Anda di halaman 1dari 5

1.

Penyakit Kulit

Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000). Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000). Penyebab Penyakit Kulit Jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain : 1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. 2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu : a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam. b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain. c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dll. 3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit. Zat kimia dapat menyebabkan penyakit kulit. Zat kimia tersebut adalah kromium, nikel, cobalt, dan merkuri.

Jenis-Jenis Gangguan Kulit

1. Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, kusta (lepra), patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma (Harahap, 2000). 2. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies, pedikulosis kapitis, pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption, amebiasis kutis, gigitan serangga, trikomoniasis. 3. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis versicolor (panu), tinea nigra palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis, tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis, kromomikosis, fikomikosis, misetoma. Penyakit tinea pedis merupakan infeksi dermatofit yang tersering, biasanya terdapat rasa gatal pada daerah di sela-sela jari kaki yang bersekuama, terutama dianatara jari ketiga dengan jari keempat dan kelima, atau pada telapak kaki. Infeksi ini biasanya didapat dari adanya kontak dengan debis kreatin yang terinfeksi pada lantai kolam renang dan kamar mandi. Kadang-kadang terjadi penyebaran yang luas ke telapak dan bagian samping kaki. Penyakit ini juga menyebar ke punggung kaki. Kadang-kadang tinea pedis mengikuti pola timbulnya lesi vestikuolabulosa yang episodik pada telapak kaki sering asimetris, sangat berbeda dengan eksema yang simetris. Faktor lingkungan di antaranya adalah lingkungan mikro pada kulit misalnya kelembaban kulit (Djuanda, 2007) 2. Demam Typhoid Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di sebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini di tandai oleh panas berkepanjangan, di topang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyers patch ( Sumarmo S.dkk 2008 ). Penyebab utama dari penyakit ini adalah mikroorganisme Salmonella Typhosa dan Salmonella Typhi, A, B, dan C. Mikroorganisme ini banyak terdapat di kotoran, tinja manusia dan makanan atau minuman yang terkena mikroorganisme yang di bawa oleh lalat. Sebenarnya sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat. Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara,

mikroorganisme ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan dan minuman yang tidak higenis Manifestas Klinik. ( Ngastiyah, 2005 ) Gejala demam typhoid sering kali muncul setelah 1 sampai 3 minggu. Gejala demam typhoid sering kali muncul setelah 1 sampai 3 minggu terpapar mulai dari tingkat sedang hingga parah. Gejala klasik yang muncul mulai dari demam tinggi, malas, sakit kepala, konstipasi atau diare, Rose-Spot pada dada dan Hepatosplenomegali ( WHO, 2010 ). Periode inkubasi demam typhoid pada anak antara 5 sampai 40 hari dengan rata-rata 10 sampai 14 hari. Gejala klinis ringan tidak memerlukan terpapar mulai dari tingkat sedang hingga parah. Gejala klasik yang muncul mulai dari demam tinggi, malas, sakit kepala, konstipasi atau diare, Rose-Spot pada dada dan Hepatosplenomegali ( WHO, 2010). Ruam ini muncul pada hari ke 7 sampai 10 dan bertahan selama 2 sampai 3 hari. ( Soedarmo et al. 2010 ) Periode inkubasi demam typhoid pada anak antara 5 sampai 40 hari dengan rata-rata 10 sampai 14 hari. Gejala klinis ringan tidak memerlukan perawatan, sedangkan gejala klinis berat harus di rawat. Anak mengalami demam tinggi pada sore hingga malam hari dan turun pada pagi hari. Banyak penderita demam typhoid yang di akibatkan kurang masukan cairan dan makanan. ( Soedarmo et al. 2010 ). Mikroorganisme Salmonella Typhi dan Salmonella parathyphi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman terkontaminasi. Sebagian mikroorganisme di musnahkan dalam lambung dengan pH <2, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa ( IgA ) usus kurang baik maka mikroorganisme akan menembus sel-sel epitel ( terutama sel M ) dan selanjutnya ke lamina propia. Propia mikroorganisme berkembang biak dan difagosit oleh makrorag. Mikroorganisme dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke Plak Peyeriileum Distal kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. ( Sudoyo et al. 2009 ). Diagnosis di tegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan gastrointestinal dan mungkin di sertai perubahan dan gangguan kesadaran dengan kriteria ini maka seorang klinis dapat membuat diagnosis tersangka demam typhoid. Secara umum untuk memperkecil kemungkinan tercemar (Salmonella Typhi ) maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Salmonella Typhi di dalam air akan mati apabila di panaskan setinggi 570C untuk beberapa menit atau dengan

proses iodinasi atau klorinasi. Untuk makanan pemanasan sampai suhu 570C beberapa menit dan secara merata juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu negara atau daerah tergantung baik pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap hygiene pribadi. Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam typhoid. ( Sumarmo S.dkk 2008 ). 3. Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (Simatupang, 2004). Lebih dari 90% kasus diare akut adalah disebabkan oleh agen infeksius (Ahlquist dan Camilleri, 2005). Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; infeksi bakteri seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya; infeksi parasit seperti cacing (Ascaris, Trichiuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans) (Kliegman, 2006). Di Indonesia, penyebab utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba histolytica (Depkes RI, 2000). Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus. Virus ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak (Simatupang, 2004). Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman. Salah satu vektor penyebab penyakit diare adalah lalat. Lalat sering dianggap sebagai binatang pembawa penyakit diare pada masyarakat. Telah terbukti bahwa lalat akan membawa kuman patogen dari lingkungan kotor, memindahkan kuman patogen, seperti tempat sampah, tempat pembuangan tinja, dan kandang ternak, dan kemudian memindahkan kuman penyakit itu ke dalam makanan yang akan dimakan oleh manusia.

Sejumlah penelitian yang menghubungkan kepadatan lalat dengan kejadian diare, menyebutkan bahwa semakin tinggi kepadatan lalat, maka makin tinggi pula penyebaran penyakit, termasuk diare. Dan dengan pelaksanaan program pengendalian lalat dengan insektisida dan perangkap lalat di Pakistan, secara signifikan terjadi penurunan kejadian penyakit diare sebanyak 23 % (Curtis, 2000). Diare karena infeksi merupakan penyebab yang paling sering terjadi. Diare infeksi terjadi disebabkan oleh makanan dan air yang terkontaminasi masuk melalui rute fecal-oral. Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Escheria Coli, Shigella sp, Salmonella sp, Vibro Cholera, Virus, Amuba seperti Entamoeba histolityca, Giardia lamblia, dan dapat pula disebabkan oleh toksin bakteri Staphylococcus aureus, Clostridium welchi yang mencemari makanan. Lalat sering membawa jasad renik yang menyebabkan penyakit dibagian mulutnya, daerah pencernaan, di paha, rambut serta kakinya, karena lalat makan feses manusia, bangkai binatang, dan sisa-sisa makanan manusia. Semua ini mungkin berisi jasad renik yang menimbulkan penyakit terhadap pencernaan makanan manusia dan binatang dimana mereka merupakan tempat yang baik bagi berkembangnya jasad renik yang menyebabkan sakit karena makanan yang tidak sehat, diantaranya adalah tifus dan demam paratifus serta disentri (Saksono. L, 1986).

Anda mungkin juga menyukai