Anda di halaman 1dari 87

1

I
ILMU BAD

TUJUAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan
peserta didik mengetahui: 1) hakikat ilmu bad dan ruang
lingkupnya; 2) kaitan ilmu bad dengan ilmu man dan
bayn, 3) muhassint manawiyyah (keindahan keindahan
makna). 4) muhassint lafzhiyyah (keindahan-keindahan
lapal)

BAHASAN
A. Definisi Ilmu Bad
1) Bad menurut Etimologi
Kata bad berasal dari bahasa Arab yang terambil
dari kata badaa yabdau badan, artinya
menciptakan sesuatu yang belum ada. Kemudian muncul
kata al-bad semakna dengan al-ajb, artinya sangat
indah /mengagumkan.
2). Bad menurut Terminologi
Devinisi ilmu Bad secara terminologi yang
diberikan oleh para pakar balaghah beragam, antara lain:
a) Sayid Ahmad al Hasyimi


1

Suatu ilmu yang dengannya diketahui segi-segi
(beberapa metode dancara-cara yang ditetapkan
untuk menghiasi kalimat dan memperindahnya) dan
keistimewaan-keistimewaan yang dapat membuat
kalimat semakin indah, bagusdan menghiasinya
dengan kebaikan dan keindahan setelah kalimat
tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi dan telah
jelas makna yang dikehendaki

b) Imam Akhdhari:


ilmu bad adalah ilmu untuk mengetahui cara
membentuk kalam yang baik sesudah memelihara
muthbaqah dan kejelasan dallah-nya.

Dari berbagai sumber pada dasarnya esensinya
sama, bahwa: ilmu bad adalah ilmu yang mempelajari
tentang keindahan lafaz dan makna ketika dirangkai dan
disusun dalam suatu kalimat.
B. Peletak Dasar Ilmu Bad

1
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Bairut,
Maktabah al Ashriyah, 1999), 298.


3

Peletak dasar ilmu bad adalah Abdullah Ibn al-Mutaz
(247H - 296H) Kemudian setelah beliau, ada Ja'far bin
Qudamah yang merupakan salah satu begawan para penulis
dari Baghdad (319H). beliau mengarang kitab (Naqdu
Qudamah) yang menyebutkan di dalamnya 31 macam
Muhassinat, sebagai penyempurna dari apa yang telah
disebutkan oleh Abdullah Ibnul Mu'taz.
Kemudian datang masa Abu Hilal al-Askary (395H)
yang mengumpulkan 37 macam Badi '. Lalu Ibnu Rastiq Al-
Qoirowany yang mengumpulkan hampir 27 macam Badi
'dalam kitabnya bernama (Al-Umdah). Setelah itu
Syarafuddin At-Tifasyi yang berasal dari Afrika dan belajar
di Mesir yang memiliki beberapa karangan tentang Badi
'. Disusul oleh Abdul Adzim yang terkenal dengan sebutan
Ibnu Abil Ishba 'al-Udwani, seorang penyair arab yang
memiliki bebrapa karangan bagus diantaranya "Badi'ul
Quran" tentang macam macam badi' yang ada di dalam al-
Qur'an. dan beliau mampu menyebutkan 90 macam Badi 'di
dalam al-Qur'an
2
.

C. Kaitan Ilmu Bad dengan Ilmu Man dan Bayn
Ketiga disiplin ilmu tersebut (ilmu bad, man dan
bayn), merupakan satu kesatuan dalam ilmu balghah yang

2
Dr Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, Ilmu al-Badi. (Beirut,
Dar al-Ulmu al-Arabiyah, 1991), 11-18



secara global mempelajari kaidah-kaidah mengenai gaya
bahasa atau uslub untuk dipergunakan dalam pembicaraan
atau tulisan. Adapun kaitan ilmu bad dengan kedua
disiplin ilmu itu adalah sebagai berikut
1) Ilmu bayn adalah suatu sarana untuk mengungkapkan suatu
maknadengan berbagai uslub dengan baik dengan uslb tasybh,
majz, atau kinyah ,atau membahas tentang cara-cara menyusun
redaksi yang bermacam-macam untuk suatu pengertian.
2) Ilmu man adalah ilmu yang membahas tentang cara
penyusunan kalimat agar sesuai dengan tuntutan keadaan atau ilmu
yang membantu pengungkapan suatu kalimat agar cocok dengan
situasi, kondisi dan tingkat orang yang diajak bicara (mukhthab).
3) ilmu bad menitikberatkan pembahasannya dalam segi-segi
keindahan kata baik secara lapal maupun makna. Kalau man dan
bayn membahas materi dan isinya maka bad membahas dari aspek
sifatnya.
D. Aspek-aspek Ilmu Bad
Ilmu bad mengkaji tentang keindahan bahasa yang
mencakup dua aspek, yaitu Pertama, aspek makna
(muhassint manawiyyah) dan kedua, aspek lafaz
(muhassint Lafzhiyyah) Masing-masing dari kedua aspek
bahasa ini mempunyai bahasan tersendiri sebagaimana akan
dibahas satu persatu di bawah ini.
a) aspek makna (muhassint manawiyyah)
1) Ath-Thibq (antitesis) ada yang menyebut
Muthbqh (

) dan at-Tadld (

)

5


Ath-Thibq adalah mengungkapkan suatu lafaz dengan
anonim (lawan katanya) dalam suatu kalimat.
Bentuk-bentuk Ath-Thibq
a) Dua kata dari satu jenis:
1) sama sama isim, Contoh:
(QS. Al-Kahfi: 18)

dan kamu mengira mereka itu bangun, Padahal


mereka tidur
Muthbqh-nya antara kata ,

, dan

sama-sama kalimat isim (kata benda)


Sabda Nabi SAW,

Harta yang paling baik adalah sumber mata air
yang senantiasa mengalir untuk orang yang tidur
pulas.
Muthbqh-nya antara kata dan
sama-sama kalimat isim (kata benda)
(QS, al-Hadid: 3)


Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan
yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu.
2) Sama-sama kalimat fiil (kata kerja) contoh:
syiir karya Abi Shakhar al-Hudzly


#
Ingatlah, demi Dzat Yang membuat tangis dan
tawa, Yang mematikan dan menghidupkan, dan
yang perintah-Nya harus dituruti
Muthbqh-nya antara kata dan
serta dan masing-
masing sama-sama fiil
(QS, al-Ala: 13)

kemudian Dia tidak akan mati di dalamnya dan


tidak (pula) hidup.
3) Sama-sama kalimat huruf (kata sandang), contoh
(QS, al-Baqarah: 286)

ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang


diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya.
Muthbqh-nya antara hurf jar lam dan ala
Contoh lain, seperti kata Majnun laila (orang
yang tergila-gila sama laila)
#
Sesungguhnya aku tetap rela menanggung gejolak
nafsu, padahal aku bisa keluar darinya. Bagiku, nafu
itu tidak merugikan dan tidak menguntungkan.
b) Dua kata yang berbeda jenisnya,
(isim dan fiil) contoh, (QS, al-Anam: 122)


7

dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia
Kami hidupkan
(fiil dengan isin), contoh (QS, ar-Radu: 33)


Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah,
maka baginya tidak ada seorangpun yang akan
memberi petunjuk.
Ath-thibq terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1), Thib al-Ijb ( ) , yaitu pengungkapan
suatu lafaz dengan anonimnya dalam suatu kalimat dan
keduanya disusun dari kalimat yang tidak didahului nafy
atau nahy, atau tidak memiliki fitur / tanda yang
menunjukkan adanya perbedaan positif dan negatif
Contoh:

Apakah sama orang yang bakhil (kikir) dengan orang yang


pemurah?
Contoh lain,
#

Tanyakanlah kepada manusia tentang diriku dan tentang
mereka bila kamu tidak tahu. Maka tidaklah sama orang
alim dengan orang bodoh.


Contoh lain sebagaimana disebutkan dalam al-Quran:
(QS. al-Kahfi [18]: 18)


Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka
tidur
Contoh lain sabda Rasulullah:

Sebaik-baik harta benda adalah mata air yang mengalir


bagi mata yang tertidur
Dari contoh di atas bentuk pertama ditemukan beberapa
lafaz yang disebutkan dengan anonimnya (lawan katanya)
dalam suatu kalimat: lafaz dengan , lafaz
dengan , lafaz dengan .
2), Thib al-Salb ( ) , yaitu pengungkapan suatu
lafaz dengan anonimnya dalam suatu kalimat sekalipun
keduanya terbentuk dari susunan lafaz fiil yang sama tetapi
salah satu dari kedua fiil didahului nafy atau nahy, atau
dengan kata lain memiliki fitur / tanda yang menunjukkan
adanya perbedaan positif dan negatifnya
Contoh: (QS. an-Nis [4]: 108)

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak


bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka,
ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan

9

rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha
meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.
Contoh lain: (QS. Az Zumar [39]: 9)


Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.
Contoh lain terdapat dalam firman Allah: (QS. ar-Rm
[30]: 7)

Mereka Hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan


dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah
lalai.
Dari contoh-contoh di atas, bentuk kedua ditemukan
beberapa lafaz yang disebutkan dengan anonimnya (lawan
katanya) di mana keduanya terbentuk dari susunan lafaz fiil
yang sama tetapi fiil yang satunya tidak didahului nafy atau
nahy dan yang satunya lagi didahului nafy atau nahy:
yaitulafaz

dengan

, lafaz dengan
, lafaz dengan .
Sedangkan contoh amar dan nahi, seperti firman Allah
dalam surat al-Maidah ayat 44,



janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah
kepada-Ku.
3), Ihm al-tadd (

) yaitu: mendatangkan
lafaz yang seolah-olah ia mengandung dua makna yang
berlawanan padahal sebenarnya tidak
Contoh, syiir karya Dibal ibn Ali al-Khuzai

Hai salma! Janganlah kau mengagumi lelaki yang uban di


kepalanya tertawa lali ia menangis
Kata

dan

pada syiir di atas seolah


olah berlawanan padahal tidak, sebab yang dimaksud
dengan kata

adalah munculnya uban


di kepala
3


2) Muraah an-Nadzir ( ) /at-Tanasub
() /al-Itilaf () / at-Taufiq ()
Badi Muraah an-Nadzir ialah

mengumpulkan dua kata yang serasi dalam kalimat, yang


keserasiannya bukan bersifat anonim (perlawanan)
Contoh, (QS. Ar-Rahman: 5)


3
Dr Ahmad Hasan al-Maraghi, Ilmu al-Badi..., 69

11

matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
matahari dan bulan dua kata yang sangat serasi disebut
dalam untaian ayat di atas.

Contoh lain seperti perkataan orang yang memuji al-
Mahlabi (perdana mentri Muizzud-Daulah al-Buwaihi)


Anda wahai sang perdana mentri! Bagai Nabi Ismail dalam
berjanji, Nabi Syuaib dalam memberikan bantuan, Nabi
Yusuf dalam memaafkan, Nabi Muhammad dalam berakhlak.

Keserasian dan keselarasan yang memberikan nilai
keindahan pada syiir di atas adalah:
a) Penyebutan nama Ismail, Syuaib, Yusuf, dan
Muhammad. Pasangan kata yang serasi karena
semuanya adalah nama-nama Nabi.
b) Penyebutan ( , , , ) semuanya
berupa pasangan kata-kata yang serasi karena
semuanya berarti akhlak.
Contohnya lagi, ucapan Usaid ibn Anqa al-Fazazi,

Seolah-olah bintang kejora itu digantung di pelipisnya,


bintang gemini di pipinya, dan rembulan di wajahnya



Keserasian syiir di atas terletak pada penyebutan kata:
kejora, gemini, dan rembulan. Semuanya merupakan nama-
nama planet di tata surya.

Termasuk kategori badi Muraah an-Nadzir adalah
badi tasyabuh al-Athraf (

), yaitu mengakhiri
kalimat dengan kata yang maknanya serasi dan selaras
dengan awalnya. Contoh (QS. al-Anam: 103)

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia


dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha
Halus lagi Maha mengetahui.

Kata

yang berarti zat yang Maha Halus


maknaya serasi/selaras dengan kata

yang
berarti Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata

Begitu pula kata

yang artinya Maha mengetahui


sangat serasi dan selaras dengan kata


yang artinya Dia dapat melihat segala yang kelihatan

Dan lagi juga dikategorikan badi muraah an-Nadzir,
yaitu badi iham at-Tanasub (

) yakni
mengumpulkan dua kata yang seolah-olah maknanya serasi
padahal sesungguhnya tidak, Contoh (QS. Ar-Rahman: 5-6)



13

matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.dan
tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan Kedua-duanya
tunduk kepada nya.

Kata

sekilas berarti bintang, padahal bukan,


melainkan tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki batang,
sehingga tidak serasi dengan kata

dan

,
badi semacam ini disebut iham at-Tanasub (

)
3. al-Aks () juga disebut at-Tabdil ()
Membalik kata-kata, yang semula di awal pada kalimat
pertama, kemudian ditaruh di belakang pada kalimat kedua.
Badi al-Aks ini dalam penerapannya, bisa terjadi dengan
beberapa cara, antara lain.
a) Terjadi pada idlofah. Contoh,

Kebiasaan orang orang yang mulia, adalah mulia-


mulianya kebiasaan
b) Terjadi pada kata-kata yang berhubungan dengan
kalimat fiil. Contoh (QS, Yunus: 31)


dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang
mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup
c) Terjadi pada jumlah. Contoh, (QS, al-Baqarah: 187)

mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah


pakaian bagi mereka.

Contoh lain seperti kata penyair yang
menggambarkan malam,


Pendeknya waktu malam kalau disertai dengan rasa


sedih akan menjadi panjang, dan panjangnya malam
kalau disertai dengan rasa senang akan menkadi
pendek.

4. irshad () juga disebut at-Tashim ()
Yaitu membuat lapal sebelum akhir faqrah/bait, yang
menunjukan akhir faqrah/bait. Contoh (QS, al- 'Ankabuut:
40)

dan Allah sekali-kali tidak hendak Menganiaya mereka, akan


tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.
Lapal

yang artinya dan Allah sekali-


kali tidak hendak Menganiaya mereka, disebutkan untuk
menunjukan adanya kalimat akhir dalam faqrah/bait, yaitu

yang artinya tetapi merekalah


yang Menganiaya diri mereka sendiri.
Contoh lain, (QS, Yunus: 19)

manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka


berselisih kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah
ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di
antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.
5. al-Musyakalah ()

15

Yaitu menyebutkan sesuatu dengan kalimat lain karena
bersamaan kejadiannya, baik secara nyata maupun hanya
perkiraan.
a) Contoh kejadiannya bersamaan secara nyata seperti
syiir karya Abi ar-Raqamiq Ahmad Muhammad al-
Anthaqi

Mereka berkata, mintalah sesuatu, maka kami akan


memasakannya yang enak buat kamu. Maka aku
menjawab masaklah (jahitkan) jubah dan gamis buat
aku.
Contoh lain (QS, al-Maidah: 116)

Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku


tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.

Asalnya

kemudian diganti dengan


ungkapan

karena kejadiannya
bersamaan dengan ungkapan


b) Contoh kejadiannya diperkirakan bersamaan seperti
firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 138.



celupan Allah. dan siapakah yang lebih baik celupannya
dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami
menyembah.
Kalimat

kedudukannya menjadi mashdar


muakkid dari lapal

dalam ayat
sebelumnya, maksud dari celupan Allah adalah
penyucian Allah, sebab iman itu menyucikan jiwa,
sebagaimana tradisi orang orang nashrani yang
menyelup anaknya di dalam air berwarna kuning
yang disebut pembabtisan, yang diyakini dapat
menyucikan jiwanya.
6) al-Muzawajah ()
a) Secara etimologi
al-Muzawajah () sinonim dengan al-
Muqaranah () dan al-Musyabahah () yang
berarti berpasangan, perbandingan atau persamaan
4


b) Secara terminilogi.
al-Muzawajah ialah memasangkan dua makna yang
sama-sama terdiri dari syarat dan jaza. Contoh syiir karya
al-Buhturi


5

Apabila penunggang kuda itu berperang, maka
mengalirlah darahnya, dan apabila ia mengingat
keluarganya maka mengalirlah air matanya.


4
Dr. As-Syahat Muhammad Abd ar-Rahman Abu sitit, Dirasat
Manhajiyah fi Ilm al-Balaghah, (Aman, Dar, al-Fikri, 1983), 97
5
Ibid, 98

17

Dua jumlah yang terdiri dari syarat dan jaza pada
syiir di atas dirangkai dalam untaian syiir oleh al-Buhturi.
Yaitu:
a) Jika berperang mengalirlah darahnya.
b) Jika teringat keluarga mengalirlah air mata.

Contoh lain (QS, al-Araf: 175)

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah


Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan
tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari
pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai
Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang
yang sesat.

Dalam ayat di atas terdapat unsur al-Muzawajah, yaitu
penggabungan antara melepaskan diri dari ayat-ayat Allah
dan diikuti syaitan, kemudian menuturkan konsekuensinya
yaitu ketersesatan
6
.
Contoh lain,


7

Ketika nampak, bagiku kecantikannya semakin bertambah,
dan ketika aku memandangnya, maka rasa rinduku semakin
menggelora.

6
Ibid, 99
7
Ibid, 98


Syiir di atas mengandung badi al-Muzawajah,
yaitu menggabungkan dua jumlah yang sama-sama
terdiri dari syarat dan jaza, yakni:
a). Jika menampakkan diri kecantikannya
semakin bertambah.
b) Jika aku memandang, rasa rindu semakin
bertambah
8
,
7) ar-Ruju ()
Badi ar-Ruju adalah meralat kalimat yang telah
disebutkan karena adanya faidah. Contoh, syiir karya
Zuhair berikut ini,

Berhentilah di kampung-kampung yang belum dirusak oleh


telapak kaki, memang ya tapi ia sudah berubah oleh angin
dan hujan.
Kata dalam syiir bertujuan untuk meralat
informasi yang telah disampaikan bahwa kampung-
kampung itu masih utuh belum dirusak oleh telapak kaki,
padahal kenyataanya kampung tersebut sudah berubah oleh
angin dan air hujan. Tujuannya memperlihatkan ratapan dan
kebingungan
9
.
8) al-Muqabalah ()
Kata merupakan mashdar dari kata
Wazan kata ini adalah yang biasanya bermakna

8
Ibid, 98
9
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah,28

19

. Dalam terminology ilmu balghah muqbalah
adalah,

Muqabalah adalah mengemukakan dua makna yang sesuai


atau lebih kemudian mengemukakan perbandingannya
dengan cara tertib.
Atau dengan kata lain Muqabalah mengungkapkan dua
lafaz atau lebih dalam suatu kalimat lalu diiringi (diikuti)
dua lafaz lain yang merupakan anonim (lawan kata) dari
dua lafaz pertama yang disebutkan secara beriringan.
Brtikut ini contoh-contoh muqbalah:

1) Firman Allah swt dalam Alquran (Q.S. Al-Araf
:157):

Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan


mengharamkan bagimereka yang buruk
Lafaz

dan

adalah anonim (lawan kata)


dari lafaz

dan .
2) Seorang penyair bertutur:


#

Alangkah indahnya agama dan dunia, bila keduanya


terpadu, Alangkah buruknya kekufuran dan kemiskinan,
bila ada pada diri seseorang.

3) (QS, at-Taubah: 82)

Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis


banyak,

4) sya'ir al-Buhtury:

Jika berperang, mereka membuat orang-orang yang


dulunya mulia menjadi hina dina # Jika berdamai
mereka membuat orang-orang yang dulunya hina dina
menjadi mulia.
Lafaz

dan

adalah anonim (lawan


kata) dari lafaz

dan


5) (QS. al-Baqarah: 185)


21

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu
Lafaz dan adalah anonim (lawan kata)
dari lafaz dan
9) At-Tauriyah ( )
a) Secara etimologi.
Secara etimologi tauriyah bermakna menyembunyikan
sesuatu dan menampakkan yang lain. Kata ini berbentuk
masdar dari akar kata ( ) Dalam bahasa Arab biasa
terucap

(saya menutupi berita itu dan


menampakkan lainnya).
b) Secara terminologi para pakar balaghah memberikan devinisi
beragam, antara lain:
1) As-Sayid Ahmad al-Hasyimi, dalam kitab Jawahir al-
Balaghah

Tauriyah ialah Seseorang yang berbicara


menyebutkan lafaz yang tunggal, yang
mempunyaidua macam arti. Yang pertama arti yang
dekat dan jelas tetapi tidak dimaksudkan, dan yang
lain makna yang jauh dan samar, tetapi
yangdimaksudkan dengan ada tanda-tanda, namun
orang yang berbicara tadimenutupinya dengan


makna yang dekat. Dengan demikian pendengar
menjadisalah sangka sejak semulanya bahwa makna
yang dekat itulah yang dikehendaki, padahal tidak

2) Dr. Mahmud Hasan al-Maraghi dalam kitab ilmu
al-Badi


Tauriyah ialah menyebut lafal yang memiliki dua
makna: makna dekat dan makna jauh, dan makna
yang dimaksud adalah yang jauh berdasarkan
indikator yang samar
Pengertian tauriyah berdasarkan definisi di atas adalah
penyebutan sesuatu kata yang bersifat polisemi, yaitu jenis
kata yang memiliki dua makna (ambigu). pertama makna
denotatif (yang dekat dan jelas), namun makna itu tidak
dimaksudkan. kedua konotatif (makna yang jauh dan
samar), namun makna itulah yang dimaksudkan.
Transfer pengambilan makna dari makna awal kepada
makna kedua, dari yang dekat dan jelas kepada makna yang
jauh dan samar karena adanya qarinah (indikator), bahwa
kata tersebut harus dimaknai seperti itu. Qarinah yang
menuntut kata tersebut dimaknai seperti itu adalah
konteknya.


23

Tauriyah terbagi menjadi empat macam
10
, yaitu :
a) Tauriyah Mujarradah
Tauriyah mujarradah ialah tauriyah yang tidak dibarengi
dengan sesuatu yang sesuai dengan dua macam arti,
Contoh 1.
kisah Nabi Ibrahim ketika beliau dalam perjalanan
dengan istrinya Siti Hajar. Di tengah perjalanan keduanya di
tangkap oleh (Abimelekh) penguasa yang sangat kejam dan
bengis. Untuk menyelamatkan istrinya dari kebengisan sang
penguasa, Nabi Ibrahim menjawab dengan menggunakan
uslb at-tauriyah ketika di introgasi oleh sang penguasa,
Siapa perempuan ini? Nabi Ibrahim menjawab,
(Dia adalah saudariku).

Kata dalam konteks kalimat ini mengandung at-
tauriyah yang mempunyai dua makna: pertama, makna
dekat yang mudah dipahami, yaitu saudariku
sedangkan makna kedua, yaitu saudariku seagama
(istriku) . Tetapi yang dimaksudkan oleh lafaz
tersebut adalah makna jauh atau makna kedua. Kata tersebut
sengaja diucapkan Nabi Ibrahim untuk menjaga identitas
istrinya. Seandainya beliau menjawab Siti Hajar adalah
istrinya bisa jadi dia akan dibunuh.

10
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Bairut,
Maktabah al Ashriyah, 1999), 300


Contoh 2,
Dalam Alquran surat al-Anam ayat 60 Allah swt
berfirman:

Dan Dialah yang mewafatkan (menidurkan) kamu di malam


hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada
siang hari
Kata

pada ayat di atas memiliki dua makna 1)


melukai (makna dekat) 2) melakukan pekerjaan (makna
jauh) dan ini makna yang dikehendaki.

Pada kedua contoh kalimat di atas terdapat ungkapan
tauriyah yaitu kata (

) dan (

) Pada kedua contoh di atas


tidak terdapat kata-kata yang sesuai dan munasabah untuk
keduanya, sehingga dinamakan tauriyah mujarradah

b) Tauriyah Murasysyahah
Tauriyah murasyahah ialah suatu tauriyah yang setelah
itu dibarengi dengan ungkapan yang sesuai dengan makna yang
dekat. Tauriyah ini dinamakan murasyahah karena dengan
menyertakan ungkapan yang sesuai dengan makna dekat menjadi
lebih kuat. Sebab makna yang dekat tidak dikehendaki, jadi
seolah-olah makna yang dekat itu lemah, apabila sesuatu

25

yang sesuai dengannya disebutkan, maka ia menjadi kuat. Contoh,
(QS, al-Dzriyat:47)

Dan langit itu Kami bangun dengan tangan (kekuasaan)


Kami.

Pada ayat di atas terdapat ungkapan tauriyah, yaitu pada kata
(

). Kata tersebut mengandung kemungkinan diartikan dengan


tangan, yaitu diberimakna anggota tubuh, dan itulah makna yang
dekat. Sedangkan makna jauhnya adalah kekuasaan. Dalam pada itu
disebutkan juga ungkapan yang sesuai dengan makna yang dekat itu
dari segi untuk menguatkan, yaitu kata (

). Namun demikian,
pada ayat di atas ungkapan tauriyah mengandung kemungkinan
makna yang jauh yang dikehendaki.

c) Tauriyah Mubayyanah
Tauriyah Mubayyanah adalah salah satu jenis tauriyah
yang disebutkan padanya ungkapan yang sesuai untuk makna yang
jauh. Dinamakan mubayyanah karena ungkapan tersebut
dimunculkan untuk menjelaskan makna yang ditutupinya. Sebelum
itu makna yang dimaksudkan masih samar, sehingga
setelah disebutkan kelaziman makna yang dikehendaki menjadi
jelas.Contoh,


#

Hai orang yang melihat aku dikelilingi kesedihan, ketika


aku tidak ada ranting ranting itu berlindung pada dahan
yang rindang cabangnya berbelit belit.
Kata syujuun pada syiir di atas bersifat ambigu, karena
memiliki dua makna, yaitu kesedihan (makna dekat dan
mudah di tangkap) karena adanya kata al-humuum, dan
makna dahan yang rindang (makna jauh yang dikehendaki
oleh penyair)

d).Tauriyah Muhayyaah
Tauriyah Muhayyaah ialah tauriyah yang tidak terwujud
kecuali dengan lafaz sebelum atau sesudahnya. Jadi Muhayyaah
terbagi menjadi dua bagian :
1) Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafaz yang terletak
sebelumnya.Contoh,


Anda tampakkan di tengah kita, Tabiat aslimu Anda
tampakkan pemberian itu perlu, Dari yang cepat
tunaikan

27

Kata

pada syiir di atas mempunyai dua


makna 1) anjuran (makna dekat) 2) cepat
menunaikan (makna jauh) dan ini makna yang
dimaksud, akan tetai makna yang jauh ini tidak
tampak jelas karena ditutupi dengan kata


sebelumnya.
2) Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafaz yang terletak
sesudahnya.Contoh,

Sesungguhnya ia menggerakkan baju lapang yang
menyelubungi seluruh badan dengan tangan kanan.

Kata pada contoh di atas memiliki dua
makna yaitu: 1) tangan kiri (makna dekat) 2)
baju longgar yang menyelubungi seluruh tubuh
(makna jauh) dan ini makna yang dikehandaki,
akan tetapi makna ini tidak kelihatan jelas karena
tertutupi oleh kata sesudahnya yaitu yang
berarti tangan kanan

Contoh-contoh lain dari Tauriyah Muhayyaah:
1. Sirajudin Al-Warraq berkata :


#
#
Aku memelihara kulit mukaku dari banyak
orang Bertemu mati menurut mereka adalah
sesuatu yang beradabPengarang menurut mereka
adalah orang yang dibencimeski yang datang
membawa kepada mereka itu adalah orang yang
dicintai
Penjelasan: Kata habiib pada contoh
pertama memiliki dua makna; pertama adalah
orang yang dicintai. Inilah makna yang dekat
dan mudah dipahami oleh hati pendengar
karena berhadapan dengan kata baghiidh
makna kedua adalah nama Abu Tamam
penyair yaitu Habib bin Aus. Ini makna yang
jauh, namun justru makna ini yang
dikehendaki penyair dan untuk itu dengan
sangat halus ia menutupi maksudnya itu
dengan makna yang dekat.
2. Nashiruddin Al-Hammami berkata :
#
#
Bait-bait syiirmu bagaikan istana, tiada kelalaian
yang menghalanginya, di antara keajaiban-
keajaiban ,lafaznya bebas, maknanya terkekang.

29


Penjelasan: kata raqiiq pada syiit di atas
memiliki dua makna, yaitu budak (makna
dekat) yang langsung bisa ditangkap dengan
akal karena ada kata hurrun sebelumnya, dan
makna terkekang (makna jauh), yang
dikehendaki oleh penyair
3. Ibnu Nubatah berkata :
#
Sungai itu menyerupai kikir dan oleh karenanya
bertebaranlah kotoran besi.
4. Ibnu al-Zhahir berkata :
#
#
Terima kasih kepada angin bumimu yang sering
menyampaikan penghormatan kepadaku. Maka
tidak aneh bila ia mampu menjaga keinginan hawa
nafsunya, sebab ia cerdas
10) Al-J am'u


Al-Jam'u adalah mengumpulkan antara dua
sesuatu/hal atau lebih dalam satu hukum. Sebagaimana
contoh-contoh berikut ini:
1) Contoh gabungan dua perkara dalam satu hukum:
a) firman Allah SWT dalam surat al-Kahfi ayat 46


Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia
Jika kita perhatikan firman Allah SWT di atas maka kita
akan temukan dua kata atau dua hal yaitu Al-Maal (harta)
dan Al-Banuun ( anak-anak ) yang dikumpulkan ke dalam
satu hukum yaitu perhiasan dunia.
b).firman Allah SWT dalam surat ar-Rahmaan ayat:5

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.



Jika kita perhatikan firman Allah SWT di atas maka kita
akan temukan dua kata atau dua hal yaitu As-Syamsu
(matahari) dan Al-Qomaru (bulan) yang dikumpulkan
dalam satu hukum yaitu beredar menurut perhitungannya.
c). firman Allah SWT dalam surat ar-Rahmaan ayat:6

Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan Keduanya


tunduk kepada -Nya.

31


Jika kita perhatikan firman Allah SWT di atas maka kita
akan temukan dua kata atau dua hal yaitu An-
Najmu (tumbuh-tumbuhan) dan As-Syajaru (pohon-pohon)
yang dikumpulkan dalam satu hukum yaitu tunduk kepada
Allah SWT.
2). Contoh gabungan lebih dari dua perkara dalam satu hukum.
a) firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 90


Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan.

Dalam ayat di atas kita jumpai lima perkara yaitu
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
dan mengundi nasib dengan panah) dalam satu hukum yaitu
Termasuk perbuatan syaitan
b).Syiir karya Abi al-Atahiyah Ismail ibn al-Qasim
11



11
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah,37


Sesungguhnya masa muda, penganguran, dan kekayaan,
adalah merusakkan seseorang dengan sangat merusak

Ada tiga perkara dalam syiir tadi yaitu masa muda,
penganguran, dan kekayaan yang masuk dalam satu hukum
yakni dapat merusak seseorang
c) Syiir karya Muhammad ibn Wahiib
12

Ada tiga perkara yang kecantikanya menyinari dunia,


mata hari waktu dluha, Abi Ishaq, dan rembulan.
11) At-Tafriq.
a) Secara etimologi At-Tafriq berarti memisahkan
b) Secara terminologi at-Tafriq adalah

Membedakan dua hal yang sejenis karena berbeda hukumnya

Maksudnya mutakallim sengaja menyebut dua hal yang
sejenis, kemudian mengungkapkan perbedaan dan
pemisahan di antara keduanya, untuk tujuan memuji,
mencela, menisbatkan, dll. Contohnya sbb:
a) syiir karya al-Qathwaath
13
.

12
Ibid, 37

33


Pemberian awan di musim semi, tidaklah seperti pemberian


raja di waktu murah hati, pemebrian raja Adalah sepuluh
ribu dirham, pemebrian awan setetes air hujan

Pada bait pertama penyair menyebukan dua perkara
yang sejenis, yakni pemebrian raja dan pemeberian awan.
Kemudian pada bait ke dua penyair memaparkan perbedaan
dua pemberian tadi, yakni
pemberian raja sekantong harta
pemberian awan setetes air.

b) QS, Fathir: 12)

dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar,
sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit.

Dalam ayat di atas mula-mula disebutkan dua perkara
yang sejenis, yakni dua laut, kemudian pada kalimat
berikutnya diuraikan perbedaannya.

13
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi, 95


12) at-Taqsim ( )=(mengklasifikasikan)
Devinisi at-Taqsim yang deberikan para ahli badi
berbeda-beda, antara lain:
a) Dr. Abd. al-Qodir Husain dalam kitab Fan al-Badi


Membagi sesuatu secara lengkap tanpa ada yang
ketinggalan.
b) Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi dalama kitab
Ilm al-Badi

Membagi kalam secara sempurna mencakup seluruh


bagian-bagiannya tidak ada yang keluar satu jenispun
dari semua jenis-jenisnya.
Perkara-perkara yang dibagi (diklasifikasikan) ada tiga
macam:
a) berjumlah dua perkara. Contoh (QS, ar-Radu: 12)

Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu


untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia
Mengadakan awan mendung.

Pada ayat di atas Allah menyebutkan dua perkara dari
konsekuensi diperlihatkanya kilat, 1) ketakutan disambar
petir 2) berharap turunnya hujan, tidak ada konsekuensi
yang ketiga
b) berjumlah tiga perkara. Contoh (QS, al-Waqiah: 7-
10)

35

dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan.


Alangkah mulianya golongan kanan itu. dan golongan
kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. dan
orang-orang yang beriman paling dahulu,

Dalam ayat di atas Allah membagi golongan manusia
menjadi tiga, tidak ada golongan yang lainnya, yaitu:
1) ash-Habul maimanah (golongan kanan) yakni
golongan yang masih beruntung atau golongan
tengah-tengah.
2) Ash-Habul Masyamah (golongan kiri) atau golongan
orang yang menganiaya dirinya sendiri.
3) As-Sabiquun (golongan yang cepat dan cekatan dalam
menjalankan kebaikan)
14

c) berjumlah empat. Contoh (QS, as-Syura: 49-50)

Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa


yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki
kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan
(kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia

14
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi (Beirut, Dar as-Syuruq,
1983 ), 86



menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.

Ada empat jenis anugerah yang diberikan oleh Allah
kepada suami sitri, yaitu
1) diberi anak laki-laki saja
2) diberi anak perempuan saja
3) diberi anak laki-laki dan perempuan
4) tidak diberi anak sama sekali alias mandul

Dalam hal pengklasifikasian terhadap obyek, badi
taqsim terbagi menjadi tiga, antara lain:
a) Menyebutkan pembagian perkara secara lengkap.
Contoh ucapan Zuhair bin Abi Salma yang ia ucapkan pada
Perdamaian yang terjadi antara Qois dan Dzibyan
15
:
#
Dan Saya mengetahui pengetahuan hari ini dan kemarin,
sebelum hari ini, dan Tetapi saya tidak tahu akan
pengetahuan dihari besok

Pada syair ini terkandung bahwa ilmu itu terbagi menjadi
tiga: Ilmu hari ini, ilmu hari kemarin dan ilmu hari yang
akan datang. Inilah yang dikatakan Taqsim yang
menyempurnakan pembagiannya.


15
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi (Beirut, Dar al-
Ulum al-Arabiyah, 1983), 93

37

a) Menyebutkan dua hal atau lebih dan kembali pada
masing-masing hal itu disertahi dengan penjelasan. Contoh
(QS, al-Haaqqah: 4-6)

kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat


Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah dibinasakan
dengan kejadian yang luar biasa Adapun kaum 'Aad
Maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang
sangat dingin lagi Amat kencang,

Pada ayat di atas pertama kali Allah menyebutkan dua
kaum yang mendustakan hari kiamat yaitu Tsamud dan
Aad, kemudian masing-masing dijelaskan pada ayat
berikutnya, yaitu
1) Kaum Tsamud dibinasakan dengan kejadian yang luar
biasa
2) Kaum Aad dibinasakan dengan angin yang sangat
dingin dan amat kencang.
Contoh lain, ucapan Al-Multamis Jarir bin Abdul
Masih
16
:
#
#
Tidak akan bermukim di kedholiman yang diperintahkan
padanya kecuali Dua Makhluk yang Hina yaitu Keledai

16
Sayid Ahmad ak-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah (Beirut, Maktabah
al-Ashriyah,TT), 312


perumahan dan pasak. Ini (keledai perumahan) diikat
dengan talinya dan hina, dan yang ini (pasak)
ditancapkan, lalu tidak satu orangpun yang
menyayanginya.

Penyair menuturkan kata "keledai dan pasak" lalu
kembali dengan menyatakan sesuatu yang berhubungan
pada kata yang pertama yaitu: "diikat dan hina" lalu pada
kata yang kedua yaitu "ditancapkan
c) Menyebutkan keadaan sesuatu, kemudian disandari
penjelasan yang layak dan serasi.
Contoh (QS, al-Maidah: 54)

Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang


Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang
mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela.

Pada ayat di atas mula-mula Allah menyebutkan keadaan
kaum yang akan didatangkan, yaitu kaum yang dicintai
Allah dan mereka juga mencintai allah. Kemudian kalimat
berikutnya menuturkan sifat sifat yang layak dan serasi bagi
kaum yang dicintai dan mencintai Allah
Contoh lain, Seperti Abu Toyyib Al-Mutanabbi:
#

39

#
Saya akan mencari hakku dengan tombak dan orang-
orang yang sudah tua., Karena lamanya memakai cadar
(ketika perang) Seolah-olah mereka itu para pemuda,
yang terlihat Berat alias perkasa (dihadapan Musuh)
ketika berperang, yang ringan dan cepat tanggap ketika
diajak, yang kelihat banyak ketika menyerang, yang
sedikit ketika dihitung. Berat alias perkasa (dihadapan
Musuh) ketika berperang, yang ringan dan cepat
tanggap ketika diajak, yang kelihat banyak ketika
menyerang, yang sedikit ketika dihitung

Pada bait pertama penyair menyebutkan keadaan orang-
orang yang sudah tua tapi dikira anak-anak yang masih
muda karena tertutup cadar, kemudian bait ke dua
menjelaskan keadaan yang menjadikan mereka dikira anak-
anak muda, yakni Berat alias perkasa (dihadapan Musuh)
ketika berperang, yang ringan dan cepat tanggap ketika
diajak, yang kelihatan banyak ketika menyerang, dan yang
sedikit ketika dihitung
17


31) al-Jamu maa at-Tafriq ( )
Yaitu menghimpun dua perkara dalam satu hukum
karena ada kesamaan, lalu memisahkan antara dua entry

17
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi (Beirut,
Dar al-Ulum al-Arabiyah, 1983), 93


poinya (titik masuknya) karena dianggap berbeda
hukumnya (tidak ada kesamaan).
Contoh 1,

Wajahmu bersinar bagaikan api, dan hatiku juga panas


bagaikan api.

Syiir di atas karya Muhammad ibn Muhammad ibn
Abdul-Jalil yang lebih populer dengan nama
Rasyiduddin al-Wathwaath
18
, di dalam syiirnya ini
beliau memasukan dua unsur badi yaitu al-Jamu
disertai at-Tafriq, unsur jamu-nya terletak pada
pengumpulan wajah dan hati dalam satu hukum yaitu
sama-sama seperti api. Sedangkan unsur tafriq-nya
dipisahkan antara wajah dan hati karena adanya
perbedaan yaitu wajah sama dengan api karena sinarnya,
sementara hati karena panasnya.
Contoh 2, (QS, al-Isra: 12)

Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda,


lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan
tanda siang itu terang,

Dalam ayat di atas terdapat dua unsur badi (al-Jamu
dan at-Tafriq), jamu-nya malam dan siang dikumpulkan
dalam satu hukum yaitu sama-sama menjadi ayat (tanda

18
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah,... 39


41

kekuasaan Allah). Tafriq-nya sifat ke ayatan-nya berbeda
kalau malam di hapus (gelap), kalau siang dimunculkan
berupa terang
19


14) al-Jamu maa at-Tqsiim ( )
Yaitu menghimpun atat mengabungkan beberapa perkara
dalam satu hukum kemudian membagi menjadi beberapa
devisi atau sebaliknya
a) Contoh-contoh menghimpun kemudian membagi
antara lain:
(QS, faathir: 32)

kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang


Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara
mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di
antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka
ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan

Unsur jamu-nya al-quran diwariskan kepada hamba-
hamba Allah yang pilihan, unsur taqsim-nya membagi
hamba hamba pilihan tersebut menjadi beberapa devisi
1. Hamba yang menganiaya dirinya
2. Hamba pertengahan (muqtasid)
3. Hamba yang bergegas berbuat kebaikan
20


Syiir karya Abi at-Thayib
21


19
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi...96
20
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi....78
21
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah,... 39


Sehingga saifud-daulah singgah di sekitar kota
kharsyanah, roma, salib-salib, dan gereja-gereja
semuanya hancur, istri-istrinya ditawan. anak-anaknya
dibunuh, hartanya dirampok, dan tanamannya dibakar.
Unsur jamu-nya menghimpun kota roma, salim, dan
gereja-gereja dalam satu hukum kehancuran. Unsur taqsim-
nya membagi kehancuran roma menjadi beberapa devisi,
yaitu:
1. istri-istrinya ditawan
2. anak-anaknya dibunuh
3. hartanya dirampok
4. tanamannya dibakar.

Syiir karya Ibnu Jabir
22

Harta dan air di kedua telapak tangannya selalu mengalir,


yang ini (harta) mengalir kepada si fakir yang berharap, dan
yang ini (air) mengalir kepada tentara ketika dahaga.

Unsur jamu-nya mengumpulkan harta dan air sama-
sama mengalir dalam telapak tangan, sedangkan unsur
taqsim-nya membagi harta dan air menjadi dua devisi yaitu:
1. (harta) mengalir kepada si fakir yang berharap,
2. dan (air) mengalir kepada tentara yang sedang dahaga

22
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi....78

43


b) Contoh membagi kemudian menghimpun dalam satu
hukum, seperti syiir karya Hasan ibn Tsabit
23



Mereka adalah kaum, ketika berperang membahayakan
musuh-musuhnya, atau ketika berusaha keberuntungan
mereka menguntungkan pengikut-pengikutnya. Perangai
mereka seperti itu bukanlah hal yang baru, sesungguhnya
seburuk buruk perbuatan makhluk adalah membuat bidah
(hal-hal yang baru)
Unsur taqsim-nya membagi perangai kaum menjadi dua
bagian yaitu:
1. ketika berperang membahayakan musuh-musuhnya
2. ketika berusaha keberuntungan mereka
menguntungkan pengikut-pengikutnya.
Unsur jamu-nya adalah bahwa prilaku seperti itu
bukanlah perangai baru bagi mereka.

15) al-Jamu maa at-Taqsim wa at-Tafriq
(menghimpun, membagi sekaligus memisah) (
)
Contoh (QS, Huud: 105-108)


23
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi...96


di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang


berbicara, melainkan dengan izin-Nya; Maka di antara
mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di
dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan
menarik nafas (dengan merintih), mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia
kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka
tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya
selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada
putus-putusnya.
Unsur jamu-nya (

)= di kala
datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara,
melainkan dengan izin-Nya
24

Unsur tafriq-nya (

) = Maka di antara
mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia

Sedangkan unsur taqsimnya adalah:

24

isim nakirah. Setiap isim nakirah dalam rangkaian


kalimat negatif menunjukan arti umum (general)

45

1 )


2 )


1. Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya)
di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan
dan menarik nafas (dengan merintih), mereka kekal
di dalamnya selama ada langit dan bumi kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia
kehendaki.
2. Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka
tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia
yang tiada putus-putusnya.

Contoh lain syiir karya Ibnu Syaraf al-Qairawani
25

Orang- orang dengan berbagai kepentingan berkumpul di


depan pintu rumahnya, yang ini punya kepentingan dan yang
ini juga punya kepentingan yang berbeda. Maka keluhuran
milik orang yang tidak punya nama, kekayan milik orang yang
tidak punya apa-apa, cacian bagi orang yang berdosa, dan
kesentosaan milik orang yang takut

25
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi...97



Unsur jamu-nya Orang- orang dengan berbagai
kepentingan berkumpul di depan pintu rumahnya
Unsur tafriq-nya yang ini punya kepentingan dan yang
ini juga punya kepentingan yang berbeda
Unsur taqsim-nya adalah:
1. Maka keluhuran milik orang yang tidak punya nama,
2. kekayan milik orang yang tidak punya apa-apa,
3. cacian bagi orang yang berdosa,
4. kesentosaan milik orang yang takut
16) al-Laff wa an-Nasyr ( )
a) Etimologi
Secara etimologi al-laff berarti melipat, menggulung,
mengumpulkan, atau menggabungkan. Sedangkan an-nasyr
berarti membentangkan, mengibarkan, menyiarkan, atau
mengexpos.
b) Terminologi
Badi al-Laff wa an-Nasyr terdiri dari dua kata: al-laff
dan an-Nasyr.
Al-laff adalah menuturkan sesuatu yang banyak secara
terinci (detail) atau ijmal (general), sedangkan an-Nasyr
adalah menyebutkan pasangan masing-masing perkara
tersebut tanpa menentukannya karena percaya bahwa sami
(audien) dapat memasangkan sendiri (nyambung) sebab
adanya qarinah (indokator) lafdziyah ataupun manawiyah.
Contoh,

Dia itu matahari, singa, dan samudera, dalam hal


keindahannya, keberaniannya, dan kedermawanannya

47

Pada contoh di atas unsur laff-nya adalah penyebutan
kata matahari, singa, dan samudera. Sedangkan unsur
nasyar-nya adalah menyebutkan kata: 1 keindahannya yang
merupakan pasangan kata matahari. 2. Keberaniannya yang
merupakan pasangan kata singa. 3. Kedermawanannya yang
merupakan pasangan kata samudera.
Dengan memperhatikan unsur laff-nya (penyebutan
perkara yang banya), ada yang terinci dan ada yang disebut
secara ijmal (general), maka badi al-Laff wa an-Nasyr ini
terbagi menjadi beberapa bagian.
a) laff-nya disebut secara terinci (detail), yang memiliki
tiga kemungkinan pada nasyar-nya, yaitu:
1) nasyar-nya (pasangannya) disebut secara berurutan
sesuai dengan laff-nya. Contoh, (QS, al-Qashash: 73)

dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan


siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan
supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada
siang hari)

Pada contoh di atas, laff-nya disebut secara rinci yaitu
penciptaan malam dan siang sebagai rahmat Allah,
sedangkan nasyar-nya disebut secara tertib
disesuaikan dengan laff-nya, yakni ungkapan:
a) supaya kamu beristirahat yang menjadi
pasangannya kata malam


b) supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-
Nya yang merupakan pasangan kata siang
26
.

Contoh lain syiir karya Ibn ar-Rumi
27


Pendapat kalian, wajah kalian, dan pedang kalian di
berbagai insiden saat alam sudah mulai gelap bagai
bintang, padanya bagai tengara (rambu-rambu)
jalan, bagai pelita di waktu gelap gulita, dan yang
terakhir (pedang-pedang kalian) bagai bintang-
bintang meteor

Laff-nya adalah penyebutan pendapat, wajah dan
pedang, nasyar-nya penyebutan pasangannya yang
diurutkan sesuai laff-nya, yaitu:
a) bagai tengara (rambu-rambu) jalan merupakan
pasangan pendapat
b) bagai pelita pasangan kata wajah
c) bagai bintang-bintang metior pasangan kata
pedang
2) nasyar-nya (pasangannya) tidak disebut secara
berurutan sesuai dengan laff-nya melainkan terbalik.
Contoh, syiir karya Abi al-Futyaan Muhammad ibn

26
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah,... 35
27
Ibid, 35

49

Sulthan yang lebih populer dengan sebuutan Ibn
hayuus
28

Bagaimana aku bisa terhibur (tenang), sementara


kamu bagai tumpukan pasir, dahan, dan mejangan,
dalam hal lirikan matanya, perawakannya, dan
pantatnya.

Laff-nya: penyebutan kata tumpukan pasir, dahan, dan
menjangan. Sedangkan nasyar-nya sebagai berikut,

a) kata lirikan yang merupakan pasangan menjangan
b) kata perawakan yang merupakan pasangan dahan.
c) kata pantat merupakan pasangan kata tumpukan
pasir.

Sehingga syiir di atas kalau diterjemah dengan
bahasa bebas artinya sebagai berikut,
bagaimana aku bisa tahan untuk tidak mencintaimu,
padahal pantatmu bagai tumpukan pasir (besar dan
bulat) perawakanmu bagai ranting, dan pandangan
matamu bagai menjangan

3) Nasyar-nya campur aduk, contoh,

Anda bagaikan matahari, singa, dan samudera, dalam


hal, keberaniannya, kedermawanannya, dan keindahannya

28
Ibid, 35


Laff-nya adalah penyebutan kata matahari, singa, dan
samudera. Sedangkan nasyar-nya, penyebutan:
a) keberanian yang menjadi pasangan kata singa
b) kedermawan yang menjadi pasangan samudera
c) keindahan yang menjadi pasangan matahari

kalau kita perhatikan, susunan kata-kata pada nasyar-
nya tidak beraturan jika disejajarkan dengan pasangan
masing-masing yang ada pada laff-nya
b) laff dan nasyar-nya disebut secara mujmal (general).
Contoh, (QS, al-Baqarah: 111)

Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali


tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang
beragama) Yahudi atau Nasrani".

Laff-nya kalimat

dituturkan secara ijmal, sebab


asalnya

. Dan juga
nasyar-nya disebut secara ijmal, yaitu ungkapan

sebab asalnya:
a)


b)


17) al-I stikhdm (

)
Al-Istikhdam ialah menyebutkan suatu Lafazh yang
mempunyai makna dua, sedangkan yang dikehendaki
adalah salah satunya. Setelah itu diulangi oleh kata ganti
(dhamr) yang kembali kepadanya atau dengan isim isyarah
dengan makna yang lain, atau diulangi dengan dua isim

51

dhamr, sedangkan yang dikehendaki oleh dhamr yang
kedua bukan yang dikehendaki oleh dhamr yang pertama.

Dari definisi di atas kita bisa mengambil makna bahwa
badi istikhdm memiliki dua pengertian
a) menyebutkan suatu Lafazh yang bemakna dua. Makna
yang satu dijelaskan oleh Lafazh itu sendiri, sedangkan
makna yang lainnya dapat kita tangkap dari adanya dhamr
yang mesti dikembalikan kepada makna lainnya.
b) menyebutkan suatu lafazd mempunyai dua makna,
yang satu difahamkan dengan sebab adanya suatu dhamr,
sedang yang satu lagi dengan dhamr yang lain.
Contoh istikhdam dengan pengertian pertama
1) Firman Allah: (QS, al-Baqarah:185)


Maka barang siapa di antara kamu melihat bulan, maka
hendaklah ia berpuasa di bulan itu.

Kata mempunyai dua makna. makna pertama
adalah penanggalan atau bulan tsabit. dan yang kedua
artinya sebulan penuh bulan Ramadan.


Pada ayat di atas diungkapkan kata dengan arti
penanggalan atau bulan sabit. Kemudian setelah itu diulangi
oleh dhamr pada ungkapan . Dhamr pada
ungkapan tersebut kembali ke akan tetapi dengan
makna bulan Ramadan.
Pada contoh ayat di atas terjadi pengungkapan suatu kata
yang mempunyai dua makna, kemudian diulangi oleh
dhamr yang kembali kepada kata tersebut. Sedangkan
makna kata yang disebut tersebut berbeda dengan makna
dhamr yang kembali kepadanya. Model uslb ini
dinamakan uslb istikhdm.
2) Firman Allah (QS, al-Muminuun: 12-13)


dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
(Adam) dari suatu saripati (berasal) dari tanah. kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).

Kata pada ayat di atas berarti Nabi Adam, dan
dlamir hu (

) pada kalimat

kemabili pada lapal


tapi dengan arti anak putu adam
29
.


29
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi....70

53

3) Dalam sebuah syiir karya Muawiyah ibn Malik ibn
Jafar
30
dikatakan,
#
Bila langit telah turun, di permukaan bumi suatu kaum maka
kita menggembalakan padanya walaupun mereka bersikap
marah

Pada syiir di atas penyair bermaksud dengan ucapannya
dengan arti hujan, dan dengan dhamr yang kembali
pada lafazh itu bermaksud dengan arti rumput yang tumbuh
karena hujan. Kedua-duanya adalah majz bagi lafazh
.

4) Ungkapan sang penyair :
#
Si kijang betina punya suatu dari tolehan yang dicintai
cahaya matahari yang naik itu hasil sorotan kedua
pipinya.

Pada syiir di atas penyair berkehendak dengan
mengemukakan lafazh artinya yang telah sama-sama

30
Ibid, 34


diketahui, yaitu kijang betina. Sedangkan dengan dhamr
yang kembali kepadanya lafazh ia berkehendak pada
arti matahari yang sedang naik.

Contoh istikhdam dengan pengertian ke dua
1) Dalam sebuah syiir karya al-Bukhturi
31
dikatakan,
#
Lalu hujan itu menyiram Al-ghadha dan para
penghuninya, sekalipun mereka menyalakannya di antara
dada dan tulang rusukku

Pada syiir di atas terdapat kata alghodlo. kata ini
mempunyai dua makna yaitu berarti nama kampung dan
nama kayu bakar yang sering dipergunakan untuk memasak.
Pada kalimat

(menyiram al-
ghadha dan penghuninya) difahami bahwa makna al-
ghadha pada ungkapan tersebut bermakna kampung.
Kemudian setelah itu terdapat ungkapan (sekalipun
mereka menyalakannya). Kata pada ungkapan tersebut
merupakan dhamr yang kembali kepada .

31
Ibid, 34

55

Kata yang bermakna nama suatu kampung
diulangi oleh dhamr yang kembali kepada lafazh tersebut
dengan makna kayu bakar dinamakan uslb istikhdm..

Menurut para ahli badi uslub istikhdam ini lebih tinggi
tingkatannya, lebih indah, dan lebih menyentuh persaan dari
pada uslub auriyah
Dan lagi sering terlihat kerancuan (iltibas) antara badi
tauriyah dengan istikhdam, perbedaanya adalah:
1. tauriyah : menyebut lapal yang memiliki dua makna
yang dipakai makna salah satunya (makna yang jauh )
sedangkan makna yang lain (makna yang dekat)
dibuang
2. istikhdam : menyebut lapal yang memiliki dua makna
dua-duanya dipakai
32
.
18) at-Tajriid ()
a) Secara etimologi
Badi at-Tajriid secara etimologi berarti
menghilangkan sesuatu dari sesuatu yang lain
33
,
darinya terdapat ungkapan


(aku mengeluarkan pedang dari rangkanya), dan juga
ungkapan

(aku melucuti laki


laki dari pakaiannya), terdapat pula sabda Nabi

32
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi....71
33
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Bairut,
Maktabah al Ashriyah, 1999), 308 (

)


Muhammad SAW. tentang seseorang yang dieksusi
dengan hukum had karena meminum arak

(jangan dibentangkan di atas tanah, dan


jangan dilucuti pakaiannya)
34

b) Secara terminologi terdapat dua versi.
1) Versi pertama at-Tajrid adalah,

35

Yaitu dari perkara yang yang memiliki sifat,
dikeluarkanya perkara lain yang sepadan sifatnya,
tujuabya untuk memaksimalkan kesempurnaan sifat yang
ada padanya

Maksudnya untuk memaksimalkan kesempurnan sifat
suatu perkara dikeluarkanah perkara lain yang
sepadan sifatnya, sehingga menjadi perkara yang
kuadra, gunanya untuk memberikan kesan bahwa
perkara itu sesuatu yang amat istimewa Contoh,

Bagiku pada diri zaid bukan teman biasa, melainkan


teman (istimewa)


34
Sayid Yahya ibn Hamzah ibn Ali ibn Ibrahim al-Alawi al-
Yamani, at-Thiraaz juz 3, (Meshir, Mathbaah al-Muqtathif, 1914), 73-
74
35
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992), 348

57

Contoh di atas kalau dijelaskan sebagaimana devinisi
at-tajrid, maksudnya adalah bagiku zaid itu teman
akrab, dan darinya keluar teman akrab yang lain,
sehingga keakraban pertemanan zaid dengan aku,
sangat istimewa melebihi teman akrab biasa, atau
mungkin boleh dibilang bagiku zaid itu teman kuadrat
wallahu alam,

c) Pembagian badi at-tajrid versi pertama ada lima,
1) dengan perantara

() yang masuk pada


(sumber pengeluaran). Contoh,


36

Ketika menyerang, kamu melihat dari mereka singa yang
marah. Ketika bertemu, kamu melihat darinya bulan
purnama

Syiir ini memnggambarkan sifat yang sangat
pemberani dan sangat ramah pada suatu kaum, saking
beraninya sehingga keluar darinya singa yang sedang
marah, dan saking ramahnya sehingga keluar darinya
bulan purnama.

36
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Bairut,
Maktabah al Ashriyah, 1999),308



2) dengan huruf

() yang masuk pada


(sumber pengeluaran). Contoh,


Jika kamu meminta zaid, tentu kamu meminta


bersamanya lautan.

Contoh di atas mendiskripsikan sifat kedermawanan
zaid sehingga jika diminta keluar pada dirinya sifat
laut

3) dengan

) yang masuk pada


(kata yang dikeluarkan). Contoh,

37

Banyak kuda yang buruk rupa melompat bersama
saya, kepada orang yang minta tolong di medan
perang, sera memakai rompi, seperti kuda pejantan
yang dilepas dari kandangnya (karena dimulyakan)


37
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992), 350

59

Pada syiir di atas penyair menggambarkan
kesigapannya dan ketangkasannya di medan perang
sehingga leluar dari dalam dirinya orang yang siap
berperang
38
.

4) dengan

yang masuk pada

(sumber
pengeluaran). Contoh, (QS, Fushshilat: 28)

mereka mendapat tempat tinggal yang kekal di


dalamnya
Neraka Jahannam itu sesungguhnya tempat tinggal
yang kekal, tapi dalam ayat di atas di gambarkan di
dalam neraka Jahannam terdapat tempat tinggal lain
yang kekal, yang disediakan untuk orang-orang kafir,
maksudnya kurang lebih, kekekalan jahannam itu
kuadrat . Tujuannya untuk menggambarkan
kedahsyatan siksa nerakan jahannam agar mereka
lebih takut.

5) dengan tanpa perantara huruf. Contoh, syiir karya
Qatadah ibn Maslamah al-Hanafi al-Himasi
39


38
Ibid, 351
39
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah juz 4,... 45


Jika aku masih hidup, sungguh pasti aku berperang


yang dapat mengumpulkan ghanimah, kecuali orang
yang mulia ini mati

Yang dimaksud orang mulia pada syiir di atas adalah
penyair sendiri. Dan untuk memuji kemulyaannya,
penyair mengeluarkan dari dirinya orang yang
mulia
40
.
Ada yang mengatakan bahwa contoh syiir di atas
termasuk kategori uslub iltifat, sekalipun iltifat tapi
juga tidak menafikan uslub at-Tajid
41

2) Devinisi badi at-Tajrid versi ke dua adalah,

42

At-Tajrid adalah kamu mendatangkan kalam yang
lahiriyahnya mengkhithabi orang lain, akan tetapi
yang kamu maksudkan diri kamu sendiri,

Contoh,

40
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992), 352
41
Ibid, 352
42
Sayid Yahya ibn Hamzah ibn Ali ibn Ibrahim al-Alawi al-
Yamani, at-Thiraaz juz 3, (Meshir, Mathbaah al-Muqtathif, 1914), 73

61


43

Anda membuat lelah pendengaran dan pikiran, dengan
perkataanmu tentang semua isi buku

19) Mublaghah
a) Pengertian Mublaghah
Salah satu aspek Badi ' lainnya dalam uslb bahasa
Arab adalah Badi ' mublaghah . Istilah ini dalam bahasa
Indonesia biasa disebut gaya
bahasa hiperbol . Kata mublaghah secara leksikal berarti
melebihkan, Sedangkan dalam khazanah ilmu badi
'mublaghah didefinisikan sbb,

44

Mublaghah adalah ekspresi ungkapan yang mengambarkan
sesuatu hal secara berlebihan yang tidak mungkin (tidak
sesuai dengan kenyataan).

1. Majas hiperbola
Majas Hiperbola yaitu majas atau gaya bahasa yang
bertujuan untuk melebih-lebihkan. Contoh kalimat yang
menggunakan majas hiperbola diantaranya:

43
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi....79
44
Abdul Qodir Hamid, Terjemah Jauharul Maknun, (Surabaya,
Al-Hidayah, tt), 208


Cita-cita Budi setinggi langit, sehingga dia sangat
disiplin dalam belajar di sekolah.
Bu Ani terkejut setengah mati, mendengar rumahnya
kebakaran
Cintaku kepadamu sedalam samudera dan seluas
jagad raya.
Kalimat di atas bersifat melebih-lebihkan, yaitu terletak
pada: setinggi langit, setengah mati, sedalam samudera,
seluas jagad raya.
b) Pembagian badi Mublaghah
Imam Sakaki, seorang ulama balaghah (stylistika)
terkemuka, membagi Mubalaghah menjadi tiga bagian:
yaitu tabligh, ighrq , dan ghuluw .

1) Tabligh
Tabligh adalah salah satu jenis ungkapan mublaghah
Dinamakan Tabligh ketika suatu ungkapan itu mungkin
terjadi baik secara logika maupun realita.

Contoh 1) syiir karya Umru al-Qais

45

Kuda itu berpaling terus menerus antara banteng jantan
dan banteng betina berkali-kali ... namun tidak
sedikitpun meneteskan keringat, makanya dimandikan.

45
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992), 359

63


Alkisah, kuda Amrul Qais mampu menghalau dua
banteng sekaligus, yaitu banteng jantan dan banteng
betina. Kudanya meloncat ke sana ke mari dan berlari gesit
mengejar kedua banteng itu tanpa mengeluarkan setetespun
keringat apalagi takut. Amrul Qais, yang berada di atas
kudanya, dengan mudah membidikkan panah tepat pada
kedua hewan buas tersebut.
Seekor kuda mampu mengalahkan banteng dengan
mudah sangat jarang terjadi. Terlebih lagi banteng itu
ternyata lari kocar-kacir dan dibinasakan dengan mudah,
tanpa susah payah atau berkeringat.

Contoh 2) (QS . An-Nur: 40)
46


Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang
diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di
atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih,
apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya ...


46
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah,.... 312


Kalau saja kalimat tersebut cukup pada " seperti gelap
gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh
ombak " maka kalimat tersebut sebenarnya
sempurna. Namun ternyata kalimat tersebut ditambahkan
lagi dengan kata-kata lainnya: "pada ombak ada ombak,
dan pada gelombang tersebut terdapat awan yang gelapnya
berlipat-lipat ..." dan begitu seterusnya. Sifat laut yang luas
dan dalam ditambah lagi dengan kegelapan yang
menyelimutinya terkesan terlalu berlebihan
( ifrath ). Namun demikian, ternyata sains modern baru
membuktikan kebenarannya belum lama ini. "Jangankan
melihat keindahan alam laut dengan hewan-hewan dan
karang-karang yang laksana mutiara, melihat tangannya
sendiri saja tak mampu", begitu ungkap al-Quran. Jadi,
kendatipun menurut kebiasaan hanya "mendekati
kemungkinan", namun logika pun ternyata membenarkan.
Menurut imam Sakaki, peristiwa yang diceritakan Umru
al-Qais atau fakta laut yang diungkap dalam al-Quran
adalah logis dan bisa saja terjadi dalam tradisi kita.

2) I ghrq
Bila suatu ungkapan menggambarkan sesuatu yang
secara logika mungkin terjadi tapi menurut realita tidak
mungkin terjadi disebut ighrq .
Contoh 1) syiir karya Umair ibn al-Aiham at-
Taghlabi
47


47
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah juz 4,... 48

65

Kami akan memulyakan tetangga kami selama ia masih
berada di tempat kami dan kami akan mengikutinya
dengan penghormatan dimanapun dia pergi.

Memuliakan tetangga dengan memberinya pelayanan
terbaik tentu saja perbuatan mulia. Hal itu dimungkinkan
jika misalnya sang tetangga datang ke tempat kita untuk
bertamu, sedang sowan atau kunjungan biasa, dengan
memberinya minuman atau yang dibutuhkan.Ini biasa. Tapi
kalau pulangnya pun kita layani terus, atau bahkan di
sepanjang perjalanan misalnya ... ini luar biasa!
Ekspresi penghormatan terhadap tamu seperti dalam
syair tersebut di luar kebiasaan. Namun demikian logika
mengungkap bahwa penghormatan adalah kata sifat
(abstrak), dan itu artinya kita juga bisa
melakukannya. Dengan kata lain, kita masih bisa terus
memuliakannya sekalipun mereka sudah tidak berada di
hadapan kita. Misalnya tetap menjaga silaturahmi jarak
jauh, tidak membicarakan keburukannya, SMS, telpon, dan
lain-lain. Karenanya, syair itu disebut Mubalaghah
Igraq. Sebagaimana saran, igraq artinya "berlimpah".
Contoh 2) (QS. Al-A'raf: 40)
48
.



48
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi....83


Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali
tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan
tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke
lubang jarum.Demikianlah kami memberi pembalasan
kepada orang-orang yang berbuat kejahatan .

Orang-orang yang mendustai ayat-ayat Allah dan orang-
orang yang sombong, balasannya adalah: amalnya tidak
diterima, doanya tidak dikabulkan (pintu langit tertutup
untuk mereka), dan tentu saja mereka tidak akan masuk
surga. Sampai kapan? Sampai unta bisa masuk ke lubang
jarum!
Mungkinkah unta masuk lubang jarum? Tak
mungkin. Tali tambang saja tak akan bisa masuk ke lubang
jarum, terlebih lagi binatang sebesar unta! Begitupula
orang-orang yang sombong itu (kaum musyrikin), jangan
harap bisa masuk surga.
Secara tak sadar kita kadang jumpai ungkapan seperti itu
dalam kehidupan kita: "sampai tujuh turunan, tak akan
kumaafkan kau!". Mungkin hanya sebatas ekspresi
kemarahan atau memang sungguh-sungguh tidak akan
memaafkan lagi.
Terlepas dari benar-tidaknya ungkapan bahasa Indonesia
tersebut, masuknya unta ke dalam lubang jarum menurut
kebiasaan rasanya sangat mustahil. Tapi menurut akal tidak,
sebab qudrat dan iradat Allah dapat merubah segalanya
menjadi 'biasa'. Jika memang Allah berkehendak Allah akan
memperluas lubang jarum itu sehingga unta pun bisa
masuk.

67

Menurut imam Sakaki, kedua jenis mubalaghah ini bisa
diterima . Bagaimana halnya dengan mubalaghah tipe
ketiga?

3) Ghuluw
Sedangkan apabila suatu ungkapan menggambarkan
sesuatu baik secara logika maupun realita tidak mungkin
terjadi dinamakan ghuluw .Contoh syiir karya al-Hasan ibn
Hani yang lebih popiler dengan panggilan Abu nawa ia
memuji temannya
49

Kau bikin takut orang-orang musyrik, sampai-sampai


embrio mereka yang belum tercipta pun takut
kepadamu.

Abu Nawas memuji temannya yang jago
berkelahi. Setiapkali bersengketa, ia pasti menang. Tiapkali
berperang di medan pertempuran, dia juga selalu
unggul. Kata Abu Nawas, "jangankan orang-orang kafir itu,
(maaf) air mani yang belum 'jadi' pun ngeri melihatmu
". Abu Nawas sadar bahwa ungkapannya yang jenaka itu
hanya hiperbola belaka, dan tak bisa diterima tradisi
maupun rasio.


49
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi...86


Menurut para pakar balaghah, badi mubalaghah yang
kategori satu ( Tabligh ) dan kategori kedua ( ighrq )
masih bisa dipandang sebagai suatu bentuk keindahan
( muhassint ) imajinasi, sedangkan kategori ketiga
( ghuluw ) dinilai berlebihan dan justru
kehilangan keindahannya, karenanya kategori ketiga
(ghuluw) ini para pakar balaghah membaginya menjadi dua
bagian:

a) ghuluw mardud (ditolak) dan wajib dihindari.
Yaitu apabila sampai menggiring pembuatnya ke dalam
jurang kekufuran, meremehkan kekuasaan Allah, atau
memuji makhluk dengan pujian yang hanya layak bagi
Allah. Seperti ucapan Abu Nawas yang memuji Harun ar-
Rasyid beriku ini.

Maka tidaklah sulit bagimu untuk memberikan ampunan,


karena ampunanmu meliputi seluruh alam.

Ungkapan ampunanmu meliputi seluruh alam oleh Abu
Nawas digunakan untuk memuji Harun ar-Rasyid
padahal ungkapan tersebut hanyalah layak digunakan
untuk memuji Allah SWT, ghuluw yang seperti inilah
ditolak oleh para ahli balaghah.

Para penyair yang sangat populer dengan karya-
karyanya yang bernuansa al-ghuluw al-mardud antara

69

lain: 1) Abu Nawas, al-Mutanabbi, ibn Hani al-andalusi,
dan Abu al-Ala al-Miri

b) Ghuluw maqbul (diterima)

Ibn Qudamah dan imam Sakaki mengoreksi: bahwa
tidak semua mubalaghah ghuluw ini ditolak mentah-
mentah. Buktinya dalam al-Quran terdapat banyak
mubalaghah ghuluw, tapi ada beberapa syarat yang harus
terpenuhi, anatara lain:
1) Kemasukan kata yang mendekatkan kepada
kebenaran, seperti kata (

). Contoh (QS,
an-Nuur: 35)

yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi,


walaupun tidak disentuh api.

Ungkapan minyak bisa menyala tanpa disentuh api,
sesuatu yang tidak rasional, namun setelah kemasukan
kata hampir-hampir, sesuatu yang tadinya tidak
rasional berubah mendekati kenyataan
50

2) Kemasukan kata law (

). Contoh syiir karya al-


Mutanabbi
51
,


50
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi....86
51
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi....88


Andaikata ilmumu tentang tuhan, dapat dibagi-bagi
ke seluruh umat manusia, maka tuhan tidak akan
menutus seorang rasul. Atau andaikata omonganmu
didengar oleh seluruh umat manusia, maka tuhan
tidak akan menurunkan al-Quran, at-Taurat, dan injil
3) Ada unsur imajinasi yang kuat. Contoh, syiir karya
al-Qadli al-Arjani yang mengambarkan malam yang
panjang, dan ia tidak bisa tidur
52

Terbayang olehku untuk memaku meteor di malam


hari, dan mengikat kelopak mataku padanya
dengan bulu mataku
4) Ungkapan yang hanya berkelakar
53
. Contoh,

Kemarin aku pasti mabuk, andaikata aku berniat


minum arak besuk, ini adalah sesuatu yang aneh
Munculnya akibat sebelum adanya sebab adalah
sesuatu yang muhal, yakni mabuk sebelum minum
arak, namun ungkapan tersebut hanyalah kelakar
belaka (guyonan dalam bahasa jawa)

5) Disertai perangkat tasybih
54
. Contoh (QS, al-
Mursalaat: 32-33)


Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar
dan setinggi istana. seolah-olah ia iringan unta yang
kuning.

52
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi...87
53
Ibid,87
54
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi.....87

71

20) at-Tafri ()

At-Tafri adalah menetapkan hukum bagi sesuatu yang


terkait dengan suatu perkara, setelah menetapkan hukum
tersebut bagi sesuatu lain yang terkait dengan perkara
tersebut.

Agar dapat memahami devinisi badi at-Tafri, ada tiga
kata kunci yang harus dicermati, yaitu:
1. Dua mutaallaq (dua perkara terkait)
2. Satu amrun (

) yakni satu perkara


3. Satu hukum
Kalau kita membuat ungkapan

yang artinya pelayan zaid bergembira dan ayah zaid


bergembira, dua mutaallaq-nya adalah pelayan dan ayah,
amru-nya adalah zaid, dan hukumnya adalah bergembira.
kemudian ungkapan di atas disusun agar menjadi badi
tafri dengan menetapkan hukum bagi salah satu
mutaallaqnya zaid terlebih dahulu, kemudian disusul
menetapkan hukum bagi mutaallaq-nya zaid yang lain.
Contoh

yang artinya pelayan


zaid bergembira sebagaimana ayahnya bergembira, contoh
ini menggambarkan bahwa ayah zaid bergembira terlebih
dahulu, kemudian diikuti pelayannya juga bergembira



Contoh lain, syiir karya al-Kumait ibn Zaid al-Asadi
yang memuji bani Hasyim
55

Akal kamu dapat menyembuhkan penyakit kebodohan,


sebagaimana darah kamu dapat menyembuhkan penyakit
rabies (akibat gigitan anjing gila)

Ada mitos di kalangan masyarakat arab waktu itu bahwa
tidak ada obat yang paling mujarrab untuk menyembuhkan
penyakit rabiyes selain meminum darah para raja. Syiir di
atas merupakan kinayah dari ungkapan bahwa mereka itu
(kaum bani Hasyim) adalah para raja sebagaimana mereka
itu para ulama
56


Dua mutaallaq pada syiir di atas adalah akal dan darah,
amru-nya (perekaranya) adalah kamu, dan hukumnya
adalah menyembuhkan (obat). Sehingga kalau di tarji-kan,
maknanya menetapkan hukum (dapat menyembuhkan) bagi
akal yang terkait dengan kamu setelah menetapkan terlebih
dahulu hukum menyembuhkan bagi darah yang terkait
dengan kamu

20) Husnu at-Talil
a) Secara etimologi, Husnu at-Talil terdiri dari dua
kata, husnu yang berarti bagus, dan at-talil yang berarti
membuat alasan. Sehingga kalau digabungkan memiliki arti
memuat alasan yang bagus.
b) Secara terminologi, para pakar balaghah memberikan
definisi beragam, antara lain:

55
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah juz 4,...57
56
Ibid, 57

73

1) Abd. Al-Mutaali as-Shaidi.


57

Menetapkan alasan yang layak bagi suatu sifat dengan
pertimbangan yang halus yang tidak riil (tidak sesuai
dengan fakta)
2) Sayid Ahmad al Hasyimi,

58


Husnu at-talil adalah penyangkalan seorang sastrawan
secara terang-terangan atau tersembunyi terhadap
alasan yang dikenal umum bagi suatu peristiwa, dan
sehubungan dengan itu dia mendatangkan alasan lain
yang bernilai sastra dan lembut yang sesuai dengan
tujuan yang ingin di capainya

Pada prinsipnya badi Husnu at-Talil itu adalah
membuat argumentasi yang tidak riil bagi suatu kejadian
dengan cara yang halus, sehingga tidak tampak kalau
argumentasi itu sesungguhnya fiktif tidak realistis. Untuk
dapat memahami badi Husnu at-Talil kata kuncinya
adalah antara kejadian dan argumentasi itu tidak ada
relevansinya.

Contoh syiir karya Imam Tarmuji (penulis buku ini),

Aku makan nasi karena kasihan para petani, kalau tidak


dimakan dia tidak beruntung (usahanya sia-sia)

57
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992),273
58
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah,.... 306



Pada umumnya orang makan alasannya karena lapar, tapi
penyaiir di atas membuat alasan lain yaitu karena kasihan
kepada para petani, kalau tidak dimakan usahanya menanam
padi sia sia.

Dengan mempertimbangkan sifatnya/kejadiannya badi
Husnu at-Talil ini terbagi menjadi empat bagian yaitu:
a) Sifatnya/kejadiannya permanen, dan tidak punya
alasan yang jelas, kemudian penyair membuat argumen
yang fiktif
59
. Contoh, syiir karya Abu at-Thayib al-
Mutanabbi
60


Awan itu tidak bisa menyamai pemberianmu,


bahwasanya ia meriang karena menyaksikan
pemberianmu, kemudian ia berkeringat lalu
menumphkan hujan.
Awan menurunkan hujan itu sifat permanen tidak ada
alasan kenapa turun hujan, namun penyair membuat alasan
karena ia iri tidak bisa menyerupai/menyaingi pemberian al-
mamduh (orang yang dipuji oleh penyair dalam syiirnya),
lalu awan itu gerah, berkeringat, kemudian turun hujan.
Contoh lain, syiir karya Abu al-Ala al-Maarri
61
,


59
Dr. As-Syahat Muhammad Abd ar-Rahman Abu satit, Dirasat
Manhajiyah fi ilm al-Badi (mesir, Bibllotheca Alexandrina,1994), 150
60
Ibid, 375
61
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah,.... 306

75

Bintik-bintik hitam pada bulan purnama yang bercahaya
itu bukan ada sejak dulu, akan tetapi pada muka bulan
itu ada bekas tamparan.

Abu al-Ala al-Maarri meratap dan berlebihan
menyatakan bahwa kesedihan terhadap orang yang diratapi
itu mencakup banyak peristiwa alam. Oleh karena itu ia
menyatakan bahwa bintik bintik hitam yang terlihat
dipermukaan bulan itu tidaklah muncul karena faktor alam,
melainkan karena bekas tamparan (oleh bulan sendiri)
karena sedih ditinggalkan oleh orang yang diratapi itu.
Padahal bintik-bintik hitam pada bulan itu kejadian yang
permanen.

b) Sifatnya permanen, biasanya punya alasan yang jelas
tapi tidak disebutkan. Kamudian penyair membuat alasan
yang fiktif
62

Contoh syiir karya Abu Thayib al-Mutanabbi yang
memuji Badr ibn Amar
63

Tidak ada modus kenapa ia membunuh musuh-


musuhnya, melainkan tidak ingin mengecewakan
harapan srigala-srigala itu.

Pada umumnya (sekalipun tidak pernah disebutkan)
orang membunuh musuh-musuhnya karena mereka

62
Dr. As-Syahat Muhammad Abd ar-Rahman Abu satit, Dirasat
Manhajiyah fi ilm al-Badi ...,152
63
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah juz 4,...54


dianggap berbahaya, tapi penyair di atas memberikan alasan
lain bahwa Badr ibn Amar membunuh musuh-musuhnya
karena ingin memberi makan srigala. Dalam hal ini penyair
ingin memuji keberanian Badr ibn Amar yang tidak tajut
menghadapi musuh-musuhnya.
Contoh lain syiir karya al-Mughirah ibn Habna at-
Tamimi ia terkena penyakit sopak (belang),

Jangan mengira warna putih padaku sebagai


kekurangan Sesungguhnya kuda-kuda pacuan perutnya
berwarna putih

Al-Mughirah bin Habna, penyair Islam dari Bani Tamim,
yang gugur syahid di Khurasan dengan syiirnya di atas
menggambarkan bahwa ia tetap percaya diri dengan
penyakit sopaknya, dia tidak menganggapnya sebagai aib
dan dia membuktikan dengan alasan yang halus sekalipun
tidak realistis. Padahal pada umumnya (sekalipun tidak
disebutkan) penyakit sopak (belang) dianggap aib

c) sifatnya tidak permanen, tapi dijadikan permanen, dan
hal itu dimungkinkan. Contoh syiir karya Muslim ibn al-
Walid
64
,

Wahai si tikang fitnah! Bagiku kejahatan tukang fitnah


itu baik, sebab (bisa menjauhi kamu), dengan menjauhi
kamu maka seseorang bisa menyelamatkan kedua
matanya dari tenggelam di air mata.

64
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992),378

77


Menganggap baik keburukan tukang fitnah adalah sifat
yang tidak tetap (permanen), akan tetapi penyaiir
mencoba membuat argumen yang fiktif agar menjadi
permanen yaitu bahwasanya keburukan tukang fitnah itu
justru kebaikan bagi yang lain, karena keburukan itu
justru malah menjadikan orang lain menghindar darinya,
dengan menghindarinya maka seseorang tidak akan
menangis karena terkena fitnahnya. Dan hal semacam ini
mungkin terjadi

d) sifat yang tidak permanen, tapi di kehendaki untuk di
jadikan permanen, dan hal ini tidak mungkin. Contoh syiir
berbahasa faris yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa
Arab yaitu,

Andaikata bintang gemini itu tidak berniat melayani


kepadanya, tentu kamu tidak akan melihat ia (bintang
gemini) mengikatkan sabuk.

Disekitar bintang gemini itu banyak planet-planet yang
oleh masyarakat disebutnya sebagai sabuk bintang gemini.
Penyaiir mencoba membuat argumen yang fiktif dengan
mengkalim bahwa bintang gemini itu memakai sabuk
karena ingin melayani mamduh (orang yang dipuji penyair
dalam syiir di atas), niat bintang gemini ingin melayani
mamduh tersebut bukan sifat yang tetap (baku) tetapi
penyair ingin menjadikan permanen, dan hal ini tidak
mungkin.


Kalau kita mencermati, syiir di atas itu ambigu, sebab
kalau niat bintang gemini ingin melayani mamduh dijadikan
alasan kenapa ia mengikatkan sabuk, maka syiir ini lebih
pas sebagai contoh badi husnu at-talil bagian pertama,
yakni Sifatnya/kejadiannya permanen, dan tidak punya
alasan yang jelas, kemudian penyair membuat argumen
yang fiktif
65
. Tapi begitulah penulis mendapati di dalam
kitab-kitab balaghah syiir ini dijadikan contoh husnu at-
talil bagian ke empat Wallahu alam
Dalam hal ini, penulis membuat contoh karya penulis
sendiri yang isya Allah lebih pas,

Allah menjadikan tanaman petani rusak (pusa) karena


ingin mengurangi dosa-dosa burung emprit (yang suka
mencuri padi)
Dalam syiir disebutkan bahwa Allah merusak tanaman
padi, ini merupakan sifat yang tidak tetap (permanen), dan
agar kelihatan tetap dibutkan argumen yang fikitif yakni
untuk mengurangi dosa-dosa burung emprit, tapi hal ini
sesuatu yang tidak mungkin.a
21) al-Madzhab al-Kalami (

)
a) Secara leksikal al-madzhab berarti faham atau
doktrin, dan al-kalam berarti teologi (aqidah)
b) Secara terminologi badi al-Madzhab al-Kalami
adalah,

66

Yaitu mendatangkan hujjah (argumen) bagi makna
yang dicari dengan mengikuti cara cara para pakar
teologi (Aqidah)

65
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah juz 4,...56
66
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992)369

79

Pada prinsipnya badi al-Madzhab al-Kalami
ini mendatangkan hujjah (argumen) yang obyeknya
persoalan akidah dengan pendekatan atau mengandung
unsur ilmu logika
67
(mantiq). Dalam dunia filsafat kita
mengenal aliran al-Madzhab al-Kalami, yakni aliran
rasionalisme-tektualisme, Yaitu aliran yang menjadikan
rasio sebagai landasan pembenarnya lalu mengkaitkannya
dengan teks-teks agama, bukan sebaliknya.
Sebagaimana kita tahu dalam logika kita mengenal
istilah Silogisme, yaitu suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Contoh,
-Semua santri krempyang rajin membaca (disebut
premis mayor)
-Zaid santri krempyang (disebut premis minor)
+Zaid rajin membaca buku (disebut konklusi/simpulan)
Hubungan antara premis dan konklusi
disebut konsekuensi. dan proses seperti inilah yang disebut
menalar yang dalam bahasa filsafatnya dinamakan logika.

67
Definisi logika sangat sederhana yaitu ilmu yg memberikan
prinsip-prinsip yang harus diikuti agar dapat berfikir valid menurut
aturan atau dengan kata lain Logika adalah ilmu pengetahuan
dan kecakapan untuk berpikir lurus ( tepat )


Badi al-Madzhab al-Kalami tidak berbeda jauh dengan
silogisme, yakni sebuah teks agama yang di dalamnya ada
unsur logika,
Contoh 1 (QS, al-Anbiyaa': 22),
O 4p~E .EjgOg
NOE)-47 ) +.-
>E=OE _ =}E:OO
*.- p4O +OE^-
O4N 4pO4C
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain
Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka
Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa
yang mereka sifatkan.
Premis mayornya: andaikata di langit dan di bumi ada
tuhan selain Allah tentu akan hancur
binasa
Premis minornya: kenyataannya bumi dan langit tidak
hancur.
Konklusinya : di bumi dan di langit tidak ada tugan
selain Allah.
Contoh 2, (QS, al-Anam:76)
OU O}E_ gO^OU4N
N^O-- -474O 4:EOE W
4~ -EOE- O).4O W
.OU 4~ OUgOq
--)UgE-

81

ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang
(lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala
bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka
kepada yang tenggelam."
Premis mayornya: Tuhan itu tidak tenggelam/surup
(hanya sebuah keyakinantidak
disebutkan)
Premis minornya : bintang itu tenggelam/surup
Konklusinya : bintang itu bukan tuhan.
Contoh 3, (QS, al-Araf: 40)
4 4pOU7=;4C OE4E^-
_/4EO Eg)U4C NEO_^- O)
-Ec O4OgC^-
dan tidak (pula) mereka (orang-orang kafir) masuk
surga, hingga unta masuk ke lubang jarum
Premis mayornya: orang-orang kafir tidak akan
masuk surga, hingga unta masuk
ke lubang jarum
Premis minornya : kenyataan tidak ada unta yang
dapat masuk ke lubang jarum
Konklusinya : orang-orang kafir tidak akan
masuk surga selamanya.
Contoh 4, Sabda Nabi SAW,


Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui,


tentu kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.
Premis mayornya: andaikata kita mengetahui apa-apa
yang di ketahui oleh nabi, tentu
kita akan sedikit tertawa dan
banyak menangis
Premis minornya : kenyataannya kita banyak tertawa
dan hampir tidak pernah menangus
Konklusinya : kita tidak mengetahui apa-apa
yang diketahui oleh baginda Nabi
SAW.
Teks-teks yang mengandung unsur penalaran (logika)
seperti contoh-contoh di atas itulah yang dimaksud badi al-
madzhab al-kalami,
22) Ta'kd al-madh bim yusybih al-dzamm
a) Secara leksikal uslb ini bermakna menguatkan
pujian dengan menyerupai celaan
b) Secara terminologi Takd al-madh bim yusybih
aldzamm terbagi dua macam,
pertama dan yang paling utama

83

68

Mengecualikan sifat sanjungan dari sifat pencelaan
yang dinafikan dari sesuatu dengan cara
memperkirakan bahwa sifat sanjungan itu masuk
dalam sifat pencelaan.
Yakni Jenis pertama ini berupa menafyikan suatu sifat
tercela, kemudian setelah itu mendatangkan sifat pujian.
Dalam ungkapan keseharian kita sering mendengar ucapan
seseorang: Dia tidak bodoh, akan tetapi dia seorang yang
cerdas. Ungkapan jenis ini banyak kita temukan dalam
bahasa Arab, baik dalam syiir maupun natsar.
Contoh 1, syiir karya Ibn ar-Rumi
69
,

Tidak ada cacat padanya, selain mata tidak akan


melihat orang yang serupa dengan dia.
Ungkapan pertama syiir di atas beupa peniadaan sifat
tercela pada orang yang disanjung, yang berarti pujian.
Kemudian diikuti ungkapan kedua berupa pengecualian,
yang sekilas bermaksud mencela, padahal sesungguhnya
juga menyanjung. Sehingga sanjungan yang dialamatkan
kepadanya semakin kuat
Contoh 2, (QS, al-Waqiah: 25-26)

68
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah juz 4,...58
69
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi...99


4pONEOEC OgOg -4O^
4 Og> ) 1E1g~
VUEc VUEc
mereka tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang
sia-sia dan tidak pula Perkataan yang menimbulkan
dosa, akan tetapi mereka mendengar Ucapan salam.
Ungkapan pertama pada ayat di atas berbunyi: mereka
tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang sia-sia dan
tidak pula Perkataan yang menimbulkan dosa, ini
merupakan penyangkalan sifat tercela, yang berarti memuji
surga Kemudian diikuti perangkat istitsna (kecuali) yang
sekilas seolah-seolah mencela
70
, padahal sesungguhnya itu
juga berupa pujian, sehungga ungkapan kedua bertujuan
untuk memperkuat pujian
ke dua,

71

Menetapkan sifat sanjungan terhadap sesuatu, dan
sesudahnya didatangkan perabot pengecualian yang
diikuti oleh sifat sanjungan lain


70
Karena istitsna yg jatuh sesudah manfi, berarti mutsbat, kalau
yang dinafikan (ditiadakan) sifat tercela, yang dimutsbatkan
(ditetapkan) ya sifat tercela
71
Abd al-Mutaali as-Shaidi, Bughyah al-Idlah juz 4,...58

85

Pada prindipnya badi takd al-madh bim yusybih
aldzamm jenis kedua ini adalah menetapkan sifat pujian,
kemudian diikuti oleh istitsna dan sifat pujian lainnya
Contoh 1, sabda Nabi SAW
72
,

Aku orang yang paling fasih di antara orang Arab,


hanya saja aku keturunan suku quraisy

Ungkapan Aku orang yang paling fasih di antara
orang Arab merupakan sanjungan, kemudian diikuti
ungkapan yang ada perangkat istitsna,-nya, yaitu hanya
saja aku keturunan suku quraisy yang juga berupa
sanjungan.
Contoh 2, syiir karya an-Nabighah al-Judi
73
,

Dialah pemuda yang sempurna akhlaknya, hanya saja


dia sangat dermawan, sampai tidak menyisakan
hartanya.
Ungkapan pertama berupa sanjungan, yaitu Dialah
pemuda yang sempurna akhlaknya, kemudian diikuti
ungkapan yang disertai perangkat istitsna (pengecualian)
yang juga berupa sanjungan, yaitu hanya saja dia sangat
dermawan, sampai tidak menyisakan hartanya.

72
(Bughyah al-Idlah juz 4,.. 58).(Syuruh at-Talkhiish Juz 4...390)
73
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi...94


Intinya, badi takd al-Madh bim yushbih al-
Dzammm merupakan salah satu bentuk dari muhassint
manawiyyah yang bertujuan untuk memuji (memberikan
pujian). Model pujian dengan cara ini merupakan salah satu
dari beberapa bentuk pengungkapan yang memiliki nilai
balghah yang sangat tinggi.
31) Ta'kd al-dzamm bim yusybih al-madh










B. Al-Muhassinat Al- Lafdziyyah Al-Muhassinat al-
lafdziyyah adalah gaya bahasa yang menjadikan kata-kata
lebih indah dan enak untuk didengar dari segi lafadz atau
artikulasi bunyinya. Misalkan gaya bahasa saja, iqtibas dan
jinas

87

Anda mungkin juga menyukai