Anda di halaman 1dari 33

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Percobaan Kelompok Nama 1. 2. 3. 4. 5.

: POTENSIAL SEL : VI A

: Aristania Nila Wagiswari Revani Nuriawati M. Fikri Dzulkarnain Rimosan Rio Sanjaya Nur Annisa Oktaviana

NRP. NRP. NRP. NRP. NRP.

2313 030 005 2313 030 019 2313 030 037 2313 030 065 2313 030 089

Tanggal Percobaan Tanggal Penyerahan Dosen Pembimbing Asisten Laboratorium

: 11 November 2013 : 4 November 2013 : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T. : Dhaniar Rulandri W.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

ABSTRAK
Tujuan praktikum potensial sel ini adalah untuk mengetahui dan mengukur besar potensial sel pada sel elektrokimia. Metode percobaan potensial sel yang pertama adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dilanjutkan dengan membuat larutan ZnSO4 dan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,5 N; 0,4 N; 0,3 N; 0,2 N; 0,1 N. Setelah itu menuangkan larutan yang telah dibuat ke dalam beaker glass, lalu lempeng Cu (Tembaga) dan Zn (seng) yang telah disiapkan sebelumnya diikat dengan benang. Kemudian lempeng-lempeng tersebut diletakkan pada beaker glass yang sudah berisi larutan ZnSO4 dan larutan CuSO4 sebesar 100 ml. Menyiapkan jembatan garam dan meletakkan pada kedua larutan. Membasahi semua permukaan jembatan garam dengan larutan tersebut. Lalu kabel dari voltmeter ditempelkan pada lempeng Cu dan Zn tersebut. Setelah kabel voltmeter tersebut ditempelkan, maka akan muncul angka/skala voltage dari lempeng tersebut pada keadaan konstan. Setelah angkanya muncul lalu dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel percobaan. Lalu ulangi percobaan pada masing-masing larutan sebanyak tiga kali. Setelah itu hitung rata-ratanya dan masukkan ke dalam tabel perhitungan. Dari percobaan potensial ini didapatkan hasil harga potensial sel dari masing-masing konsentrasi larutan. Pada konsentrasi 0,5 N; rata-rata harga potensial sel sebesar 0,116 V. Pada konsentrasi 0,4 N; rata-rata harga potensial sel sebesar 0,10 V. Untuk konsentrasi 0,3 N; rata-rata harga potensial sel sebesar 0,07 V. Untuk konsentrasi 0,2 N; rata-rata harga potensial sel sebesar 0,063 V. Sedangkan untuk konsentrasi 0,1 N; rata-rata harga potensial sel sebesar 0,036 V. Dari hasil percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi mempengaruhi besarnya harga potensial sel. Besarnya konsentrasi sebanding dengan harga potensial sel, artinya semakin besar konsentrasi harga potensial juga semakin besar.

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Sel Volta ................................................................................................. II-1 Gambar III.2 Gambar alat praktikum............................................................................. III-4

iii

DAFTAR ISI
ABSTRAKS ................................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iii DAFTAR TABEL........................................................................................................... iv DAFTAR GRAFIK......................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang.................................................................................................. I-1 I.2 Rumusan Masalah............................................................................................. I-2 I.3 Tujuan Percobaan ............................................................................................. I-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori...................................................................................................... II-1 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 VariabelPercobaan ......................................................................................... III-1 III.2 Bahan yang Digunakan................................................................................... III-1 III.3 Alat yang Digunakan...................................................................................... III-1 III.4 Prosedur Percobaan ........................................................................................ III-2 III.5 Diagram AlirPercobaan .................................................................................. III-3 III.6 Gambar Alat Percobaan.................................................................................. III-4 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan ............................................................................................. IV-1 IV.2 Pembahasan ................................................................................................... IV-2 BAB V KESIMPULAN .................................................................................................. V-1 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... vi DAFTAR NOTASI ......................................................................................................... vii APPENDIKS .................................................................................................................. viii LAMPIRAN Laporan Sementara Fotokopi Literatur Lembar Revisi

ii

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1. Hasil Percobaan Potensial Sel ............................................................................ IV-1

iv

DAFTAR GRAFIK

Grafik IV.1 Grafik Perbandingan Konsentrasi dan Volt ...................................................... IV-3

BAB 1 PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kelarutan, dimana kita tahu kelarutan itu proses terlarutnya suatu zat dalam suatu pelarut, contohnya seperti garam ( zat terlarut ) yang dilarutkan dalam suatu air (pelarut) yang bercampur menjadi larutan garam ( larutan).Kelarutan merupakan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut atau (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan jenuh bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh, dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan.Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat kita lihat pada kehidupan sehari-hari yaitu kelarutan gula dalam air. Gula yang dilarutkan ke dalam air panas, dan dilarutkan ke dalam air dingin, maka gula yang akan lebih cepat larut pada air panas karena semakin besar suhu semakin besar pula kelarutannya. Berdasarkan prinsipnya, kelarutan sebagai fungsi suhu didasari oleh pergeseran kesetimbangan antara zat yang beraksi dengan hasilnya. Dimana bila suhu dinaikkan maka kelarutan akan bertambah dan kesetimbangan akan bergeser. Tetapi bila suhu diturunkan maka kelarutan akan semakin kecil dan disertai oleh pergeseran kesetimbangan. Aplikasi kelarutan dalam dunia industri adalah pada pembuatan reaktor kimia pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan integral, selain itu dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan granul-granul pada industri baja. Dalam percobaan ini, akan dilakukan percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu pada asam oksalat dengan menggunakan suhu yang bervariasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu pada penentuan kelarutan.

I-1

I-2 Bab I Pendahuluan

I.3 Tujuan Percobaan Mengukur potensial ial sel darilarutanzinksulfat (ZnSO4)dantembagasulfat (CuSO4)

dengannormalitas(0,69N;0,61N;0.51N;0,48N;0,42N;0,38N;0,32N;0,26;0,22N;0,15N;0,11N ;0,61N;0.51N;0,48N;0,42N;0,38N;0,32N;0,26;0,22N;0,15N;0,11N ;0,61N;0.51N;0,48N;0,42N;0,38N;0,32N;0,26;0,22N;0,15N;0,11N)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Dasar Teori Sel Galvani atau disebut juga dengan sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. Reaksi redoks spontan yang dapat mengakibatkan terjadinya energi listrik ini ditemukan oleh Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe Volta (wikipedia, 2013).

II.1.1 Pengertian Sel Volta

Gambar II.1 Susunan Sel Volta Notasi sel : Cu2+ / Cu // Zn/ Zn2+ Logam Cu mempunyai potensial reduksi yang lebih positif dibanding logam Zn , sehingga logam Zn bertindak sebagai anoda dan logam Cu bertindak sebagai katoda (ahmadi, 2008). Proses pembentukan energi listrik dari reaksi redoks dalam sel volta. Logam Zn akan teroksidasi membentuk ion Zn2+ dan melepaskan 2 elektron. Kedua elektron ini akan mengalir melewati voltmeter menuju elektrode Cu. Kelebihan elektron pada elektrode Cu akan diterima oleh ion Cu2+ yang disediakan oleh larutan Cu(NO3)2 sehingga terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu(s). Ketika reaksi berlangsung, dalam larutan Zn(NO3)2 akan kelebihan ion Zn2+ (hasil oksidasi). Demikian juga dalam larutan CuSO4 akan kelebihan ion NO3 sebab ion pasangannya (Cu2+) berubah menjadi logam Cu yang terendapkan pada elektrode Cu. Kelebihan ion Zn2+ akan dinetralkan oleh ion NO3 dari jembatan garam, demikian juga kelebihan ion NOZ3 akan dinetralkan oleh ion Na+ dari jembatan garam. Jadi, jembatan garam berfungsi menetralkan kelebihan ion-ion hasil reaksi redoks (agus, 2012).

II-1

II-2 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA Dengan demikian, tanpa jembatan garam reaksi berlangsung hanya sesaat sebab kelebihan ion-ion ion hasil reaksi red redoks oks tidak ada yang menetralkan dan akhirnya reaksi berhenti seketika. Dalam sel elektrokimia, tempat terjadinya reaksi oksidasi (elektrode Zn) dinamakan anode, , sedangkan tempat terjadinya reaksi reduksi (elektrode Cu) dinamakan katode. Alessandro Volta melakukan eksperimen dan berhasil menyusun deret keaktifan logam atau deret potensial logam yang dikenal dengan deret Volta (agus, 2012). Li KBaCaNaMgAlNuZnCr

FeCdCoNiSn(H)CuAgHgPtAu Semakin ke kiri suatu unsur dalam deret Volta, sifat reduktornya semakin kuat. Artinya, suatu unsur akan mampu mereduksi ion-ion ion ion unsur di sebelah kanannya, tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion ion dari unsur di sebelah kirinya. Logam Na, Mg, dan Al terletak di sebelah kiri H sehingga logam tersebut dapat mereduksi ion H+ untuk menghasilkan gas H2, sedangkan logam Cu dan Ag terletak di sebelah kanan H sehingga tidak dapat mereduksi ion H+(tidak bereaksi dengan asam). Deret Volta juga dapat menjelaskan reaksi logam dengan logam lain. Misalnya, logam Zn dimasukkan ke dalam larutan CuSO4. Reaksi yang terjadi adalah Zn mereduksi Cu2+ (berasal dari CuSO4) dan menghasilkan endapan logam Cu karena Zn terletak di sebelah kiri Cu (agus, 2012). Zn(s)+CuSO4(aq)ZnSO4(aq)+Cu(s) Zn(s) + Cu2+(aq) atau Zn2+(aq) + Cu(s)

II.1.2 Elektrokimia dan Elektrolisis Elektrokimia adalah kajian reaksi redoks yang dilaksanakan sedemikian sehingga di dalam sistem stem itu dapat ditentukan potensial listrik yang dapat diukur. Di dalam sebuah sel volta sebuah reaksi redoks spontan membangkitkan arus listrik yang mengalir lewat rangkaian luar. Semua sel elektrokimia harus mempunyai rangkaian dalam, ion dapat mengalir dalam bentuk ionnya berdifusi. berdifusi. Beberapa tipe sel tertentu menggunakan jembatan garam unuk maksud tertentu. Dalam masing masing-masing sel oksidasi berlangsung pada anoda dan reduksi berlangsung pada katoda (Keenan,1992 (Keenan,1992). Laboratorium Kimia Fisika

II-3 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA Elektrokimia adalah salah satu dari cabang ilmu kimia yang mengkaji tentang perubahan bentuk energi listrik menjadi energi kimia dan sebaliknya. Proses elektrokimia melibatkan reaksi redoks. . Proses transfer elektron akan menghasilkan sejumlah energi listrik. Aplikasi elektrokimia dapat diterapkan dalam dua jenis sel, yaitu sel volta dan sel elektrolisis. elektrolisis. Ada dua metode untuk menyetarakan persamaan redoks. Salah satu metode disebut metode perubahan bilangan oksidasi (PBO) (PBO), yang berdasarkan pada perubahan bilangan oksidasi oksidasi yang terjadi selama reaksi. Metode lain, disebut metode setengah reaksi (metode ion-elektron). ion . Metode ini melibatkan dua buah reaksi paruh, yang kemudian digabungkan menjadi reaksi redoks keseluruhan. (anonim, 2009) Sel elektrokimia dibagi menjadi dua yaitu: 1. Sel kimia a. b. a. b. Tidak dengan pemindahan Dengan pemindahan Tidak dengan pemindahan Dengan pemindahan (Maron Lando, 1974) Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari. sehari Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi i listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Air (H2O), dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur unsur unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut beri : 2 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. . Yang membedakan sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis komponen voltmeter diganti dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan

2. Sel konsentrasi

Laboratorium Kimia Fisika

II-4 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA maupun lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina Platina (Pt), dan Emas (Au). Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan larutan. Pada proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di anoda. (anonim, 2011) Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) danelektrolisis larutan. Pada proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di anoda. Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal dengan istilah sel Downs) : Katoda (-) Anoda (+) Reaksi sel : 2 Na+(l) + 2 e- > 2 Na(s) .. (1) : 2 Cl-(l) Cl Cl2(g) + 2 e- .. (2) : 2 Na+(l) + 2 Cl-(l) > 2 Na(s) + Cl2(g) .. [(1) + (2)]

Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda dan gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya jika lelehan garam NaCl diganti dengan larutan garam NaCl? Apakah proses yang terjadi masih sama? Untuk tuk mempelajari reaksi elektrolisis larutan garam NaCl, kita mengingat kembali Deret Volta (lihat Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta). Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na+. Berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, ksi, air memiliki Eredyang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini berarti, air lebih mudahtereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di katoda adalah air. Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai Ered ion Cl- dan air hampir sama. Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), maka oksidasi ion Cl- lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di anoda adalah ion Cl-. . Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada elektrolisis lektrolisis larutan garam NaCl adalah sebagai berikut : Katoda (-) Anoda (+) Reaksi sel : 2 H2O(l) + 2 e- > H2(g) + 2 OH-(aq).. (aq).. (1) : 2 Cl-(aq) Cl > Cl2(g) + 2 e- .. (2) : 2 H2O(l) + 2 Cl-(aq) > H2(g) + Cl2(g) + 2 OH-

(aq) . [(1) + (2)] Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH- (basa) di katoda serta gelembung gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH OH- pada katoda dapat dibuktikan dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda Laboratorium Kimia Fisika

II-5 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA setelah diberi sejumlah indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis lelehan umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan. Selanjutnya kita mencoba mempelajari elektrolisis larutan l Na2SO4. Pada katoda, terjadi persaingan antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai Ered, maka air yang akan tereduksi di katoda. Di lain sisi, terjadi persaingan antara ion SO42 SO42- dengan air dianoda. Oleh karena bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai keadaan maksimumnya, yaitu +6, maka spesi SO42-tidak SO42 tidak dapat mengalami oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akanteroksidasi di anoda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : Katoda (-) Anoda (+) Reaksi sel : 4 H2O(l) + 4 e- > 2 H2(g) + 4 OH-(aq) (aq).. (1) : 2 H2O(l) > O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-.. .. (2) : 6 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) + 4 H+(aq) + 4 OH-

(aq) .. [(1) + (2)] 6 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) + 4 H2O(l) . [(1) + (2) (2)] 2 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) . . [(1) + (2)] Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, , tidak bereaksi. Yang terjadi justru adalah peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur unsur unsur pembentuknya. Hal yang serupa juga ditemukan pada proses elektrolisis elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4. Bagaimana halnya jika elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan elektroda yang tidak inert, seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak inert hanya dapat bereaksi dianoda, sehingga produk yang dihasilkan di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab logam yang tidak inert mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak mempengaruhi produk yang dihasilkan di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah proses elektrolisis larutan garam NaCl dengan menggunakan menggunakan elektroda Cu : Katoda (-) (1) Anoda (+) Reaksi sel : Cu(s) > Cu2+(aq) + 2 e-.. .. (2) : Cu(s) + 2 H2O(l) > Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH: 2 H2O(l) + 2 e- > H2(g) + 2 OH-(aq).. (aq)..

(aq) .. .. [(1) + (2)] (andy, 2009)

Laboratorium Kimia Fisika

II-6 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA II.1.3 Reaksi Oksidasi Reduksi Reaksi oksidasi dan reduksi sering diistilahkan dengan reaksi redoks, hal ini dikarenakan kedua peristiwa tersebut berlangsung secara simultan. Oksidasi merupakan perubahan dari sebuah atom atau kelompok atom (gugus) melepaskan elektron, bersamaan itu pula atom atau kelompok atom akan mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Demikian pula sebaliknya reduksi adalah perubahan dari sebuah atom atau kelompok atom menerima atau menangkap elektron (anonim, 2012). 2012) II.1.3.1Oksidasi Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer oksigen Dalam hal transfer oksigen, Oksidasi berarti mendapat oksigen, sedang reduksi adalah kehilangan oksigen. Sebagai contoh, reaksi dalam ekstraksi besi dari biji besi:

Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, reaksi diatas disebut reaksi redoks. Zat pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain. Pada contoh reaksi diatas, besi(III)oksida merupakan ok oksidator. sidator. Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat lain. Dari reaksi diatas, yang merupakan reduktor adalah karbon monoksida. Jadi dapat disimpulkan: Oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat lain, Reduktor adalah yang mengambil oksigen oksi dari zat lain II.1.3.2Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hydrogen Definisi oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hydrogen ini sudah lama dan kini tidak banyak digunakan. Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti mendapat hidrogen. Perhatikan bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari definisi pada transfer oksigen. Sebagai contoh, etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:

Laboratorium Kimia Fisika

II-7 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA Untuk memindahkan atau mengeluarkan hidrogen dari etanol diperlukan zat p pengoksidasi (oksidator). Oksidator yang ang umum digunakan adalah larutan larutan kalium dikromat(IV) yang diasamkan amkan dengan asam sulfat encer. Etanal juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan menambahkan hidrogen. Reduktor yang bisa digunakan untuk reaksi reduksi ini adalah natrium tetrahidroborat, rat, NaBH4. Secara sederhana, reaksi tersebut dapat dap digambarkan sebagai berikut:

Zat pengoksidasi (oksidator) memberi oksigen kepada zat lain, atau memindahkan memindahkan hidrogen dari zat lain. Sedangkan zat at pereduksi (reduktor) memindahkan oksigen dari zat lai lain, atau memberi hidrogen kepada zat lain (anonim, 2013) II.1.3.2Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer electron Oksidasi berarti kehilangan elektron, dan reduksi berarti mendapat elektron. Definisi ini sangat penting untuk diingat. Ada cara yang mudah untuk membantu anda mengingat definisi ini. Dalam hal transfer elektron: elektron Contoh sederhana reaksi redoks dalam hal transfer elektron: Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat ion. Sedang dalam bentuk logamnya a tidak bersifat ion. Jika reaksi ini ditulis ulang g sebagai persamaan reaksi ion, ternyata ion oksida merupakan ion spektator (ion penonton). (anonim, 2013)

Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor). Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan elektron dari magnesium untuk menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator) (anonim, 2013).

Laboratorium Kimia Fisika

II-8 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA II.1.4 Potensial Sel Potensial sel adalah gaya aya yang dibutuhkan untuk mendorong elektron melalui sirkuit eksternal. Potensial sel dihasilkan dari sel Galvani Galvani. Potensial sel tergantung pada suhu, konsentrasi ion dan tekanan parsial gas dalam sel. sel dihitung dengan menggunakan potensial potensialpotensial standar zat-zat zat yang mengalami redoks (anonim, 2012). Oleh karena potensial oksidasi merupakan kebalikan dari potensial reduksinya maka data potensial elektrode suatu logam tidak perlu diketahui dua-duanya, dua duanya, melainkan salah satu saja. Misalnya, data potensial reduksi atau data potensial oksidasi. Menurut perja perjanjian IUPAC, potensial elektrode yang dijadikan sebagai standar adalah potensial reduksi. Dengan demikian, semua data potensial elektrode standar dinyatakan dalam bentuk potensial reduksi standar. Potensial reduksi standar adalah potensial reduksi yang diukur diukur pada keadaan standar, yaitu konsentrasi larutan M (sistem larutan) atau tekanan atm (sel yang melibatkan gas) dan suhu o . Untuk mengukur potensial reduksi standar tidak mungkin hanya setengah sel (sel tunggal) sebab tidak terjadi reaksi redoks. Oleh sebab sebab itu, perlu dihubungkan dengan setengah sel oksidasi. Nilai GGL sel yang terukur dengan voltmeter merupakan selisih kedua potensial sel yang dihubungkan (bukan nilai mutlak). (anonim, 2012) Oleh karena nilai GGL sel bukan nilai mutlak maka nilai potensial salah satu sel tidak diketahui secara pasti. Jika salah satu elektrode dibuat tetap dan elektrode yang lain diubah diubahubah, potensial sel yang dihasilkan akan berbeda. Jadi, potensial sel suatu elektrode tidak akan diketahui secara pasti, yang dapat ditentukan hanya nilai relatif potensial sel suatu elektrode. Oleh karena itu, untuk menentukan potensial reduksi standar diperlukan potensial elektrode rujukan sebagai acuan. Dalam hal ini, IUPAC telah menetapkan elektrode standar sebagai rujukan ukan adalah elektrode hidrogen (anonim, 2012) Elektrode hidrogen pada keadaan standar, E, ditetapkan pada konsentrasi H+ 1 M dengan tekanan gas H2 1 atm pada 25C. Nilai potensial elektrode standar ini ditetapkan sama s dengan nol volt atau Eo H+ H2 = 0,00 V. Potensial elektrode standar yang lain diukur dengan cara dirangkaikan dengan potensial elektrode hidrogen pada keadaan standar, kemudian GGL selnya diukur. Oleh karena potensial elektrode hidrogen pada keadaan standar standar ditetapkan sama dengan nol, potensial yang terukur oleh voltmeter dinyatakan sebagai potensial sel pasangannya. E0 sel = E0 red E0oks

Laboratorium Kimia Fisika

II-9 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA E0oks = potensial standar zat yang mengalami oksidasi E0red = potensial standar zat yang mengalami reduksi. (anonim, 2012) II.1.5 Jembatan Garam Jembatan garam biasanya berupa tabung berbentuk U yang diisi dengan agar agaragar yang dijenuhkan dengan KCl. Jembatan garam berfungsi untuk menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan. Karena konsentrasi larutan elektrolit pada jembatan garam lebih tinggi daripada konsentrasi elektrolit di kedua bagian elektroda, maka ion negatif dari jembatan garam masuk ke salah satu setengah sel yang kelebihan muatan positif dan ion positif dari jembatan jembatan garam berdifusi ke bagian lain yang kelebihan muatan negatif. Dengan adanya jembatan garam terjadi aliran electron yang kontinu melalui kawat pada rangkaian luar dan aliran ion-ion ion ion melalui larutan sebagai akibat dari reaksi redoks yang spontan yang terjadi ter pada kedua elektroda. Jika kedua elektrolit pada sel dipisahkan sama sekali tanpa adanya jembatan garam, maka dapat dilihat bahwa aliran electron akan segera berhenti. Hal ini terjadi karena pada kedua elektroda terjadi ketidaknetralan listrik, di satu sat bagian kelebihan muatan positif dan di bagian lain kelebihan muatan negatif. Dengan adanya jembatan garam dapat terjadi penetralan muatan listrik di setiap elektroda melalui difusi ion-ion, ion ion, akan tetapi kedua larutan elektroda tetap dapat dijaga untuk tidak tidak saling bercampur secara bebas, sebab kalau dibiarkan bercampur maka ion-ion ion Cu2+ akan bereaksi langsung dengan elektroda Zn, dan electron tidak akan mengalir melalui kawat pada rangkaian luar. Penggunaan agar-agar agar agar mempunyai keuntungan, diantaranya men menjaga agar larutan elektrolit di satu bagian elektroda tidak mengalir ke bagian elektroda lainnya saat permukaan kedua larutan elektrolit di kedua elektrolit berbeda. Adanya jembatan garam menyebabkan adanya pertemuan cairan elektrolit. Hal ini menyebabkan munculnya potensial perbatasan di kedua cairan, tapi potensial cairan cairan-perbatasan (Ej) antara larutan KCl (pekat dalam agar-agar) agar agar) dengan larutan encer pada setengah sel sangat kecil. Hal ini terjadi karena larutan KCl yang digunakan pekat sehingga potensial al perbatasan terutama ditentukan oleh ion-ion ion ion dari larutan tersebut, sementara ion-ion ion dari larutan encer memberikan kontribusi yang dapat diabaikan terhadap potensial perbatasan. Karena mobilitas ion K+ dan Cl- dalam air hampir sama, maka ion-ion ini berdifusi rdifusi keluar dari jembatan garam ke dalam larutan encer pada Laboratorium Kimia Fisika

II-10 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA kecepatan yang hampir sama dan oleh karena itu potensial perbatasannya juga sangat kecil. Pertemuan cairan perbatasan dengan adanya jembatan garam ada dua pertemuan yakni antara KCl jenuh dengan dengan kedua larutan encer dari setiap bagian elektroda. Hal ini akan semakin memperkecil potensial perbatasan nettonya karena adanya pengurangan sebagai akibat dari arahnya yang saling sali berlawanan (Hartinawati, 2012). II.1.6 Macam-macam Elektroda Elektroda dalam sel elektrokimia dapat disebut sebagai anode atau katoda, kata-kata kata yang juga diciptakan oleh Faraday. Anode ini didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron datang dari sel elektrokimia dan oksidasi terjadi, dan katoda didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron memasuki sel elektrokimia dan reduksi terjadi. Setiap elektroda dapat menjadi sebuah anode atau katoda tergantung dari tegangan listrik yang diberikan ke sel elektrokimia tersebut. Elektroda bipolar adalah elektroda yang berfungsi sebagai anode dari sebuah sel elektrokimia dan katoda bagi sel elektrokimia lainnya (wikipedia, 2013) Elektroda dibagi menjadi: a. Logam-ion logam Elektroda ini terdiri atas logam yang setimbang dengan ion logamnya, seperti Zn, Cu, Cd, Na dan sebagainya. b. Amalgama Hampir sama dengan elektroda logam-ion ion logam tetapi dipakai Contohnya elektroda Pb(Hg) dalam larutan Pb2+ c. Non metal-non gas Elektroda ini disusun dengan menempatkan zat yang bersangkutan dalam tabung, kemudian di atasnya diberi larutan ion yang bersangkutan. Hubungan dengan air dapat dilakukan dengan logam inert seperti Pt. d. Gas Elektroda gas terdiri atas gas yang dimasukkan bergelembung bergelembung ke dalam larutan yang berisi ion dan setimbang dengannya. Sebagai hubungan luar biasanya dipakai Pt dilapisi Pt hitam. amalgama. Sifatnya lebih aktif dan aktivitas logamnya lebih rendah sebab diencerkan Hg.

Laboratorium Kimia Fisika

II-11 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA e. Logam-garam garam tidak larut Dalam hal ini termasuk: 1. 2. 3. 4. f. g. Elektroda kalomel Elektroda perak-perak perak klorida Elektroda timbal-timbal timbal sulfat Elektroda perak-perak perak bromida

Elektroda ini setimbang dengan ion-ion ion ion sisa asam dari garam yang bersangkutan. Logam-oksida oksida tidak larut Oksidasi-oksidasi Elektroda ini setimbang dengan ion OH- dalam larutan. Elektroda ini terdiri atas logam Pt yang dimasukk dimasukkan an dalam larutan yang terbentuk oksidasi dan reduksinya (Sukardjo,2002). II.1.7 Potensial Elektrode dan GGL Sel Dalam sel elektrokimia, untuk mendorong elektron mengalir melalui rangkaian luar dan menggerakkan ion-ion ion di dalam larutan menuju elektrode diperlukan suatu usaha. Usaha atau kerja yang diperlukan ini dinamakan aya erak istrik, disingkat GGL. a. Makna GGL Sel Kerja yang diperlukan untuk menggerakkan muatan listrik (GGL) di dalam sel bergantung pada perbedaan potensial di antara kedua elektrode. Beda potensial ini disebabkan adanya perbedaan kereaktifan logam di antara kedua elektrode. Nilai GGL sel merupakan gabungan dari potensial anode (potensial oksidasi) dan potensial katode (potensial reduksi). Dalam bentuk persamaan ditulis sebagai berikut. GGL (Esel) = potensial reduksi reduksi + potensial oksidasi Potensial reduksi adalah ukuran kemampuan suatu oksidator (zat pengoksidasi = zat tereduksi) untuk menangkap elektron dalam setengah reaksi reduksi. Potensial oksidasi kebalikan dari potensial reduksi dalam reaksi sel elektrokimia elektroki yang sama. Potensial oksidasi = Potensial reduksi Tinjaulah setengah reaksi sel pada elektrode Zn dalam larutan ZnSO4.

Reaksi setengah selnya sebagai berikut. Zn(s) Zn2+(aq) + 2e Laboratorium Kimia Fisika

II-12 BAB II I TINJAUAN PUSTAKA Jika EZn adalah potensial elektrode untuk setengah reaksi oksidasi,+EZn +EZn adalah potensial untuk tuk setengah sel reduksinya: Potensial oksidasi:Zn(s)Zn2+(aq)+2eEZn=EznV Potensial reduksi: Zn2+(aq) + 2e Zn(s) EZn = EZnV Sel elektrokimia yang terdiri atas elektrode Zn dan Cu dengan reaksi rea setengah sel masing-masing: Cu2+(aq)+ (aq) 2e Cu(s) ECu = EcuV Zn2+(aq) + 2e Zn(s) EZn = E EznV Nilai GGL sel elektrokimia tersebut adalah : Esel = ECu + (EZn) EZn) = ECu EZn Dengan demikian, nilai GGL sel sama dengan perbedaan potensial kedua elektrode. Oleh karena reaksi reduksi terjadi pada katode dan reaksi oksidasi terjadi pada anode maka nilai GGL sel dapat dinyatakan sebagai perbedaan potensial berikut. Esel = EReduksi EOksidasi atau Esel = EKatode EAnode Nilai potensial elektrode tidak bergantung pada jumlah zat yang terlibat dalam reaksi. Berapapun jumlah mol zat yang direaksikan, nilai potensial selnya tetap. Contoh: Cu2+(a ) + 2e Cu(s) ECu = ECu V 2Cu2+(a ) + 4e 2Cu(s) ECu = ECu V

Laboratorium Kimia Fisika

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


III.1 Variabel Percobaan 1. Variabel Bebas - ZnSO4 - CuSO4 : (0,69N ; 0,61 N ; 0.51 N ; 0,48 N;0,42 N;0,38 N;0,32

N;0,26;0,22N;0,15N;0,11N)
:

(0,69N ; 0,61 N ; 0.51 N ; 0,48 N;0,42 N;0,38 N;0,32

N;0,26;0,22N;0,15N;0,11N) 2 Variabel Terikat - Besarnya voltase 3 Variabel Kontrol - Volume masing-masing larutan 250 mL III.2 Alat yang digunakan 1 Beaker glass 2 Erlenmeyer 3 Pipet tetes 4 Labu ukur 5 Gelas ukur 6 Batang pengaduk 7 Corong 8 Kaca Arloji 9 Voltmeter 10 Selang 11 Benang 12 Timbangan elektrik

III.3

Bahan yang digunakan 1 Aquades 2 Larutan CuSO4 3 Lempeng logam Cu 4 Larutan ZnSO4 5 Lempeng logam Zn

III-1

III-2 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.4

Prosedur Percobaan 1. 2. 3. Menghitung berat CuSO4 dan ZnSO4 sesuai variabel yang telah ditentukan Menimbang padatan CuSO4 dan ZnSO4 Melarutkan padatan CuSO4 dan ZnSO4 dengan aquades 500 mL pada labu ukur 4. Mengencerkan larutan CuSO4 dan ZnSO4 (0,69N ; 0,61 N ; 0.51 N ; 0,48 N;0,42 N;0,38 N;0,32 N;0,26;0,22N;0,15N;0,11N) 5. Mengisi beaker glass yang berisi lempengan logam tembaga dengan larutan CuSO4 dengan konsentrasi pertama 0,69 N 6. Mengisi beaker glass lain yang berisi logam sampel dengan larutan garam sejenis ZnSO4 dengan konsentrasi pertama 0,69N. 7. 8. Menghubungkan kedua beaker glass dengan jembatan garam. Menghubungkan kutub negatif voltmeter pada elektroda tembaga dan kutub positif pada elektroda sampel. 9. 10. Mengamati voltase yang terjadi hingga keadaan konstan dan mencatatnya. Mengulangi percobaan sebanyak 2x dengan konsentrasi larutan berikutnya hingga selesai.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-3 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.5

Diagram Alir

START
Menghitung berat CuSO4 dan ZnSO4 sesuai variabel yang telah ditentukan

Menimbang padatan CuSO4 dan ZnSO4

Melarutkan padatan CuSO4 dan ZnSO4 dengan aquades 500 mL pada labu ukur

Mengencerkan larutan CuSO4 dan ZnSO4 (0,69N;0,61N;0.51N;0,48N;0,42N;0,38N;0,32N;0,26;0,22N;0,15N;0,11N)

Mengisi beaker glass yang berisi lempengan logam tembaga dengan larutan CuSO4 dengan konsentrasi pertama 0,69 N

Mengisi beaker glass lain yang berisi logam sampel dengan larutan garam sejenis ZnSO4 dengan konsentrasi pertama 0,69N.

Menghubungkan kedua beaker glass dengan jembatan garam.

Menghubungkan kutub negatif voltmeter pada elektroda tembaga dan kutub positif pada elektroda sampel. Mengamati voltase yang terjadi hingga keadaan konstan dan mencatatnya.

Mengulangi percobaan sebanyak 2x dengan konsentrasi larutan berikutnya hingga selesai.

FINISH

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-4 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.6

Gambar Alat percobaan Gambar III.1 Gambar alat praktikum

Beaker glass

Erlenmeyer

Labu ukur

Gelas ukur

Corong

Kaca arloji

Pipet tetes

Batang Pengaduk

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-5 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Voltmeter

Benang

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil Percobaan Tabel IV.1 Hasil Percobaan Potensial Sel Konsentrasi CuSO4 (N) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Konsentrasi ZnSO4 (N) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Volt 1 Volt (V) Volt 2 Volt 3 Volt rata-rata 1 2 3 4 5 0,03 0,06 0,08 0,09 0,11 0,04 0,06 0,07 0,11 0,12 0,04 0,07 0,08 0,10 0,12 0,036 0,063 0,076 0,10 0,116

No.

IV.2

Pembahasan Pada percobaan potensial sel ini, yang pertama kami lakukan adalah membuat larutan

yang telah ditentukan normalitasnya, yaitu membuat larutan 0,1 N , 0,2 N, 0,3 N, 0,4 N, dan 0,5 N untuk larutan yang akan digunakan dalam gelas beker. Dan kami juga membuat larutan ZnSO4 0,1 N , 0,2 N, 0,3 N, 0,4 N, dan 0,5 N. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan massa ZnSO4 0,5 N sebesar 20,175 gram dan dilarutkan dalam 500 ml air. Kemudian, untuk ZnSO4 0,4 N; 0,3 N; 0,2 N; dan 0,1 N menggunakan metode pengenceran dari ZnSO4 0,5 N sebanyak 500 ml masing-masing berturut-turut sebanyak 80 ml; 60 ml; 40 ml; 20 ml masingmasing dalam 100 ml air. Cara yang sama pada pembuatan larutan CuSO4 0,5 N dengan massa 20,175 dalam 500 ml air dan pengenceran untuk CuSO4 0,4 N; 0,3 N; 0,2 N; 0,1 N, masing-masing berturut-turut sebanyak 80 ml; 60 ml; 40 ml; 20 ml, masing-masing dalam 100 ml air. Volume pengenceran sama dengan ZnSO4 karena konsentrasinya sama. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan jembatan garam, yaitu garam yang tidak encer atau dalam bentuk larutan dimasukkan ke dalam selang yang telah tersedia. Setelah membuat larutan CuSO4 dan ZnSO4 dan membuat jembatan garam dengan panjang selang 30 cm, kemudian kami memisahkan kedua larutan tersebut kedalam dua buah beaker gelas ukuran 500 ml yang berbeda. Pada larutan CuSO4 yang telah dimasukan ke dalam gelas beaker dimasuki logam Cu dan akan dipasang kabel bermuatan positif (+) dan pada larutan ZnSO4 yang telah dimasukkan kedalam gelas ukur dimasuki logam Zn dan dipasang kabel bermuatan negatif (-).

IV-1

IV-2 BAB IV Hasil dan Pembahasan Kemudian kami mulai mengukur potensi potensial al sel dengan menggunakan volt voltmeter yang telah disediakan. Percobaan tersebut dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan volt rata-rata. rata. Untuk mendapat volt rata-rata, rata, kami juga mengencerkan larutan yang telah dibuat untuk juga mengetahui potensial yang ada. Maka kami dapatkan volt rata-rata. rata rata. Dari tabel hasil percobaan di atas, untuk CuSO4 dan ZnSO4 0,1 N didapatkan volt rata-rata rata 0,036 V, untuk konsentrasi CuSO4 dan ZnSO4 0,2 N didapatkan volt rata-rata 0,063 V, CuSO4 dan ZnSO4 0,3 N didapatkan volt rata-rata rata 0,076 V, CuSO4 dan ZnSO4 0,4 N didapatkan volt rata-rata rata 0,10 V, CuSO4 dan ZnSO4 0,5 N didapatkan volt rata rata-rata 0,116 V. listrik karena tidak ada alira aliran elektron. Ion-ion Cu2+ datang ke permukaan logam zink, mengambil 2 elektron, lalu mengendap. Dalam sel volta, reduktor dan oksidatornya dipisahkan sehingga pemindahan elektron tidak terjadi secara langsung tetapi melalui kawat penghatar. Pada rangkaian percobaan ercobaan kami, logam zink dicelupkan dalam larutan yang mengandung ion Zn2+ (larutan garam zink) sementara sepotong logam tembaga dicelupkan dalam larutan ion Cu2+(larutan garam tembaga (II)). Logam zink akan larut sambil melepas 2 elektron. Elektron yang dibebaskan tidak memasuki larutan tetapi tertinggal pada logam zink itu. Elektron tersebut selanjutnya akan mengalir ke logam tembaga melalui kawat penghantar. Ion Cu2+ akan mengambil elektron dari logam tembaga kemudian mengendap. Cu2+(aq) + 2e Cu(s)

Dengan demikian, rangkaian tersebut dapat menghasilkan aliran elektron (listrik). Akan tetapi bersamaan dengan melarutnya logam zink, larutran dalam beaker glass A menjadi bermuatan positif. Hal itu akan menghambat pelarutan logam zink selanjutnya. Sementara itu larutan dalam beaker glass yang lain akan bermuatan negatif seiring dengan mengendapnya ion Cu2+. Hal ini akan menahan pengendapan ion Cu2+. Jadi, aliran elektron yang disebutkan diatas s tidak akan berkelanjutan. Untuk menetralkan muatan listriknya, listriknya, kedua larutan dihubungkan dengan suatu jembatan garam yaitu larutan garam (NaCl) dalam selang. Ion Ion-ion negatrif dari jembatan garam akan bergerak ke beaker glass yang berisi ZnSO4 untuk menetralkan ralkan kelebihan ion Zn2+ sedangkan ion-ion ion positif akan bergerak ke beaker glass yang berisi larutan CuSO4 untuk menetralkan kelebihan ion SO42-. Pada kenyataannya tidak ada arus listrik yang dapat diukur tanpa kehadiran jembatan garam tersebut. Jembatan garam melengkapi rangkaian tersebut sehingga menjadi suatu rangkaian tertutup. Logam zink dan tembaga yang menjadi kutub-kutub kutub kutub listrik pada rangkaian sel volta di atas disebut elektrode. Secara definisi, elektrode adalah tempat terjadinya oksidasi disebut anode sedangkan elektrode tempat terjadinya reduksi disebut katode. Oleh karena itu oksidasi Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D-III III Teknik Kimia

IV-3 BAB IV Hasil dan Pembahasan adalah pelepasan elektron negatif, sedangkan katode merupakan kutub positif. Pada sel volta di atas anode adalah logam zink dan d katode adalah tembaga.
0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0.1

Beda Potensial (V)

0.1 0 0 0.063 0 0.036 0 0.07

0 0.116

0.2

0.3

0.4

0.5

Konsentrasi (N) Grafik IV.1 Konsentrasi CuSO4 dan ZnSO4 Dari gambar grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi yang ada pada larutan CuSO4 dan ZnSO4 maka semakin besar pula tegangan yang didapat. Potensial Zn//Cu : Zn/Zn2+//Cu2+/Cu : E0sel = E0oks (Zn) + E0red (H+) ; + 0,76 = - E0red (Zn) + 0 E0
red

(Zn) = -0.76 0.76 V (tanda negative menunjukkann bahwa Zn lebih sulit direduksi

dibandingkan dengan H2) Reaksi yang terjadi adalah : Cu2+(aq) + 2eZn2+(aq) + 2eCu2+(aq) + Zn2+(s) Cu(s) E01 = +0,34 V Zn(s) E02 = -0,76 V Cu(s) + Zn2+(aq) E0sel = +1,10 V

E02 < E01, maka di dalam system, Cu2+ akan mengalami reduksi dan Zn akan teroksidasi Namun dalam percobaan ini E0sel = +0,116 V Hal ini terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu kesalahan dalam menentukan skala voltase pada alat voltmeter sehingga hasil yang didapatkan kurang akurat.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D-III III Teknik Kimia

BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan perhitungan yang ada, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil untuk CuSO4 dan ZnSO4 0,1 N didapatkan volt rata-rata 0,036 V, untuk konsentrasi CuSO4 dan ZnSO4 0,2 N didapatkan volt rata-rata 0,063 V, CuSO4 dan ZnSO4 0,3 N didapatkan volt rata-rata 0,076 V, CuSO4 dan ZnSO4 0,4 N didapatkan volt rata-rata 0,10 V, CuSO4 dan ZnSO4 0,5 N didapatkan voltase rata-rata 0,116 V. 2. Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi yang ada pada larutan CuSO4 dan ZnSO4 maka semakin besar pula tegangan yang didapat. 3. Voltase terbesar yang didapatkan adalah 0,116 volt dengan konsentrasi CuSO4 dan ZnSO4 adalah 0,5 N. Sedangkan, voltase terkecil adalah pada saat konsentrasi CuSO4 dan ZnSO4 sebesar 0,1 N dengan voltase yang dihasilkan sebesar 0,036 volt.

V-1

DAFTAR PUSTAKA
agus, n. h. (2012, April 4). wordpress. Retrieved November 1, 2013, from

http://nurhidayatiagus.wordpress.com/2012/04/: ahmadi, i. (2008, October 30). wordpress. Retrieved November 1, 2013, from www.imamahmadi.wordpress.com/sel-volta/) andy. (2009, September 10). elektrokimia, elektrolisis. Retrieved November 28, 2013, from http://andykimia03.wordpress.com/2009/09/10/elektrokimia-ii-sel-elektrolisis/: anonim. (2009, September 9). elektrokimia. Retrieved November 1, 2013, from http://belajarsob.blogspot.com/2009/09/reaksi-redoks-dan-elektrokimia.html: anonim. (2011, September 28). sel elektrolisis. Retrieved November 1, 2013, from http://esdikimia.wordpress.com/2011/09/28/sel-elektrolisis/: anonim. (2012, October 23). redoks. Retrieved November 1, 2013, from http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/potensial-sel-reaksi-sel-dan-penentuanpotensial-reduksi/: anonim. (2013, January 2). identifikasi redoks. Retrieved November 1, 2013, from www.isekolah.org/file/h_1091248257.doc Hartinawati. (2012, 10 -). Jembatan garam. Retrieved November 10, 2013, from http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4310/sel_jembatan_garam.htm wikipedia. (2013, April 6). sel galvani. Retrieved November 1, 2013, from

http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_galvani)

vi

DAFTAR NOTASI

N0 1 2 3 4 5 6

BESARAN Normalitas Jumlah zat


Molaritas

SINGKATAN N mol M m v V

SATUAN N mol M gram mililiter Volt

Massa Volume
Tegangan Listrik

ix

APPENDIKS

ZnSO4 Mr : 161,4 e:2

CuSO4 Mr :161,4 e:2

Pengenceran o N1 x V1 = N2 x V2 0,5 x V1 = 0,4 x 100 V1 = V1 = 80 ml Jadi, 80 ml ZnSO4 + 20 ml aquades o N1 x V1 = N3 x V3

vii

0,5 x V1 = 0,3 x 100 V1 = V1 = 60 ml Jadi, 60 ml ZnSO4 + 40 ml aquades o N1 V1 = N4 V4 0,5 x V1 = 0,2 x 100 V1 = V1 = 40 ml Jadi, 40 ml ZnSO4 + 60 ml aquades o N1 V1 = N5 V5 0,5 x V1 = 0,1 x 100 V1 = V1 = 20 ml Jadi, 20 ml ZnSO4 + 80 ml aquades

viii

Anda mungkin juga menyukai