Anda di halaman 1dari 11

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembuahan adalah serangkaian proses yang berpuncak pada penyatuan gamet pria, yaitu sperma dan gamet wanita, oosit untuk membentuk zigot diploid. Setelah pembuahan 1 sel secara progresif mengalami pembelahan menjadi enam milyar sel (6x 1012), membentuk individu unik dalam waktu sekitar 38 minggu. Pembuahan pada mamalia berlangsung di dalam saluran reproduksi wanita. Kurang dari satu dalam satu juta sperma atau spermatozoa yang mencapai oosit. Sperma diletakkan di vagina selama hubungan kelamin (koitus), kemudian melakukan perjalanan jauh melalui saluran reproduksi wanita (setara dengan 100.000 kali panjanng mereka sendiri). Bahaya dan tantangan yang ditemukan selama perjalanan menuju pembuahan diperkirakan berfungsi untuk membantu memastikan bahwa sperma yang membuahi oosit benar-benar sperma sehat dan kuat. Setelah pembuahan, zigot mengalami pembelahan selagi berjalan melalui tuba uterine ke uterus tempat ia tertanam di dinding uterus (Coad, J., 2007). Memahami proses pembuahan hingga implantasi (embrio tertanam di dinding uterus) penting untuk mengikuti kejadian selama kehamilan dan mengetahui sebagian penyebab kemandulan dan kegagalan kehamilan. Dari pemahaman ini, dapat diciptakan kondisi yang memungkinkan dilakukannya pembuahan in vitro dan sebaliknya, strategi untuk mencegah pembuahan (dasar kontrasepsi) (Coad, J., 2007).

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengetahui perjalanan zigot sampai uterus dan implantasi. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat mengetahui proses fertilisasi b. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan embrio sebelum implantasi c. Mahasiswa dapat mengetahui perjalanan zigot sampai uterus d. Mahasiswa dapat mengetahui proses implantasi e. Mahasiswa dapat mengetahui peranan rahim pada saat implantasi 1

1.3 Manfaat Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca dalam hal wawasan serta berkontribusi dalam hal ilmu pengetahuan. Makalah ini dapat digunakan sebagai acuan atau referensi dalam penulisan selanjutnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fertilisasi (Pembuahan) Pembuahan terjadi di daerah ampulla tuba falopii. Bagian ini adalah bagian terluas pada saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam salran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam. Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke Rahim dan selanjutnya masuk ke dalam tuba. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba (Sadler, T.W., 2000). Fase fertilisasi mencakup fase penembusan korona radiate, fase penembusan zona pellucida serta fase fusi oosit dan membran sel sperma. Hasil utama fertilisasi adalah: 1) Pengembalian kromosom menjadi jumlah diploid lagi (46 kromosom), separuh dari ayah dan separuhnya lagi dari ibu. Zigot mengandung kombinasi kromosom baru yang berbeda dari kedua orang tuanya. 2) Penentuan jenis kelamin individu baru. Spermatozoa pembawa X akan menghasilkan satu mudigah wanita (XX) dan spermatozoa pembawa Y menghasilkan mudigah laki-laki (XY). 3) Dimulainya pembelahan. Tanpa pembelahan oosit biasanya akan berdegenerasi dalam 24 jam setelah ovulasi. (Sadler, T.W., 2000)

2.2 Perkembangan Sebelum Implantasi 2.2.1 Pembelahan Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian pembelahan mitosis II yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel yang menjadi semakin kecil setiap pembelahan ini dikenal sebagai blastomer. Sampai tingkat delapan sel, sel-selnya membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar. Setelah pembelahan ketiga, hubungan antar blastomer semakin rapat, sehingga membentuk sebuah bola sel yang padat yang disatukan oleh persambungan yang kuat. Proses ini dikenal sebagai pemadatan, memisahkan sel-sel bagian dalam yang saling berkomunikasi secara ekstensif 3

dengan gap junction, dari sel-sel bagian luar. Kira-kira 3 hari setelah pembuahan, sel-sel embrio yang termampatkan tersebut membelah lagi membentuk morula (16 sel). Sel-sel bagian dalam morula merupakan massa sel dalam yang akan membentuk jaringa-jaringan embrio yang sebenarnya, sementara massa sel luar membentuk trofoblas, yang kemudian ikut membentuk plasenta.

Tingkat dua sel

Tingkat empat sel

Morula

Gambar 2.1 Gambaran skematis perkembangan zigot sejak tingkat dua sel hingga tingkat morula lanjut. Selama masa ini blastomer dibungkus oleh zona pelusida yang akan mulai menghilang pada akhir hari ke empat (Sadler, T.W., 2000)

Gambar 2.2 Foto mikroskop elektron embrio tikus yang tersusun longgar, A dan yang padat, B. Dalam keadaan tidak mampat gambaran luar setiap blastomer terlihat nyata sedangkan setelah pemampatan kontak antar sel semakin rapat dan garis besar sel tidak nyata (Sadler, T.W., 2000)

2.2.2

Pembentukan Blastokista Saat morula mulai memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Secara berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga yang disebut blastokel. Pada masa ini, mudigah dikenal sebagai blastokista. Sel-sel di dalam massa sel dalam, embrioblas terletak pada salah satu kutub, sedangkan sel-sel di massa sel luar, trofoblas menipis dan membentuk dinding epitel untuk blastokista. Hilangnya zona pelusida menyebebabkan proses implantasi dimulai.

Gambar 2.3 A. Potongan blastokista manusia 107 sel, B. Gambaran skematik sebuah potongan blastokista manusia yang diambil dari rongga Rahim pada kira-kira 4 hari. Sel biru merupakan massa sel dalam atau embrioblas dan sel hijau merupakan trofoblas. C. Gambar skematis sebuah potongan blastokista kera Makakus pada hari kesembilan perkembangan. Sel trofoblas, yang terletak pada kutub embrional blastokista, mulai menembus selaput lendir rahim sekitar hari kelima atau keenam perkembangan (Sadler, T.W., 2000).

Ovum Pembuahan ZIGOT Morula Blastokista

Sperma

Massa sel luar (trofoblas)


Sitotrofoblas Sinsitiotrofoblas

Massa sel dalam (embrioblas)

Plasenta

Korion

Jaringan ekstraembrionik

Janin

Amnion

Tali pusat

Gambar 2.4 Jalur pembelahan sel (Coad, J., 2007)

2.3 Perjalanan Zigot Sampai di Uterus Setelah ovum mengalami fertilisasi, ovum melanjutkan perjalanannya melewati tuba uterine dan mencapai uterus 3-4 hari kemudian. Selama masa ini, terjadi pembelahan sel atau segmentasi dan ovum yang mengalami fertilisasi membelah menjadi 2 sel, lalu 4, 8, 16 dan seterusmya sampai terbentuk sekumpulan sel yang disebut morula (Fraser, D.M dan Cooper, M.A. 2009). Pada hari kedua ovum telah mencapai pembelahan 2 sel dan berkembang menjadi 4 sel pada hari ketiga. Hari keempat ovum yang telah dibuahi sudah berbentuk morula dan mulai keluar dari tuba uterine menuju cavum uteri. Hari kelima dan keenam ovum mengambang bebas pada rongga uterus dan mulai berimplantasi pada hari ketujuh setelah zona pelusida yang menyelubungi ovum hilang (Rahmayanti, A.M. 2011).

Gambar 2.5 Perjalanan zigot dari sampai di uterus (Rahmayanti, A.M., 2011)

Blastokista mungkin tetap mengapung di rongga uterus sebelum menetas dan tertanam pada hari ketujuh. Cairan yang menumpuk di blastokista meluas dan berkontraksi. Ekspansi blastokista ini bersamaan dengan pencernaan dan penipisan zona pelusida oleh enzim uterus yang menyebabkan penetasan blastokista pada sekitar 6-7 hari pasca pembuahan. Hilangnya zona pelusida menyebabkan sel blastokista kontak dengan epitel uterus (Coad, J., 2007). 2.4 Implantasi Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya tertanam. Blastosis biasanya tertanam didekat puncak rahim, pada bagian depan maupun dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel, 6

kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel. Sel-sel dibagian dalam pada dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio, sedangkan sel-sel di bagian luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta (Aisyah, N., 2013). Pada hari keempat hasil konsepsi sudah mencapai blastokista yang diselubungi oleh trofoblas. Trofoblas ini sangat berperan dalam keberhasilan kehamilan terkait dengan nidasi (implantasi). Produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormone human chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio (Prawirohardjo, S., 2008). Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua yang besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh tropoblas. Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks antara trofoblas dan endometrium. Di satu sisi trofoblas mempunayi kemampuan invasive yang kuat, di sisi lain endometrium mengontrol invasi trofoblas dengan menyekresikan factorfaktor yang aktif setempat (lokal) yaitu inhibitor cytokines dan protease. Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal adalah hasil keseimbangan proses antara trofoblas dan endometrium (Prawirohadjo, S., 2008).

Gambar 2.6 Sel trofoblas mulai menyusup di antara sel epitel mukosa rahim. Penembusan dan pengikisan sel epitel pada selaput lendir disebabkan oleh enzim proteolitik dan kolagenase yang dihasilkan oleh trofoblas (Sherwood, L., 2012).

Gambar 2.7 Melalui cannibalistic actions, trofoblas melakukan fungsi ganda untuk mencapai implantasi, yaitu mengukir sebuah lubang di endometrium untuk blastokista dan memetabolisme bahan bakar dan bahan baku yang tersedia untuk perkembangan embrio (Sherwood, L., 2012).

Gambar 2.8 Lapisan Trofoblas terus mencerna di sekitar sel desidua, memberikan energi untuk embrio sampai plasenta berkembang (Sherwood, L., 2012).

2.5 Rahim pada Saat Implantasi Jika terjadi pembuahan pembuahan, endometrium mendukung implantasi dan ikut serta membentuk plasenta. Pada akhir minggu pertama (hari ke 5-7) zigot mencapai cavum uteri. Pada saat implantasi selaput lendir rahim sedang berada dalam fase sekretorik. Saat ini, kelenjar rahim dan pembuluh nadi menjadi berkelokkelok dan jaringan ini mengandung banyak cairan. Sebagai akibatnya, dapat dikenali tiga lapisan yang terpisah pada endometrium yaitu lapisan kompakta pada permukaan, lapisan spongiosa di tengah, dan lapisan dasar yang tipis. Biasanya blastokista manusia berimplantasi di endometrium di dinding posterior atau anterior korpus uteri dan menempel di antara muara-muara kelenjar (Sadler, T.W., 2000). 8

Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel-sel trofoblas tzigot tersebut akan menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan endometrium uterus (Aisyah, N., 2013).

Gambar 2.9 Gambaran skematik perubahan-perubahan yang terjadi pada selaput lendir rahim yang sejalan dengan perubahan yang terjadi di dalam ovarium. Perhatikan bahwa implantasi blastokista menyebabkan perkembangan sebuah korpus luteum kehamilan yang besar. Aktivitas sekretorik selaput lendir rahim berangsur-angsur meningkat karena banyak produksi progesterone oleh korpus luteum (Sadler, T.W., 2000).

BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan Perjalanan ovum yang telah mengalami fertilisasi melewati tuba uterine dan mencapai uterus selama 3-4 hari. Selama masa ini, terjadi pembelahan sel atau segmentasi dan ovum yang mengalami fertilisasi membelah menjadi 2 sel, lalu 4, 8, 16 dan seterusmya sampai terbentuk sekumpulan sel yang disebut morula dan akan berkembang hingga mencapai blastokista. Proses implantasi adalah proses bersarangnya blastosis dalam rahim, sehingga terjadi hubungan antara selaput ekstra embrionik dengan selaput lendir rahim. Proses implantasi sangat dipengaruhi oleh trofoblas dalam hal nidasi.

10

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N. 2013. Fertilisasi dan Implantasi. http://delimanuraisyah.wordpress.com/2013/10/22/makalah-fertilisasi-danimplantasi/ (diunduh tanggal 15 Desember 2013) Coad, J. and Dunstall, M. 2007. Anatomy and Physiology for Midwives 2nd ed. Philadephia: Elsevier Cunningham, F. G. dkk. 2006. Obstetri William volume 1 ed. 21. Jakarta: EGC Fraser, D.M. dan Cooper, M.A. 2009. Myles Buku Ajar Bidan ed. 14. Jakarta: EGC Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed. 20. Jakarta: EGC Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan ed. 4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Rahmayanti, A.M. 2011. Pengertian Nidasi. http://www.artikelkebidanan.com/ilmukebidanan/nidasi.html (diunduh tanggal 15 Desember 2013) Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: EGC Sherwood, L. 2012. Fundamental of Human Physiology 4th ed. USA: Brooks/Cole

11

Anda mungkin juga menyukai