Anda di halaman 1dari 84

1

I. Pengantar Instrumentasi BioMedika



1.1. Definisi Instrumentasi Biomedika
Bentuk fisik dari peralatan medika seperti instrumentasi medika, peralatan medis dan mesin
medika mempunyai blok diagram seperti diilustrasikan pada gambar 1.1. Setiap posisi saklar mempunyai
arti dari instrumentasi yaitu apakah sebagai instrumentasi pengukuran, instrumentasi pemantauan,
instrumentasi untuk diagnosa penyakit, instrumentasi untuk teraphi pasien, dan instrumentasi untuk
operasi bedah. Instrumentasi medika biasanya mempunyai satu kategori saja.





Gambar 1.1. Blok Diagram Instrumentasi Medika Secara Umum

Blok sistem biologis adalah parameter-parameter fisiologi yang akan diukur yaitu tekanan, aliran,
tegangan, arus, pH kimia, volume, berat, temperature dan kecepatan perubahan parameter tersebut. Di
dalam sistem fisiologis bahwa parameter yang diukur mempunyai nilai magnitude yang kecil atau dengan
kata lain sulit untuk diproses sehingga perlu menggunakan transduser. Transduser adalah peralatan yang
dapat merubah sinyal fisiologi menjadi sinyal yang dapat dibaca oleh pengolah sinyal. Contohnya adalah
parameter fisiologis yang dapat diubah menjadi tegangan atau arus, yang kemudian dikuatkan dulu karena
mempunyai nilai yang kecil, sehingga dapat dibaca oleh pengolah sinyal.
Parameter sistem fisiologis yang dapat terukur mempunyai cakupan jangkauan yang luas.
Jangkauan tegangan dari 1 mikrovolt ( V ) sampai beberapa milivolt ( mV ) dan sampai ribuan volt (V).
Jangkauan frekuensi dari DC sampai 20 kilohertz (KHz). Jangkauan dinamika amplitudo suara adalah
100 desibel (dB) dan ke atas. Jangkauan tekanan dari 0,1 milimeter merkuri (mm Hg) sampai mendekati
1000 mmHg. Kecepatan aliran fluida sampai 25 liter per menit (liter/min) dan aliran udara sampai 600
liter per menit (liter/min). Kebutuhan untuk mempertahankan stabilitas fisiologis dengan pengaturan
umpan balik seperti pengaturan temperatur tubuh manusia yang dijaga pada 29 sampai 36 C
0
.
Luaran (output) dari sebuah transduser seharusnya sinyal yang nilainya kompatibel dengan
pengolah sinyal. Luaran dari suatu gaya atau kecepatan aliran yang menggerakan sebuah pengukur adalah
sebuah tegangan atau arus yang dapat membelokkan jarum meter. Suara yang mampu untuk dikuatkan
sehingga dapat diukur. Tipe dari perangkat pengolah sinyal tergantung pada fungsi instrumentasi yaitu
apakah sebagai alat pengukuran (measurement), alat pemantau (monitoring), alat diagnosa (diagnosis),
alat operasi (surgery), atau alat teraphi (theraphy). Fungsi ini tinggal memilih dengan cara memindah
saklar.
2
Contoh yang umum dari instrumentasi pengukuran adalah thermometer. Transdusernya adalah
tabung gelas dan skala;pengolah sinyal dan pemantau adalah pencari yang merekam pengukuran. Contoh
lain dari alat pengukur adalah sphygmomanometer, electroencephalograph, electrocardiograph.
Instrumentasi pemantau adalah instrumentasi yang lebih kompleks karena melibatkan memori yang dapat
membentuk perekam kertas garis, osciloskop penyimpan, memori komputer yang dapat menyimpan
informasi yang dapat digunakan untuk berikutnya. Peralatan instrumentasi yang mempunyai level lebih
tinggi lagi dan canggih biasanya dipergunakan untuk diagnosa. Instrumentasi medika yang digunakan
untuk teraphy adalah instrument yang ada sinyal yang diumpan balikan ke sistem biologis.

1.2. Sejarah Peralatan Medika
Tujuan utama dari peralatan elektronik adalah membantu manusia untuk meningkatkan
kemampuan dengan membantunya supaya lebih cepat kalau bergerak, dapat berkomunikasi pada jarak
yang lebih jauh, dan menggunakan panca inderanya lebih efektif. Melalui sejarah maka teknologi dapat
dikembangkan. Penggunaan komputer dapat meningkatkan kemampuan kita dalam berpikir dalam hal
menghitung, menganalisa, menyimpan sejumlah besar informasi.
Sebagai contoh adalah merasakan dari sentuhan. Orang Yunani kuno menggunakan teknik
meletakkan tangan untuk menentukan ukuran organ, luka yang alami, meningkatnya pertumbuhan
tubuh. Teknik tersebut sampai sekarang masih dipakai. Instrumentasi modern yang mengembangkan
teknik dengan merasakan sentuhan termasuk peralatan untuk pijat, seperti stimulator untuk arus listrik,
vibrator otomatis, dan peralatan terapi ultrasonic. Pada teraphi bicara, seorang therapi meletakkan
tangannya didepan speaker selama pelatihan bicara untuk merasakan suara.

a) Penemuan Thermometer
Thermometer berasal dari bahasa Yunani yaitu thermos yang artinya hangat dan meter yaitu alat
untuk mengukur. Thermometer adalah alat untuk mengukur suhu atau temperatur. Pada tahun
1603, seorang ilmuwan Italia bernama Galileo menunujuukan bahwa didalam tabung gelas
tertutup yang diisi larutan dapat menunjukkan naiknya ketinggian larutan karena perbedaan
temperatur.


Gambar 1.2. Termometer Galileo

Pada tahun 1625, seorang fisikawan Slavia Santorio Santonio, menrancang alat yang sama tetapi
untuk mengukur temperatur tubuh manusia. Masalahnya bahwa ketinggian larutan juga
dipengaruhi oleh tekanan atmosfer. Hal ini kemudian dipecahkan oleh Ferdinand II, tabung yang
diisi larutan alkohol disegel untuk mengurangi pengaruh tekanan atmosfer dan diberi skala.
Termometer modern diperkenalkan oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada 1724 mengganti larutan
3
air dengan air raksa (merkuri) yang hasilnya menjadi lebih teliti. Pada tahun 1742 Andrew Celcius
telah memperhalus skala dan menjadikan referensi 0 derajat sebagai titik beku air dan 100 derajat
sebagai titik didih air.


Gambar 1.3. Perbandingan Skala Celcius dan Hahrenheit

b) Penemuan Stethoscope Dan Peningkatan Pendengaran
Semenjak pada zaman Yunani kuno, seoarang Fisikawan telah menggunakan pendengarannya
untuk mendiagnosa, seperti meletakkan telinga di atas dada yaitu untuk mendengarkan suara
pernapasan atau suara jantung. Stethoscope berasal dari bahasa Yunani yaitu stethos yang
artinya dada dan scope yang artinya menguji. Yaitu menguji suara pernapasan atau suara jantung
lewat dada. Pada awalnya untuk merasakan hal ini menggunakan sebuah tabung pendengaran
atau stethoscope. Stethoscope adalah perbaikan dari tabung pendengaran yang digunakan oleh
Rene T.H. Laennec, seorang fisikawan Perancis yang sering menggunakan alat tersebut untuk
menghindari bersentuhan dengan tubuh pansien yang biasanya menggunakan telinga untuk
mendengarkan suara pernapasan dan suara jantung. Alat ini adalah tabung sederhana yang
berrongga yang dilaporkan risalahnya pada tahun 1819. Ia terbukti dapat memperkuat suara,
dimana ujungnya membentuk corong untuk memperbaiki kopling antara dada dan telinga seperti
prinsip impedansi matching.


Gambar 1.4. Stethoscope pada awalnya
4

Peningkatan yang dicapai selanjutnya adalah stethoscope binaural yang dirancang oleh seorang
Amerika bernama George P. Cammann pada tahun 1851. Stethoscope ini mempunyai bermacam
corong yang dapat digunakan pada daerah tubuh yang berbeda. Hal ini merupakan tambahan
peningkatan dari alat ini karena impedansi akustiknya bervariasi karena bermacam-macam pasien
dan sisi tubuhnya. Pada tahun 1860 S. Scott Alison menemukan stethoscope differential, binaural.
Sthetoecope model ini selanjutnya menjadi dasar stethoscope modern.


Gambar 1.5. Stethoscope modern

c) Penemuan Ophthalmoscope dan Peningkatan Penglihatan
Lilin adalah sebuah alat yang dapat membantu indera penglihatan pada waktu gelap yang sudah
digunakan dari jaman prasejarah sampai abad ke 19 setelah digantikan oleh lampu pijar. Untuk
meningkatkan penglihatan yaitu dengan kaca pembesar yang telah digunakan di jaman kuno untuk
membaca. Lensa yang dikembangkan dari kaca dipelajari oleh ilmuwan Inggris Isaac Newton
pada tahun 1666. Dalam aplikasi medika, lensa paling sering digunakan untuk kaca mata dan
contact lens. Ophthalmoscope berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ophthalmos adalah mata
dan scope adalah menguji sehingga artinya alat untuk memeriksa kesehatan mata.
Ophthalmoscope ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Hermann von Helmholtz pada
1851 sebagai instrument untuk menguji melihat di dalam rongga tubuh seperti telinga, mata dan
hidung yang bersifat tak merusak (noninvasive) yaitu tidak memotong kulit. Ophthalmoscope
adalah alat yang sangat penting karena merupakan salah satu contoh instrument yang dapat
menampilkan gambar organ dalam dan merupakan alat pelopor dari sinar-x.



Gambar 1.6. Prinsip kerja Ophthalmoscope
5
Kaca tembus cahaya pada gambar ophthalmoscope Helmholtz meneruskan sedikit cahaya
kepada mata subjek, dari sebagian yang lain dipantulkan ke mata pengamat sehingga pengamat
dapat melihat retina dari subjek. Dalam pengembangan yang sama pada tahun 1855, Manuel
Garcia menggunakan sebuah cermin di belakang tenggorokan untuk meneliti getaran pita suara.
d) Penemuan Sinar-X
Sebuah terobosan dalam peningkatan penglihatan adalah pada tahun 1895 dengan
penemuan sinar-x oleh seorang fisikawan Jerman bernama Wilhelm Roentgen, yang mencoba
dengan sinar katoda. Pada suatu hari di ruang gelap, Roentgen memperhatikan kertas yang
mengalami saturasi dengan barium platinocyanida mulai bersinar meskipun di luar jangkauan
sinar katoda. Eksperimen berikutnya menunjukkan bahwa bahan padat yang ditempatkan dibalik
kertas mencetak bayangan pada kertas. Dari penelitian ini kemudian tabung sinar-x
dikembangkan. Berikutnya alat ini digunakan untuk mendiagnosa yang masih tetap digunakan
sampai sekarang.



Gambar 1.7. Mesin Roengent sedang mengambil sinar-x pasien wanita pada tahun 1940

e) Instrumentasi Kimia
Panca indera rasa dan bau digunakan di dalam medis untuk mendiagnosa larutan dalam tubuh.
Dokter pada abad pertengahan melaporkan bahwa urine dari para diabetes mempunyai rasa manis.
Pada 1776 Matthew Dobson, seorang dokter Inggris, memperhatikan bahwa sisa dari yang
didapatkan dari urine yang diuapkan kadang-kadang berbau dan berasa seperti gula.
Pada tahun 1797 seorang dokter Inggris John Rollo dan seorang anatomi Scotlandia William
Cruik-shank melaporkan analisanya bahwa residu, merupakan contoh awal dari aplikasi analisa
kimia pada praktek medika.
Analisa darah pada tahun 1877 merupakan penemuan besar ketika seorang Inggris
bernama William Gowers mengumumkan penemuannya tentang haemacytometer, yaitu suatu
peralatan yang terdiri dari seper sepuluh millimeter persegi yang diletakkan dibawah gelas.
Dengan menggunakan mikroskop, ilmuwan bisa menghitung sel darah merah di dalam darah.
Untuk meningkatkan ketelitian penghitungan, pada tahun 1899 Magnus Blix dan Sven Hedin dari
Swedia membangun sebuah sentrifugal, yang dinamakan sebagai hematocrit, untuk memisahkan
sel darah merah dari darah dengan gaya sentrifugal. Sebagai suatu teknik maka analisa kimia
semakin meningkat tingkat kerumitannya bahkan seorang dokter mempunyai tugas spesialis
dalam bidang laboratorium klinis. Pada tahun 1885, seorang Jerman bernama Hugo von Zeimssen
mendirikan laboratorium klinis yang pertama. Setiap rumah sakit modern pada saat ini
mempunyai laboratorium klinis untuk proses analisa kimia.
6

f) Pengembangan Pada Abad 20
Pengembangan peralatan instrumentasi medika pada abad 20 yang utama adalah di bidang
elektronika. Diawali pada tahun 1903 dengan penemuan electrocardiograph (ECG) oleh seorang
dokter Belanda Willem Einthoven, dan perkembangannya sampai sekarang seperti penemuan
suatu peralatan yang dinamakan magnetic resonance image (MRI) dan laser yang digunakan pada
aplikasi klinis. Peralatan Einthoven seperti gambar di bawah menggunakan sebuah kawat yang
tergantung antara dua kutub magnet. Pergerakan kawat yang disebabkan oleh arus badan antara
dua lengan yang dibangkitkan oleh jantung, yang diukur dengan merekam cahaya yang
dipantulkan oleh cermin yang didukung oleh kawat. Perbaikan ECG berikutnya adalah ketika
penguat elektronik dikembangkan. Merekam grafik ECG pada kertas grafik diperkenalkan pada
tahun 1940.

Gambar 1.8. Electrocardiograph yang dikembangkan Willem Einthoven pada 1912

Terobosan berikutnya dibuat oleh M. Cremer di tahun 1906 dengan memperkenalkan
electrode pH untuk mengukur kandungan asam atau basa pada larutan biologis. Peralatan ini
mengukur perubahan potensial membran akibat penjumlahan dari perubahan kandungan ion dan
aktivitasnya. Penemuan ini menyebabkan deretan peralatan yang lainnya seperti alat untuk
mengukur gas dalam darah, termasuk peralatan untuk mengukur tekanan oksigen dan karbon
dioksida. Keuntungan dari elektronik juga dimungkinkan ditemukan electroencephalograph (EEG)
pada tahun 1924. Seorang dokter berkebangsaan Jerman Hans Berger menggunakan sebuah
galvanometer untuk mengukur arus yang dihasilkan dari aktivitas otak. Penelitian yang sistematis
dari Berger dengan meletakkan landasan untuk studi korelasi antara gelombang otak, tidur dan
epilepsy.


Gambar 1.9. Rekaman EEG manusia pertama yang diperoleh Hans Berger



Gambar 1.10. Encephalograph dengan Komputer

7
Pengiriman percikan bunga api untuk komunikasi radio menyediakan komponen untuk klinis
berguna dalam unit bedah secara elektris (Electrosurgical unit, ESU) yang diperkenalkan pada
tahun 1928 oleh W.T. Bovie dan ahli bedah berkebangsaan Amerika Harvey Cushing. ESU dapat
menunjukkan bahwa operasi bedah dapat dikerjakan dengan kehilangan darah sedikit, tetapi
penggunaannya dibatasi oleh karena bahaya ledakan karena penggunaan bahan anestesi yang
mudah terbakar. Energi dari frekuensi radio menguapkan sel jika diaplikasikan dengan electrode
logam, dan ini cenderung membunuh kuman pada katup darah untuk mengurangi pendarahan.
Penyebaran yang luas dari penggunaan ESU mendorong diperkenalkannya anastesi yang tidak
mudah terbakar pada 1950.



Gambar 1.11. Electrosurgical unit (ESU) modern

Perkembangan dari mekanisme otomatis pada awal abad 20 dengan diawali instrumentasi
yang menggunakan pneumatik dan mekanik. Mekanika membantu dalam pernapasan (respiratori)
diperkenalkan pada 1928 dengan adanya paru-paru besi untuk membantu pasien yang mengalami
kelumpuhan dalam pernapasan. Pasien disegel di dalam peralatan dari leher ke bawah, dan
tekanan negatip diaplikasikan dengan paru-paru besi untuk menarik udara ke dalam paru-paru.
Respirator bertekanan positip digunakan untuk membantu pernapasan dengan mendorong udara
ke dalam paru-paru dan menjadi klinik praktis pada 1940.

Gambar 1.12. Ventilator Respiratory merk Siemen 300
8

Aplikasi klinis dari defibrillator jantung secara listrik dimulai pada pada 1956, ketika P. M. Zoll
memimpin sebuah kelompok peneliti yang berhasil membalik fibrillasi jantung, suatu bentuk
serangan jantung, dengan mengaplikasikan arus A.C. melalui dinding dada. Kemampuan
defibrillator ini sangat significan dalam peningkatan perbaikannya ketika B. Lown
memperkenalkan defibrillator D.C. pada 1962. Peralatan ini mengaplikasikan arus D.C. dari
kapasitor yang sedang mengeluarkan muatan (discharging) melalui dinding dada ke dalam jantung
untuk menghentikan fibrillasi. Bentuk dari defibrillator ini seperti gambar di bawah.



Gambar 1.13. Defibrillator eksternal otomatis

Pada tahun 1957, C. Walton Lillehei memacu (pacing) jantung selama operasi bedah dengan
menempatkan kawat padanya dan mengaplikasikan pulsa arus dengan kecepatan jantung normal.
Alat pacu jantung eksternal ini dapat diaplikasikan selama proses opersasi saja. Terobosan yang
penting dalam alat pacu jantung adalah yang dibuat oleh William Chardack dan Wilson
Greatbatch pada tahun 1960, ketika mereka mengembangkan alat pacu jantung yang dapat
ditempel (implantable). Tipe alat pacu jantung tersebut seperti pada gambar di bawah.



Gambar 1.14. Alat pacu jantung yang dapat ditempel pertama tahun 1958

Alat pacu jantung pada awalnya adalah suku cadang (spare part) yang didahului dengan katup
buatan dan akhirnya menjadi jantung buatan, yang pertama kali ditempelkan pada Barney Clark
oleh W. C. De Vries dan R. Jarvik pada tahun 1984.
9

Jenis lain dari organ buatan adalah , tabung tiruan untuk menggantikan bagian arteri, yang
diperkenalkan pada tahun 1954 dan perkembangannya menuju ke ginjal tiruan. Walaupun
hemodialisis, yaitu suatu proses untuk menghilangkan kotoran dari darah, pertama kali dicapai
pada tahun 1944. Sampai pada tahun 1960 seorang bernama B.H. Sribner memimpin sebuah
kelompok dalam pengembangan suatu teknik untuk hemodialisis yang terus menerus. Peralatan
yang menggunakan teknik ini dinamakan ginjal tiruan karena mengkompensasi sebuah gagal
ginjal.



Gambar 1.15. Mesin hemodialysis modern

Pada tahun 1970, suatu teknik untuk mengukur tekanan darah, temperature, dan kecepatan
aliran di dalam jantung dan paru-paru adalah penemuan yang penting dengan ditemukannya
kateter berujung balon oleh Harold J. Swan dan William Ganz. Kateter disusupkan melalui
pembuluh vena ke dalam jantung;Balon pada ujungnya kemudian menggelembung dan darah
mengalir membawa kateter memasuki paru-paru. Kemajuan dalam ilmu bahan kemudian
menghasilkan penemuan pompa balon dalam aorta oleh W.J. Kolft dan J. Lawson pada 1975.
Peralatan ini meningkatkan tekanan darah dan membantu darah untuk mengalir. Sebuah ballon
ditempelkan masuk ke aorta dan menyusup selangkah dengan jantung aksi memompa untuk
10
membantu darah mengalir pada pasien yang lemah jantung. Sebuah ballon yang ditiupkan pada
kateter digunakan untuk membuka penghambat katup darah. Ballon ditempatkan pada pembuluh
yang tersumbat dan mengembang untuk membuka jalan sehingga tetap terbuka setelah ballon
ditarik. Kateter seperti pada gambar dibawah.



Gambar 1.16. Kateter yang dilengkapi dengan ballon



Gambar 1.17. Mengukur tekanan darah dengan sphygmomanometer dan sthetoscope

Prinsip-prinsip dari ultrasonic telah dikembangkan selama perang dunia II sebagai sonar
(sonar singkatan dari sound navigation and ranging) yang digunakan untuk navigasi bawah laut
sebelum diaplikasikan pada medika. Untuk mengukur aliran darah, sebagai contoh, sebuah
transduser ultrasonic menghasilkan gelombang suara yang dipantulkan oleh partikel dan sel darah
yang bergerak. Jika darah mendekati transduser, maka suara akan naik nadanya seperti kicauan.
Perbedaan frekuensi di atas durasi kicauan menunjukkan kecapatan atau rate aliran darah.



Gambar 1.18. Sonar untuk navigasi bawah laut
11
Sonar selama perang dunia II juga menyediakan komponen citra ultrasonic yang diuji
untuk aplikasi klinis pada tahun 1957 oleh O. H. Houry dan W.R. Bliss. Instrumen ini mengukur
sonar tipe pantulan dari organ bagian dalam untuk membentuk gambar (citra) struktur termasuk
katup jantung dan garis tengah dari otak. Scanner ultrasonic seperti gambar di bawah. Ultrasonik
mempunyai keuntungan dibandingkan sinar-x karena tidak menimbulkan efek samping negatip
yang disebabkan oleh radiasi ion. Bagaimanapun juga gambar (image) dari ultrasonic tidak sebaik
sinar-x pada beberapa kasus, sehingga sinar-x masih lebih baik.



Gambar 1.19. Mesin Ultrasonography (USG)

Kemajuan yang paling penting dalam pencitraan (image) susuna tubuh bagian dalam adalah sejak
penemuan sinar-x adalah CT Scanner (Computer Tomography Scanner). CT Scanner ditemukan
pada tahun 1970 oleh Allan Cormack dan Geoffrey Hounsfield, orang yang menemukan bahwa
perhitungan dengan computer dari sejumlah sinar-x yang diserap pada persilangan matriks kolom
dan baris pada jaringan hidup, mereka dapat menentukan dimensi daerah tersebut. Dengan teknik
ini mereka dapat menghasilkan gambar (image) dari irisan tubuh. Pengembangan minicomputer
pada tahun 1970 membuat hal ini layak untuk membangun mesin gambar (image) yang secara
otomatis dilakukan perhitungan. Perkembangan mikroprosesor dan minicomputer telah
meningkatkan banyak peralatan instrument medika. Dalam kasus dari CT Scanner, komputer
adalah komponen utama, oleh karena perhitungan yang menghasilkan gambar (image)
memerlukan waktu yang lama. Dengan komputer maka proses perhitungannya menjadi sangat
cepat dari pada dihitung dengan tangan.
Lebih lanjut peningkatan dari gambar organ bagian dalam, khususnya jaringan tipis lunak,
dicapai dengan diperkenalkannya magnetic resonance imager (MRI) yang komersial pada tahun
1982. Peralatan ini mengukur frekuensi dan durasi resonansi magnetic sebuah nuklir dari proton.
Untuk mendapatkan gambar (image), pasien ditempatkan dalam medan magnet yang kuat dan
menghasilkan radiasi dengan pulsa berenergi pada frekuensi radio. Frekuensi dan durasi dari
berderingnya proton setelah medan frekuensi radio di hentikan menyediakan data image yang
akan dihitung. Gambar MRI seperti gambar di bawah. Keuntungan dari MRI dari pada sinar-x
adalah menghasilkan gambar yang lebih baik pada beberapa jaringan tipis dan tidak menghasilkan
12
emisi radiasi ion. Sedangkan kekurangannya adalah tidak menghasilkan respons pada tulang dan
tidak bisa untuk diagnosa bagian tulang. Berikut ini cara kerja MRI :
1. Pertama, putaran nukleus atom molekul otot diselaraskan dengan menggunakan medan
magnet yang berkekuatan tinggi.
2. Kemudian, denyutan/pulsa frekuensi radio dikenakan pada tingkat menegak kepada garis
medan magnet agar sebagian nuklei hidrogen bertukar arah.
3. Selepas itu, frekuensi radio akan dimatikan menyebabkan nuklei berganti pada konfigurasi
awal. Ketika ini terjadi, tenaga frekuensi radio dibebaskan yang dapat ditangkap oleh
tabung yang mengelilingi pasien.
4. Sinyal ini dicatat dan data yang dihasilkan diproses oleh komputer untuk menghasilkan
gambar.




Gambar 1.20. Magnetic Resonance Imaging (MRI)



























13
II. Asal Mula Biopotensial, Elektrokardiogram, Kejutan Listrik


Biopotensial secara ilmu pengetahuan ditemukan pada awal tahun 1786 oleh Luigi Galvani,
seorang fisikawan dan fisiologi dari Italia. Studinya menghasilkan penemuan tentang sel voltaic oleh
seorang fisikawan lain dari Italia, Count Allessandro Volta. Proses didalam tubuh yang menghasilkan
biopotensial adalah sama dengan penghasil tegangan dalam baterai konvensional. Sehingga definisi dari
biopotensial adalah tegangan listrik yang disebabkan oleh aliran arus ion melalui jaringan biologis.
Studi tentang biopotensial adalah dasar untuk mengerti tentang instrumentasi medika. Beberapa
tipe utama dari peralatan yaitu electrocardiograph dan electroencephalograph, mengukur biopotensial dari
permukaan badan. Fisikawan menggunakan data yang didapat dari instrument untuk menetapkan
kesehatan pasien. Pasien yang biopotensialnya diukur seperti gambar berikut.
Semua professional yang bekerja dengan instrumentasi medika harus mengerti gangguan
keamanan yang berhubungan dengan biopotensial. Gangguan utama adalah kejutan listrik yang
dinamakan kejutan mikro (microshock) yang menyebabkan gangguan fatal pada level arus sebesar 20
mikroampera dan jika pada level tegangan pada tingkatan milivolt.

2.1. Hukum Dasar Arus pada jaringan biologis
Sel tunggal adalah satuan terkecil dari sistem kehidupan. Kompleksitasnya secara nyata
digambarkan oleh banyaknya reaksi kimia yang terjadi pada ratusan membrane sel. Untuk mendapatkan
tegangan membrane sel,
m
V pada sel hidup dengan cara memasukan kawat kecil atau electrode
penghantar ke dalam sebuah sel. Nilai
m
V yang terukur biasanya sekitar -90 mV.


Gambar 2.1. Rangkaian untuk mengukur potensial membran sel

Potensial yang tampak pada membrane sel merupakan dasar biopotensial yang diukur dari tubuh,
termasuk elektrokardiogram (ECG), elektroenchephalogram (EEG), elektrooculogram, elektroretinogram,
dan elektromyogram (EMG). Akhiran gram menunjukkan grafik hasil pengukuran potensial contohnya
pada elektrokardiogram. Sedangkan akhiran graph menunjukkan alat atau instrument untuk mengukur
atau merekam potensial. Partikel yang menghasilkan kejadian listrik dalam rangkaian pasip adalah
electron bebas, sedangkan partikel yang menghasilkan kejadian listrik pada jaringan biologis adalah ion
dalam larutan elektrolit. Aturan pada kejadian partikel ion adalah (1) Hukum Fick untuk proses diffussi
(2) persamaan drift (hanyutan) (3) Hubungan Einstein .

a) Hukum Fick
Hukum Fick untuk diffusi adalah bahwa jika ada salah satu tempat mempunyai konsentrasi | | C
partikel yang tinggi maka akan bergerak bebas ke arah tempat yang konsentrasinya rendah
suapaya konsentrasinya seimbang. Hukum Fick untuk diffusi adalah diffusi dari pada molekul
14
parfum di dalam ruangan, elektron di dalam semikonduktor yang didoping, atau ion di dalam
elektrolit. Pada dimensi-1, hukum Fick untuk ion positip ditulis sebagai berikut :

| |
dx
C d
D J = (2.1)
Dimana J adalah kepadatan arus (Ampera per satuan luas) yang disebabkan oleh gradient
konsentrasi. Sebagai ilustrasi pada gambar di bawah yaitu konsentrasi ion | | C sebagai fungsi
jarak, x, dalam satuan mol per liter. D adalah konstanta diffusi, x adalah posisi dan | | C adalah
angka positip.



Gambar 2.2. Konsentrasi ion sebagai fungsi posisi

Pada gambar di atas terlihat bahwa kemiringan | | C d untuk x > 0 mempunyai nilai negatip; aliran
arus ion pada arah positip.

b) Hanyutan Partikel (Particle Drift)
Sebagai tambahan bahwa di dalam ion selain adanya gaya diffusi juga ada aksi akibat medan
listrik. Partikel bermuatan seperti ion apabila berada pada medan listrik akan bergerak karena
pengaruh gaya tarik listrik maupun gaya tolak listrik. Hasilnya adalah adanya aliran ion yang
dinamakan arus hanyutan (drift current). Arus hanyutan adalah proporsional terhadap tegangan
drop sebesar V, Valensi ion, Z, dan konsentrasi ion | | C . Z adalah sama dengan jumlah muatan
pada ion. Konstanta proporsional dinamakan mobilitas atau . Kepadatan arus partikel karena
hanyutan adalah :
| | C
dx
dV
Z
drift
J . . . = (2.2)
Dimana adalah mobilitas dalam satuan liter ampere per volt meter volt ( ) ( ) mol m V A l / .
Z adalah valensi;
dx
dV
E = adalah intensitas medan listrik dalam satuan volt per meter ( ) m V / .
| | C adalah konsentrasi ion suatu bilangan positip dalam satuan mol per liter ( ) liter mol / . Dua
konstanta fisik, mobilitas dan konstanta diffusi D saling berhubungan dengan yang lain oleh
hubunhan Einstein (Einstein relationship) yang diturunkan dari teori dioda persambungan p-n
semikonduktor. Hubungan Einstein tersebut adalah :
q
kT D
=

(2.3)
Dimana k adalah konstanta Boltzman K J /
23
10 . 38 , 1

, q adalah muatan C
19
10 . 6 , 1

dan T
adalah temperatur absolut dalam derajat Kelvin (K). Persamaan (2.1) sampai (2.3) dapat
digunakan untuk menurunkan potensial membran di dalam sel biologis.

15
c) Potensial Membran Sel Tunggal
Jalan dimana terjadinya proses hanyutan (drift) dan proses diffusi meningkatkan potensial
membran. Pada gambar dibawah misalnya pada sisi luar konsentrasi dari pada potassium klorida
(KCl) 10 molar dan dipisahkan oleh membran dengan konsentrasi potassium klorida (KCl)
sebesar 1 molar.



Gambar 2.3. Arus Ion Karena Pengaruh Gaya Diffusi Dan Drift

Pada kondisi seimbang (equilibrium), dimana suatu kondisi sebuah membran sel dalam kondisi
istirahat, arus total yang lewat membran sama dengan nol. Oleh karena arus total sama dengan nol
maka persamaannya adalah :

0
) ( ) ( ) ( ) (
= + + +
diffusi Cl
J
drift Cl
J
diffusi K
J
drift K
J
Hal ini menjadikan persamaan Goldman sebagai berikut :


|
|
|
|
.
|

\
|
(


+
(

+
(


+
(

+
=
i
Cl
Cl
P
o
K
K
P
o
Cl
Cl
P
i
K
K
P
q
T k
m
V ln .
.

Dimanan subscript i menunjukkan sisi dalam sel, dan o menunjukkan sisi luar sel, dan
k = Konstanta Boltzmann
T = Temperatur absolut (K)
q = muatan

K
P = permibilitas potassium

Cl
P = permibilitas klorida

(

+
K = konsentrasi ion potassium

(


Cl = konsentrasi ion klorida

Permibilitas adalah ukuran kemudahan suatu ion melewati sebuah membrane sel.
16
d) Potensial Istirahat Sebuah Sel
Dengan alasan yang sama, persamaan Goldman dapat diperluas untuk tiga ion sebagai berikut :

|
|
|
|
.
|

\
|
(


+
(

+
+
(

+
(


+
(

+
+
(

+
=
i
Cl
Cl
P
o
Na
Na
P
o
K
K
P
o
Cl
Cl
P
i
Na
Na
P
i
K
K
P
q
T k
m
V ln .
.

Persamaan Goldman mengkhususkan pada tegangan membran sel untuk konsentrasi nyata dari
potassium, sodium dan klorida. Ini menunjukkan bahwa potensial membran tergantung pada
kondisi temperatur. Oleh karena permibilitas dari tipe sel yang berbeda bervariasi, maka potensial
membran juga bervariasi. Hubungan ini adalah dasar untuk mengerti banyak aspek dari kelakuan
transduser, termasuk elektrode permukaan. Hal ini juga dapat menjelaskan kelakuan elektrode
kimiawi yang digunakan dalam instrumentasi klinis. Di dalam sel hidup, jika pendekatan nilai
0 ~
Na
P dan 0 ~
Cl
P , persamaan Goldman menjadi berkurang dan bentuknya sederhana,

|
|
|
|
.
|

\
|
(

+
(

+
=
o
K
i
K
q
T k
m
V ln .
.

Persamaan ini dinamakan persamaan Nernst, dan masih valid untuk pendekatan persamaan
Goldman.
Contoh 1 : Otot rangka seekor kodok mempunyai data konsentrasi ion dan permibilitas membran
sebagai berikut. Hitunglah tegangan membran dari dalam sel ke luar sel pada suhu 37 C (310 K).

Ion Sisi dalam sel
(mmol/liter)
Sisi luar sel
(mmol/liter)
Permibilitas
(cm/detik)
+
Na
11 146 8
10 9 , 1

x
+
K
150 4,35 6
10 1 , 2

x

Cl
5 125 6
10 9 , 3

x

Penyelesaian :

|
|
|
|
.
|

\
|
(


+
(

+
+
(

+
(


+
(

+
+
(

+
=
i
Cl
Cl
P
o
Na
Na
P
o
K
K
P
o
Cl
Cl
P
i
Na
Na
P
i
K
K
P
q
T k
m
V ln .
.


| | | | | |
| | | | | |
|
|
.
|

\
|

=
5 .
6
10 9 , 3 146 .
8
10 9 , 1 35 , 4 .
6
10 1 , 2
125 .
6
10 9 , 3 11 .
8
10 9 , 1 150 .
6
10 1 , 2
ln ). 026 , 0 (
x x x
x x x
m
V
mV
m
V 5 , 86 =
Dengan menggunakan persamaan Nernst,
mV
o
K
i
K
q
T k
m
V 5 , 94
35 , 4
150
ln . 026 , 0 ln .
.
= |
.
|

\
|
=
|
|
|
|
.
|

\
|
(

+
(

+
=
Dari dua hasil perhitungan ini bahwa potensial istirahat di dalam sel terutama disebabkan oleh
aliran potassium. Apabila hanya menggunakan potassium hasilnya adalah -94,5 mV sedangkan
bersama-sama dengan ion lainnya didapatkan -86,5 mV, akurasinya masih 9,2 %. Pendekatan
dengan menggunakan persamaan Nernst juga masih lebih baik.
17
e) Potensial Aksi Dan Kontraksi Otot
Kebanyakan sel yang terbungkus oleh membran yang mempunyai resistansi tinggi, yang pada
kondisi istirahat mempunyai potensial yang disebabkan oleh aliran ion sodium dan klorida di
dalam sel dan ion potassium di luar sel. Potensial istirahat (resting) yang dihitung dengan
persamaan Goldman secara normal mempunyai nilai antara -50 mV sampai -100 mV. Jika
potensial yang melintasi membran dinaikkan sekitar 20%, maka ambang batas stimulus juga ikut
naik melebihinya dan resistansi membran sel berubah yang menyebabkan perubahan pada
potensial membran. Potensial membran yang baru dinamakan potensial aksi seperti pada gambar
di bawah. Pada waktu potensial aksi ada, sel dinamakan sedang depolarisasi. Di dalam sebuah
jaringan, ganggunan dari depolarisasi dari satu sel dipropagasikan ke sel berikutnya sampai
jaringannya depolarisasi. Di dalam otot, dimana sel-sel berada pada posisi yang teratur dan tertib,
otot berkontraksi dan menjadi lebih pendek panjangnya setelah waktu tunda yang mengikuti
depolarisasi. Biasanya waktu tunda 10 ms antara depolarisasi potensial aksi dan berikutnya otot
berkedut yang ditunjukkan pada gambar. Tegangan stimulus umumnya tidak berpengaruh pada
sebuah sel ketika sel tersebut sedang berubah menjadi polarisasi. Periode refaktori adalah durasi
waktu dimana sel tidak merespons stimulus. Selam periode refraktori relatip, stimulus yang lebih
tinggi diperlukan untuk inisialisasi ulang sebuah potensial aksi dan berkutnya kontraksi otot.



Gambar 2.4. Potensial Aksi

2.2. Biopotensial Di Dalam Jantung
Aktivitas listrik di dalam jantung adalah perpaduan operasional dari beberapa tipe instrumentasi
medika, yaitu electrocardiograph, alat pacu jantung (pacemaker) dan alat penggetar (defibrillator).
Gangguan listrik yang sangat kecil dapat menyebabkan organ vital ini berhenti memompa darah
yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Jantung terdiri dari dua otot halus utama yaitu atrium
dan ventrikel, gabungan dari banyak sel, yang menghantarkan depolarisasi dari satu sel ke sel lain
yang berdekatan. Karena arus bocor ion pada membran otot halus, jaringan pada jantung
depolarisasi secara spontan dari keadaan istirahatnya dan berosilasi atau berdenyut. Titik sinoatrial
(SA) berdenyut pada kecepatan dari 70 sampai 80 detak per menit atau beat per minute (bpm) dan
pertemuan cabang berosilasi antara 15 sampai 40 bpm.
Titik SA secara normal yang menentukan kecepatan jantung, oleh karena SA kecepatannya yang
paling cepat dan menyebabkan stimulasi jaringan yang lain sebelum ia mencapai ambang batas
pacunya sendiri. Titik SA dapat juga dianggap sebagai alat pacunya jantung. Bidang depolarisasi
sel-sel di jantung seperti gambar di bawah. Depolarisasi dari titik SA menyebar melalui atrium
dan mencapai titi atrioventrikel (AV) sekitar 40 ms. Oleh karena kecepatan konduksi rendah pada
jaringan titik AV sehingga memerlukan waktu sekitar 110 ms untuk depolarisasi mencapai
pertemuan cabang yang pada gambar dinamakan sistem purkinje. Ventrikel kemudian
18
berkontraksi, ventrikel kanan mendorong darah masuk ke paru-paru dan ventrikel kiri mendorong
darah masuk ke aorta dan berikutnya melalui sistem sirkulasi. Periode kontraksi dari jantung
dinamakan systole.
Potensial aksi dari ventrikel memerlukan waktu 200 sampai 250 ms. Waktu yang relatip
lama ini mengijinkan ventrikel berkontraksi untuk mengosongkan darah masuk ke arteri. Jantung
kemudian repolarisasi selama periode istirahat yang dinamakan diastole. Kemudian siklusnya
berulang kembali.

Sistem konduksi pada jantung

1. sinoatrial simpul
2. Atrioventricular simpul
3. Bundle-Nya
4. bundel cabang Kiri
5. bulir anterior kiri

6. bulir posterior kiri
7. ventrikel kiri
8. ventrikel septum
9. ventrikel kanan
10. bundel cabang kanan

Gambar 2.5. Sistem konduksi listrik pada jantung

2.3. Electrocardiogram
Selama diastole, dimana jantung dalam keadaan istirahat, semua sel mengalami polarisasi
sehingga potensial dalam setiap sel adalah negatip terhadap luar sel. Secara normal, depolarisasi
terjadi pertama kali pada titik sinoatrium (SA), membuat sisi luar jaringan adalah negatip terhadap
sisi dalam sel, dan juga membuat negatip terhadap jaringan yang belum berdepolarisasi. Hasil dari
ketidaksetimbangan arus ion, I,menyebabkan tegangan yang terukur positip dari lengan kiri (left
arm, LA) terhadap lengan kanan (right, RA) seperti digambarkan pada gambar di bawah, dan
dengan hasilnya tersebut dinamakan gelombang P.
Setelah sekitar 90 mdetik, atrium mengalami depolarisasi yang lengkap, dan arus ion yang
terukur oleh lead I berkurang menjadi nol. Proses depolarisasi kemudian melewati titik
atrioventricular (AV), sehingga menyebabkan waktu tunda (delay) sekitar 110 mdetik. Proses
depolarisasi kemudian melewati otot ventrikel sebelah kanan, depolarisasi ini membuatnya
negatip relatip terhadap otot ventrikel sebelah kiri yang masih mengalami polarisasi. Arah dari
arus ion I menyebabkan tegangan plus-minus dari LA ke RA yang dinamakan gelombang R.
Bentuk gelombang lengkap seperti gambar 2.7. dinamakan electrocardiogram (ECG) dengan
tingkatan P, Q, R, S, T, yang menunjukkan tanda-tanda yang tenang. Gelombang P menandakan
19
dari depolarisasi atrium. Kompleks QRS menandakan dari depolarisasi ventrikel. Magnitudo dari
gelombang R dari kompleks QRS mendekati 1 mV. Gelombang T menunjukkan adanya
repolarisasi dari otot ventrikel. Selama gelombang T, repolarisasi sebagian dari otot jantung
menyebabkan arus ion dan berhubungan dengan potensial ECG yang didahului dengan uraian
gelombang R. Gelombang U yang kadang-kadang mengikuti gelombang T adalah efek orde kedua
dari yang tidak tentu asalnya. Interval, segment dan kompleks dari gelombang ECG didefinisikan
seperti gambar 2.6. Tipe dari durasinya sebagai berikut,

Tabel 2.1. Nama Interval ECG dan Durasinya
Nama feature Durasi (mdetik)
Kompleks QRS 70 110
Interval R-R 600 1000
Interval P-R 150 200
Interval S-T 320

Durasi QRS, interval R-R, interval P-R, interval S-T tergantung dari kecepatan depolarisasi
jantung dan relatip konstan untuk individu




Gambar 2.6. Representasi sinyal ECG normal

Interval : Durasi antara dua buah gelombang
P R : Awal dari gelombang P sampai awal kompleks QRS
S T : Akhir dari gelombang S samapai akhir gelombang T.
Q T : Awal dari gelombang Q sampai akhir gelombang T.

Segment :
P R : Akhir dari gelombang P sampai awal gelombang Q.
S T : Akhir dari gelombang S sampai awal gelombang T.

Kompleks :
QRS : Awal dari gelombang Q sampai akhir gelombang S.

Durasi :
Durasi rata-rata dari setiap gelombang dalam detik.


20
2.4. Kejutan Listrik
Setiap orang yang bekerja dengan peralatan listrik dan sekitarnya adalah penting untuk mengerti tentang
kejutan listrik. Pasien dan pengguna peralatan rumah sakit adalah orang-orang khusus yang mungkin
terkena kejutan listrik karena sering berhubungan dengan perangkat keras dengan listrik. Efek fisilogi dari
kejutan adalah dari rasa ketidaknyamanan sampai mendekati kematian jika jantung atau system
pernapasan terpengaruh. Kejutan listrik adalah tanggapan fisiologi yang tidak penting atau tidak
dinginkan terhadap arus listrik. Kejutan listrik bisa menyebabkan depolarisasi sel yang tidak dinginkan
dan menyebabkan kontraksi otot atau dapat menyebabkan penguapan sel dan kerusakan jaringan sel.
Sebuah sel mengalami depolarisasi ketika potensial membrane sel ada perubahan mendekati 20%.
Pertanyaannya adalah berapa besar arus listrik untuk menghasilkan threshod (ambang batas)?
Untuk memperkirakan arus stimulasi didalam sebuah sel maka pemodelannya seperti sebuah bola.
Membran sel dimodelkan sebagai sebuah dielektrik dengan konstanta dielektrik sebesar c , dan
r
c c c .
0
=
Kapasitansi bola yang dilingkupi oleh membrane dapat dirumuskan
t
r
r
t
A
C
2
. 4
0
t
c c c = = .
Dimana m F /
12
10 . 85 , 8
0

= c
=
r
c konstanta dielektrik relative
t = ketebalan membrane
r = jari-jari
Arus stimulus
C
I yang memasuki sel untuk inisialisasi potensial aksi adalah ( ) C f j
mt
V
Z
mt
V
C
I . . 2t = =
Dimana
mt
V adalah potensial threshold yang diperlukan untuk depolarisasi sel. Pendekatan ini berlaku
untuk frekuensi f yang cukup tinggi untuk arus
S
I yang dianggap tidak berubah dan memberi ijin untuk
menghitung efek dari pada frekuensi tinggi.



Gambar 2.7. Model sel dan Arus Membran Sel pada frekuensi tinggi

Contoh-1 : Sebuah membrane sel mempunyai ketebalan m t 1 , 0 = dan jari-jari m r 10 = . Jika konstanta
dielektrik relativ 2 =
r
c . Hitunglah kapasitansi sel.
Penyelesaian : pF
t
r
r
C 222 , 0
14
10 . 2 , 22
7
10
2
)
5
10 ).( 14 , 3 .( 4
) 2 )(
12
10 . 85 , 8 (
2
. 4
0
=

= =
t
c c
21
Sebuah model jaringan adalah cocok sebagai sekumpulan sel didalam larutan. Larutannya adalah
elektrolit penghantar seperti gambar 2.1.b., dimana arus stimulus total
S
I memasuki jaringan,
R
I adalah
komponen yang melewati larutan dan
C
I adalah komponen jumlah semua arus yang memasuki sel
didalam jaringan.

Contoh-2 : Sebuah jaringan mempunyai luas 1
2
cm dan berisi
7
10 . 45 sel dengan karakteristik seperti
contoh-1. Konduktansi dari larutan adalah 1
2
/ cm mho . Buatlah rangkaian ekivalen dari jaringan.

Penyelesaian : Kapasitansi total
T
C adalah penjumlahan kapasitansi dari satu sel seperti contoh 1 dan
nilainya adalah
2
/ 100 ) 222 , 0 ).(
7
10 . 45 ( cm F pF
T
C = =


Gambar 2.8. Rangkaian ekivalensi jaringan hidup yang dilewati arus frekuensi tinggi

Dari model jaringan ini dapat diperkirakan nilai arus yang diperlukan untuk menghasilkan arus listrik
untuk menginduksi kontraksi otot. Dari gambar 2.2. dapat diperkirakan ambang batas stimulus 20 mV,
sehingga perkiraan arus stimulus dapat dihitung.

Contoh-3 : Jika stimulus untuk sebuah potensial aksi dari sel tunggal di dalam jaringan pada contoh 2
adalah 20 mV, Hitunglah arus stimulus yang diperlukan untuk mendepolarisasi semua sel secara bersama-
sama pada frekuensi 60 Hz.

Penyelesaian :
T
Z
mV
T
Z
V
S
I
20
= =

03768 , 0 1
1
)
4
10 ).( 60 ).( 14 , 3 .( 2 1
1
. . 2 1
1 1
j
j
C f j
T
Y
T
Z
+
=

+
=
+
= =
t

mA j j mV
S
I ) 7536 , 0 20 ( ) 03768 , 0 1 )( 20 ( + = + =
mA
S
I 20
2
038 , 0
2
20 = + =

Pada kasus ini yaitu arus sebesar 20 mA akan menyebabkan kontraksi otot dengan sengaja. Arus pada
frekuensi 60 Hz yang memasuki salah satu tangan dan melewati organ penting seperti jantung, pusat
pengaturan pernapasan, dan otak. Efek yang sama akan terjadi jika arus melewati lengan kanan atau
lengan kiri menuju kaki, dari tangan ke kepala, dari kepala ke kaki. Pada setiap kasus arus dapat melewati
organ penting yaitu pernapasan dan jantung.
Arus listrik yang melewati melalui elektrode permukaan dari satu lengan ke lengan yang lain
mempunyai konsekuensi efek fisiologis yang serius. Pada frekuensi 60 Hz, arus listrik di atas 5 mA
dianggap berbahaya. Efek khusus fisiologi ditabelkan sebagai berikut :
22
Tabel 2.2. Tip-Tip Keamanan
Tipe Arus Jangkauan Arus (mA) Efek Fisiologis
Ambang batas (threshold) 1-5 Sensasi Tingling
Nyeri (Pain) 5-8 Sensasi penuh nyeri
Biarkan-Pergi (Let-go) 8-20 Ambang batas otot berkontraksi
Paralisis > 20 Nyeri dan paralysis pernapasan
Fibrillasi 80-1000 Fibrillasi jantung dan ventrikel
Defibrillasi 1000-10.000 Kontraksi otot jantung dan kemungkinan
membakar jaringan hidup



2.4.1. Efek Frekuensi Tinggi
Arus listrik yang sering bersentuhan dengan pasien adalah frekuensi rendah (sekitar 60 Hz), sedangkan
efek dari frekuensi tinggi tidak dapat diabaikan. Oleh karena pisau bedah (scalpel) untuk operasi bedah
bekerja pada frekuensi 500 KHz, pertanyaannya adalah apakah frekuensi tersebut menyebabkan kontraksi
otot atau fibrillasi jantung secara bersama-sama oleh karena pisau bedah tersebut. Apabila frekuensi pada
penghantar dinaikkan maka arus ingin mengalir pada daerah dekat permukaan, hal ini dinamakan efek
kulit. Dibandingkan dengan efek yang disebabkan arus yang mengalir di antara tubuh manusia, efek kulit
tidaklah terlalu penting. Dengan kata lain, arus 500 KHz yang dibangkitkan oleh satuan operasi bedah
secara listrik (ESU) mengalir sangat kuat pada inti dari tubuh. Sesuai dengan rumus arus pada sel maka
arus stimulus pada frekuensi 500 KHz adalah sebesar :
mA j mA f j f j mV
S
I )
5
10 . 5 .
3
10 . 56 , 12 . 20 ( ) .
3
10 . 56 , 12 . 20 ( )
4
10 . . . 2 1 )( 20 (

+ =

+ =

+ = t
A mA
S
I 28 , 6 6280 = =
Kesimpulan dari perhitungan ini adalah bahwa pada frekuensi 500 KHz adalah perlu untuk menggerakkan
arus 6,3 A ke dalam jaringan tipis untuk mencapai ambang batas (threshold) untuk potensial aksi. Arus
yang sedemikian tinggi ini menyebabkan sel-sel untuk menguap dari pada depolarisasi. Pada kondisi ini
otot tidak akan berkontraksi pada level arus ini dan kejutan listrik membuktikan seperti kontraksi otot
atau fibrillasi jantung tidak akan terjadi. Diharapkan pada peralatan ESU tidak menghasilkan kejutan pada
pasien dari arus yang akan digunakan untuk memotong pada operasi bedah. Beberapa bahaya kejutan
listrik terjadi pada arus yang berpencar pada frekuensi rendah. ESU dirancang untuk mengeliminasi arus
frekuensi rendah.

2.4.2. Kejutan Mikro (Microshock) dan Kejutan Makro (Macroshock)
Keadaan karena kejutan listrik yang telah dijelaskan dinamakan kejutan besar (macroshock), sedangkan
keadaan akibat kejutan listrik yang lebih halus dinamakan kejutan mikro (microshock). Dua keadaan
tersebut berbeda seperti ditunjukkan oleh definisi berikut :
Kejutan makro (Macroshock) adalah sebuah tanggapan fisiologis akibat arus yang dikenakan pada
permukaan tubuh yang menghasilkan suatu stimulasi maupun kontraksi otot, luka pada jaringan yang
tidak diinginkan dan yang tidak penting.
Kejutan mikro (microshock) adalah sebuah tanggapan akibat arus yang mengenai permukaan jantung
yang merupakan hasil dari stimulasi maupun kontraksi otot, luka pada jaringan yang tidak diinginkan .
Kejutan mikro adalah yang paling sering terjadi karena arus yang melebihi A 10 mengalir melalui
kateter yang terisolasi masuk ke jantung, seperti pada gambar di bawah. Kateter biasanya terisolasi,
tabung berisi cairan penghantar, atau sebuah kawat padat dari kabel alat pacu jantung. Kejutan mikro
terjadi karena kepadatan arus pada jantung yang dapat menjadi gambaran yang tinggi di sana. Sedangkan
untuk terjadinya kejutan makro (macroshock) maka diperlukan arus yang besar karena arus terdistribusi
ke semua tubuh. Kenyataannya, kepadatan arus pada jantung adalah lebih rendah dari pada di casing dan
diperlukan arus yang lebih lagi untuk terjadinya kejutan.

23
III. Transduser Instrumentasi Medika


Transduser adalah bagian yang sangat penting di dalam instrumentasi medika, karena transduser
bersentuhan langsung dengan pasien. Fungsi dari transduser adalah untuk mengkonversi parameter
fisiologi menjadi suatu potensial yang kecil. Parameter fisiologi adalah tekanan, kecepatan aliran fluida,
temperature, konsentrasi kimia, perpindahan jaringan tipis, diubah menjadi sebuah tegangan. Tegangan
ini seharusnya cukup besar supaya pemrosesannya menjadi akurat yang diproses oleh peralatan
elektronik. Untuk menghasilkan unjuk kerja fungsi ini maka transduser harus ditempatkan pada tempat
yang penting seperti pada jembatan Wheatstone yang outputnya masuk ke penguat differensial. Prinsip
dari suatu transduser adalah sederhana dan berhubungan langsung dengan rangkaian elektronika. Suatu
analisa awal bertujuan untuk mengerti tentang transduser dan skema peralatan yang akan digunakan.
Sebuah transduser peralatan medika bersentuhan langsung dengan pasien sehingga tingkat keamanannya
sangat tinggi, hal ini bisa menjadi masalah bagi pengguna dan petugas perawatnya. Unjuk kerja peralatan
medika sering dipengaruhi oleh gerakan dan tegangan pasien. Faktor kesalahan dan interferensi naik
karena parameter physiologi yang diukur hasilnya sangat kecil. Akurasi dan kalibrasi menjadi sangat
penting, karena data yang diukur akan digunakan untuk mendiagnosa penyakit dan menentukan cara
pengobatan pada pasien.

3.1. Transduser Elektrode
Sepasang transduser elektrode yang ditempatkan di atas permukaan tubuh menghasilkan tegangan
permukaan yang akan masuk ke instrumentasi elektronik. Potensial permukaan dari tubuh mempunyai
jangkauan dari 1 microvolt di atas tengkorak sampai 1 milivolt (mV) melintasi lengan dan sampai 0,1
volt (V) pada organ bagian dalam yang dibuka (seperti usus). Elektrode ada yang bersifat merusak
(invasive) dan dimasukkan ke dalam kulit, yaitu berupa elektrode jarum atau electrode yang bersifat tidak
merusak (noninvasive) dan tidak dimasukkan ke dalam kulit, yaitu berupa elektrode permukaan. Tipe
yang sering digunakan dalam lingkungan klinis adalah elektrode permukaan.

a) Elektrode Permukaan
Elektrode permukaan terdiri sebuah pelat logam yang dilapisi dengan larutan elektrolit. Kadang-
kadang ini terdiri sebuah pelat logam yang dipisahkan dari permukaan tubuh oleh sebuah isolator,
karena itu membentuk sebuah kopling kapasitip. Dua tipe elektrode permukaan logam, keduanya
memerlukan jelly elektrolit yang dioleskan pada kulit. Elektrode suction-cup (cangkir penghisap)
dapat dipindah-pindah dan dipegang oleh kulit yang ditempatinya dengan cara dihisap. Sedangkan
elektrode permukaan logam ditempelkan pada kaki menggunakan sabuk elastis. Elektrode adhesip
dibentuk dengan cara mengisi lubang yang berbentuk donut dengan jelly elektrode dengan
menempatkan logam ke kabel elektrode-lead. Elektrode permukaan dengan tipe penjepit yaitu
cara pemasangannya dijepitkan pada lengan ataupun kaki.




Gambar 3.1. Elektrode permukaan adhesive

24


Gambar 3.2. Elektrode permukaan tipe suction cup (penghisap)


















Gambar 3.3. Elektrode permukaan tipe penjempit (clamp)

Untuk mengerti prinsip kerja dari elektrode permukaan logam-elektrolit, anggaplah seperti gambar
di bawah. Potensial logam-elektrode dibentuk oleh elektron yang meninggalkan elektrolit dan
masuk ke logam, dan distribusi muatan yang bervariasi sebagai fungsi posisi, seperti gambar di
bawah. Distribusi muatan ini sama dengan sebuah kapasitor, yaitu muatan positip pada satu
permukaan dan muatan negatip pada yang lain. Oleh karena itu rangkaian listrik ekivalensinya
dari persambungan ini (junction) mengandung sebuah kapasitor,
d
C . Distribusi muatan ini juga
menyebabkan sebuah potensial listrik yang dinamakan potensial setengah sel (half-cell potential),
hc
E Resistansi bocor,
d
R berada melintasi kapasitansi ekivalennya. Sebuah resistansi seri
dalam rangkaian ekivalensi,
s
R adalah representasi larutan elektrolit pada keseimbangan muatan.
Susunan dari elemen rangkaian ekivalensi ini seperti pada gambar 3.4.


25


Gambar 3.4. Distribusi muatan elektrode permukaan

Impedansi elektrode dari rangkaian ekivalensi ini diberikan oleh aturan kombinasi
impedansi, yaitu

d
X
d
R
d
X
d
R
s
R Z
+
+ =
) ).( (
menjadi
d
C j
d
R
d
C j
d
R
s
R Z
.
1
.
e
e
+
+ =
Dengan menyusun kembali persamaannya menjadi,
d
C
d
R j
d
R
s
R Z
. . e
+ = (3.1)
Rumus impedansi ini memberikan gambaran presisi kelakuan listrik dari elektrode permukaan.
Dari rumus juga didapatkan catatan penting bahwa impedansi adalah merupakan fungsi dari
frekuensi.




Gambar 3.5. Rangkaian ekivalensi dari electrode permukaan

Dimana :
hc
E = potensial setengah sel

d
C = kapasitansi electrode

d
R = Resistansi bocor

S
R = Resistansi seri kulit dan elektrolit
26
b) Potensial Setengah Sel (Half-Cell)
Potensial setengah sel,
hc
E , diukur dengan referensi elektrode hydrogen yang ditempatkan dalam
larutan elektrolit dekat dengan logam yang sedang di test. Tegangan drop dengan plus dan minus
dari logam yang ditest terhadap elektrode referensi adalah diukur dengan menggunakan voltmeter
yang mempunyai impedansi input yang tinggi. Nilai
hc
E yang diukur dari beberapa logam seperti
pada tabel berikut.
Tabel 3.1. Potensial Setengah-Sel,
hc
E , Yang diukur pada C
0
25
Logam
hc
E (Volt)
Alumunium (Aluminium) -1,7
Hidrogen 0,00
Tembaga (Copper) +0,34
Perak (Silver) +0,80

Sepasang logam dapat dicelupkan ke dalam larutan elektrolit untuk menghasilkan sumber
potensial, seperti sebuah baterai biasa. Pada elektrode permukaan, menghasilkan potensial
polarisasi yang tidak diinginkan.
Contoh 3.1. Alumunium dan perak (silver) dicelupkan ke dalam larutan elektrolit dan dipisahkan
oleh jarak yang lebar. Hitunglah tegangan drop dari alumunium ke perak
0
E .
Penyelesaian : Dari gambar di bawah didapatkan orientasi potensial setengah-sel, dan dengan
menerapkan hokum tegangan Kirchoff.
2 1 0 hc
E
hc
E E + =
Dari tabel 4.1. didapatkan nilai potensial setengah-sel dari logam Alumunium dan perak.
Volt E 5 , 2 7 , 1 80 , 0
0
= =


3.2. Transduser Thermal
Thermistor adalah salah satu bentuk transduser thermal, yang merupakan hasil dari kandungan
beberapa material yang merubah nilai resistansi sebagai fungsi temperatur. Penghantar seperti tembaga
mempunyai koefisien temperatur positip; yaitu nilai resistansinya naik oleh karena kenaikan temperatur.
Hal ini disebabkan oleh karena kenyataan bahwa pada temperatur yang lebih tinggi, atom-atom pada
material bergetar lebih dan lebih sering berkolisi dengan electron yang melewatinya. Semikonduktor
tertentu mempunyai koefisien temperatur negatip, karena pada temperatur lebih pada elektron lebih yang
terbebas dari ikatan pada atom. Elektron bebas menjadi konduksi, menyebabkan resistansi material
berkurang dengan kenaikan temperatur. Resistansi dari bahan semikonduktor,
t
R , mempunyai hubungan,

(
(

|
|
.
|

\
|
=
o
T T
to
R
t
R
1 1
exp . | (3.2)
Dimana : T = temperatur mutlak pada derajat Kelvin, K,

o
T = temperatur referensi dalam satuan K,

to
R = Resistansi thermistor pada temperatur
o
T ,
| = konstanta material, bernilai 3000 5000 K.
Persamaan 3.2. mempunyai arti bahwa apabila temperatur T naik, maka nilai resistansi
t
R menurun. Hal
ini menunjukkan bahwa resistansi
t
R adalah tidak linear. Oleh karena temperatur tubuh perubahannya
hanya sedikit, maka thermistor didekati dengan linear pada banyak aplikasi daerah temperatur tertentu.
27
Contoh 3.2. Sebuah thermistor mempunyai resistansi sebesar O 10 pada temperature C
0
37 atau K
0
310 .
Konstanta material K
0
4000 = | . Hitunglah resistansi
t
R pada temperatur 300, 305, 310, 315, 320 K.
Penyelesaian :
(
(

|
|
.
|

\
|
=
o
T T
to
R
t
R
1 1
exp . |


(

|
.
|

\
|
=
310
1 1
. 4000 exp . 10
T
t
R
T = 300 K
O =
(

|
.
|

\
|
= 92 , 14
310
1
300
1
. 4000 exp . 10
t
R
T = 305 K
O =
(

|
.
|

\
|
= 34 , 12
310
1
305
1
. 4000 exp . 10
t
R
T = 310 K
O =
(

|
.
|

\
|
= 10
310
1
310
1
. 4000 exp . 10
t
R
T = 315 K
O =
(

|
.
|

\
|
= 17 , 8
310
1
315
1
. 4000 exp . 10
t
R
T = 320 K
O =
(

|
.
|

\
|
= 7 , 6
310
1
320
1
. 4000 exp . 10
t
R

Perhitungan nilai
t
R untuk beberapa nilai | menghasilkan nilai
t
R yang tidak linear, | di dalam
sebuah semikonduktor dapat diubah dengan proses yang berbeda seperti tingkat dopingnya. Sebuah
resistor yang nilainya tetap terhadap fungsi temperatur digunakan untuk memperbaiki linieritasnya.
Resistor yang melinierisasi di pasang parallel dengan thermistor. Nilai resistor yang menghasilkan sebuah
titik pembelokan pada temperatur referensi,
o
T , untuk kombinasi parallel adalah :

o
T
o
T
to
R
p
R
. 2
. 2
+

=
|
|
(3.3)
Dimana :
to
R = resistansi thermistor pada temperatur referensi.
Rangkaian linierisasinya seperti gambar di bawah.



Gambar 3.6. Rp melinierisasi Rt

28
Contoh 3.3. Hitunglah nilai
p
R yang diperlukan dalam rangkaian parallel dengan thermistor seperti pada
contoh 3.2. untuk beberapa nilai | untuk proses linierisasi.
Penyelesaian :
Dengan menggunakan rumus
o
T
o
T
to
R
p
R
. 2
. 2
+

=
|
|
didapat persamaan
) 310 .( 2
) 310 .( 2
. 10
+

=
|
|
p
R

K
0
2500 = | O = =
+

= 03 , 6
3120
1880
. 10
620 2500
620 2500
. 10
p
R

K
0
3000 = | O = =
+

= 57 , 6
3620
2380
. 10
620 3000
620 3000
. 10
p
R

K
0
3500 = | O = =
+

= 99 , 6
4120
2880
. 10
620 3500
620 3500
. 10
p
R

K
0
4000 = | O = =
+

= 32 , 7
4620
3380
. 10
620 4000
620 4000
. 10
p
R
Contoh 3.4. Hitunglah nilai
tp
R yang merupakan rangkaian parallel antara resistor pelinier dengan
thermistor seperti gambar 3.6. untuk beberapa nilai 4000 = | .
Penyelesaian :
Pada 4000 = | , nilai O = 32 , 7
p
R dan pada suhu T = 306 K, nilai O = 84 , 11
t
R . Sehingga nilai resistor
termistor paralel adalah O =
+
=
+
= 52 , 4
84 , 11 32 , 7
) 84 , 11 ).( 32 , 7 (
) ).( (
t
R
p
R
t
R
p
R
tp
R




29
3.3. Jembatan Wheatstone
Sifat dari pada jembatan Wheatstone yang membuat menjadi berguna pada aplikasi thermistor
adalah (1) tegangan output yang dihasilkan dapat bervariasi dan menghasilkan tegangan sama dengan nol
jika jembatan dalam keadaan seimbang; dan (2) tegangan outputnya adalah linier terhadap perubahan
resistansi yang kecil dalam jembatan. Rangkaian jembatan terdiri dari sumber tegangan Vs yang
dipergunakan dan empat resistansi (R1, R2, R3, R4) atau empat impedansi (Z1, Z2, Z3, Z4) seperti pada
gambar di bawah. Definisi dari seimbang adalah Vo = 0 untuk semua nilai sumber tegangan Vs. Dengan
menggunakan prinsip rangkaian pembagi tegangan, tegangan output pada rangkaian jembatan seperti
pada gambar dibawah dapat dihitung.
Tegangan titik B terhadap D adalah Vs
Zx Z
Z
BD
V .
1
1
+
= (3.4)

Dan tegangan titik C terhadap D adalah Vs
Z Z
Z
CD
V .
3 2
2
+
= (3.5)

Sedangkan tegangan output (Vo) adalah
CD
V
BD
V
BC
V
o
V = = (3.6)

Didapatkan tegangan output (Vo) sama dengan Vs
Z Z
Z
Zx Z
Z
o
V .
3 2
2
1
1
(

+
= (3.7)

Untuk mencapai kondisi setimbang atau Vo = 0 maka didapatkan persamaan
3 2
2
1
1
Z Z
Z
Zx Z
Z
+
=
+


sehingga didapatkan
2
) 3 ).( 1 (
Z
Z Z
x
Z = (3.8)



Gambar 3.7. Rangkaian jembatan Wheatstone dengan impedansi


Contoh 3.5. Hitunglah nilai Vo pada jembatan wheatstone gambar 3.7. apabila Zx adalah termistor yang
sudah dilinierisasi yaitu O = = 52 , 4
tp
R Zx dan O = = 4 1 1 R Z , O = = K R Z 1 2 2 , O = = K R Z 1 3 3 .
Tegangan sumber yang digunakan adalah Vs = 10 volt.

Penyelesaian :
Dengan rumus Vs
Z Z
Z
Zx Z
Z
o
V .
3 2
2
1
1
(

+
= didapatkan volt V
o
V 31 , 0 ) 10 .(
1 1
1
52 , 4 4
4
=
(

+
=
30
Sensitivitas dari jembatan Wheatstone
Beberapa jenis transduser, termasuk termistor yang sudah dianalisa dan strain gauge yang akan di analisa
beroperasi dengan prinsip parameter yang dukur menyebabkan perubahan kecil pada resistansi divais atau
komponen. Pada termistor, sebagai contoh, bahwa perubahan kecil pada temperatur menyebabkan
perubahan dalam resistansi termistor. Sebuah jembatan Wheatstone umumnya digunakan untuk mengukur
perubahan tegangan output,
o
V A , yang disebabkan oleh perubahan resistansi transduser,
x
R A .
Sensitivitas dari jembatan,
R
S , didefinisikan sebagai perbandingan perubahan tegangan output terhadap
perubahan resistansi atau persamaannya adalah
x
R
o
V
R
S
A
A
= (3.9)
Untuk menghitung sensitivitas jembatan, maka rangkaian jembatan yang umum di analisa adalah seperti
gambar 3.8. di bawah. Jika resistansi tidak berubah, 0 = A
x
R maka 0 =
o
V atau juga tidak berubah.



Gambar 3.8. Transduser resistip pada rangkaian jembatan Wheatstone

Sedangkan untuk nilai lain dari
x
R A , maka
o
V
o
V . A = , perubahan dari nol dan
Vs
x
R
x
R
x
R
x
R
x
R
x
R
x
R
x
R
x
R
o
V .
(
(

A + A +
A
= A

Kalau dikelompokkan menjadi Vs
x
R
x
R
x
R
x
R
x
R
x
R
o
V .
2 2 2
(
(

A
= A atau Vs
x
R
x
R
o
V .
2
(
(

A
= A

Persamaan sensitivitas adalah
x
R
Vs
x
R
o
V
R
S
2
=
A
A
= ( )
O
V
(3.10)
Dari persamaan tersebut, sensitivitas berbanding lurus dengan tegangan sumber eksitasi Vs dalam
rangkaian dan dipengaruhi oleh
x
R .
Contoh 3.6. Sebuah transduser yang digambarkan pada gambar 3.8. apabila O = K R
x
1 dan tegangan
eksitasi sumber yang digunakan adalah Vs = 20 volt. Hitunglah sensitivitas dalam volt/ohm.
Penyelesaian :

O
=

=
A
A
=
V
x
R
o
V
R
S 01 , 0
3
10 . 2
20

31
3.4. Pengukur Tegangan (Strain Gauge)
Sebuah strain gauge adalah sebuah divais atau komponen yang dapat mengukur perubahan
panjang dari sebuah obyek. Strain gauge yang dimaksud dalam perubahan panjang yaitu karena
perubahan resistansi dari gauge. Sebagai contoh adalah Weston strain gauge seperti pada gambar di
bawah yang ditempelkan melingkar pada lengan atau kaki untuk mengukur perubahan diameter, yang
perubahannya mungkin digunakan untuk mengukur volume darah. Sebuah instrument yang digunakan
untuk mengukur volume dengan jenis seperti ini dinamakan plethysmograph. Sebuah strain gauge yang
ditempelkan pada jari-jari tangan digunakan untuk mengukur perubahan kecil volume darah yang
mengalir melalui jari-jari tangan tersebut seperti pada gambar di bawah.
Strain, S, adalah perbandingan perubahan panjang terhadap panjang obyek tersebut akibat gaya
pada arah gaya yang digunakan pada obyek tersebut dimana l adalah panjang obyek dan l A adalah
perubahan panjang obyek dan didapatkan nilai strain (S) sebagai berikut :
l
l
S
A
=
Faktor Regangan (Gauge Factor) atau GF adalah perbandingan persentase (perubahan) resistansi
terhadap persentase (perubahan) panjang yang dirumuskan
l
l
R
R
GF
A
A
= atau
S
R
R
GF
A
= .
Diketahui R adalah resistansi dalam keadaan diam (resting) dan R A adalah perubahan resistansi. Tabel di
bawah adalah daftar beberapa bahan yang digunakan dalam strain gauge.







a) Strain Gauge dalam Jembatan Wheatstone
Sebuah strain gauge menghasilkan resistansi Rx Rx A + pada gambar di bawah dan menghasilkan
tegangan output Vo,
Vs
R R
R
Rx Rx R
R
o
V .
3 2
2
1
1
(

A + +
=

Atau didapatkan Rx
l
l G
Rx .
.
(

A
= A
Contoh 3.7. Sebuah strain gauge mempunyai factor gauge sebesar 4, panjang dalam keadaan diam
adalah 2 cm dan resistansi diam adalah O K 2 . Strain gauge ini ditempatkan pada jembatan
Wheatstone seperti pada gambar 3.9. Nilai resistansi yang dipasang O = K R 1 1 , O = K R 2 2 ,
O = K R 3 3 . Tegangan sumber yang digunakan adalah Vs = 10 volt. Hitunglah perubahan
resistansi dan tegangan output Vo apabila perubahan panjang sama dengan 0,1 cm.
Penyelesaian :
Dengan rumus Rx
l
l G
Rx .
.
(

A
= A didapatkan O =
(

= A 400 ) 2000 .(
2
) 1 , 0 .( 4
cm
cm
Rx
Vs
R R
R
Rx Rx R
R
o
V .
3 2
2
1
1
(

A + +
= didapatkan
( ) volt V
o
V 1 , 2 ) 10 ( 5 , 0 29 , 0 ) 10 .( 4 , 0
34
10
) 10 .(
3000 2000
2000
400 2000 1000
1000
= =
(

=
(

+ +
=
Nomer Bahan Faktor Gauge (GF)
Modulus Young |
.
|

\
|
2
in
lb

1 Constantan 2,1 6
10 24x
2 Nickel - 12 sampai 20 6
10 30x
3 Silikon ~ 120
K x
6
10 27
32

b) Sensitivitas dari Strain Gauge
Sensitivitas dari sebuah strain gauge,
g
S , terhadap perubahan tegangan output dalam sebuah
rangkaian listrik, didefinisikan sebagai perbandingan perubahan tegangan output terhadap
perubahan panjang dari strain gauge seperti pada gambar 3.9. didapatkan rumus
l
o
V
g
S
A
A
= (3.11)
Contoh 3.8. Sebuah strain gauge mempunyai factor gauge sebesar 4, panjang dalam keadaan diam
adalah 2 cm dan resistansi diam adalah O K 2 . Strain gauge ini ditempatkan pada jembatan
Wheatstone seperti pada gambar 3.9. Nilai resistansi yang dipasang O = K R 1 1 , O = K R 2 2 ,
O = K R 3 3 . Tegangan sumber yang digunakan adalah Vs = 10 volt. Hitunglah perubahan
resistansi dan tegangan output Vo apabila perubahan panjang sama dengan 0,1 cm.
Penyelesaian :
Dengan rumus Rx
l
l G
Rx .
.
(

A
= A didapatkan O =
(

= A 400 ) 2000 .(
2
) 1 , 0 .( 4
cm
cm
Rx


3.5. Transduser Bersifat Kapasitip
Sebuah kapasitor selisih (differential capacitor) dapat digunakan untuk menghasilkan suatu nilai yang
tidak seimbang pada sebuah rangkaian jembatan karena perpindahan fisik yang kecil pada lempengan
(plate) tengah sebuah kapasitor selisih. Susunan dari pada kapasitor selisih seperti gambar 3.10. Kapasitor
selisih terdiri dari dua buah kapasitor yaitu kapasitor C1 dan C2 yang berada saling terbalik dengan
lempengan bersama pada lempengan tengah. Pergerakan lempengan bersama yang disebabkan karena
pergeseran sebuah benda yang mengakibatkan lempengan bersama (lempengan tengah) bergeser ke atas
sejauh x dapat menyebabkan bertambahnya nilai kapasitansi salah satu kapasitor dan menurunnya nilai
kapasitansi pada kapasitor lanilla, sesuai dengan rumus kapasitansi,

x d
A
C

= . 1 c dan
x d
A
C
+
= . 2 c
Dimana, A adalah luas penampang lempengan dari kapasitor dan c adalah konstanta dielektrik. Disini C1
nilainya naik karena pergeseran arah positip x dan C2 secara bersamaan nilainya menurun karena
pergerakan ke arah positip x seperti pada gambar 3.10. Kapasitor selisih yaitu C1 dan C2 disusun pada
rangkaian jembatan wheatstone seperti gambar 3.11.



Gambar 3.10. Transduser kapasitor selisih (differential capacitor)

33

Gambar 3.11. Rangkaian transduser kapasitor pada rangkaian jembatan wheatstone

Tegangan output yang dihasilkan pada rangkaian jembatan wheatstone karena pergeseran translasi sumbu
x keatas dan kebawah dari gambar 3.11. adalah
Vs
C j C j
C j
C j C j
C j
out
V .
4
1
3
1
4
1
2
1
1
1
2
1
(
(
(
(
(

+
=
e e
e
e e
e

Dengan mengeliminasi nilai e j dan mengalikan bagian pembilang dan penyebut dengan nilai C1C2
untuk suku pertama dan dengan nilai C3C4 untuk suku kedua didapatkan :

Vs
C C
C
C C
C
out
V .
4 3
3
2 1
1
(

+
=
Apabila nilai C1 dan C2 dimasukkan maka didapatkan
Vs
C C
C
x d x d
x d
out
V .
4 3
3
1 1
1
(
(
(
(

+
+

=
Dengan penyederhanaan Aljabar didapatkan :

Vs
C C
C
x d
x d
out
V .
4 3
3
1
1
(
(
(
(

+
= atau Vs
C C
C
d
x d
out
V .
4 3
3
2
(

+
=

Tampak jelas bahwa dari persamaan bahwa tegangan output proporsional terhadap perpindahan, x,
tambah suatu konstanta. Sensitivitas dari transduser kapasitor selisih
x
S adalah perubahan tegangan
output dVout dibagi perubahan perpindahan dx, yang dirumuskan sebagai berikut :


d
Vs
dx
dVout
x
S
. 2
= = dalam ( )
m
V


Contoh 3.9. Sebuah kapasitor selisih terdiri dari tiga lempengan (plate) metal, yang setiap lempengan
mempunyai luasan
2
2cm di udara. Hitunglah kapasitas seimbang untuk perpindahan seimbang, d, mm 1 .
Hitunglah juga sensitivitas pada tegangan bias jembatan . 10 ac V ,
34
Penyelesaian :
pF F
m
m
m F
d
A
seimbang
C 76 , 1
12
10 . 76 , 1
3
10
2
2
2
10 . 2
) / .(
12
10 . 85 , 8 =

|
.
|

\
|

= = c .
Sensitivitas adalah
m
V
m
V
d
Vs
x
S 5000
)
3
10 .( 2
10
. 2
=

= =

3.6. Transduser Bersifat Induktip
Pergerakan sebuah diaphragma yang disebabkan oleh pergerakan atau tekanan dapat juga
ditransformasikan menjadi sebuah tegangan karena perubahan induktansinya. Penggunaan luas dari
bentuk LVDT (linear variable differential transformer) diilustrasikan pada gambar 3.11. Perubahan
tekanan yang diterapkan pada pergerakan inti transformer atau bahan besi sedemikian hingga induktor
yang atas dapat meningkat induktansinya sebesar l A , perubahan induktansi, sedangkan induktor yang
bawah induktansinya menurun sebesar yang sama yaitu l A . Analisa dengan menggunakan rangkaian
jembatan Wheatstone seperti pada gambar 3.12. adalah



Gambar 3.11. Susunan LVDT (linear variable differential transformer)



Gambar 3.12. Rangkaian ekivalen LVDT dengan model jembatan wheatstone


( )
( ) ( )
Vs
R R
R
L L j L L j
L L j
out
V .
(

A + A +
A
=
e e
e

35

Vs
L
L
Vs
R R
R
L
L
L
L
Vs
R R
R
L
L L
out
V .
2
.
2 2
.
2
A
=
(

A
+ =
(

A
=
Pada sebuah LVDT, tekanan, P, adalah proporsional terhadap perubahan induktansi. Konstanta
proporsional didefinisikan sebagai
1
k . Rumus dari tegangan outputnya adalah
Vs
L
P k
out
V .
2
.
1
(
(

= (3.)
Sensitivitas dari transduser adalah
dP
out
dV
S =
1
, oleh karena itu
L
Vs k
S
2
.
1
1
= .
Secara komersial dari sebuah transduser yang digunakan untuk mengukur tekanan, menggunakan prinsip
LVDT, yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan -100 sampai 400 mmHg. Dengan menggunakan
tegangan sumber V Vs 5 = dan sensitivitas
mmHg
V
S

200
1
= . Jangkauan tegangan yang diterapkan antara
5 samapai 20 volt dengan frekuensi antara 1,5 kHz sampai 15 kHz.

3.7. Perbaikan Pada Komponen
Perbaikan pada transduser adalah perbaikan tingkat komponen, oleh karena transduser adalah titik
penghubung antara pasien dengan instrument medika. Teknik perbaikan yang efektif adalah inspeksi
secara visual, tanya-jawab dengan operator, pengukuran resistansi atau tegangan. Oleh karena transduser
sering bergerak.



























36
IV. Op-Amp sebagai Penguat Biopotensial

4.1 Pendahuluan
Nama penguat operasional (operational amplifier) diberikan kepada sebuah penguat dengan
penguatan yang tinggi, yang dirancang untuk melaksanakan tugas operasi matematis seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian. Penemuan op amp dalam bentuk IC (integrated circuit) yang
mempunyai tegangan operasi yang rendah, harganya murah, mudah diganti-ganti dan dapat dihandalkan.
Dengan sifatnya tersebut op amp dapat digunakan dalam bidang pengontrolan proses, komunikasi,
computer, pembangkit sinyal, sistem peraga, pengukuran dan sistem pengujian. Op amp secara rangkaian
diskrit terdiri dari banyak komponen resistor, kapasitor, transistor yang membentuk rangkaian menjadi
satu kesatuan dalam satu buah IC. Untuk menggunakan op amp tidak perlu tahu dalamnya op amp, tetapi
hubungan komponen luar dengan sebuah op amp. Op amp mempunyai 5 terminal/pin :Dua terminal untuk
suplai daya (power supply), dua terminal untuk masukan (input) sinyal, 1 terminal untuk keluaran
(output). Simbol daripada op amp adalah sebuah segitiga sama kaki yang mempunyai 5 terminal.



Gambar 4.1. Rangkaian pada bagian dalam dari op-amp tipe 741
37


Gambar 4.2 Simbol Op amp



Gambar 4.3. Bentuk kemasan op-amp tipe 741 dan nama kakinya


Gambar 4.4. Bentuk fisik dari pada Op-Amp dengan 8 kaki
4.2.Terminal/kaki Op-Amp
4.2.1. Terminal/kaki suplai daya (power supply)
Pada Op-Amp terminal/kaki suplai daya (power supply) tegangan ada dua yaitu untuk tegangan
positip (+V) dan tegangan negatip (-V). Tegangan ini bersifat split atau bipolar yaitu positip dan
negatip. Tegangan supplai pada Op-Amp biasanya + 12 volt, +15 volt, + 18 volt.
38

Gambar 4.5. Cara memberi daya dengan 2 buah baterai

Gambar 4.6. Cara memberi daya dengan 1 buah baterai

Gambar 4.7. Cara memberi daya dari sumber listrik ac
39

Gambar 4.8. Adaptor bipolar menggunakan transistor daya untuk arus yang besar

4.2.2. Terminal/kaki luaran (output)
Pada Op-Amp, terminal/kaki luaran (output) ada satu yaitu Vo. Tegangan output pada Op-amp
ada batas maksimumnya atau tegangan jenuh maksimum (positip saturasi) atau (+Vsat) dan ada
batas minimumnya atau tegangan jenuh minimum (negatip saturasi) atau (-Vsat). Tegangan
saturasi pada Op-Amp biasanya dinyatakan dalam bentuk +Vsat = + 10 volt atau +Vsat = +14
volt. Tegangan saturasi biasanya dibawah tegangan suplai antara 1 sampai 2 volt.
+ V = +15 volt maka +Vsat = +14 volt atau +V= +12 volt maka +Vsat = +10 volt.

Gambar 4.9. Polaritas Vo tergantung polaritas Ed (a)Ed positip maka Vo positip
(b)Ed negatip maka Vo negatip
40
4.2.3. Terminal/kali masukan (input)
Pada Op-Amp, terminal/kaki masukan (input) ada dua yaitu positip input atau non inverting input
(masukan tak membalik) yang masuk pada kaki bertanda + (positip) dan negatip input atau
inverting input (masukan pembalik) yang masuk pada kaki bertanda (negatip). Tegangan
masukan (input) bersifat selisih atau differential (Ed) yaitu split antara positip dan negatip.
Perbedaan tegangan antara kedua terminal masukan dinamakan Ed (tegangan selish atau
differential) yaitu masukan (+) masukan (-) atau ditulis
Ed = tegangan pada masukan (+) tegangan pada masukan (-). ..(1)
Hasil dari pada pengurangan ini akan mengakibatkan polaritas Ed menjadi negatip atau positip.
Tegangan output (Vo) merupakan perkalian Ed dengan AoL (penguatan open loop) dari op amp
sehingga polaritas dari Vo tergantung dari polaritas Ed, dan dapat ditulis menjadi
OL d
A E Vo . = . Sifat penting dari terminal masukan adalah mempunyai impedansi input yang
tinggi.
4.2.4. Penguatan tegangan untaian terbuka (open loop gain) atau AoL
Pada gambar 4.9. jika perbedaan tegangan masukan (Ed) cukup kecil maka tegangan Vo akan
ditentukan dengan perkalian Ed dan penguatan open loop (AoL) atau,
OL d
A E Vo . = . (2)
OL
A dinamakan penguatan atau gain untaian terbuka karena hubungan umpan balik antara terminal
output dengan terminal input dibiarkan terbuka.
4.3. Op-Amp ideal
Untuk mempermudah dalam melakukan analisa dan disain rangkaian dengan menggunakan op amp, maka
op amp dianggap ideal. Op amp ideal mempnyai sifat-sifat sebagai berikut.
1. Op amp mempunyai penguatan (gain) untaian terbuka (AoL) tak terhingga.
2. Impedansi masukan (input) tak terhingga.
3. Impedansi keluaran (output) sama dengan nol.
4. Lebar bidang frekuensi (Bandwidth) sama dengan tak terhingga.
5. Arus bias masukan (input bias current) sama dengan nol.
6. Tegangan offset (penyetelan tegangan) pada keluaran (output) sama dengan nol.
7. Tegangan selisih masukan (differential input voltage Ed) sama dengan nol.



41
4.4. Rangkaian Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)
Rangkaian pada gambar 4.10. adalah rangkaian dari op amp yang sangat berguna. Rangkaian ini
merupakan sebuah penguat yang penguatan untaian tertutup dari Vi ke Vo ditentukan oleh nilai Rf dan
Ri, yang dapat memperkuat sinyal ac atau sinyal dc. Untuk memahaminya maka op amp dibuat menjadi
idealnya.
1. Tegangan Ed antara masukan (+) dan masukan (-) adalah sama dengan nol.
2. Arus yang masuk terminal masukan (+) dan masukan (-) dapat diabaikan atau sama dengan nol.



Gambar 4.10. Rangkaian penguat pembalik dengan sinyal masukan pada negatip input

Dengan menggunakan gain untaian tertutup (
CL
A ) maka besarnya adalah

Rin
Rf
Vin
Vout
A
CL
= = ..(3)
Tanda negatip pada persamaan diatas artinya adalah bahwa polaritas tegangan output (Vout) terbalik
dengan polaritas tegangan input (Vin) makanya dinamakan penguat pembalik (inverting amplifier).

Contoh 4-1 : Pada gambar 4.10. diketahui Rf = 100 K, Rin = 10 K, Vin = 1 volt. Hitunglah AcL, Vout.
Penyelesaian :
10
10
100
= = =
K
K
Ri
Rf
A
CL
bisa juga dengan 10
1
10
=

= =
V
V
Vi
Vo
A
CL

volt V
K
K
Vi
Ri
Rf
Vo 10 ) 1 .(
10
100
. = = =
Impedansi input yaitu impedansi yang dihadapi pada sisi Vi adalah Ri, sedangkan impedansi
output yang dihadapi pada sisi Vo adalah ( )
AMP OP
Zo
L
R
AMP OP
Zo

~

// .

42
4.5 . Rangkaian Penjumlah Pembalik (I nverting Adder)
Rangkaian penguat pembalik dengan sinyal masukan lebih dari satu seperti pada gambar di bawah
adalah rangkaian penguat penjumlah (adder), karena masukannya ada pada negatip input maka
dinamakan penguat penjumlah pembalik.


Gambar 4.11. Rangkaian penguat pembalik sebagai penjumlah pembalik

Dengan prinsip superposisi yaitu pada masukan negatip Op-amp ada 3 masukan tegangan (V1,
V2, V3, V4) dan rangkaian dari Op-amp adalah penguat pembalik maka nilai tegangan outputnya
adalah Rf
R
V
R
V
R
V
V
R
Rf
V
R
Rf
V
R
Rf
Vo .
3
3
2
2
1
1
) 3 .
3
( ) 2 .
2
( ) 1 .
1
(
|
.
|

\
|
+ + = + + = .(4)
Jika R1=R2=R3=Rf maka
( ) 3 2 1 V V V Vo + + =

Contoh 4-2 : Pada gambar 4.11. diketahui bahwa R1=R2=R3=Rf= 10 K dan V1=2 V, V2=3 V, V3= 1 V.
Hitunglah besarnya Vo.
Penyelesaian : Karena R1=R2=R3=Rf maka ( ) V Vo 6 1 3 2 = + + = .
Jika tegangan masukan yang ketiga polaritasnya dibalik maka ( ) V Vo 4 1 3 2 = + =

4.6 . Penjumlah pembalik dengan penguatan (gain)
Penjumlah pembalik (inverting adder) apabila nilai tahanan masukan mempunyai nilai yang tidak sama
dengan tahanan umpan balik (feed back) maka setiap sinyal masukan akan mempunyai penguatan (gain),
sehingga rangkaiannya dinamakan penjumlah pembalik dengan penguatan (gain) seperti gambar 4.12. di
bawah.
43

Gambar 4.12. Rangkaian penguat pembalik dengan penguatan (gain)

Apabila nilai Rf R R R = = = 3 2 1 maka akan terjadi penguatan (gain) sehingga menjadi penjumlah
pembalik dengan penguatan (gain). Dan tegangan output dari penjumlah pembalik menjadi :
) 3 .
3
( ) 2 .
2
( ) 1 .
1
( V
R
Rf
V
R
Rf
V
R
Rf
Vo + + = (5)

Contoh 4-3 : Pada gambar 4.12. diketahui bahwa R1=10 K, R2=20 K, R3=50 K, Rf= 100 K dan V1=1 V,
V2=0,5 V, V3= -1 V. Hitunglah besarnya Vo.
Penyelesaian:
V V
R
Rf
V
R
Rf
V
R
Rf
Vo 5 , 10 ) 1 (
50
100
5 , 0 .
20
100
1 .
10
100
) 3 .
3
( ) 2 .
2
( ) 1 .
1
( =
|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
= + + =

4.7 . Penguat Bertahap (Cascade Amplifier)
Sebuah penguat bisa disusun secara bertahap yang dinamakan penguat bertahap (kaskade). Penguat ini
bisa lebih dari satu penguat. Nilai penguatan totalnya dari penguat ini merupakan perkalian dari setiap
penguat. Penguatan (gain) dari penguat bertahap di bawah ini adalah
1
1
Vo
Vo
x
Vi
Vo
Vi
Vo
= . ...(6)

Gambar 4.13. Rangkaian penguat bertahap
44
Contoh 4-4 : Pada gambar 4.13. diketahui bahwa Ri1=10 K, Rf1=20 K, Ri2=25 K, Rf2= 100 K dan
V1=1 V. Hitunglah besarnya Vo1, Vo.
Penyelesaian:
2
10
20
1
1 1
= = =
K
K
Ri
Rf
Vi
Vo
Besarnya tegangan Vo1 adalah -2 volt.
4
25
100
2
2
1
= = =
K
K
Ri
Rf
Vo
Vo
Besarnya tegangan Vo adalah 8 volt.

4.8 . Rangkaian Penguat Tak Membalik (Non inverting Amplifier)
Rangkaian penguat apabila sinyal masukannya (input) masuk pada terminal positip input maka
dinamakan penguat tak membalik (non inverting amplifier).

Gambar 4.14. Rangkaian penguat tak membalik

Besarnya penguatan (gain) pada untaian tertutup (close loop) yang diberi symbol AcL pada rangkaian
penguat tak membalik adalah |
.
|

\
|
+ = = 1
1
2
R
R
Vin
Vout
CL
A .(7)
Tidak adanya tanda negatip pada persamaan diatas artinya adalah bahwa polaritas tegangan output (Vout)
sama dengan polaritas tegangan input (Vin) makanya dinamakan penguat tak membalik (non-inverting
amplifier).

Contoh 4-5 : Pada gambar 1.14. diketahui R2 = 50 K, R1 = 10 K, Vin = 1 volt . Hitunglah AcL, Vout.
Penyelesaian :
6 1
10
50
1 =
|
.
|

\
|
+ =
|
.
|

\
|
+ =
Ri
Rf
A
CL
bisa juga dengan 6
1
6
= = =
V
V
Vi
Vo
A
CL

volt V Vi
Ri
Rf
Vo 6 ) 1 .( 1
10
50
. 1 =
|
.
|

\
|
+ =
|
.
|

\
|
+ =
Impedansi input yang dihadapi Vi adalah impedansi input op-amp.

45
4.9 . Rangkaian Penguat Tak Membalik dengan dua masukan
Rangkaian penguat tak membalik (non inverting amplifier) juga dapat dengan sinyal masukan
(input) lebih dari satu.
a



4.10. Tegangan (Voltage Follower)
Rangkaian dari sebuah penguat yang tidak memp
Pengikut
Gambar 1.13. Rangkaian penguat dengan penguatan satu atau pengikut tegangan
Sebuah penguat yang mempunyai penguatan (gain) sama dengan satu dinamakan rangkaian pengikut
tegangan (voltage follower) yaitu besarnya tegangan output (Vo) tergantung besarnya tegangan input (Vi)
atau sebagai penyangga (buffer) karena dari rangkaian ini didapatkan impedansi input yang besar.
Vi Vo = (6)

46
4.11. Penguat Dua Titik (Double Ended Amplifier)

4.12. Penguat Selisih (Differential Amplifier)

Gambar 1.15. Rangkaian penguat selisih
Rangkaian penguat selisih adalah rangkaian penguat yang terdiri dari penguat pembalik dan penguat tak
membalik yang tegangan outputnya merupakan selisih (differential) dari tegangan inputnya. Karena
tegangan inputnya ada dua yaitu V1 dan V2 maka dengan teknik superposisi didapatkan tegangan
outputnya (Vo). Apabila V2 yang aktif dan V1 tidak aktif maka menjadi rangkaian penguat tak membalik
dan apabila V1 yang aktif dan V2 yang tidak aktif maka menjadi rangkaian penguat membalik.
1 .
1
2 .
2
1
1
V
R
Rf
V
Rg R
Rg
R
Rf
Vo
|
|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
+ = .(8)
Jika nilai perbandingan resistor seimbang
Rg
Rf
R
R
=
2
1
maka ( ) 1 2
1
V V
R
Rf
Vo = .(9)

47
Contoh-5 : Pada gambar 1.15. diketahui Rf = 50 K, R1 = 10 K, V1 = 1 volt, V2= 2 volt, R2= 10K,
Rg=15K . Hitunglah Vo, AcL.
Penyelesaian :
V V V V
R
Rf
V
Rg R
Rg
R
Rf
Vo 2 , 2 5 2 , 7 ) 1 .(
10
50
) 2 .(
15 10
15
1
10
50
1 .
1
2 .
2
1
1
= =
|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
+ =
|
|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
+ =

4.13. Penguat Instrumentasi (Instrumentation Amplifier)

Gambar 1.16. Rangkaian penguat instrumentasi

Penguat instrmentasi adalah suatu penguat yang sering digunakan pada peralatan ukur atau instrument
elektronik yang bianya sinyal tegangan input sangat kecil (dalam mV atau mungkin uV). Penguat
instrumentasi ini terdiri dari 3 buah Op-amp yaitu 2 buah Op-amp yang depan berfungsi sebagai
penyangga (buffer) dan Op-amp yang belakang sebagai penguat selisih (differential). Op-amp yang
berfungsi sebagai penyangga dimanfaatkan impedansi inputnya yang nilainya sangat besar tetapi
penguatannya hanya satu. Sedangkan Op-amp sebagai penguat selisih mempunyai penguatan (gain) yang
besar. Tegangan output sama dengan tegangan output penguat selisih.
1 . 2 .
2 1
2
1 V
Ri
Rf
V
R R
R
Ri
Rf
Vo
|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
+ = . Tetapi apabila terjadi keseimbangan pada
2 1 R
Rf
R
Ri
= maka
tegangan outputnya menjadi sederhana ( ) 1 2 V V
Ri
Rf
Vo = . ..(18)

Contoh-6 : Pada gambar 1.16. diketahui Rf = 50 K, Ri = 10 K, R1 = 10 K, R2 = 50 K, V1 = 1 volt, V2=
2 volt, dan RL = 25 K. Hitunglah Vo, AcL.
Penyelesaian :
48
Karena Ri.R2 = R1.Rf mak
( ) ( ) V V V
Ri
Rf
Vo 5 1 2
10
50
1 2 . = = =
5
10
50
) 1 2 (
= = =

=
K
K
Ri
Rf
V V
Vo
A
CL


4.14. Rangkaian Integrator

Gambar 1.17. Rangkaian Integrator
Rangkaian integrator adalah rangkaian umpan balik negatip dimana komonen umpan baliknya adalah
sebuah kapasitor. Tegangan output (Vo) dari rangkaian merupakan integral dari tegangan input (Vi).
Menurut hukum Kirchoff maka nilai iC I = .

Ri
Vi
I = dan
dt
dVc
C i
C
. =
Vc Vo =

dt
Vo d
C
Ri
Vi ) (
.

=
dt Vi
C Ri
dVo .
.
1
=
Diintegralkan menjadi
} }
= Vidt
C Ri
Vo d
.
1

Sehingga K Vidt
C Ri
Vo + =
}
.
1

Dimana : Vi = Tegangan input (V)
Ri = resistansi input (ohm)
C = kapasitor (F)
K = konstanta atau kondisi awal tegangan kapasitor (V)
Vo = Tegangan output (V)
49
Contoh-13 : Pada gambar 2.17. diketahui Ri = 10 K, C = 1 uF, RL = 25 K, Vi = 2 volt, hitunglah Vo jika
pada kondisi awal kapasitor dalam keadaan kosong.
Penyelesaian :
}
= Vidt
C Ri
Vo
.
1

t K t dt Vo 200 ) 2 .( 100 2
6
10 .
4
10
1
= + =

=
}
volt.

4.15. Rangkaian Differentiator

Gambar 1.18. Rangkaian Differentiator

Rangkaian integrator adalah rangkaian umpan balik negatip dimana komonen umpan baliknya adalah
sebuah kapasitor. Tegangan output (Vo) dari rangkaian merupakan integral dari tegangan input (Vi).
Menurut hukum Kirchoff maka nilai I iC = .

R
Vo
R
Vo
I

=

=
0
dan
dt
dVi
Ci i
C
. =

dt
dVi
Ci
R
Vo
. =



dt
dVi
Ci R Vo . . =
Dimana : Vi = Tegangan input (V)
R = resistansi feed back (ohm)
Ci = kapasitor input (F)
Vo = Tegangan output (V)
Contoh-14 : Pada gambar 1.18. diketahui R = 100 K, Ci = 1 uF, RL = 25 K, Vi = 5.t volt, hitunglah Vo
jika pada kondisi awal kapasitor dalam keadaan kosong.
50
Penyelesaian :
dt
dVi
C Ri Vo . =
5 , 0
) 5 (
.
6
10 .
5
10 =

=
dt
t d
Vo volt.






V. ECG
VI. EEG
VII. EMG
























51
X. Defibrillator


Di bidang kesehatan ada ratusan ribu orang yang meninggal secara mendadak karena serangan
jantung pada setiap tahunnya. Jika para pasien dapat diselamatkan dengan menggunakan defibrillator
antara satu menit setelah terjadi serangan, sekitar 80 % dapat dinaikkan ketahanan tubuhnya dari serangan
jantung mendadak. Bagaimanapun juga jika terjadi keterlambatan perawatan sekitar 10 menit maka
kemungkinan untuk bertahan berkurang dari 80% menjadi 15%. Ilustrasi tersebut menggambarkan betapa
pentingnya sebuah defibrillator dan betapa pentingnya di dalam populasi masyarakat.
Sebuah defibrillator adalah peralatan elektronik yang menghasilkan depolarisasi pada myocardial
dari jantung pasien untuk menghentikan fibrillasi ventrikel atau fibrillasi atrium. Fibrillasi terjadi karena
ektopik atau stimulus yang terjadi pada jantung keluar pada tempat semestinya sehingga menyebabkan
kontraksi otot jantung yang tidak terorganisasi. Ketika fibrillasi ini terjadi pada ventrikel menyebabkan
terjadinya pengurangan output aliran darah pada jantung secara drastis dan menghasilkan kematian
setelah beberapa menit. Sedangkan fibrillasi pada atrium mengakibatkan berkurangnya output jantung
tetapi biasanya tidak fatal. Sebuah defibrillator d.c. adalah efektip untuk perawatan pada kedua kondisi.
Arus sebesar 2 sampai 10 A dapat menyebabkan kontraksi otot jantung menderita.Defibrillator
a.c. sejak awal tidak reliable dan digantikan oleh defibrillator d.c. yang menyediakan energi sebesar 40
sampai 400 joule suatu energi yang melewati ruang dada (thorax). Energi yang diperlukan tergantung
ukuran dari pasien dan resistansi kulitnya. Tegangan yang dibutuhkan bervariasi antara 1000 sampai 6000
volt, tergantung dari durasi pulsa d.c. yang digunakan. Sebagai contoh jika suatu pulsa 2000 volt dengan
durasi 5 mdetik dikurangi tegangannya menjadi turun dua kali maka durasinya dijadikan dua kali supaya
energi yang diberikan pada pasien tetap sama. Jika pulsa defibrillator diterapkan secara langsung pada
jantung selama operasi jantung terbuka, atau dengan defibrillator yang diimplantasi maka energinya
berkurang antara 15 sampai 50 joule. Semua defibrillator harus mempunyai mekanisme untuk mengatur
level energinya dengan cara pengaturan amplitude pulsa atau durasi pulsa defibrillator. Skema dari
sebuah defibrillator d.c. yang diperkenalkan oleh Bernard Lown pada tahun 1962 seperti gambar
dibawah.

Gambar 10.1. Skema sebuah defibrillator d.c.

Prinsip kerja dari defibrillator ini adalah apabila saklar berada pada posisi 1 (charge) maka arus mengalir
melalui dioda pada satu arah dan mengisi muatan pada kapasitor sampai nilainya mencapai
maksimumnya (Vp). Tegangan maksimum (Vp) dapat disetel dengan merubah setelan pada
transformatornya. Energi yang disimpan kapasitor atau yang disiapkan oleh defibrillator sebesar :
2
2
1
p
CV
c
W =
Energi yang disediakan oleh defibrillator bervariasi tergantung dari setelan trafo (varactor).
Pulsa defibrillator disediakan dengan menempatkan bantalan (paddle) yang terdiri electrode yang
diberi gel elektrolit pada permukaan kulit pasien dan saklar pada posisi discharge. Bantalan tersebut
mempunyai permukaan dari logam yang berdiameter 8 sampai 10 cm untuk pasien dewasa. Bantalan
tersebut diletakkan pada posisi anterior-anterior sehingga arus listrik mengalir melewati jantung (satu di
sisi atas jantung yaitu pada tulang dada (sternum) dan satunya dibawah jantung). Arus melewati jantung
52
dari sisi atas ke sisi bawah jantung. Jika posisi bantalan adalah anterior-posterior maka arus listrik
mengalir dari sisi belakang dada melewati jantung menuju depan dada. Saklar discharge biasanya
disediakan dekat bantalan, hal ini untuk menghindari jangan sampai terjadi arus listrik melewati jantung
dari operator.
Contoh Defibrillator,
Tipe defibrillator komersial mempunyai spesifikasi berikut :
Berat antara 7 sampai 50 lbs (biasanya 30 lbs)
Energi maksimum yang disediakan 320 sampai 450 joule
Waktu charging 1 sampai 22 detik
Kapasitas baterai 20 sampai 80 discharging
Waktu baterai recharging 1 sampai 16 jam

Defibrillator menyediakan arus terapi untuk pasien yang sakit kritis. Peralatan yang ada di rumah sakit
harus ditest untuk setiap hari. Biasanya fasilitas test sebelum digunakan, rangkaian test dibangun dalam
satu unit. Prosedur test yang diperlukan adalah :
1. Hidupkan daya listrik.
2. Pilih setelan energi yang maksimum.
3. Charging (isi muatan listrik) dari peralatan.
4. Discharging bantalan (paddle) ke dalam pegangannya. Defibrillator akan secara otomatis
discharging ke dalam beban 50 ohm yang dihubungkan dengan pemegang bantalan di
dalam defibrillator.

10.1. Energi yang disediakan oleh Defibrillator
Distribusi energi yang digunakan pada defibrillator, oleh karena energi yang diberikan ke jaringan
tubuh bahkan ke dalam jantung dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Yang perlu
diperhatikan bahwa energi yang diserap kulit dapat menyebabkan kulit terbakar karena terjadi kepadatan
arus yang paling tinggi dan energi yang berubah menjadi panas sebesar R I .
2
. Resistansi dapat dikurangi
dengan menambah gel pada electrode tergantung pada operator. Apabila operator tidak berpengalaman
maka dapat menyebabkan ketidaknyamanan pasien.
Untukmenghitung energi yang disediakan oleh defibrillstor fihitung dengan bentuk gelombang yang
dihasilkan oleh defibrillator yaitu gelombang persegi. Bentuk gelombang persegi dihasilkan oleh
rangkaian dari hasil discharging kapasitor yang membentuk pulsa. Pulsa yang dihasilkan merupakan
sistem orde-1 yang merupakan defibrillator tipe Lown. Blok diagram dan bentuk pulsa dari defibrillator
tipe Lown seperti gambar dibawah.


Gambar 10.2. Diagram hubungan defibrillator dengan bentuk pulsa persegi
53
Rangkaian ekivalen sebagai pembangkit pulsa defibrillator seperti di atas didapatkan data
D
R yaitu resistansi internal dari sisi keluaran defibrillator,
E
R yaitu resistansi electrode dan kulit,
T
R
yaitu resistansi thorax (rongga dada). Energi setiap pulsa defibrillator ( )
D
W sama dengan daya saat itu
dikalikan dengan durasi pulsa ( )
D
T .
Energi setiap pulsa defibrillator
D
T
D
I
D
V
D
W . . =
Resistansi total rangkaian
E
R
T
R
E
R
D
R
total
R + + + =
Resistansi kabel yang dipasang ke pasien =
E
R
T
R . 2 +
Sehingga di dapat
D
T
E
R
T
R
D
V
D
W .
. 2
2
+
= atau ( )
E
R
T
R
D
T
D
I
D
W . 2 .
2
+ =
Di mana :
E
R
T
R
D
V
D
I
2 +
=
Oleh karena arus
D
I melewati setiap resistansi sehingga dapat dihitung energi pada setiap resistansi,
Energi yang hilang di defibrillator
D
T
D
I
D
R
L
W .
2
. =
Energi yang hilang setiap electrode-kulit
D
T
D
I
E
R
E
W .
2
. =
Energi yang masuk ke thorax (rongga dada)
D
T
D
I
T
R
T
W .
2
. =
Energi yang berasal dari kapasitor
D
T
D
I
total
R
C
W .
2
. =
Energi yang disediakan defibrillator
E
W
T
W
L
W
C
W . 2 + + =
Boleh juga ditulis ( )
D
T
D
I
E
R
T
R
D
R
C
W .
2
. . 2 + + =
Energi yang masuk ke thorax (rongga dada)
C
W
E
R
T
R
D
R
T
R
T
W .
. 2 + +
=
Contoh : Sebuah defibrillator menghasilkan sebuah pulsa persegi sebesar 3000 volt dengan durasi 5
mdetik. Peralatan tersebut mempunyai resistansi O =10
D
R , resistansi electrode-kulit O = 30
E
R , dan
resistansi thorax (rongga dada) O = 30
T
R . Berapa energi yang disediakan untuk rongga dada dan berapa
energi yang diserap oleh kedua elektrode.
Penyelesaian : Arus yang mengalir dari defibrillator selama adanya pulsa adalah tegangan dibagi
resistansi total yaitu A
D
I 30
) 30 .( 2 30 10
3000
=
+ +
= .
Energi yang diserap rongga dada adalah joule
D
T
D
I
T
R
T
W 135 )
3
10 . 5 ).(
2
30 ).( 30 ( .
2
. =

= = .
Energi yang diserap dua electrode adalah joule
D
T
D
I
E
R
E
W 270 )
3
10 . 5 .
2
30 . 30 ( 2 ) .
2
. ( 2 =

= =

10.2. Analisa Bentuk Gelombang Tegangan Defibrillator
Rangkaian dasar dari defibrillator seperti pada gambar 10.1. mengandung sumber tangga satuan
(unit step source). Sumber tangga ini terdiri dari sebuah kapasitor yang terisi muatan secara tiba-tiba
dihubungkan dengan sebuah inductor yang terhubung seri dengan resistor, ketika saklar dipindahkan dari
posisi 1 ke posisi 2. Analisa rangkaian yang memerlukan sumber tangga pada rangkaian RLC
54
menghasilkan tiga jenis respons dari rangkaian tangga yaitu overdamped (redaman lebih), critically
(redaman kritis) dan underdamped (redaman kurang).
Bentuk gelombang tegangan defibrillator Lown adalah sebuah komponen rangkaian respons
tangga. Pertama sebuah kapasitor C diisi muatan (charge) sampai tegangan puncak Vp (gambar 10.3)
pada posisi 1.Tiba-tiba saklar dipindah dari posisi 1 ke posisi 2 maka tegangan keluaran pada bantalan
defibrillator berupa tegangan respon tangga. Rangkaian ekivalen dari defibrillator Lown seperti pada
gambar 10.3. dimana
D
R adalah resistansi inductor dan resistansi internal defibrillator,
E
R adalah
resistansi electrode-kulit,
T
R adalah resistansi thorax (rongga dada),
T
R
E
R
D
R
total
R + + = . 2 .


Gambar 10.3. Rangkaian ekivalensi defibrillator Lown

Apabila saklar pada posisi 1 maka kapasitor diisi muatan (charging) sampai tegangan Vp sehingga energi
yang tersimpan pada kapasitor sama dengan
2
2
1
p
CV
c
W = . Apabila posisi saklar dipindah pada posisi 2
maka kapasitor akan memberi energi rangkaian pada induktor dan resistor secara seri sehingga mengalir
arus i dan timbul tegangan pada
E
R dan
T
R . Karena terjadi rangkaian seri RLC maka respons arus
maupun respons tegangannya ada 3 yaitu dinamakan overdamped (redaman lebih), underdamped
(redaman kurang), criticallydamped (redaman kritis). Respons arus maupun respons tegangan tergantung
dari nilai o yaitu frekuensi Neper atau konstanta redaman dan
o
e yaitu frekuensi resonansi. Besarnya
nilai frekuensi adalah,
L
total
R
2
= o dan
C L
o
.
1
= e . Nilai frekuensi kompleks (s) dari rangkaian adalah
2 2
2 , 1 o
s e o o = sehingga
2 2
1 o
s e o o + = dan
2 2
2 o
s e o o =
Frekuensi resonansi alami ( )
d
e yaitu
2 2
o e e =
o d

Jika
o
e o > dinamakan Overdamped dan persamaan responsnya
t s
e A
t s
e A t i
2
.
2
1
.
1
) ( + = .
Jika
o
e o = dinamakan Criticallydamped dan persamaan responsnya ( ) t A A
t
e t i
2 1
.
) ( +

=
o
.
Jika
o
e o < dinamakan Underdamped dan persamaan responsnya ( ) ( ) ( ) t
d
A t
d
A
t
e t i e e
o
sin
2
cos
1
) ( +

=
Contoh : Defibrillator mempunyai induktor dengan induktansi sebesar 0,1 H, kapasitor dengan
kapasitansi sebesar F 40 , resistansi electrode-kulit sebesar O 10 dan resistansi internal defibrillator
sebesar O 20 resistansi rongga dada (thorax) sebesar O 20 . Ditanyakan berapa tegangan puncak charging
pada kapasitor jika energi yang disimpan sebesar 500 joule dan persamaan respons arus dari rangkaian ?
Penyelesaian: Tegangan puncak pada kapasitor jika adalah :
2
.
2
1
CVp W =
55
V
C
W
Vp 5000
2
000 . 10
10 . 4
) 500 .( 2 . 2
5
= = = =


Resistansi total adalah O = + + = + + = 60 20 ) 10 .( 2 20 . 2
T
R
E
R
D
R
total
R .
300
) 1 , 0 .( 2
60
. 2
= = =
L
total
R
o
500
3
10 . 2
1
5
10 . 4 .
1
10
1
=

=

=
o
e
Karena nilai
o
e o < maka responsnya dinamakan Underdamped.
Karena underdamped maka ada nilai
d
e sebesar 400
2
300
2
500
2 2
= = = o e e
o d

Persamaan respons arus adalah
( ) ( ) ( ) ( ) t A t A
t
e t
d
A t
d
A
t
e t i 400 sin
2
. 400 cos
1
300
sin
2
cos
1
) ( +

= +

= e e
o

Untuk t=0 maka ( ) ( ) ( ) ( ) ) 0 (
2
) 1 (
1
0 . sin
2
0 . cos
1
0
) 0 ( A A
d
A
d
A e i + = + = e e
0 ) 0 (
1
= = i A
( ) ( ) ( ) ( )
d
t
d
A
d
t
d
A
t
e t
d
A t
d
A
t
e
dt
t di
e e e e
o
e e
o
o ). . (cos
2
). . sin (
1
sin
2
cos
1
) (
) (
+

+ +

=
Untuk t=0 maka
( ) ( ) ( ) ( )
d d
A
d d
A e
d
A
d
A e
dt
di
e e e e e e o ). 0 . (cos
2
). 0 . sin (
1
0
0 . sin
2
0 . cos
1
0
) (
) 0 (
+

+ +

=
( ) ( )
d
A A
dt
di
e o .
2
0 0
1
) (
) 0 (
+ + + =
50000
1 , 0
5000
1 , 0
) 0 ( ) 0 ( ) 0 (
) 0 (
.
2
= = = = = =
C
V
L
L
V
dt
L
di
dt
di
d
A e
125
400
50000
2
= = A
( ) ) . 400 sin( .
300
125 400 sin 125
300
) ( t
t
e t
t
e t i

=

= Amp.
( ) ) . 400 sin( .
300
. 7500 ) ( . 60 . ) ( t
t
e t i t i R t
R
v

= = = Volt.
Jika nilai resistansi electrode-kulit menjadi O 110 maka O = + + = 260 20 ) 110 .( 2 20
total
R dan
1300
) 1 , 0 .( 2
260
. 2
= = =
L
total
R
o dan 500
3
10 . 2
1
5
10 . 4 .
1
10
1
=

=

=
o
e
Karena nilai
o
e o > maka responsnya dinamakan Overdamped.
Karena overdamped maka nilai 100 1200 1300
2
500
2
1300 1300
2 2
1
= + = + = + =
o
s e o o
dan 2500 1200 1300
2
500
2
1300 1300
2 2
2
= = = =
o
s e o o .
Persamaan respons arus adalah
t
e A
t
e A
t s
e A
t s
e A t i
2500
.
2
100
.
1
.
2
.
2
.
1
.
1
) (

+

= + =
Untuk t=0 maka 0 ) 1 (
2
) 1 (
1
) 0 ( = + = A A i

2 1
A A =
56
t
e A
t
e A
dt
t di
2500
.
2
) 2500 (
100
.
1
) 100 (
) (

+

=
Untuk t=0 maka

) 0 ( 2500
.
2
) 2500 (
) 0 ( 100
.
1
) 100 (
) 0 (

+

= e A e A
dt
di

50000
1 , 0
5000
) 0 ( ) 0 (
2
. 2500
1
. 100
) 0 (
= = = = + =
L
L
v
dt
L
di
A A
dt
di

500
2
25
1
= A A
500
2
25 )
2
( = A A
83 , 20
24
500
2
= = A dan 83 , 20
2 1
= = A A
Persamaan respons )
2500 100
.( 83 , 20
. 2500
. 83 , 20
. 100
. 83 , 20 ) (
t
e
t
e
t
e
t
e t i

= Amp.

Contoh fisik defibrillator,


Defibrillator eksternal manual



Defibrillator eksternal otomatis




57


Defibrillator eksternal otomatis




Penempatan electrode bantalan (paddle)





















58
Latihan Soal:
1.Sebuah defibrillator mempunyai resistansi total
total
R terdiri dari resistansi internal
defibrillator
D
R sebesar O 10 , resistansi electrode-kulit
E
R sebesar O 20 dan resistansi
rongga dada (thorax)
T
R sebesar O 15 . Hitunglah resistansi total
total
R .


2.Bentuk gelombang yang diukur dari electrode defibrillator dari soal 1 mempunyai bentuk
gelombang seperti di bawah.
a) Hitunglah energi yang disediakan oleh defibrillator kepada pasien dan bantalan.
b) Hitunglah bentuk gelombang arus yang disediakan oleh defibrillator melalui electrode.
c) Hitunglah energi yang diserap oleh setiap electrode kulit, .
E
R
d) Hitunglah energi yang diserap oleh rongga dada pasien,
T
R .
e) Berapa persen energi defibrillator total yang diserap rongga dada.



3. Pulsa tegangan yang disediakan oleh dua buah bantalan defibrillator yang diterapkan pada
pasien seperti gambar di atas. Resistansi rongga dada (thorax) O = 50
T
R . Berapa nilai
resistansi electrode kulit jika energi yang digerakkan oleh setiap bantalah sebesar 100 joule yang
akan diberikan ke rongga dada (pasient). Asumsikan nilai 5 =
D
R .
4. Sebuah defibrillator, tegangan yang melintas electrode kulit menyediakan energi 200 joule.
a) Berapa energi yang disediakan defibrillator jika tinggi tegangannya menjadi setengah.
b) Berapa energi yang disediakan defibrillator jika tinggi tegangannya menjadi setengah
dan durasi pulsa dijadikan dua kali.
5. Rangkaian defibrillator pada soal nomer 1, Berapa nilai kapasitansi jika energi yang disediakan
sebesar 400 J dengan tegangan charging sebesar 3000 V.
6. Dari gambar soal nomer 1 diketahui nilai kapasitansinya F 50 . Berapa range tegangan
charging apabila range energinya 50 sampai 400 J.
7. Sebuah defibrillator pada soal nomer 1, mempunyai induktansi sebesar H L 2 , 0 = dengan
resistansi internal defibrillator
D
R sebesar O 15 , resistansi electrode-kulit
E
R sebesar O 20
59
dan resistansi rongga dada (thorax)
T
R sebesar O 15 , Kapasitansi F C 18 = . Energi yang
diinginkan sebesar 300 J.
a) Hitunglah tegangan pada kapasitor.
b) Hitunglah tegangan
R
v untu t > 0 apabila kapasitor discharge pada t = 0.
c) Berapa arus maksimum yang melewati rongga dada (thorax).








































60
XI. Pacemaker

Alat pacu jantung buatan (pacemaker) adalah peralatan elektronik untuk membantu orang yang
detak jantungnya dibawah normal (normalnya antara 60 70 bpm) atau orang yang menderita takikardia
supaya jantungnya berdetak normal kembali.

Gambar 11.1. Blok diagram pacemaker


Gambar 11.2. Bentuk pulsa yang diberikan ke jantung

Energi yang disediakan oleh pacemaker setiap pulsa adalah :
T
D
I Vs
D
T
H
R
Vs
P
E . . .
2
+ =
Dimana : Vs = Amplitudo tegangan (V)

H
R = Resistansi jantung ( ) O 1400 100 .

D
T = Durasi pulsa (s)

D
I = Arus drain (A)
T = Periode (s)
Contoh : Hitunglah energi setiap pulsa jika pacemaker mempunyai pulsa dengan durasi 0,5 mdetik. Arus
drain rangkaian sebesar A 1 . Resistansi electrode-jantung sebesar O 200 dan detak jantung dibuat sama
dengan 70 bpm (beat per minute). Amplitudo tegangan sebesar 1,8 V. Hitunglah energi yang disimpan
baterai lithium iodide dengan rating sebesar 1 A-H dan tegangan terminalnya 1,8 volt. Apabila baterai
tersebut digunakan sebagai sumber energi pacemaker tersebut maka akan bertahan berapa lama.
61
Penyelesaian : Besarnya periode (T) adalah ik
bpm
T det
70
60 60
= = .
T
D
I Vs
D
T
H
R
Vs
P
E . . .
2
+ =
pulsa joule
P
E / 643 , 9
70
60
)
6
10 ).( 8 , 1 ( )
3
10 . 5 , 0 (
200
2
) 8 , 1 (
=
|
.
|

\
|

=
Energi dari baterai, joule jam ik H A t
B
I
B
V
B
E 6480 ) / det 3600 ).( 1 ).( 8 , 1 ( . . = = =
Waktu hidup baterai, ik T
P
E
B
E
t det
8
10 . 759 , 5
70
60
.
10
10 . 643 , 9
6480
. =
|
.
|

\
|

= =
Waktu dalam tahun, tahun
hari
tahun
jam
hari
ik
jam
t 26 , 18
365
1
.
24
1
.
det 3600
1
)
8
10 . 759 , 5 ( =
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
=
Rumus waktu hidup dalam satuan tahun adalah tahun
T
D
I Vs
D
T
H
R
Vs
T Vs H A
t
. . .
2
)
4
10 . 142 , 1 .( . ). (
+

=
Kecepatan pulsa (pulse rate) atau
T
BPM
60
= bpm (beat per minute).

Karakteristik Pacemaker
Alat pacu jantung buatan (Pacemaker) mempunyai tiga bagian utama yaitu penyaluran energi listrik lewat
electrode, rangkaian elektronik pembangkit pulsa, baterai sebagai sumber energi untuk pacemaker.
Elektrode terbuat dari platinum. Cara pemasangan electrode adalah :
Endocardial lead, lead dari pacemaker dimasukkan melalui pembuluh vena dengan penunjuk melewati
kateter ke dalam ventrikel jantung.
Epicardial lead, Elektrode pacemaker ditempel pada dinding luar jatung pada operasi jantung terbuka.
Perubahan posisi implant pada jantung :
1. Polarisasi karena aliran arus ion.
2. Pertumbuhan jaringan.
3. Gerakan mekanikjantung.
Pacemaker terdiri dari internal dan eksternal (dapat diprogram).

Spesifikasi dari Pacemaker

Rating (kecepatan) 25-155 bpm
Sensitivitas 0,7-5,5 Mv
Lebar pulsa 0,1-2,3 ms
Amplitudo 2,5-10 V
Kapasitas baterai 0,44-3,2 A-H
Lama pemakaian baterai 3,5-18 tahun
Indikator akhir pemakaian baterai Kecepatan pulsa turun 2-10%
Ukuran (size)
22-80
3
cm
Berat (weight) 33-98 gram
Kasing Serat silicon, titanium,
stainless stell.


62
Rangkaian oscillator pulsa digital
Rangkaian elektronik untuk menghasilkan pulsa digital dengan rangkaian astable multivibrator.





Rangkaian mono stable multivibrator.


63
Rangkaian Pacemaker






Latihan Soal :
1) Sebuah pacemaker mendrive sebuah jaringan jantung pada O 200 . Bentuk gelombang pulsa
seperti gambar di bawah. Data grafik didapatkan nilai magnitude ) (
S
V sebesar 2,5 volt, lebar
pulsa ) det 3 , 0 ( ik m
D
T = , periode ) det 1 ( ik T = Arus bocor dan arus drain dari pacemaker sebesar
A 1 ketika pulsanya off. Kapasitas baterai pacemaker adalah 1 ampere-hour (A-H) pada
tegangan 2,5 volt.
a. Hitunglah energi total yang disediakan oleh baterai.
b. Hitunglah energi yang masuk ke jantung setiap pulsa dari pacemaker.
c. Hitunglah waktu hidup (life time) dari baterai dalam satuan tahun.
d. Gambarkan grafik life time terhadap lebar pulsa ) (
D
T dari 0,1 ms sampai 1 ms dengan
kenaikan setiap 0,1 ms. Periode ) det 1 ( ik T = .
e. Jika ik m
D
T det 3 , 0 = Gambarkan grafik life time terhadap beat per minute (bpm). Data
beat per mimute dari 50 bpm sampai 70 bpm dengan kenaikan setiap 2 bpm.

2)


64
XII. Electrosurgical Units
(Alat bedah elektrik)


Alat bedah elektrik pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Harvard pada perang dunia I.
Seorang bernama W.T. Bovi mengaplikasikan percikan bunga api secara langsung pada jaringan biologis.
Ia mengembangkan peralatan ini dengan menggunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi pada operasi
bedah pada tahun 1925. Penggunaan alat bedah elektrik ini berkembang pesat dalam penggunaannya
setelah tahun 1950, ketika waktu itu anestesi menggunakan bahan anestesi yang tidak membakar karena
ESU (electrosurgical unit) tidak cocok untuk anestesi yang bersifat membakar. Berikutnya ESU Bovi ini
yang menggunakan percikan bunga api dipergunakan sangat luas, yaitu berupa peralatan yang didesain
dengan bahan semikonduktor sebagai rangkaian oscillator yang menghasilkan pulsa yang dapat dipilih
modulasinya. Salah satu keuntungan dari bahan semikonduktor ini adalah ukurannya yang kecil.

12.1. Prinsip Dasar ESU (Electro Surgical Unit)
Prinsip dasar dari ESU, seperti digambarkan pada gambar 12.1, terdiri dari oscillator frekuensi
radio yang beroperasi pada frekuensi antara 300 KHz dan 3 MHz. Elektrode pemotong mempunyai ujung
yang digunakan untuk memotong jaringan biologis dengan arus RF yang dihasilkan oleh oscillator. Jika
electrode diletakkan jauh dari badan maka tidak ada arus yang mengalir dan tidak ada aksi pemotongan.
Tegangan pada elektrode mempunyai jangkauan 1000 sampai 10000 puncak-ke puncak
p p
V

. Jika
elektrode yang bertegangan ini didekatkan pada kulit akan akan terjadi lompatan bunga api. Tegangan
breakdown dari udara mendekati 30 KV/cm, sehingga sebagai contoh apabila tegangan electrode sebesar
10.000 volt, panjang percikan bunga api sepanjang 0,33 cm. Keberadaan bunga api pada penggunaan
ESU yang normal dapat menyebabkan bahaya kebakaran karena bahan anestesi yang mudah terbakar atau
adanya gas yang mudah terbakar.
Ketika elektrode menyentuh kulit, kemungkan tidak terjadi kilatan bunga api. Jika arus RF
digunakan maka akan melewati melalui membran sel dengan kopling kapasitip. Pada frekuensi tinggi,
arus besar yang masuk ke dalam sel, menyebabkan terjadinya penguapan, dan dengan demikian
menyebabkan terjadinya pecahan-pecahan jaringan yang dekat dengan elektrode pemotong. Arus yang
padat pada jarak yang dekat dengan elektrode pemotong melewati jaringan kemudian menuju elektrode
kembali (return electrode). Arus tidak boleh menyebabkan terjadinya kontraksi otot atau fibrillasi pada
jantung. Elektrode kembali harus mempunyai ukuran luas yang besar untuk mengurangi efek pemanasan
pada lokasi tersebut dan menghindari terbakarnya permukaan. Salah satu bahaya dari ESU ini adalah
terbakarnya elektrode kembali pada bidang-pasien karena jeleknya persambungan dengan kulit. Elektrode
ESU mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan alat bedah stainless-steel tradisional. ESU dapat
membedah lebih cepat. Selanjutnya, efek pemanasan dari arus pemotongan dan bunga api mempunyai
pengaruh pembakaran pada jaringan dan mencegah pendarahan. Selain itu, ESU dan mengurangi
hilangnya darah dan meminimalkan waktu operasi pembedahan pasien.


Elektrode Aktif
Elektrode tipe seperti mata pisau ketebalannya mendekati 1 mm dan lebarnya 10 mm, yang digunakan
untuk memotong. Jika electrode digunakan untuk memotong maka, arus oscillasi sinusoida tampak pada
ujungnya. Jika mata pisau tersebut didekatkan pada kulit maka, bunga api yang tajam akan tergambar
pada kulit.Tegangan sepanjang mata pisau tersebut mempunyai nilai yang sama dimanapun tempatnya.
Oleh karena intensitas medan listrik, dengan satuan volt per meter, mempunyai nilai paling kuat pada
ujungnya, hal ini akan menghasilkan bunga api yang baik dan menghasilkan terjadinya pemotongan.
Elektrode juga dapat difungsikan sebagai pembekuan (koagulasi) yang dihasilkan karena lebarnya bunga
api.

65

Gambar 12.1. Komponen dasar sebuah ESU

Resistansi Elektrode Aktif
Resistansi antara electrode aktif dengan kulit,
E
R , mempunyai nilai yang bervariasi tergantung dari
seberapa luas terjadi kontak dengan jaringan. Variabel ini bisa berubah dan dikontrol oleh operator
pembedahan. Adalah penting untuk merealisasikan bahwa sejumlah daya diberikan ke jaringan oleh
peralatan ESU dimana tegangannya tergantung pada resistansinya. Rangkaian ekivalensi dari ESU seperti
gambar di bawah yang menunjukkan adanya resistansi internal
I
R ,
E
R , dan resistansi tubuh
B
R dan
resistansi electrode kembali (return electrode)
R
R . Daya yang diserap tergantung dari resistansi yang
menentukan pemotongan, pembekuan, pemanasan, atau efek pembakarannya.
Sesuai dengan aturan daya maksimum maka daya maksimum yang diberikan ke pasien terjadi
apabila
E
R , sama dengan jumlah resistansi lain pada rangkaian yaitu
I
R ,
B
R ,
R
R .


Gambar 12.2. Hubungan electrode-kulit untuk mode ESU bermacam-macam

66


Gambar 12.3. Rangkaian ekivalensi secara elektrik sebuah ESU

Contoh-1 : Sebuah ESU mempunyai tegangan rangkaian terbuka puncak-ke-puncak V
oc
V 1500 = . Jika
O = 400
I
R , O = 50
B
R , O =10
R
R . Berapa daya pada O =100
E
R , dan O =1000
E
R . Berapa nilai
E
R supaya dayanya maksimum, dan berapa daya maksimu tersebut.
Penyelesaian :
eff
I
p
I . 2 =

eff
I
p p
I . 2 2 =



. 2 2
p p
I
ef f
I

=

E
R
p p
I
E
R
eff
I
diserap
P .
8
2
.
2
|
.
|

\
|

=
|
.
|

\
|
=

p p
I

adalah arus puncak-ke-puncak yang nilainya
E
R
R
R
B
R
I
R
oc
V
p p
I
+ + +
=



( ) ( )
2
460
. 25 , 281
.
2
460 8
2
1500
E
R
E
R
E
R
E
R
diserap
P
+
=
+
=
Untuk O =100
E
R , maka

( )
W
diserap
P 09 , 0
2
100 460
) 100 .( 25 , 281
=
+
=
Untuk O =1000
E
R , maka

( )
W
diserap
P 13 , 0
2
1000 460
) 1000 .( 25 , 281
=
+
=
Supaya dayanya maksimum maka O = 460
E
R , dan

( )
W
diserap maksimum
P 15 , 0
2
460 460
) 460 .( 25 , 281
=
+
=



Elektrode Kembali (Return Electrode)
Elektrode kembali pada pasien harus diperlakukan dengan hati-hati untuk menghindari bahaya
terbakarnya jaringan tubuh. Dengan menaikkan resistansi
R
R , akan menyebabkan naiknya daya yang
67
diserap oleh hubungan electrode-kulit. Sedang untuk meminimalkan
R
R , dengan memakai gel electrode.
Elektrode kembali seharusnya diletakkan di atas massa otot yang besar, seperti otot bisep, paha, atau
pantat dan area tersebut seharusnya dicukur. Elektrode yang mengandung gel adalah yang cocok, tetapi
adalah penting untuk meyakinkan bahwa gel nya tidak kering terutama waktu terjadinya proses operasi.
Perawatan yang hati-hati dilakukan pada kontak ini apabila dengan sengaja pasiennya akan dipindah.
Salah satu metode otomatis untuk mengecek terjadinya kontak pada electrode kembali adalah
dengan memantau resistansinya. Perubahan resistansi ini dapat digunakan untuk memicu sebuah alarm
untuk mengingatkan pada orang sekitarnya. Satu metode untuk memantau resistansi dengan memisahkan
electrode kembali menjadi dua area yang parallel. Elektrode kemudian disusun membentuk jembatan
Wheatstone. Adanya gangguan menyebabkan resistansi pada jembatan ikut berubah sehingga
menyebabkan tegangan keluaran menjadi tidak nol atau tidak seimbang, dengan rumus,

B
V
H
R R
H
R
H
R R
H
R
out
V .
2
2
1
1
|
|
.
|

\
|
+

+
=



Gambar 12.4. Rangkaian peringatan (return) electrode kembali (return)

Dimana R adalah sebuah resistansi,
1 H
R dan
2 H
R adalah resistansi pada sisi electrode kembali,
dan
B
V adalah tegangan bias. Elektrode kembali seharusnya cukup luas sehingga kepadatan arusnya kecil
dan tidak membakar oasien. Secara normal, electrode pelat logam dengan gel konduktip dapat
memperkecil resistansi kulit yang digunakan. Resistansi electrode berbanding terbalik dengan luasannya.
Salah satu bahaya dari electrode ini adalah gel konduktipnya tidak berfungsi sempurna, menyebabkan
efek panas, atau gelnya mongering dan menyebabkan efek yang sama. Untuk menghindari hal ini maka
electrode dikopling secara kapasitip dalam penggunaannya. Impedansi dari electrode kapasitip ini adalah
E
C f j
C
Z
. 2
1
t
=
dimana :
d
A
r o E
C c c =
dan A adalah luasan pelat dan d adalah jarak antar pelat.
o
c dan
r
c adalah konstanta permitivitas ruang
hampa ( ) m pF / 85 , 8 dan konstanta dielektrik relatip.

68


Gambar 12.5. Tipe elektrode kembali (return) pada ESU

Contoh-2 : Dielektrik electrode kembali yang dikopling secara kapasitip pada sebuah ESU mempunyai
ketebalan sebesar cm d 0025 , 0 = . Konstanta dielektrik dari insulatornya adalah 3,2 . Hitunglah impedansi
terhadap luasan electrode pada kulit seseorang pada sebuah ESU yang beroperasi pada KHz 500 . Apabila
luasan yang dipergunakan adalah
2
120cm .
Penyelesaian :
1. Untuk luasan (A) =
2
120cm
( )( )
( )
( )( )
. 013 , 0
100 0025 , 0
1
2
120
2 , 3 / 85 , 8 F
cm cm
m cm
m pF
E
C =
|
.
|

\
|
=

( )( )
O =
|
.
|

\
|
= 25
6
10 . 013 , 0 000 . 500 14 , 3 2
1
C
Z
2. Untuk luasan (A) =
2
60cm
( )( )
( )
( )( )
. 0065 , 0
100 0025 , 0
1
2
60
2 , 3 / 85 , 8 F
cm cm
m cm
m pF
E
C =
|
.
|

\
|
=

( )( )
O =
|
.
|

\
|
= 50
6
10 . 0065 , 0 000 . 500 14 , 3 2
1
C
Z
3. Untuk luasan (A) =
2
12cm
( )( )
( )
( )( )
. 0013 , 0
100 0025 , 0
1
2
12
2 , 3 / 85 , 8 F
cm cm
m cm
m pF
E
C =
|
.
|

\
|
=

( )( )
O =
|
.
|

\
|
= 250
6
10 . 0013 , 0 000 . 500 14 , 3 2
1
C
Z
Kenaikan impedansi electrode, diiringi dengan kenaikan kepadatan arus yang disebabkan oleh karena
mengecilnya luasan electrode, menyebabkan kenaikan daya yang hilang sehingga meningkatkan panas
pada pasien.

Blok Diagram
Blok diagram dari ESU elektronik digambarkan seperti pada gambar di bawah, dengan contoh bentuk
gelombang yang sesuai pada electrode outputnya yaitu untuk mode operasi pemotongan (cut), pembekuan
(coag), campuran (blend). Pada rangkaian ini, daya output dari bentuk gelombang pemotongan (cut)
kemungkinan di atas 400 W pada beban 500 ohm. Tegangan rangkaian terbuka mempunyai jangkauan
dari 1000 sampai 10.000 W peak-to-peak. Dari gambar juga didapatkan bahwa deretan pulsa pembekuan
69
(coag) adalah pulsa digital yang memodulasi output RF sesuai dengan duty cycle yang diinginkan, seperti
tabel berikut.


Gambar 12.6. ESU dengan pemilih mode cut (pemotong), coag (pembekuan), blend (campuran)


Gambar 12.7. Bentuk gelombang dari tipe mode pada ESU

12.2. Oscillator Sinusoida
ESU memerlukan penggunaan sinyal frekuensi radio sinusoida. Bentuk umum dari sebuah oscillator
sinusoida terdiri dari blok yang terisolasi seperti pada gambar di bawah yang terdiri dari sebuah amplifier
yang mempunyai penguatan sebesar K dan bagian umpan balik yang mempunyai penguatan sebesar | .
Penguatan dari rangkaian adalah
1 V
Vout
V
A = , yang didapatkan dengan analisa berikut :
( )
OUT
V V K
X
V K
OUT
V .
1
. | + = =
Sehingga didapatkan :
| . 1 1 K
K
V
Vout
V
A

= =
Dari persamaan di atas jika 1 . = | K
Maka penguatan (gain)
V
A menjadi tak terhingga. Hal ini berarti dengan adanya noise yang kecil akan
menghasilkan tegangan output jika penguatan loop 1 . = | K .


70

Gambar 12.8. Rangkaian oscillator sinusoida

Tegangan output akan muncul berkelanjutan dengan sendirinya karena penguatan loop sama
dengan 1 dan rangkaian ini berosilasi. Pada oscillator sinusoida kedua faktor K dan | mungkin
merupakan fungsi dari frekuensi. Rangkaian contoh dari oscillator seperti pada gambar 12.11. dengan
menggunakan penguat operasional (Op-Amp) dan analisa berikut. Untuk op-amp yang ideal mempunyai
differential input sama dengan nol sehingga V1 = V2, dengan dengan menggunakan prinsip pembagi
tegangan didapatkan
Vout
V2
= | dan
2 V
Vout
K = sedangkan Vout
R R
R
V .
2 1
2
2
+
=
Sekali lagi dengan prinsip pembagian tegangan di dapat
Vout
V1
= | .
Dan,
|
|
|
|
.
|

\
|
+
+ +
|
|
|
|
.
|

\
|
+
=
C j
R
C j
R
C j
R
C j
R
Vout
C j
R
V
.
1
.
.
1
.
1
.
.
1
e
e
e
e
e

Dapat disederhanakan menjadi,
C j
R
C j
R
Vout
C j
R
V
.
2
.
1
.
.
1
e e
e
+
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
=
Dengan menghitung kuadratnya,
C j
R
C
R
Vout
C j
R
V
.
3
2
.
1
2
.
.
1
e e
e
+
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
=
Oscillasi terjadi apabila 1 . = | K , yang merupakan bagian real, sehingga berimplikasi pada persamaan
0
2
.
1
2
=
|
.
|

\
|

C
R
e
dan didapat
C R.
1
= e
71
Sehingga, Vout V .
3
1
1 =
Karena V2 sama dengan V1, maka
2 1
2
3
1 1
R R
R
Vout
V
+
= =
Dari analisa dapat disimpulkan bahwa frekuensi osilasinya adalah
C R.
1
= e atau
C R
f
. . . 2
1
t
= dan
hubungan nilai R1 dan R2 adalah 2 . 2 1 R R = .

Contoh-3 : Rancanglah sebuah oscillator dengan menggunakan rangkaian pada gambar 12.11. yang
mempunyai frekuensi resonansi sama dengan 500 KHz.
Penyelesaian: Dipilih nilai resistor O = K R 10 .
Sehingga nilai
( )( )( )
. 8 , 31
000 . 10 000 . 500 14 , 3 . 2
1
. . . 2
1
pF
R f
C = = =
t

Jika O = K R 20 1 maka nilai R1 adalah O = K R 10 1 .

12.3. Penguat Daya Sebuah ESU
Untuk memberi energi sebesar 400 W pada sebuah elektrode alat bedah elektrik maka diperlukan
penguat daya yang efisien. Panas yang timbul didisipasi pada sebuah alumunium atau penyerap panas dari
tembaga, atau pendingin dengan kipas angin. Sebuah penguat daya digambarkan pada gambar 12.12.
Tahap pertama adalah penguat driver yang member arus pada basis transistor daya dengan tegangan
puncak-ke-puncak ( )
BPP
V . Prinsip kerja dari penguat dijelaskan sebagai berikut. Ketika tegangan basis
( )
B
V adalah nol, maka transistor dalam keadaan mati (turn off) dan
CE
V mendekati sama dengan
BB
V .
Oleh karena tegangan
B
V naik dan mendekati tegangan forward basis ke emitter (0,7 V pada silicon),
transistor mulai menghantar. Ketika tegangan
B
V mencapai tegangan puncaknya,
BPP
V , maka
CE
V
mendekati nol dan arus
C
I akan sama dengan nilai puncaknya
CPP
I . Arus
CPP
I akan menginduksi
tegangan puncak-ke-puncak pada electrode aktip melalui transformator yang mempunyai perbandingan
lilitan yaitu
2
:
1
N N . Apabila transistor dalam keadaan aktip (on) maka,
CPP
I
C
I = , dan 0 =
CE
V .
Dari gambar 12.12. didapatkan persamaan,
|
.
|

\
|
+ =
EM
R
EQ
R
CPP
I
BB
V
Dimana
BB
V adalah tegangan bias,
EM
R adalah resistansi bias emitter, dan
EQ
R adalah resistansi sisi
primer trafo yang merupakan resistansi pantul dari resistansi beban.

L
R
N
N
EQ
R .
2
2
1
|
.
|

\
|
=
Dimana
R
R
B
R
E
R
L
R + + = adalah resistansi total beban dari ESU, yang dinamakan resistansi
electrode-tubuh. Pada transistor yang mempunyai gain sebesar | , maka
BPP
I
CPP
I . | = .
Sehingga,
BPP
I
BB
V
EM
R
EQ
R
. |
= +
Dari hokum tegangan Kirchoff didapat persamaan sekitar loop basis ,

EM
R
B
I
BE
V
B
V . . | + =
Jika
BPP
V
B
V = dan
BE
V
BPP
V >> maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi,
72

EM
R
BPP
I
B
V . . | = atau
BPP
I
BPP
V
EM
R
. |
=



Gambar 12.9. Penguat daya pada ESU

Contoh-4 : Sebuah penguat daya seperti pada gambar 12.9, carilah nilai
EM
R dan perbandingan lilitan
N1 : N2 yang diperlukan supaya penguat tersebut dapat ber-ayun penuh untuk tegangan sinusoida
maksimum
BPP
V . Nilai
V BPP
V
20 =
, dan penguatan arus transistor 20 = | . Op-Amp mempunyai
impedansi output sama dengan nol dan arus saturasi puncak sama dengan 0,5 A. Tegangan baterai adalah
200 volt dan impedansi electrode tubuh,
L
R sebesar O 500 .
Penyelesaian :
Oleh karena A
BPP
I 5 , 0 = , Nilai yang diperlukan oleh
EM
R dan impedansi input dari transformer
EQ
R diberikan oleh persamaan :
O = = = + 20
) 5 , 0 ).( 20 (
200
.
BPP
I
BB
V
EM
R
EQ
R
|

Sedangkan untuk mencari
EM
R , dengan menggunakan persamaan berikut,
O = = = 2
) 5 , 0 ).( 20 (
20
.
BPP
I
BPP
V
EM
R
|

Sehingga nilai
EQ
R adalah O = = 18 2 20
EQ
R .
Sedangkan perbandingan lilitan menggunakan persamaan
L
R
N
N
EQ
R .
2
2
1
|
.
|

\
|
=
Didapatkan, 19 , 0
500
18
2
1
= = =
|
.
|

\
|
L
R
EQ
R
N
N

73
Contoh-5 : Sebuah penguat daya ESU memberikan daya sebesar 30 W pada resistansi beban electrode-
tubuh O = 5000
L
R . Perbandingan lilitan pada transformator adalah 0666 , 0
2
1
=
|
.
|

\
|
N
N
. Tegangan baterai
V
BB
V 200 = , penguatan arus transistor , 70 = | , dan O = 2
EM
R .
Hitunglah nilai
BPP
V dan
BPP
I yang diperlukan untuk tahap pertama ini.
Penyelesaian :
Dari persamaan
L
R
N
N
EQ
R .
2
2
1
|
.
|

\
|
= didapatkan ( ) O = = 22 ) 5000 .(
2
0666 , 0
EQ
R .
Daya pada trafo dengan persamaan
( )
EQ
R
CPP
I
E
R
p p
I
E
R
eff
I P .
8
2
.
8
2
.
2
=
|
.
|

\
|

=
|
.
|

\
|
=
Didapatkan, A
EQ
R
P
CPP
I 3 , 3
22
) 30 .( 8 . 8
= = =
Untuk 70 = | , didapatkan data mA A
A
CPP
I
BPP
I 47 047 , 0
70
3 , 3
= = = =
|

Untuk mendapatkan
BPP
V , didapatkan dari persamaan
BPP
I
BPP
V
EM
R
. |
=
Sehingga V
BPP
V 6 , 6 ) 2 )( 047 , 0 ).( 70 ( = =


























74
XIII. Pemodelan Catheter (Tabung yang terisi fluida)
Resistansi fluida :





f
c
R p . =
= f aliran fluida
|
.
|

\
|
s
kg

= p perbedaan tekanan
|
|
.
|

\
|
2
m
N

=
c
R resistansi tabung
|
|
.
|

\
|
3
.
m
s N

4
.
. . 8
r
l
c
R
t
q
=
= q viskositas
|
|
.
|

\
|
2
.
m
s N

= l panjang tabung ( ) m
= r jari-jari ( ) m





Inertansi Fluida


dt
df
c
L p . =
75
=
c
L Inertansi
|
|
.
|

\
|
5
2
.
m
s N

2
A
m
c
L = = m massa fluida

2
.
.
r
l
c
L
t

= = kepadatan fluida
|
|
.
|

\
|
3
m
kg


Compliansi Fluida



p
Vol
c
C =
|
|
.
|

\
|

=
N
m
Vol
c
C
5
.
15
10 . 53 , 0
ml Vol =

}
=
t
o
t
dt f Vol .

}
=
t
o
t
dt f
c
C
p . .
1



Pemodelan tabung Catheter



f
c
R p . = identik rumus pada resistor i R V . =

dt
df
c
L p . = identik rumus pada inductor
dt
di
L V . =

}
=
t
o
t
dt f
c
C
p . .
1
identik rumus pada kapasitor
}
=
t
o
t
dt i
C
V . .
1




nyata
p
terukur
p
p
p
Gain = =
1
2



76



Frekuensi respon dari tabung catheter





terukur
p
measurand
p = identik dengan tegangan
|
.
|

\
|
+
=
d
C
c
C f j
i V
. 2
1
.
t

nyata
p
actual
p = identik
|
|
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+
+
=
d
C
c
C f
c
L f j
c
R
i V
. 2
1
. . 2
1
.
t
t


|
|
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+
+
+
= =
d
C
c
C f
c
L f j
c
R
d
C
c
C f j
nyata
p
terukur
p
Gain
. 2
1
. . 2
. 2
1
t
t
t



77
Contoh : Sebuah catheter mempunyai panjang 2 m dan radius 0,46 m. Diisi air dengan diafragma sebagai
sensor tekanan mempunyai compliansi
N
m
x
5
15
10 04 , 2

. Hitunglah komponen rangkaian
persamaannya jika
3
.
001 , 0
m
s N
= pada C
o
20 .
Penyelesaian :
5
.
10
10 . 374 , 11
2
)
3
10 . 46 , 0 .( 14 , 3
) 2 ).( 001 , 0 .( 8
4
.
. . 8
m
s N
r
l
c
R =

= =
t
q



5
2
.
9
10 . 008 , 3
2
)
3
10 . 46 , 0 ).( 14 , 3 (
) 2 ).( 1000 (
2
.
.
m
s N
r
l
c
L =

= =
t



Compliansi air didalam catheter,

ml m l r Vol 33 , 1
3 6
10 . 33 , 1 ) 2 .(
2
)
3
10 . 46 , 0 ).( 14 , 3 ( .
2
. =

= =t

N
m
ml
N
m
Vol
c
C
5
15
10 . 704 , 0 ) 33 , 1 ).(
15
10 . 53 , 0 (
5
.
15
10 . 53 , 0

=

=
|
|
.
|

\
|




























78
XIV. Respiratory (Pernapasan)

Pernapasan adalah proses dimana gas ditukar melalui membran sel di dalam sistem kehidupan.
Pada tingkatan sel maka oksigen maksuk ke dalam sel sedangkan karbondioksida keluar sel. Pada
manusia, paru-paru memindah
2
O dari udara sekitar ke dalam darah dan mengeluarkan
2
CO ke
atmosfer. Darah membawa
2
O ke dalam sel dan dari sel keluar
2
CO . Untuk mengontrol kecepatan
perpindahan yang terjadi, sistem kontrolnya sebagai berikut.


Gambar 14. 1 Blok diagram pengaturan pernapasan

Pada proses ini, kontraksi otot pernapasan seperti diaphragma dan otot antar iga yaitu iga sampai
rongga dada, menghasilkan tekanan negatip pada paru-paru dan menyerap udara kaya oksigen. Alveoli
melakukan pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam darah yang mengalir menuju paru-paru.
Darah yang keluar kemudian menstimulasi sel yang sensitip yang dinamakan penerima karbondioksida
yang masuk ke dalam arteri dekat dengan carotid sinus. Sel-sel sepanjang penerima regangan di dalam
otot pernapasan, mengirim saraf impuls ke daerah medulla oblongata di dalam batang otak. Output dari
batang otak diumpan balikkan ke otot pernapasan. Hal ini mengontrol kecepatan pernapasan. Pengukuran
tekanan darah yang mengandung kardondioksida yang dinamakan
2
CO
P
atau tekanan darah yang
mengandung oksigen yang dinamakan
2
O
P
menunjukkan bahwa kecepatan pernapasan dikontrol oleh
tekanan ini. Kenaikan
2
CO
P
menaikkan kecepatan pernapasan seperti diperlihatkan pada gambar 12.2.
Karbondioksida (
2
CO ) yang merupakan hasil buangan dari proses pernapasan harus dibuang keluar dari
paru-paru. Dengan kata lain bahwa kenaikan
2
O
P
mengakibatkan kecepatan pernapasan menurun
seperti ditunjukkan gambar.

Gambar 14.2. Efek tekanan terhadap kecepatan pernapasan
79
Untuk mendiagnosa penyakit paru-paru seperti emphysema atau bronsitis, petugas klinik perlu
mengukur volume udara dan kecepatan alirannya. Nilai nominal volume paru-paru yang diukur dengan
spirometer dan plethysmograp ditunjukkan pada gambar 12.3. Secara umum volume yang terukur
didefinisikan sebagai berikut.


Gambar 14.3. Volume udara dalam paru-paru

Definisi volume :
TV : Volume tidal (naik-turun): Volume perubahan udara dalam pernapasan santai, nominal 0,6 liter.
IRV : Inspiratory reserve volume (Volume cadangan waktu menghirup napas): Udara tambahan yang
masuk dengan usaha menghirup maksimum di atas menghirup secara santai, nominal 3 liter.
ERV : Expiratory reserve volume (Volume cadangan waktu mengeluarkan napas): Udara tambahan
yang dapat dikeluarkan dengan usaha maksimum di antara mengeluarkan napas secara santai, nominal 1,2
liter.
VC : Vital Capacity Volume (nominal 5 liter)
RV : Residu volume: Volume udara dalam paru-paru setelah menghembuskan napas semuanya atau
dinamakan udara sisa dalam paru-paru. Nominal 1 liter.
TLC : Total lung capacity: Kapasitas volume paru-paru total. nominal 6 liter.
FRC : Functional Residu Capacity. Udara yang ada di paru-paru setelah dikeluarkan secara santai.
Nominal 2,2 liter.

Spirometer
Alat untuk mengukur volume udara dinamakan spirometer. Blok diagram dari spirometer seperti berikut.


Gambar 14.4. Blok diagram spirometer
80

Volume maksimum dari tabung ( )
maks
Vol adalah .L r
2
. t
Volume saat itu yang terukur ( ) Vol adalah .h r
2
. t
Perbandingan tegangan resistor
R
r
R
= adalah sebanding dengan tegangan
BB
V
out
V
.
Perbandingan tegangan sama dengan volume
maks
Vol
Vol
.
Volume yang terukur adalah
maks
Vol
BB
V
Vout
Vol . = .
Contoh-1 : Sebuah spirometer mempunyai tabung dengan jari-jari 18 cm dan tinggi 10 cm. Jika tegangan
maksimum (tegangan bias) sama dengan 10 volt. Gambarkan grafik Volume udara ( ) Vol terhadap
tegangan ( ) Vout . Jika tegangan ( ) Vout yang terukur sebesar 4 volt berapa volume udaranya.
Penyelesaian :
maks
Vol = liter cm .L r 2 , 10
3
200 . 10 ) 10 ).(
2
18 ).( 14 , 3 (
2
. = = = t .
Volume yang terukur adalah liter
maks
Vol
BB
V
Vout
Vol 08 , 4 ) 2 , 10 (
10
4
. = = = .
Persamaan volume yang terukur adalah Vout
Vout
maks
Vol
BB
V
Vout
Vol . 02 , 1 ) 2 , 10 (
10
. = = = .


Pneumotachograph.
Alat untuk mengukur volume aliran darah dinamakan pneumotachograph. Aliran udara dari pasien
dapat diukur dengan menggunakan perubahan resistansi dari thermistor yang disebabkan oleh efek
pendinginan udara yang mengalir. Hal ini mengalami kesulitan karena harus dikalibrasi untuk kompensasi
akibat perubahan temperature. Untuk mengeliminasi ketidak baikan ini, kawat dengan prinsip strain gage
sering digunakan seperti pada gambar di bawah. Aliran udara pada arah tertentu akan mendorong screen
diafragma dan mengakibatkan perubahan resistansi pada strain gage-nya. Strain gage tersebut disusun
menjadi rangkaian jembatan wheatstone.




Gambar 14.5. Sensor aliran udara dengan strain gage pada diaphragma

81
Perubahan resistansi pada strain gage ( ) R A sebanding dengan aliran udara ( ) F .
Rumus aliran udara adalah R k F A = . .
Dimana k adalah koefisien pneumotach ( ) O . s l .

Strain gage dirangkai secara jembatan Wheatstone.



Gambar 14.6. Rangkaian jembatan Wheatstone

Nilai tahanan nominal sebesar R dan dalam keadaan setimbang dan tidak ada aliran udara maka
0 = AR sehingga besarnya tegangan V
ab
V 0 = . Apabila ada aliran udara maka akan menyebabkan
perubahan resistansi strain gage sebesar R A dan perubahan tegangan
ab
V .
BB
V
R R
R
R R R
R
ab
V .
|
.
|

\
|
+

+ A +
=
BB
V
R R R
R R
ab
V .
. . 2
2
4
.
|
|
.
|

\
|
A +
A
=

Apabila nilai R R << A maka
BB
V
R
R
ab
V .
. 4
|
.
|

\
| A
=
Tegangan output dari jembatan Wheatstone sebesar
ab
V masuk ke sebuah penguat differential yang
mempunyai penguatan sebesar
D
A dan hasilnya tegangan
F
V . Dari nilai
F
V didapatkan nilai aliran
udara ) (F . Tegangan
F
V masuk ke sebuah integrator sehingga didapatkan persamaan volume aliran
udara ) (Vol .

82


Gambar 14.7. Rangkaian penguat differential dan Integrator



BB
V
k R
F
D
A
F
V .
. . 4
.
|
.
|

\
|
=
F
V
BB
V
D
A
k R
F .
.
. . 4
|
|
.
|

\
|
= Nilai aliran udara (F) terhadap tegangan
F
V .

Volume udara (Vol) adalah
}
=
t
Fdt Volume
0

Tegangan
F
V masuk ke rangkaian integrator sehingga
}
=
t
dt
F
V
Ci Ri
out
V
0
.
1
.
}
=
t
dt
k R
BB
V F
D
A
Ci Ri
out
V
0
. . 4
. .
.
1

}
=
t
Fdt
k R Ci Ri
BB
V
D
A
out
V
0
. . 4 . .
.

( ) Volume
k R Ci Ri
BB
V
D
A
out
V
. . 4 . .
.
=

Volume udara (Vol) adalah ( )
out
V
BB
V
D
A
k R
i
C
i
R
Volume
.
. . 4 . .
= .
Contoh-2 : Seorang pasien mengeluarkan napas dengan cepat dengan konstanta kecepatan (F) sama
dengan 2 liter/s selama 3 detik. Penguatan dari penguat differential adalah -200. Koefisien dari
pneumotach adalah 100
O . s
l
. Tegangan bias jembatan wheatstone sebesar 10 volt dengan nilai resistan
jembatan nominal O 10 . Hitunglah tegangan output penguat ( )
F
V dan tegangan output integrator ( ) Vout
dan volume yang terukur. Gambarkan grafiknya.
BB
V
R
R
D
A
ab
V
D
A
F
V .
. 4
. .
|
.
|

\
| A
= =
83
Penyelesaian :
BB
V
k R
F
D
A
F
V .
. . 4
.
|
.
|

\
|
=
volt
F
V 1 ) 10 .(
) 10 ).( 10 .( 4
2
). 200 ( =
|
|
.
|

\
|
=
volt dt
t
dt
F
V
Ci Ri
out
V 6
3
0
1
6
10 .
5
10 . 5
1
0
.
1
=
}

=
}
=
( ) liter
out
V
BB
V
D
A
k R
i
C
i
R
Volume 6 ) 6 (
) 10 ).( 200 (
) 10 ).( 10 .( 4 .
6
10 .
5
10 . 5
.
. . 4 . .
=


= =









































84
Latihan Soal :
1) Sebuah spirometer mempunyai jari-jari sebesar 5 cm. Gambarkan grafik Volume terhadap tinggi
) (h dari spirometer yaitu dari 1 sampai 10 cm.
2) Dari soal 1, gambarkan grafik Volume terhadap tegangan output ) (
OUT
V apabila ) 10 ( V
BB
V = .
3) Sebuah pneumotachogaraph mempunyai ) 1 ( O = K R dan V
BB
V 10 = . Koefisien pneumotach ) (k
adalah O s liter / 2 . Penguatan dari penguat differential sebesar 10. Gambarkan Tegangan output
(
F
V ) terhadap kecepatan aliran (flow rate) atau F dalam satuan liter/detik.

Sensor rangkaian jembatan Wheatstone.

Rangkaian penguat differential dan rangkaian integrator

4) Melanjutkan soal nomer 3, Apabila nilai O = K
i
R 100 dan F
i
C 1 , 0 = . Gambarkan grafik
Volume udara ) (VOL terhadap tegangan output ) (
out
V .

Anda mungkin juga menyukai