik. 7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu. 8. Bekerjanya cepat tetapi halus. 9. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi. GOOD SKILL : 1. Kwalitas hasil baik. 2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada umumnya. 3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerjaan lain yang keterampilannya lebih rendah.

4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tidak keragu-raguan. 7. Bekerja stabil. 8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik. 9. Gerakan-gerkannya cepat. AVERAGE SKILL : 1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat. 3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan. 4. Tampak sebagai pekerja yang cakap. 5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan. 6. Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik. 7. Tampak cukup terlatih dank arena mengetahui seluk-beluk pekerjaannya. 8. Bekerja cukup teliti. 9. Secara keseluruhan cukup memuaskan. FAIR SKILL : 1. Tampak terlatih tapi belum cukup baik. 2. Mengenai peralatan dan lingkungan secukupnya. 3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan. 4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup. 5. Tampak sepert tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu cukup lama. 6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu yakin. 7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri. 8. Jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah. 9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.

POOR SKILL : 1. Tidak bias mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2. Gerakan-gerakannya kaku. 3. Kelihatan tidak yakin pada urutan-urutan gerakan. 4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yng bersangkutan. 5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaan. 6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja. 7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan. 8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 9. Tidak bias mengambil inisiatif sendiri. Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas diatas bahwa yang membedakan kelas seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, bekas-bekas latihan dan hal-hal lain yang serupa. Untuk usaha cara Westing house membagi juga atas kelas-kelas dengan cirri masingmasing. Yang dimaksudkan dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya.Berikut ini ada 6 (enam ) kelas usaha dengan cirri-cirinya : EXCESSIVE EEFORT : 1. Kecepatan sangat berlebihan. 2. Usaha sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya. 3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja. EXELENT EFFORT : 1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi. 2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4. Banyak memberi saran-saran.

5. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang. 6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari. 8. Bangga atas kelebihannya. 9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. 10. Bekerjanya sistematis. 11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen keelemen lainnya tidak terlihat. GOOD EFFORT : 1. Bekerja berirama. 2. Saat-saat menganggur sangat sedikit bahkan kadang-kadang tidak ada. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4. Senang pada pekerjaannya. 5. Kecepatan baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. 6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang hati. 8. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja. 9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi. 10. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik. AVERAGE EFFORT : 1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor. 2. Bekerja dengan stabil. 3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya. 4. Set up dilaksanakan dengan baik. 5. Melakuka kegiatan-kegiatan perencanaan. FAIR EFFORT : 1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.

2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya. 3. Kurang sungguh-sungguh. 4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6. Alat-alat yang dipaki tidak selalu yang terbaik. 7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya. 8. Terlampau hati-hati. 9. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja. 10. Gerakan-gerakannya tidak terencana. POOR EFFORT : 1. Banyak membuang-buang waktu. 2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja. 3. Tidak mau menerima saran-saran. 4. Tampak malas dan lambat bekerja. 5. Melakuka gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-bahan. 6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi. 7. Tidak peduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai. 8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur. 9. Set up kerjanya terlihat tidak baik.

Yang dimksud dengan kondisi kerja pada cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya Seperti keadaan pencahayaan, temperature, kebisingan ruangan. Kondisi kerja dibagi 6 (enam) kelas yaitu ideal, exellent, good, average, fair, dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena berdasarkan karateristik masing-masig pekerja membutuhkan kondisi idealsendiri-sendiri. Suatu kondisi yang dianggap good untuk bahkan poor bagi satu pekerjaan yang dapat lain. saja Pada dirasakan dasarnya

sebagai fair atau

pekerjaan

komdisi ideal adalah kondisi yang cocok bagi pekerjaan yang bersangkutan, yaitu yang memungkinkan performance maksimal dari pekerja. Sebaiknya

kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat menghambat pencapaian performance yang baik. Konsistensi perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus kesiklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Sebagaimana halnya dengan faktor-faktor lain, Konsisternsi juga dibagi 6 (enam) kelas yaitu : perfect, exellent, good, average, fair, dan poor. Semoga bermanfaat, budayakan silaturahmi dengan meninggalkan komentar anda 4. Cara Objektif Memperhatikan 2 faktor: Kecepatan kerja: Wajar p=1 Lambat p<1 Cepat p>1 Tingkat kesulitan pekerjaan (lihat tabel anggota badan; Sutalaksana hal 147)

5. Cara Bedaux dan Sintesa Tahun 1916, Charles E.Bedaux memperkenalkan sistem u/ pembayaran upah dan insentif dalam pengendalian tenaga kerja. Skill dan Effort Rating Tidak terlalu beda dengan cara Shumard Dinyatakan dalam huruf B, standard kerja operator dinyatakan dgn nilai 60 B, pemberian insentif 70-85 B per jam Cara Sintesa: waktu penyelesaian tiap elemen gerakan dibandingkan dgn nilai pada tabel Data Waktu Gerakan, kemudian dihitung Rata-Ratanya sebagai faktor penyesuaiannya.

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study)

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study) diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylr sekitar abad 19 yang lalu. Metode ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standart penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu. Langkah-langkah untuk penyelesaian pelaksanaan pengukuran waktu kerja dapat diselesaikan dengan uraian sebagai berikut :

1. Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati.

2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti lay out, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan.

3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih dalam batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.

Ada tiga aturan yang harus diperhatikan untuk membagi suatu operasi kerja ke dalam elemen kerja yaitu sebagai berikut : Elemen-elemen kerja dibuat sependek mungkin dan sedetail mungkin. Hadling time seperti loading dan unloading harus dipisahkan dari machining time. Elemen-elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen-elemen kerja yang variable.

4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.

5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah

siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak? Test pula keseragaman data yang diperoleh. a. Penetapan jumlah siklus kerja yang diamati.

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada umumnya akan sedikit berbeda dari siklus ke siklus kerja sekalipun operator bekerja pada kecepatan normal dan uniform. Konsekwensi yang diperoleh adalah bahwa semakin besar jumlah siklus kerja yang diamati/diukur maka akan semakin mendekati kebenaran akan data waktu yang diperoleh. Konsistensi dari hasil pengukuran dan pembacaan waktu oleh stop watch akan merupakan hasil yang diinginkan dalam proses pengukuran kerja. Rumus-rumus untuk mengevaluasi kesalahan/penyimpangan terhadap nilai waktu rata-rata dari suatu elemen kerja untuk sejumlah siklus pengujuran/pengamatan, diantaranya adalah : Standart error dari harga rata-rata dari suatu elemen kerja (Standart Error Of The Mean)

b. Analisa/test kecukupan data. Untuk menetapkan beberapa jumlah observasi yang seharusnya dibuat (N) maka disini harus diputuskan terlebih dahulu beberapa tingkat kepercayaan (convidence Level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran kerja ini, dengan ketentuan sebagai berikut : 90 % convidence level : k = 1. 95 % convidence level : k = 2. 99 % convidence level : k = 3. c. Analisa/test keseragaman data.

Test keseragaman data bisa dilaksanakan dengan cara visual atau mengaplikasikan peta control.

DATA WAKTU GERAKAN Berisidata-data mengenaiwaktuyang dibutuhkanolehanggotabadandalammelakukansuatugerakan. Didasarkanpadaelemengerakandasar. IngatelemenTHERBLIGS. Keuntungannya: bisadipakaiuntukmenetapkanwaktubakusuatuoperasikerjabilapolagerakankerjadiketahui. PREDETERMINED TIME; waktupenyelesaianoperasikerjabisaditentukansblmoperasikerjablangsung!!BeberapaMet odaygdikenal: WORK FACTOR (WF) MOST MTM: MTM-1, MTM-2, MTM-3 MTM-C MTM-V MTM-M 4M (MICRO, MATIC, METHODS & MEASUREMENT) WORK FACTOR Paling awal dan secara luas diaplikasikan.Identifikasi elemen gerakan berdasarkan atas anggota badan mana yg bergerak MOST (Maynard Operation Sequence Technique).Terdiri dari Urutan gerakan Umum, urutan gerakan Terkendali dan urutan gerakan Memakai.,Model urutannya seperti: A B G A B P A, keterangan:A = Action Distance/jarakperpindahanB = Body Motion/gerakanbadanG = Gain control/pengendaloamP = Place/penempatanMTM (MetodsTime Measurement) Untuk siklus yang berulang-ulang dan cukup detail MTM-1 Mempertimbangkan 3 tipe pengendalian yg berguna untuk mengetahui pengaruh gerakan kerja, yaitu: Pengendalianotot Pengendalianmata Pengendalian mentalMTM-2

PerkembangandariMTM-1 banyakdigunakan1963-1965 Lebihringkasberupagabungandaribeberapagerakan Terdiridari9 elemengerakan:GET, PUT, REGRASP, APPLY PRESSURE, EYE ACTION, FOOT MOTION, S Dirancang untuk produksi kecil, perawatan dan aktivitas konstruksi, dipakai mulai tahun 1970. Terdiri dari 4 elemen gerakan:HANDLE (H), TRANSPORT(T), STEP&FOOT MOTION (SF), BEND&ARISE (B)TIDAK digunakanu/ pekerjaan-pekerjaan spt: Gerakan manual yg tinggi tingkat pengulangannya. Jika pengulangannya lebih dari 10x sebaiknya gunakan MTM-2 atauMTM-1Pekerjaan yg banyak menggunakan mata atau frekuensi penggunaan mata tinggi.MTM-C Dirancang untuk buruh tak langsung.Csingkatan dari ClerkTerdiri dari16 elemen gerakan 1. ASIDE(WITH RELEASE) 2. BODY MOTION 3. CLOSE 4. FASTEN 5. GET 6. HANDLING 7. IDENTIFY 8. KEY PUNCH 9.LOCATE/FILE 10.MACHINES 11.OPEN

12.PLACE 13.READ 14.TYPING 15.UNFASTEN 16.WRITEMTM-3TEP, BEND AND RISE,CRANK.

MTM- Digunakann untuk buruh langsung dlm bengkel mesin. V= Verktygsmaskiner atau Machine toolTerdiri dari 5 elemen gerakan: SETTING, HANDLING, MEASURING&GAGING, OPERATING, CLEANINGMTM-MDigunakan untuk buruh langsung dalam pekerjaan yg menggunkan alat alat optik (Stereoskopicmicroscope) Msingkatan dari Micro4 M Merupakan komputersisasi dari MTM-1. 4M singkatandariMicro, Matic, Methods& Measurement.

Anda mungkin juga menyukai