Anda di halaman 1dari 28

INVENTARISASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN ACEH TIMUR DAN ACEH TAMIANG PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Oleh : Ir. A. Sanusi Halim, Bayu Sayekti, ST, Ir. Corry Karangan Kelompok Program Penelitian Mineral Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Daerah penyelidikan secara geografis terletak pada posisi koordinat 97o 15 31 98o 01 06 Bujur Timur dan 4o 09 13 5o 14 59 termasuk wilayah Kabupaten Aceh Timur. Daerah peny elidikan kedua terletak pada posisi koordinat antara 97o 43 10 98o 17 10 Bujur Timur dan 3o 5 3 27 4o 31 24 Lintang Utara termasuk wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Secara lithostratigrafi kedua wilayah daerah penyelidikan tersebut disusun oleh kelompok batuan malihan, kelompok batuan sedimen, kelompok batuan gunungapi, dan batuan alluvium yang memiliki kisaran umur dari Karbon Akhir hingga Holosen. Struktur geologi yang berkembang di daerah penyelidikan antara lain struktur per lipatan, kekar dan pensesaran yang terjadi pada beberapa formasi batuan yang umumnya menunjukka n lineament berarah barat timur hingga barat laut tenggara. Berdasarkan pengamatan di lapangan yang ditunjang hasil analisa laboratorium, di kedua wilayah daerah penyelidikan tersebut terdapat beberapa bahan galian yang memilik i prospek untuk dimanfaatkan dan diusahakan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya mineral yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan wilayah dan percepatan pembangunan di kedua wilayah daerah tersebut. Endapan bahan galian non logam yang terdapat di d aerah Kabupaten Aceh Timur, antara lain adalah granit, batugamping, andesit, sirtu dan lempung, sedan gkan endapan bahan galian non logam yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang antara lain batugamping , dolomit, sirtu dan lempung. Berdasarkan spesifikasi dari berbagai macam kegunaan batugamping, dolomit, sirtu dan lempung

yang ditunjang hasil analisa laboratorium, maka batugamping di daerah penyelidik an dapat digunakan sebagai bahan baku semen portland dengan kadar prosentase CaO (54,02% - 54,97%) serta MgO (0,32% 1,19%), bahan pemurnian dan peleburan dalam industri metalurgi (besi/baja) denga n kadar prosentase CaO (54,02% - 54,97%); MgO (0,32% - 1,19%); Al2O3 + Fe2O3 (0,12% - 0,21%), bahan pengapuran dalam usaha perikanan (tambak ikan dan udang), bahan penetralisir (reagent) laha n untuk usaha pertanian dan perkebunan yang memiliki kadar keasaman (pH) yang tinggi. Bahan ga lian dolomit berdasarkan hasil analisa kimia (major element) memberikan kadar prosentase MgO berkisar dari 19,48% - 20,23%, terutama dapat digunakan untuk pupuk pertanian/perkebunan sebagai sumb er mineral magnesium (Mg) yang sangat dibutuhkan bagi lahan pertanian dan perkebunan. Bahan galian lempung dari hasil analisa bakar selain dapat digunakan sebagai bah an baku pembuatan bata merah dan genteng juga dapat digunakan sebagai bahan pembuat kera mik bodi berwarna dengan suhu bakar <1.000C, sedangkan untuk bahan galian sirtu dapat digunakan seb agai bahan bangunan dengan mutu yang cukup baik.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah yang dimanifestasikan dan dikuatkan dengan Undangundang No.22 dan No.25 Tahun 1999 yang mengalami perubahan menjadi Undang-undang No.32 Tahun 2004, maka peran Pemerintah Daerah, khususnya Daerah Kabupaten menjadi sangat strategis, yaitu memiliki kewenangan yang lebih besar untuk mengelola dan memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya alam termasuk

bahan galian non logam yang dimiliki daerah masing-masing di seluruh Indonesia. Sektor pertambangan bahan galian non logam sebagian besar belum dikelola dan dimanfaatkan secara merata. Peran terhadap kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama ini belum optimal. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya antara lain kurangnya data dan informasi mengenai bahan galian yang berpedoman pada satu keseragaman antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pusat Sumber Daya Geologi dibawah Badan Geologi sesuai dengan tugas dan fungsinya melakukan kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian, baik bahan galian non logam, logam maupun batubara. Pada tahun anggaran 2007 ini melalui Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral Indonesia yang dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2007, DIPA No : 0164.0/020-13.0/-/2007 telah melakukan kegiatan tersebut di wilayah Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil kegiatan ini diharapkan akan menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam kerangka pengembangan wilayah dan percepatan pembangunan melalui upaya pemanfaatan dan pengusahaan bahan galian non logam yang terdapat di daerahnya, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pertambangan dapat diperoleh secara optimal, yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat di daerah tersebut.

Maksud dan Tujuan Kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian non logam yang dilakukan di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan data-data mengenai bahan galian non logam, yaitu antara lain meliputi lokasi keterdapatan, sumber daya (cadangan) dan kualitas serta melakukan evaluasi potensi bahan galian, baik yang telah ada (data sekunder) maupun bahan galian temuan baru secara lebih optimal.

Adapun tujuan dari mengetahui prospek pengembangan bahan bahan masukan bagi

kegiatan ini yaitu untuk pemanfaatan dan galian non logam sebagai pemerintah daerah dalam

kerangka pengembangan wilayah dan percepatan pembangunan melalui upaya pemanfaatan dan pengusahaan bahan galian non logam yang terdapat di daerahnya.

Lokasi Daerah Penyelidikan Kabupaten Aceh Timur Secara administratif, Kabupaten Aceh Timur terdiri dari 21 kecamatan dengan luas daerah seluruhnya berjumlah 6.040,60 km2. Daerah tersebut sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah dan sebelah timur berbatasan dengan Pemerintah Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang. Secara geografis terletak pada posisi koordinat 97o 15 31 98o 01 06 Bujur Timur dan 4o 09 13 5o 14 59 Lintang Utara

Kabupaten Aceh Tamiang Secara administratif, Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari 8 kecamatan. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Pemerintah Kota Langsa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues. Secara geografis daerah ini terletak pada posisi koordinat 97o 43 10 98o 17 10 Bujur Timur dan 3o 53 27 4o 31 24 Lintang Utara dengan luas daratan sekitar 1.939,72 km.

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Morfologi Daerah Kabupaten Aceh Timur Morfologi daerah Kabupaten Aceh Timur secara regional dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu : - Satuan Morfologi Perbukitan Terjal - Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang - Satuan Morfologi Dataran

Pemerian dari tiap-tiap satuan morfologi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, disusun oleh satuan batuan terobosan (granit), satuan batuan konglomerat metawake, batu sabak dan satuan batugamping meta. Sebaran satuan morfologi ini, sebagian besar menempati daerah bagian barat dari daerah penyelidikan, yaitu daerah Lokop dan daerah Bandahara,

temasuk Kecamatan Serbajadi. Ketinggian satuan morfologi ini di daerah penyelidikan berkisar dari 415 -1.367 m dpl. 2. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang, disusun oleh berbagai macam satuan batuan sedimen, yang sebagian besar berupa satuan batupasir dengan berbagai macam asosiasi batuan lainnya. Sebaran satuan batuan ini sebagian besar menempati daerah bagian timur, tengah dan selatan. dengan kemiringan lereng berkisar dari 10 - 35 . 3. Satuan Morfologi Dataran, sebagian besar menempati daerah bagian timur dan daerah bagian utara. Batuan penyusun satuan morfologi ini terdiri dari satuan batuan pasir, kerikil dan lempung dari Formasi Idi dan satuan batuan alluvium.

Morfologi Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Morfologi Daerah Kabupaten Aceh Tamiang, juga dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu : 1. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal 2. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang 3. Satuan morfologi Dataran Pemerian dari tiap-tiap satuan morfologi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, disusun oleh satuan batugamping dari Formasi Tampur dan satuan batupasir gampingan dari Formasi Bruksah. Ketinggian satuan morfologi ini berkisar dari 426 578 m dpl. Sebaran satuan morfologi ini di daerah bagian barat dan tenggara, yaitu daerah Batubedulang, Kecamatan Bandar Pusaka dan daerah Wonosari, Kecamatan Tamiang Hulu. Kemiringan lereng yang membentuk satuan morfologi ini berkisar dari 30. 65.. 2. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang, sebagian besar (60%) daerah penyelidikan ditempati oleh satuan morfologi ini. Satuan morfologi tersebut disusun oleh berbagai jenis satuan batuan sedimen yang sebagian besar menempati daerah bagian barat, tengah dan sebagian lagi daerah bagian selatan. Sebagian besar ditempati oleh dominasi satuan batupasir gampingan dan satuan batupasir, lanau dan batulempung. Kemiringan lereng berkisar dari 10 30. 3. Satuan Morfologi Dataran, sebagian besar menempati daerah bagian timur dan sebagian

lagi menempati daerah bagian timurlaut. Batuan pembentuk satuan morfologi ini terdiri dari satuan pasir, kerikil dan lempung dari Formasi Idi dan satuan batuan Alluvium.

Stratigrafi Kabupaten Aceh Timur Stratigrafi daerah Kabupaten Aceh Timur, berdasarkan lithostratigrafi dan pengamatan di lapangan terdiri dari beberapa satuan batuan. Urut-urutan satuan batuan tersebut dari yang berumur tua ke muda dapat diperikan sebagai berikut :

1. Satuan Batusabak dan Metawake Konglomerat. Batusabak berwarna hitam, abu-abu kehitaman, fracture-berlembar, kompak. Metawake konglomerat berwarna kecoklatan, berbutir rounded, pemilahan buruk, kompak-keras, terdiri dari fragmen berbagai jenis batuan. Sebaran satuan ini menempati daerah bagian timur dari daerah penyelidikan, termasuk Formasi Bohorok yang berumur Karbon Akhir-Perem Awal. 2. Satuan Batuan Granit, granit abu-abu berbintik putih, faneritik, bentuk kristal anhedral, berbutir kasar, pejal dan keras, terdapat mineralisasi dari pirit dan kalkopirit, sebagian bermika (muskovit). Sebaran membentuk areal perbukitan di bagian timur daerah penyelidikan (daerah Lokop dan sekitarnya). Satuan ini berumur Perem Tengah. Di daerah penyelidikan, satuan ini sebagian besar telah mengalami pelapukan kuat, tanah pelapukan berwarna kemerahan, sebagian bersifat lepas (unconsolidated). 3. Satuan Batugamping berwarna putih kusamkekuningan, tidak berlapis, berbutir halussedang, pejal, setempat-setempat bersifat arenit (batugamping pasiran). Sebaran satuan ini menempati daerah bagian timur (Bunin dan sekitarnya) dari daerah penyelidikan, termasuk Formasi Sembuang yang berumur Permo Trias. 4. Satuan Batugamping Terumbu, batugamping berwarna putih kusam-kelabu, abu-abu kehitaman, berbutir sedang, tidak berlapis, pejal dan keras, berongga. Sebaran membentuk areal perbukitan di bagian barat daerah penyelidikan. Satuan ini termasuk Formasi Batugamping Tampur yang berumur Oligosen Awal. 5. Satuan Batulumpur, Batulanau dan Batupasir. Satuan ini terdapat dalam satu urutan

pengendapan. Bagian bawah berupa batupasir, kecoklatan, berbutir halus-sedang, padat, berselingan dengan lanau yang berwarna abuabu kehitaman, getas-kompak. Urutan paling atas berupa endapan lumpur yang sudah termampatkan, bersifat agak keras, warna abu-abu kehitaman. Sebaran satuan ini menempati daerah bagian timur (daerah Lokop dan sekitarnya), termasuk Formasi Rampong yang berumur Oligosen AkhirMeosen. 6. Satuan Batupasir, Batulanau dan Batulumpur. Satuan ini terletak selaras di atas satuan batulumpur, batulanau dan batupasir yang termasuk Formasi Rampong. Satuan ini didominasi oleh endapan batupasir masif bersisipan batulanau. Pada urutan bagian atas berupa endapan batulumpur. Batupasir, warna kekuningan-kecoklatan, berbutir sedang, berlapis, kompak. Batulanau, warna abu-abu kehijauan, kompak-getas, pecahan berbentuk concoidal fracture. Sebaran satuan ini menempati bagian timur daerah penyelidikan (dusun Mesir dan sekitarnya), termasuk Formasi Bampo yang berumur Oligosen Akhir-Miosen Awal. 7. Satuan Batulumpur Gampingan, terletak selaras di atas satuan batupasir yang termasuk dalam Formasi Bampo. Terdiri dari batulumpur gampingan dan batupasir masif. Batulumpur gampingan, warna abu-abu kehitaman, termampatkan (consolidated), setempat-setempat terdapat bersama batupasir yang berwarna kekuningan-kecoklatan, berbutir sedang, berlapis baik, padat-masif. Sebaran satuan ini menempati bagian timur daerah penyelidikan dan termasuk Formasi Peutu yang berumur Miosen Awal-Tengah. 8. Satuan Batupasir dan Batulempung. Terletak selaras di atas satuan batulumpur gampingan Formasi Peutu. Terdiri dari batupasir dan batulempung. Batupasir berwarna kekuningan-kemerahan, berbutir halussedang, berlapis, padat. Batulempung terletak pada sekwen bagian bawah, berwarna kekuningan, padat. Satuan ini mengalami lipatan besar membentuk struktur sinklin dengan sumbu lipatan berarah baratlauttenggara. Sebaran satuan ini menempati bagian timur daerah penyelidikan (daerah Peusang Pegat), termasuk Formasi Keutapang yang berumur Miosen Akhir-Pliosen. 9. Satuan Batupasir berselingan dengan Batulumpur. Terletak selaras di atas satuan batupasir Formasi Keutapang. Terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulumpur dalam satu sekwen pengendapan. Batupasir berwarna kekuningan-kecoklatan, berbutir sedang, padat, tidak berlapis. Sebaran satuan

ini menempatibagian timur daerah penyelidikan, termasuk Formasi Seurela yang berumur Pliosen. 10. Satuan Batuasir berselingan dengan Batulempung. Satuan ini terletak selaras di atas satuan batupasir Formasi Seurela. Terdiri dari batupasir berselingan dengan batulempung. Batupasir berwarna kekuningan-kecoklatan, berbutir sedang, mengandung fragmen-fragmen batuan beku berukuran kerikil-kerakal, padat, tidak berlapis. Batulempung berwarna kekuningankecoklatan, padat-liat, tebal 10 25 cm. Sebaran satuan ini berada di bagian timur daerah penyelidikan, termasuk Formasi Julu Rayeu yang berumur Plio-Plistosen. 11. Satuan Pasir, Kerikil dan Lempung. Satuan ini terletak tidak selaras di atas satuan batupasir Formasi Julu Rayeu. Terdiri dari endapan pasir, kerikil dan lempung yang tidak terpisahkan, termasuk Formasi Idi yang berumur Plistosen. Sebaran satuan ini menempati bagian timur daerah penyelidikan. 12. Satuan Aluvium, terdiri dari endapan pasir, kerikil dan lempung dalam bentuk lepaslepas. Sebaran satuan ini menempati daerah aliran sungai dan daerah limpahan banjir disekitarnya. Satuan ini berumur Holosen.

Stratigrafi Kabupaten Aceh Tamiang Stratigrafi daerah Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari beberapa satuan batuan.Urut-urutan satuan batuan tersebut dari yang berumur tua ke muda dapat diperikan sebagai berikut : 1. Satuan Batugamping, berupa batugamping dan sebagian dolomit. Satuan batuan ini tersebar luas di bagian barat daerah penyelidikan. Batugamping berwarna abuabu, kelabu-kehitaman dan sebagian ada yang berwarna hitam, kristalin, berbutir halus, tidak berlapis, pejal dan keras, sebaran membentuk daerah perbukitan yang cukup luas seperti di daerah Batubedulang dan daerah Bukit Bandahara. Satuan batuan ini termasuk Formasi Tampur yang berumur Oligosen.

2. Satuan Batupasir meta, bersifat gampingan, terletak tidak selaras di atas satuan batugamping Formasi Tampur. Batupasir meta berwarna kecoklatan, tidak berlapis, pejal dan keras, sebaran membentuk bukitbukit kecil di bagian barat daerah penyelidikan. Satuan ini termasuk Formasi Bruksah (Tob) yang berumur Oligosen Akhir. 3. Satuan Batupasir dan Batulanau, secara selaras terletak di atas batupasir Formasi Bruksah. Batupasir berwarna kekuningankecoklatan, berbutir sedang, berlapis, pemilahan baik, padat-kompak, bersisipan lanau. Lanau berwarna kehitaman, padatgetas, tebal 10 30 cm, berfosil foraminifera kecil. Satuan ini menempati daerah dataran dan perbukitan rendah di bagian barat daerah penyelidikan, termasuk Formasi Bampo yang berumur Ologosen Akhir-Miosen Awal. 4. Satuan Batulempung gampingan, berwarna abu-abu kehijauan, padat-getas, berlapis, mengandung fosil foraminifera kecil, tersingkap di bagian tengah daerah penyelidikan, termasuk Formasi Peutu yang berumur Miosen Awal 5. Satuan Batupasir dan Batulumpur gampingan, terletak selaras di atas satuan batulempung gampingan Formasi Peutu. Berwarna kelabukekuningan, berbutir halus-sedang, pemilahan sedang, berlapis buruk, kompak, berselingan dengan batulumpur yang berwarna abu-abu tua kehitaman, mudah hancur, mengandung sisa tumbuhan, termasuk Formasi Baong yang berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir. 6. Satuan Batupasir dan Batulempung, terletak selaras di atas satuan batupasir gampingan Formasi Baong. Berwarna kuning kecoklatan, berbutir halus-sedang, mengandung sedikit lempung. Batulempung berwarna kekuningankecoklatan, padat, tidak berlapis, terdapat berupa sisipan dalam batupasir. Sebaran sebagian besar menempati areal yang ditumbuhi kelapa sawit, termasuk Formasi Keutapang yang berumur Miosen AkhirPliosen. 7. Satuan Batupasir, terletak selaras di atas satuan batupasir dan batulempung Formasi Keutapang. Batupasir berwarna kecoklatan, mengandung fragmen batuan beku yang berukuran dari kerikil-kerakal, berlapis buruk, berbutir sedang, setempat bersisipan batulempung yang berwarna abu-abu kehijauan, termasuk Formasi Seurela yang berumur Pliosen. Sebaran satuan ini sebagian besar menempati bagian timur dari daerah penyelidikan. 8. Satuan Batupasir berselingan dengan Batulempung yang mengandung lignit. Satuan ini terletak selaras di atas satuan batupasir

dibawahnya. Batupasir berwarna kekuningankemerahan, mengandung fragmen- fragmen batuan beku yang berukuran kerikil- kerakal, pemilahan buruk, berbutir kasar, tidak berlapis. Batulempung berwarna abu-abu kehijauan, padat-getas, tebal 10 - 20 cm, mengandung sisa tumbuhan. Satuan ini termasuk Formasi Julu Rayeu yang berumur Pliosen. Setempat-setempat terdapat endapan batubara muda (lignit) yang berwarna kecoklatan-kehitaman, tebal 5 - 15 cm. Sebaran satuan ini menempati bagian timur daerah penyelidikan. 9. Secara tidak selaras di atas satuan batupasir Formasi Julu Rayeu, terletak endapan Pasir, Kerikil dan Lempung. Pasir dan kerikil umumnya terdapat bersama (tidak bisa dipisahkan), bersifat lepas (unconsolidated), berbutir sedang-granule. Lempung berwarna kecoklatan-kehitaman, padat. Sebaran satuan ini menempati daerah bagian timur, termasuk Formasi Idi yang berumur Plistosen. 10. Satuan Aluvium, terdapat berupa pasir, kerikil dan lempung dalam bentuk lepas-lepas. Satuan ini sebarannya menempati daerahdaerah aliran sungai dan daerah limpahan banjir di sekitarnya. Satuan ini berumur Holosen.

Struktur Geologi Kabupaten Aceh Timur Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Aceh Timur berdasarkan pengamatan dan hasil penyelidikan di lapangan terdiri dari struktur sinklin, antiklindan patahan Struktur sinklin berkembang pada satuan batupasir, termasuk Formasi Keutapang; satuan batulumpur gampingan, termasuk Formasi Baong dan satuan batupasir dan batulumpur yang termasuk Formasi Seurela. Sedangkan struktur antiklin sebagian besar terjadi atau berkembang pada satuan batupasir dan batulumpur gampingan, termasuk Formasi Baong Kecamatan Rantau Peureulak. Struktur patahan yang berkembang atau yang terjadi di daerah Kabupaten Aceh Timur, sebagian

besar berada di daerah bagian barat, diduga termasuk sesar naik yang dapat diamati didaerah Lokop, Mesir, Rampah dan sekitarnya. Di daerah Lokop sesar tersebut terjadi pada satuan batu sabak, batupasir dan batugamping meta, termasuk Formasi Kluet.

Kabupaten Aceh Tamiang Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Aceh Tamiang, yaitu berupa struktur lipatan dan patahan. Struktur lipatan sebagian besar berupa struktur sinklin yang diikuti arah penunjaman berarah ke tenggara. Struktur sinklin tersebut terjadi pada satuan batupasir, batulempung dan batulumpur dari Formasi Keutapang. Sedangkan struktur patahan, yang diperkirakan jenis sesar naik, terjadi pada satuan batulumpur gampingan yang termasuk kedalam Formasi Peutu. Indikasi adanya sesar tersebut dapat diamati dari kontrol morfologi dan adanya kelurusan sungai yang dilewati sesar tersebut, seperti yang terdapat di daerah Batubedulang, Kecamatan Bandar Pusaka.

PROSPEK PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN

Bahan Galian di daerah Kabupaten Aceh Timur Potensi endapan bahan galian yang terdapat di daerah Kabupaten Aceh Timur, antara lain adalah granit, batugamping, andesit, sirtu dan lempung. Bahan galian yang secara kualitas dan kuantitas tidak memiliki prospek untuk diusahakan dan dikembangkan, dalam laporan ini diabaikan.

Granit Granit di daerah berikut ini tersebar di satuan batuan Batolit Serbajadi. Sebaran batuan granit di Kabupaten Aceh Timur tersebar di beberapa lokasi, yaitu antara lain di Desa Rampah; Desa Jering; Desa Trujak dan Desa Sepung/Lokop, termasuk Kecamatan Serbajadi. Batuan granit di lokasi-lokasi tersebut sebagian besar telah

mengalami pelapukan yang cukup kuat, batuan menjadi mudah hancur (tidak masif lagi), berwarna kecoklatan kemerahan, tanah pelapukan berwarna kekuningan kemerahan, sebaran menempati daerah perbukitan yang merupakan daerah resapan air

Secara diskriptif batuan granit di daerah tersebut dapat diperikan sebagai berikut:

Granit di daerah/ Desa Rampah, Kecamatan Serbajadi secara fisual memperlihatkan sifat-sifat fisik berwarna abu-abu, berbintik putih, berbutir kasar, faneritik, bentuk kristal anhedral, dalam keadaan segar bersifat pejal dan keras, batuan granit di lokasi ini sebagian besar telah mengalami pelapukan kuat, tanah pelapukan berwarna kuning kemerahan. Sumber daya hipotetik 15.000.000 ton. Hasil analisa kuat tekan sebesar 242,83 kgf/cm2.

Granit di Desa Jering, Kecamatan Serbajadi, secara fisik batuan granit dalam keadaan segar memperlihatkan warna abu-abu berbintik putih, warna lapuk kuning kecoklatan, faneritik, bentuk kristal anhedral, berbutir kasar, terdapat mineralisasi dari meneral pirit dan kalkopirit, pejal dan keras, sebagian besar batuan telah lapuk, warna pelapukan kekuningan - kemerahan. Sumber daya hipotetik 5.000.000 ton.

Granit di Desa Trujak, Kecamatan Serbajadi Secara fisik berwarna abu-abu berbintik putih, phaneritic, berbutir kasar, pejal dan keras, terdapat mineralisasi pirit dan kalkopirit. Sumber daya hipotetik 50.000.000 ton.

Granit di Desa Sepung/Lokop, Kecamatan Serbajadi. Secara fisik batuan dalam keadaan segar memperlihatkan warna abu-abu berbintik putih, faneritik, bentuk kristal anhedral, terdapat mineralisasi pirit dan kalkopirit, mengandung mika (biotit), pejal dan keras. Sumber daya hipotetik 120.000.000 ton. Hasil analisa kuat tekan sebesar 255,25 kgf/cm2.

Andesit

Batuan andesit yang terdapat di daerah Kabupaten Aceh Timur secara kuantitas tidak signifikan, karena keberadaan batuan ini di lapangan berbentuk lava yang sebarannya menempati daerah aliran Sungai Serbajadi, Desa Ujung Karang, Kecamatan Serbajadi. Sumber daya hipotetik Andesit sebesar 100.000 ton.

Batugamping Batugamping di daerah Kabupaten Aceh Timur terdapat di dua lokasi, yaitu di di daerah Desa

Bunin (pada Formasi Peutu) dan di Desa Trujak, Kecamatan Serbajadi. Sebaran batugamping di daerah Bunin menempati daerah pematang tinggi jalan dan daerah perbukitan yang masih ditutupi semak belukar, sedangkan sebaran betugamping di Desa Trujak menempati areal pedataran yang merupakan lingkungan sumber airpanas (geotermal) yang secara potensi tidak berarti dan tidak layak untuk diusahakan. Batugamping tersebut diperkirakan merupakan endapan sinter gamping pada lingkungan air panas. Sumber daya hipotetik batugamping di Desa Bunin adalah 3.000.000 ton (CaO 52,69%; MgO 0,67%; SiO2 2,40%; Al2O3 0,52%; Fe2O3 0,63%; Na2O 0,03%; K2O 0,07%; MnO 0,11%; P2O5 0,04%; H2O 0,20%; HD 41,97%), sedangkan Sumber daya hipotetik batugamping di Desa Trujak sebesar 10.000 ton.

Sirtu Bahan galian sirtu di Kabupaten Aceh Timur terdapat berupa endapan sirtu darat dan sirtu sungai. Endapan sirtu darat berasal dari hasil pelapukan batuan sedimen volkanik, sedangkan endapan sirtu sungai berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan yang diendapkan pada daerah-daerah aliran sungai aktip yang terdapat di Kabupaten Aceh Timur. Sebaran endapan sirtu darat umumnya menempati daerah pematang tinggi jalan dan daerah perbukitan yang masih ditumbuhi semak belukar. Potensi bahan galian sirtu di daerah ini cukup besar dan sebagian sudah dan masih ditambang dengan menggunakan alat berat seperti yang terjadi di daerah Penaron, Kecamatan Rantau Peureulak. Secara kumulatip sumber daya hipotetik endapan sirtu darat di Kabupaten Aceh Timur 54. 845. 000 ton. Sedangkan Sumber daya hipotetik endapan sirtu sungai secara kumulatip di Kabupaten Aceh Timur 400. 000 ton

Lempung Sebagaimana telah diketahui bahwa lempung adalah salah satu jenis komoditi yang banyak digunakan sebagai bahan gerabah dan bahan baku untuk pembuatan bata dan genteng. Komoditi ini sering terabaikan, karena secara tonase/kuantitas tidak memiliki nilai jual yang tinggi atau dapat dikatakan tidak atau kurang memiliki prospek ekonomi yang berarti. Bahan galian lempung

yang terdapat di Kabupaten Aceh Timur antara lain terdapat di daerah Desa Jengki, Kecamatan Peureulak Timur (termasuk ke dalam satuan batuan Alluvium). Sumber daya hipotetik 90.000 ton.

Bahan Galian di daerah Kabupaten Aceh Tamiang Potensi bahan galian yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang secara berurutan dapat diperikan sebagai berikut:

Batugamping Batugamping di daerah Kabupaten Aceh Tamiang terdapat di beberapa lokasi yang tersebar di 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Tamiang Hulu, Kecamatan Tenggulun dan Kecamatan Bandar Pusaka. Sebaran batugamping di ketiga wilayah tersebut sebagian besar menempati daerah perbukitan yang masih ditutupi semak belukar dan tanaman keras. Berdasarkan cakupan luas area yang ditempati batugamping dan ketebalan yang dapat diamati, sumber daya hipotetik batugamping di wilayah tersebut dapat diperikan sebagai berikut :

Sumber daya hipotetik batugamping di Dusun G. Pandan, Desa Selamat, Kecamatan Tenggulun sebesar 3.000.000 ton.

Sumber daya hipotetik batugamping di G. Pandan, Desa Selamat, Kecamatan Tenggulun sebesar 120.000.000 ton, hasil analisa kimia major CaO (51,26% - 54,02%); MgO (1,19% - 2,22%); SiO2 (0,16% - 2,1%); Al2O3 (0,11% - 0,73%); Fe2O3 (0,01% - 0,28%); Na2O (0,03% - 0,04%); K2O (0,06% - 0,07%); MnO (0,00% - 0,01%); H2O (0,08% - 0,22%); HD (42,92% - 43,45%), hasil analisa kuat tekan sebesar 638 kgf/cm2 (termasuk ke dalam Formasi Bohorok). Sumber daya hipotetik batugamping di Desa Batu Bedulang/ Serkil, Kecamatan Bandar Pusaka sebesar 180.000.000 ton (termasuk ke dalam Formasi Tampur). Hasil analisa kuat tekan sebesar 338,34 kgf/cm2. Sumber daya hipotetik batugamping G. Titi Akar, Desa Wonosari, Kecamatan Tamiang Hulu sebesar 60.000.000 ton (termasuk ke dalam Formasi Bruksah). Hasil analisa kuat tekan 395,37

kgf/cm2. Hasil analisa MgO 0,32%; SiO2 0,05%; 0,10%; Na2O 0,03%; K2O P2O5 0,02%; H2O 0,08%;

kimia major CaO 54,97%; Al2O3 0,11%; Fe2O3 0,07%; MnO 0,01%; HD 43,36%.

Dolomit Dolomit termasuk salah satu batuan karbonat yang mengandung unsur magnesium (Mg) dalam bentuk ikatan oksida. Di alam batuan dolomit umumnya terdapat bersama batugamping. Lokasi keterdapatan endapan dolomit di Kabupaten Aceh Tamiang terdapat di Desa Talul, Kecamatan Tamiang Hulu. Sumber daya hipotetik sebesar 60.000.000 ton (termasuk ke dalam Formasi Kaloi). Hasil analisa kimia major adalah CaO 31,62%; MgO 20,08%; SiO2 0,7%; Al2O3 0,22%; Fe2O3 0,09%; Na2O 0,03%; K2O 0,03%; MnO 0,01%; H2O 0,04%; HD 46,75%.

Sumber daya hipotetik dolomit di Dusun Pintu Kuari, Desa Selamat, Kecamatan Tenggulun sebesar 10.000.000 ton,h asil analisa kimia major adalah CaO 32,06%; MgO 20,23%; SiO2 0,09%; Al2O3 0,22%; Fe2O3 0,10%; Na2O 0,05%; K2O 0,05%; MnO 0,01%; H2O 0,05%; HD 46,92% (termasuk ke dalam Formasi Bohorok). Sumber daya hipotetik dolomit di Desa Selamat, Kecamatan Tenggulun sebesar 15.000.000 ton, CaO 32,26%; MgO 19,48%; SiO2 0,20%; Al2O3 0,22%; Fe2O3 0,27%; Na2O 0,03%; K2O 0,07%; H2O 0,15%; HD 46,75% (termasuk ke dalam Formasi Bohorok). Sumber daya hipotetik dolomit di S. Kusau, Desa Selamat, Kecamatan Tenggulun sebesar 200.000 ton.

Sirtu Bahan galian sirtu di Kabupaten Aceh Tamiang relatif sama dengan sirtu di Kabupaten Aceh Timur, yaitu berupa endapan sirtu darat dan sirtu sungai. Endapan sirtu darat berasal dari hasil pelapukan batuan sedimen volkanik, sedangkan endapan sirtu sungai berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan yang di endapkan pada daerah-daerah aliran sungai aktif yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang. Endapan sirtu sungai sebagian sudah dan masih ditambang dengan menggunakan mesin penghisap/penyedot seperti yang terdapat di daerah Alur Bambu, Kecamatan Karang Baru. Secara kumulatip sumber daya hipotetik endapan sirtu sungai di Kabupaten Aceh Tamiang 500. 000 ton

Secara kumulatip Sumber daya hipotetik endapan

sirtu darat di Kabupaten Aceh Tamiang, 28. 750. 000 ton

Lempung Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa Lempung di daerah Kabupaten Aceh Tamiang banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan bata.

Sumber daya hipotetik endapan lempung di Desa Suka Makmur, Kecamatan Kejuruan Muda sebesar 1.500.000 ton. Sumber daya hipotetik endapan lempung di Desa Padang Langgis, Kecamatan Seruway sebesar 300.000 ton. Berdasarkan hasil analisa bakar, lempung di daerah ini tidak terdapat pori-pori, massa gelas yang terbentuk sedikit, homogenitas leburan dan warna cukup merata, warna bakar abu-abu, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat keramik bodi berwarna dengan suhu bakar < 1.000C. Sumber daya hipotetik endapan lempung di Desa Padang Langgis, Kecamatan Seruway sebesar 750.000 ton. Berdasarkan hasil analisa bakar, lempung di daerah ini terdapat banyak pori-pori, massa gelas belum terbentuk, homogenitas leburan dan warna sedikit merata, warna bakar coklat, dapat dimanfaatkan sebagai bahan refraktori.

Sumber daya hipotetik endapan lempung di Desa Purwodadi, Kecamatan Kejuruan Muda sebesar 375.000 ton Sumber daya hipotetik endapan lempung di Desa Alur Selebu, Kecamatan Kejuruan Muda sebesar 1.500.000 ton. Sumber daya hipotetik endapan lempung di Desa Pengidam, Kecamatan Tamiang Hulu sebesar 3.000.000 ton. Sumber daya hipotetik endapan lempung di Desa Djambo Rambong, Kecamatan Tamiang Hulu sebesar 150.000 ton. Berdasarkan hasil analisa bakar, lempung di daerah ini tidak terdapat pori-pori, massa gelas yang terbentuk sedikit, homogenitas leburan dan warna cukup merata, warna bakar coklat, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat keramik bodi berwarna dengan suhu bakar < 1.000C.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan inventarisasi mineral non logam di sebagian daerah di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam, maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut : Bahan galian yang terdapat di daerah Kabupaten Aceh Timur antara lain Granit, Andesit, Batugamping, Sirtu dan Lempung. Dari beberapa bahan galian tersebut, terdapat beberapa bahan galian yang memiliki potensi yang cukup besar dan prospek yang baik apabila dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal dalam kerangka untuk memenuhi kebutuhan berbagai aktifitas pembangunan di Kabupaten Aceh Timur, juga dapat merupakan sumber pendapatan bagi perekonomian daerah setempat. Bahan galian non logam yang dimaksud antara lain : 1. Batuan Granit (dalam keadaan segar) yang terdapat terutama di daerah Sepung, Lokop, Kecamatan Serbajadi. 2. Bahan galian Sirtu darat terutama yang terdapat di daerah Penaron, Paya Unde, Kecamatan Rantau Peureulak dan daerah Aluebue, Kecamatan Peudawa dapat dipergunakan untuk bahan (pasir) bangunan.

Bahan galian non logam yang terdapat di daerah Kabupaten Aceh Tamiang, antara lain batugamping, dolomit, sirtu dan lempung Dari temuan beberapa bahan galian tersebut, terdapat bahan galian yang memiliki potensi dan prospek yang baik apabila dapat dikelola dan dikembangkan secara optimal dengan tetap mengacu kepada penambangan yang berwasasan lingkungan. Bahan galian dimaksud antara lain adalah : 1. Batugamping, terutama yang terdapat di daerah Desa Selamat (daerah G. Pandan), Kecamatan Tenggulun; Desa Batubedulang, Kecamatan Bandar Pusaka; Desa Wonosari, Kecamatan Tamiang Hulu karena disamping memiliki sumber daya yang cukup besar dan berdasarkan analisa kimia dapat dipergunakan untuk industri semen (semen portland), bahan tambahan dalam proses peleburan dan pemurnian baja. Dengan telah tersedianya sarana infrastruktur (akses jalan menuju lokasi bahan galian) walaupun masih memerlukan pelebaran dan pengaspalan, sehingga bahan galian dari daerah ini akan memiliki nilai komersial yang cukup tinggi. 2. Dolomit yang terdapat di daerah/Desa Talul, Kecamatan Tamiang Hulu dapat

dipergunakan sebagai bahan baku pupuk untuk pertanian dan perkebunan sebagai sumber mineral magnesium. 3. Sirtu darat yang terdapat di daerah Suka Makmur, Alur Hitam, Kecamatan Kejuruan Muda dan Dusun Maju, Desa Durian, Kecamatan Rantau dapat dipergunakan untuk bahan (pasir) bangunan. 4. Bahan galian lempung yang terdapat di Desa Suka Makmur, Alue Selebue, Kecamatan Kejuruan Muda dan Desa Pengidam, Kecamatan Tamiang Hulu.

Saran Dikaitkan dengan adanya berbagai aktifitas pembangunan di Kabupaten Aceh Tamiang, sudah pasti membawa konsekwensi dibutuhkannya beberapa bahan galian dengan sumber daya/cadangan yang jelas. Mempertimbangkan hal tersebut, maka disarankan untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut dengan skala yang lebih besar terutama terhadap bahan galian yang memiliki potensi yang cukup besar dan prospek yang baik untuk diusahakan dan dikembangkan. Bahan galian yang dimaksud antara lain batugamping dan dolomit.

DAFTAR PUSTAKA

N. R. Cameron, dkk., 1982 Peta Geologi Lembar Medan, Sumatera, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

N. R. Cameron, dkk., 1981 Peta Geologi Lembar Langsa, Sumatera, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

N. R. Cameron, dkk., 1983 Peta Geologi Lembar Takengon, Sumatera, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

W. Keats, N. R. Cameron, dkk., 1981 Peta Geologi Lembar Lhokseumawe, Sumatera, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi, Bandung.

Nur Amin Latief, dkk., 1987 Eksplorasi Pendahuluan Endapan Dolomit Di Daerah Kaloi Dan Sekitarnya, Kabupaten Aceh Timur .

A. Sanusi Halim dan Akhmad Kusnardi, Inventarisasi Bahan Galian Industri di Wilayah

Provinsi Daerah Istimewa Aceh, 1985, kerja sama antara Pupuk Iskandar Muda dengan Direktorat Sumber Daya Mineral

Gambar 1 : Peta Lokasi Bahan Galian Non Logam Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Gambar 2 : Peta Lokasi Bahan Galian Non Logam Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Anda mungkin juga menyukai