Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Begitu banyak cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan hidup yang sehat, baik olah raga, mengkonsumsi makanan bergizi, dan lain-lain. Tubuh manusia selalu terpapar oleh berbagai macam gangguan oksidatif, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar. Sebagai respon tubuh maka terdapat sejumlah besar mekanisme antioksidan yang akan mencegah dan melindungi tubuh dari berbagai oksidasi. Dalam klinik, gangguan kesimbangan sistem oksidan-antioksidan tubuh dapat ditemukan pada berbagai keadaan seperti : terjadinya aterosklerosis, kanker, penyakit saraf, hipertensi dan lain-lain. Peran antioksidan bagi kesehatan tubuh telah banyak mendapat perhatian dari banyak kalangan ilmuwan sejak beberapa tahun lalu. Ratusan penelitian antioksidan telah dilaporkan pada forum forum publik. Di lain pihak, keinginan masyarakat awam untuk memperoleh khasiat antioksidan pun tak kalah serunya. Demam Antioksidan ini selain terlihat jelas oleh munculnya produk antioksidan komersial mulai dari pangan fungsional hingga suplemen dalam waktu singkat.

BAB II RADIKAL BEBAS DAN ANTIOKSIDAN


A. Radikal Bebas Radikal bebas (free radicals) adalah molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif, karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya, sehingga dapat bereaksi dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron dari molekul sel tubuh tersebut. Radikal bebas dapat mengganggu integritas sel (DNA), mengoksidasi lipid. Karena sifatnya yang tidak stabil, Radikal Bebas cenderung menyerang sel-sel tubuh lain dan menyebabkan kerusakan sel secara berantai. 1,2,3 Tipe Radikal Bebas Tipe radikal bebas turunan oksigen reaktif sangat signifikan dalam tubuh. Oksigen reaktif ini mencakup superoksida (O2-), hidroksil (OH-), peroksil (ROO-), oksida nitrit (NO-), ,hydroperoksil HO2, alkoxyl RO-- 1,4,5,6 Dari sudut pandang kedokteran, ada dua radikal bebas yang menarik perhatian, yaitu 1. Radikal Hidroksil (OH-) 2. Radikal superoksida yang terdiri atas dua atom oksigen (O2-) dengan satu elektro yang tidak berpasangan.4,5 Tubuh secara terus-menerus membentuk radikal bebas melalui proses

metabolisme sel normal, UV, asap rokok, alkohol, polusi, obat-obatan,kelelahan, olah raga berlebihan, kemoterapi/rontgen. Sumber radikal bebas, baik endogenus maupun eksogenus terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi : 1. Pembentukan awal radikal bebas (inisiasi) Terbentuknya radikal bebas (R*) bila lipida kontak dengan panas, cahaya, ion metal dan oksigen. 2. Perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi) Autooksidasi berawal ketika radikal lipida (R*) hasil tahap inisiasi bertemu dengan oksigen membentuk radikal peroksida (ROO*). Reaksi

oksigenasi ini terjadi sangat cepat dengan energi aktivitas hampir nol sehingga konsentrasi ROO* yang terbentuk jauh lebih besar dari konsentrasi R* dalam sistem makanan dimana oksigen berada. Radikal peroksida yang terbentuk akan mengekstrak ion hidrogen dari lipida lain (R1H) membentuk hidroperoksida (ROOH) dan molekul radikal lipida baru (R1*). Selanjutnya reaksi autooksidasi ini akan berulang sehingga merupakan reaksi berantai. 3. Pemusnahan atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan tak reaktif. (terminasi) Hidroperoksida yang sangat tidak stabil terpecah menjadi senyawa organik berantai pendek seperti aldehit, keton, alkohol.3,5 Sumber radikal bebas bisa berasal dari dalam tubuh (endogenus) atau dari luar tubuh (eksogenus). Contoh radikal bebas yang berasal dari endogenus antara lain dari katabolisme dari air menjadi OH-, sekitar 70-90 % konsumsi O2 oleh sel fagosit diubah menjadi superoksida (O2-). Ion logam transisi seperti Fe memfasilitasi produksi singlet oksigen dan pembentukan radikal `OH melalui reaksi Haber-Weiss: H2O2 + Fe2+ > `OH + OH- + Fe3 +. Sedangkan sumber eksogenus radikal bebas yakni berasal dari luar sistem tubuh, diantaranya sinar UV, asap rokok, sinar X, sinar gamma dan sinar radioktif, keracunan kimia, peradangan. Sinar UVB merangsang melanosit memproduksi melanin berlebihan dalam kulit, yang tidak hanya membuat kulit lebih gelap, melainkan juga berbintik hitam. Sinar UVA merusak kulit dengan menembus lapisan basal yang menimbulkan kerutan.3,4

Tabel1. Sumber utama stres oksidatif sebagai patofisiologi penyakit2


Sumber Transport eleltron mitokondria Transisi ion metal Radang/ inflamasi Enzim, misalnya xanthin oksidase Mekanisme kerja : Kebocoran superoksida akibat reduksi oksigen yang tidak efisien : Cooper dan besi mempercepat pembentukan radikal bebas : Fagosit teraktifasi melepaskan radikal bebas : Pelepasan superoksida selama reperfusi jaringan iskemik

Metabolit obat seperti: Parasetamol/acetaminofen paraquat Rokok sigaret Radiasi

: Radikal bebas perantara(intermediate) yang terbentuk selama metabolisme : Fase gas yang kaya akan radikal bebas : X ray, sinar UV

Sel-sel diserang dalam berbagai level: 1. Radikal bebas menyerang dan mengoksidasi membran sel, dimana membran sel ini terdiri dari lipid dan protein. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan membran sel dalam transport oksigen dan makanan. 2. Mitokondria diserang oleh radikal bebas, sehingga terjadi kerusakan pada sel dalam menghasilkan energi. 3. Oksidasi menyebabkan deaktivasi enzim-enzim dan hormon-hormon yang penting. 4. Pada akhirnya, DNA diserang oleh radikal bebas.1

Elektron yang tidak berpasangan

Elektron

+ teroksidasi

tereduksi

reaksi radikal bebas dengan bahan non radikal

Keterangan Gambar: Tampak elektron bebas sangat reaktif dan cenderung mengambil elektron dari target non radikal. Elektron transfer kemudian menjadi stabil, tetapi terbentuk radikal target. Radikal target mempunyai elektron yang tidak berpasangan yang akan menjadi radikal bebas pula. Tergantung dari reaktifitas radikal target, jika reaktifitas radikal target sangat besar, maka molekul target berikutnya akan mengalami hal yang sama untuk kemudian menjadi reaksi berantai radikal bebas.2

B. Antioksidan Berbagai definisi telah diberikan untuk menggambarkan Antioksidan. Secara umum, antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid.3 Telah dikenal beratus macam antioksidan,namun ada anti oksidan yang penting antara lain vitamin C dan E, glutathione, Coenzim Q10 (Co Q10). Para ilmuwan berpendapat bahwa radikal bebas itu bekerja secara tersendiri. Anti oksidan dapat bersumber dari makanan, termasuk tokoferol, asam askorbik, vitamin A beserta prekursornya beta carotene, flavonoid dan theaflavin. Keseimbangan antara prooxidan dan antioksidan merupakan kondisi kritis pada penyelamatan organisme aerobik. Kalau keseimbangan mengarah pada prooksidan maka akan terjadi proses pengrusakan yang disebut sebagai stres oksidasi. Dalam proses penuaan, keseimbangan mengarah pada stres oksidasi. Karenanya menjaga keseimbangan antara keduanya merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kesehatan bahkan kalau perlu diberikan sebagai suplemen. 6,7 Secara alamiah terdapat berbagai sistem pertahanan terhadap radikal bebas yang sering dikenal sebagai antioksidan: 1. Enzim antioxidan Catalase Glutathione peroxidase Glutathione reductase Superoxide dismutase (Cu-Zn dan Mn) 2. Ikatan protein dan logam Ceruloplasmin Ferritin Lactoferrin Transferrin Hemoglobin Myoglobin 3. Anti oksidan yang umum (scavenger)

Bilirubin Carotenoids (beta-carotene) Flavonoids (quercetin, rutin, catechin) Vitamin A, C, E 4. Antioksidan lain: Tembaga Glutathione Mangan Selenium Seng

Sistem pertahanan antioksidan secara fisilogis dan farmakologis bekerja dalam 3 kategori: pencegahan (primer), pencegatan (sekunder), pemulihan (tersier). Sebagian besar antioksidan bekerja pada tingkat pencegahan secara fungsional mereka dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Antioksidan primer (mencegah pembentukan radikal bebas): Superoksida Dismutase (SOD) Glutation Peroksida (GPx) 2. Antioksida sekunder (Menangkap dan menetralisir radikal bebas) Vitamin E, C, _ Caroten Asam urat, Bilirubin, Albumin 3. Antioksidan tertier ( melakukan perbaikan) Enzim yang memperbaiki DNA Methionin Suphoxide Reductase

Mekanisme kerja Antioksidan Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.3 Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu

memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil.3 Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (Gambar 1). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru .3 Inisiasi : R* + AH -> RH + A*

Propagasi : ROO* + AH -> ROOH + A* Gambar 1. Reaksi Penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan (Gambar 2). Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi AH + O2 dan sampel + HOO* yang akan diuji. > A*

AH + ROOH > RO* + H2O + A* Gambar 2. Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi Mekanisme Pemberian elektron oleh antioksidan 1. Atom oksigen yang normal mempunyai empat pasang elektron. Metabolisme tubuh kita dapat merampas elektron atom oksigen itu sehingga atom ini berubah menjadi radikal bebas. Tentu saja ia ingin memperoleh kembali (atau mendapat ganti) elektron yang terampas tadi, dengan jalan membajak elektron dari molekul apa saja yang dijumpai. 2. Kalau radikal bebas kemudian merampas sebutir elektron dari molekul pada dinding sel, maka terbentuklah radikal bebas yang baru. Mulailah timbul reaksi berantai. 3. Rantai pengambilan elektron itu merusak membran sel, dan menimbulkan kehancuran sampai terbentuk lubang yang bisa dimasuki oleh benih kanker dan kuman penyakit lain. 4. Karena susunan molekulnya, suatu senyawaan antioksidan dapat memberi elektron dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali. Ia memutuskan reaksi berantai yang sedianya berbahaya tadi.

Mekanisme Pertahanan antioksidan Intraseluler8

Metabolik Oxygen

Free Radicals

O2Vitamin E

HO

Fe Lipid LH Peroxidation LOOH O2 Zn H2O2

Se GSH GSSH H20 + O2

Se

LOH Niasin NADP NADPH

GSSH

G6P

6PG

Strategi Antioxidan Seluler5

Antioxidan Enzim-enzim Superoxide dismutase-mitochondria Superoxide dismutase-cytosol Katalase Sistem Enzim-kofaktor GSH

Fungsi

Dismutasi O2- menjadi H2O2 Dismutasi O2- menjadi H2O2 Dismutasi H2O2 menjadi H20

Kofaktor untuk antioxidan enzim Memadamkan oksigen- radikal

Glutathione peroksidase Glutathion S-tranferase Glutathion reduktase Antioksidan Umum Alfa tokoferol (Vitamin E) Ascorbic acid (Vitamin C) Beta Karoten (Vitamin A)

memecah H2O2 dan Lipid peroksida Mengembaliakn grup sulfidril Mengsintesa kembali GSH dari GSSG

Memadamkan reaksi peroksidasi lipid Memadamkan oksigen-radikal Memadamkan Singlet oksigen

Berbagai sumber antioksidan alamiah :

1.Buah merah Di dalam buah merah, terkandung senyawa-senyawa aktif yang berpotensi untuk digunakan sebagai antioksidan (pencegah penyakit). Secara lengkap kandungan senyawa aktif sari buah merah dipaparkan dalam tabel.10

Tabel 1. Kandungan Senyawa Aktif dalam Sari Buah Merah I Made Budi Fendy R. Paimin, (2005)
Senyawa aktif Total karotenoid Total tokoferol Betakaroten Alfa-tokoferol Asam oleat Asam linoleat Asam linolenat Dekanoat Kandungan 12.000 ppm 11.000 ppm 700 ppm 500 ppm 58 % 8,8 % 7,8 % 2,0 %

2. Blackberry (Berry Hitam) Sebuah penelitian terbaru yang diadakan oleh para peneliti di Pusat Penelitian Pertanian AS dan Institut Nasional bagi Kemanan dan Kesehatan Pekerja, menemukan bahwa campuran tertentu yang terkandung dalam buah Blackberry segar sangat berkhasiat untuk menghancurkan sel kanker dan tumor ganas. Campuran tersebut adalah jenis flavonoid cyanidin-3-glucoside (C3G), yang bisa larut dalam air.

Flavonoid adalah jenis campuran yang dihasilkan oleh tumbuhan secara alami, yang berfungsi sebagai antioksidan. Campuran tersebut seperti pada zat warna tanaman dan walaupun tak tergolong sebagai bahan gizi penting, mereka mampu menghasilkan vitamin C, yang menjadikannya antioksidan yang sangat kuat. Flavonoids juga dibutuhkan untuk memelihara dinding kapiler dan melindungi dari infeksi.

3.Teh hitam

Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ali Khomsan MS dan ahli kesehatan jantung Dr Mohammad Taufik Spj dalam sebuah diskusi tentang teh, di Bogor, belum lama ini mengemukakan, teh hitam (black tea) juga berkhasiat sama seperti teh hijau karena kandungan radikal bebas yang terkandung di dalamnya. Teh hitam atau black tea itu dibuat dari pucuk daun teh segar yang dibiarkan menjadi layu sebelum digulung, kemudian dipanaskan dan dikeringkan. Teh hitam disebut juga teh fermentasi. cukup banyak mengandung komponen senyawa yang baik bagi tubuh. Utamanya adalah antioksidan serta Theaflavin cukup tinggi mempunyai manfaat seperti menurunkan risiko kanker, mencegah jantung koroner, mencegah penuaan, dan juga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah," kata Prof Dr Ali Khomsan.

4.Rumput laut diketahui kaya akan nutrisi esensial, seperti enzim, asam nukleat, asam amino, mineral, trace elements, dan vitamin A, B, C, D, E, dan K. Karena kandungan gizinya yang tinggi, rumput laut mampu meningkatkan sistem kerja hormonal, limfatik, dan juga saraf. Selain itu, rumput laut juga bisa meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki sistem kerja jantung dan peredaran darah, serta sistempencernaan.

5. Astaxanthin

Astaxantin termasuk salah satu anggota dari keluarga carotenoid. Merupakan antioksidan yang sangat kuat, 100 500 kali dibandingkan vitamin E dan 10 kali lebih kuat daripada beta carotene, berfungsi sebagai scavenger radikal bebas. Astaxantin banyak fungsi biological yang penting, antara laian mencegah terjadinya peroksidasi lemak tidak jenuh dan protein, kerusakan DNA dan efek dari sinar UV. Kegunaan dari astaxanthin dengan membatasi kerusakan dari ROS-induced oxidative stress dan memperbaiki beberapa parameter kesehatan di jaringan dan tubuh telah banyak diperlihatkan di beberapa studi serta dalam penelitian in-vitro. Berikut adalah berbagai keadaan dan penyakit yang mempunyai efek yang baik oleh karena penggunaan Astaxantin:13 Age- Related Macular Degeneration Alhezmeirs dan Parkinsons Kolesterol Penyakit autoimun, virus kronis dan inflamasi Dyspepsia Perbaikan fertilitas semen Fungsi otot Luka bakar akibat sinar UV

Normalisasi ritme jantung Benign prosthatic Hiperplasia Stroke : perbaikan kerusakan akibat kurangnya oksigen Sumber astaxantin natural banyak terdapat di makanan seafood seperti salmon, udang dan lobster. Namun penelitian mengenai mikroalga Haematococcus pluvialis mengandung paling banyak astaxantin. 13 Spesies oksigen reaktif atau oksigen aktif merupakan pembunuh rahasia. Demikian disampaikan Vincent Wood, M. Res, Ph.D, dalam simposium Antioxidant Symposium 2009: An Update on Clinical Research di Hotel Four Seasons, Jakarta, atas kerja sama Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Cabang Jakarta Raya (PAPDI JAYA) dan PT. Soho Industri Pharmasi. Wood menyampaikan bahwa oksigen aktif merusak berbagai jaringan di tubuh dengan mengaktifkan inflamasi melalui jalur NF-B kinase. Oleh karena itu, diperlukan zat yang dapat mencegah proses yang dilakukan oleh oksigen aktif tersebut, yaitu antioksidan astaxanthin. Wood menjelaskan bahwa astaxanthin memberikan efek yang baik terhadap kesehatan mata, sindrom metabolik, kesehatan kulit, dan tingkat energi maupun kekuatan otot. Sementara itu, Dr.Yulita Lea juga menyertakan hipertensi, diabetes melitus tipe 2, dispepsia, dan infeksi Helicobacter pylori sebagai penyakit yang memperoleh efek baik dari astaxanthin.14 Astaxanthin, dijelaskan Eiji Yamashita, yang ikut memberikan

presentasinya di Pertemuan Ilmiah Tahunan X Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit & Kelamin Indonesia (PERDOSKI) di Banten, paling banyak terdapat dalam mikroalga Haematococcus pluvialis. Untuk menjamin kemurnian dan kualitas astaxanthin yang paling tinggi, digunakan fotobioreaktor Biodome dan closed tank system, kemudian diolah oleh Fuji Chemical Industry Jepang. Hal tersebut dimaksudkan agar alga terlindungi maksimal dari polusi lingkungan.14 Prof. DR. Dr. Askandar Tjokroprawiro, SpPD-KEMD dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pemberian Asthin Force 2-4 kapsul/hari selama 4 minggu memberikan efek yang baik pada pasien diabetes melitus (DM) tipe 2. Hasil

penelitian diabetologis asal Surabaya ini menunjukkan berbagai efek baik yang dimiliki oleh astaxanthin tersebut, yakni antioksidan kuat, antiinflamasi, mengurangi kerusakan DNA, meningkatkan fungsi sel -pankreas, meningkatkan sensitivitas insulin, memelihara mata termasuk retina dan otot silier, menurunkan tekanan darah, menurunkan gejala nefropati termasuk albuminuria, bersifat kardioprotektor, menurunkan apoptosis di otak, jantung, dan sel -pankreas, serta menurunkan risiko karsinopati gaster dan baik bagi pasien sindrom metabolik, pradiabetes, dan DM tipe 2. Peran antioksidan dalam pengobatan pasien DM tipe 2 juga disepakati Prof. DR. Dr. R.Djokomoeljanto, Sp.PD-KEMD dari RS Kariadi Semarang dan Dr. Dante Saksono, Sp.PD, Ph.D dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Menurut mereka, stres oksidatif yang dihasilkan radikal bebas akibat keadaan hiperglikemia dan tingginya asam lemak pada pasien DM dapat berujung pada progresifnya penyakit ini dan munculnya berbagai komplikasi DM tipe 2.14 Dalam roadshow bersama pakar di 7 kota besar ini, PT. Soho Industri Pharmasi memperkenalkan Astaxanthin dalam bentuk sediaan baru, yaitu gel (Asthin Force gel) dan sirup (Asthin Force sirup). Selain itu, juga terdapat soft capsule yang digabungkan dengan extramel (Asthin B-OND). Alasan ditambahkan Extramel 10 mg adalah karena antioksidan ini sangat lengkap, yaitu mengandung Superoxide Dismutase (SOD), Katalase, Gluthathione, Coenzyme Q10, Lipoic Acid, dan lain-lain sehingga dapat menghambat semua radikal bebas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Asthin B-OND memiliki kekuatan antioksidan 550-1000 kali vitamin E, 6000 kali vitamin C, 800 kali Coenzyme Q10, 560 kali ekstrak green tea, 75 kali lipoic acid, 40 kali beta karoten, dan 17 kali grape seed. Sementara itu, Asthin Force gel yang mengandung AstaTROL 0,02% dan kolagen 0,5% dapat melembutkan dan mengurangi kadar minyak kulit, meningkatkan elastisitas dan kekenyalan kulit, menipiskan flek hitam dan hiperpigmentasi, serta mencegah dan mengurangi keriput. Sedangkan Asthin Force sirup dengan rasa jeruk nipis dapat dijadikan alternatif bagi pasien dewasa/lansia yang kesulitan menelan kapsul atau pasien anak dengan radikal bebas yang tinggi.14

BAB III PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN DAN PERANANNYA BAGI MANUSIA


Proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker kardiovaskuler, penyumbatan pembuluh darah yang meliputi hiperlipidemik, aterosklerosis, dan trombosis (penyebab stroke dan darah tinggi) serta terganggunya sistem imun tubuh dapat disebabkan oleh stress oksidatif.2,3 Stress oksidatif sendiri berarti keadaan tidak seimbangnya jumlah

antioksidan dan prooksidan dalam tubuh, Pada kondisi ini, aktivitas molekul radikal bebas atau spesies oksigen reaktif (SOR) dapat menimbulkan kerusakan seluler dan genetika. Kekurangan zat gizi dan adanya senyawa xenobiotik dari makanan atau lingkungan yang terpolusi akan memperparah keadaan tersebut.2 Kemampuan beberapa jenis makanan untuk memodulasi sistem imun disebut sebagai imunonutrisi. Antioksidan saat ini dianggap sebagai salah satu imunonutrisi. Pada umumnya yang menjadi target dari imunonutrisi adalah pertahanan mukosa, pertahanan seluler, serta pencegahan terhadap proses keradangan lokal maupun sistemik.3 Dibawah ini dijelaskan beberapa antioksidan dihubungkan dengan respon imun:1,9 Vitamin A sangat diperlukan sebagai antioksidan, juga dibutuhkan bagi kematangan dan perlindungan limfosit, T helper cell, menjaga membran mukosa (selaput lendir) pernafasan, kemih dan sistem pencernaan, serta metabolisme asam lemak esensial. Gejala kekurangan vitamin A antara lain kulit kering, sering

mengalami infeksi, pertumbuhan terganggu, buta senja dan kondisi rambut buruk9 Vitamin C Sangat diperlukan sebagai antioksidan dengan dosis 1000mg berperan dalam menghambat terjadinya oksidasi LDL yang artinya mengurangi resiko terserang penyakit jantung koroner. Dimana vitamin C berperan dalam perkembangan makrofag ,serta diperlukan dalam metabolisme asam lemak esensial. Vitamin E Sangat diperlukan sebagai antioksidan serta berperan dalam pembentukan antibodi, melindungi kelenjar thymus, metabolisme asam lemak esensial, serta bekerja secara sinergi dengan selenium. Gejala kekurangan vitamin E antara lain kulit menjadi kering, mudah memar dan penyembuhan luka menjadi lambat. Studi di University of Texas South-western Medical Center menemukan bahwa menelan 800 IU vitamin E setiap hari selama tiga bulan akan memangkas oksidasi LDL sebesar 40 persen. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 400 IU vitamin E per hari untuk secara nyata menurunkan oksidasi LDL. Coenzim Q10 dalam beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa dengan pemberian Coenzim Q10 ternyata terjadi peningkatan dalam pembentukan antibodi. Coenzim Q10 juga memiliki kemampuan memperbaiki kerja sel otot jantung serta mengurangi edema pada Heart failure. Penelitian membuktikan pada pemberian coenzim Q10 selama 4-12 minggu pada penderita hipertensi akan memberikan penurunan tekanan darah sistolik 17 mmHg dan diastolik 10mmhg. Dosis yang direkomendasikan untuk coenzim Q10 adalah 30-200mg

BAB IV PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN DAN HUBUNGAN DENGAN KANKER


Masyarakat yang mengkonsumsi banyak sayur dan buah lebih sehat dengan risiko penyakit degeneratif termasuk kanker yang rendah. Sifat protektif ini diyakini karena kandungan berbagai jenis antioksidan yang terdapat di dalam sayur dan buah. Fakta ini sesuai dengan hasil penelitian pada kultur dan hewan percobaan yang menunjukkan bahwa kerusakan oksidatif DNA merupakan bagian dari karsinogenesis. Oleh karena itu adalah logis jika dianjurkan untuk mengkonsumsi antioksidan dalam diet sebagai bagian dari pencegahan kanker. Akan tetapi, sebaliknya di dalam tubuh, diproduksi senyawa oksigen reaktif termasuk radikal bebas (komponen oksidan atau pengoksidasi) untuk menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) yang juga bertujuan terutama untuk membunuh sel-sel kanker. Barangkali, sebelum pasien kanker mengkonsumsi suplemen antioksidan, hambatan atau inhibisi terhadap apoptosis oleh antioksidan perlu diperhitungkan. Regulasi apoptosis adalah untuk mempertahankan homeostasis normal, menjaga keseimbangan proliferasi dan kematian sel di dalam organ multiseluler. Salah satu fungsi apoptosis adalah mencegah kanker dengan cara mengeliminasi sel-sel preneoplastik dan neoplastik (pertambahan baru yang tak normal). Antioksidan bersifat meredam atau menetralkan radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif, dengan demikian antioksidan bersifat menghambat apoptosis. Hasil penelitian Zeisel (2004) menunjukkan bahwa pemberian diet tanpa

antioksidan mengurangi ukuran dan jumlah tumor otak pada tikus karena adanya peningkatan apoptosis di dalam tumor. Dengan menggunakan model tikus transgenik yang mengalami karsinogenesis payudara, juga diperoleh kesan bahwa diet tanpa antioksidan menghambat pertumbuhan tumor dan mengurangi metastasis. Antioksidan, dengan mencegah kerusakan oksidatif oleh pengaruh oksidan terhadap target (DNA, RNA, protein dan lipida), akan bersifat protektif pada individu yang tidak memiliki sel kanker; akan tetapi dengan menghambat apoptosis, antioksidan akan bersifat memicu terjadinya kanker pada pasien atau seseorang yang menderita kanker karena kerusakan atau perubahan DNA. Inhibisi apoptosis oleh antioksidan dapat menjelaskan mengapa sebagian penelitian yang dilakukan pada perokok berat, antioksidan vitamin E dan -karoten justru memicu karsinogenesis di paru-paru (diduga sudah terjadi proses awal karsinogenesis akibat merokok sebelum pemberian antioksidan), tetapi menurunkan

karsinogenesis di prostat (diduga belum terjadi tumor sebelum diberi antioksidan). Oleh karena itu, walaupun pemberian lebih awal antioksidan mungkin mencegah inisiasi dan perkembangan kanker dengan meredam aktivitas sifat mutagenik radikal bebas, mungkin juga akan meredam radikal bebas yang berperan penting pada peningkatan apoptosis. Ketidakseimbangan ini

memungkinkan kecepatan proliferasi dalam tumor melebihi kemampuan untuk apoptosis yang berakhir dengan karsinogenesis . Hingga saat ini, peran vitamin C tunggal (dalam bentuk suplemen) pada pencegahan kanker masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Tetapi tidak demikian halnya dengan vitamin C yang berasal dari makanan (alami). Penurunan

risiko kanker akan lebih bermakna jika kita mengkonsumsi pangan yang kaya antioksidan daripada jika hanya satu jenis antioksidan. Karena perkembangan tumor dan kanker berkaitan erat dengan proses oksidasi dan peradangan, maka mengkonsumsi pangan yang kaya antioksidan merupakan cara yang efektif untuk mencegah kanker. Oleh karena itu, mengkonsumsi 5 jenis buah atau sayuran per hari, yang diperkirakan dapat menyumbang vitamin C sebanyak 200-300 mg, sangat dianjurkan untuk menurunkan risiko kanker. Adapun senyawa antioksidan yang menetralkan radikal bebas adalah polifenol (teh hijau), likofen (tomat), beta-karotin (wortel), serta beberapa senyawa lain dalam sayuran atau buah. Khusus mengenai likofen dalam tomat, senyawa ini terikat kuat dengan serat buah tersebut. Penelitian Universitas Harvard terhadap 48.000 orang pada tahun 1995 menunjukkan, orang yang memakan 10 kali hidangan yang mengandung tomat per minggu akan turun risikonya terkena kanker prostat sampai hampir separuhnya.

BAB IV PENUTUP
Peranan antioksidan dalam meredam radikal-radikal bebas telah memberikan banyak manfaat dalam keshatan manusia. Hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan tentunya dengan pola makan yang baik. Peranan antioksidan pada proses karsinogenesis belum diketahui dengan jelas. Walaupun penelitian eksperimental tentang hubungan antara suplemen antioksidan tunggal dosis tinggi dan karsinogenesis menunjukkan hasil yang tidak konsisten, data epidemiologis masih memperlihatkan manfaat makanan seharihari khususnya sayur dan buah yang kaya antioksidan dalam mengurangi risiko kanker. Hasil ini mungkin disebabkan efek kombinasi dari berbagai jenis antioksidan dalam sayur dan buah dengan dosis rendah tanpa efek samping dari masing-masing antioksidan dibandingkan dengan antioksidan tunggal dosis tinggi. Tampaknya sangat beralasan untuk mempertimbangkan potensi risiko atau manfaat antioksidan dosis tinggi secara kasus per kasus, dan konsumsi sembarangan suplemen antioksidan tunggal dosis tinggi harus dihindari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tedjasaputra R., Sumual AR. Beberapa Aspek Klinis Radikal Bebas, Majalah Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Vol 5, no 1, 1996, hal 15-35. 2. Antioksidan dan Radikal Bebas, http://karieeen.wordpress.com/2007/06/18/antioksidandan-radikal-bebas/ access at 10 February 2010. 3. Antioxidant, http://wikipedia.the free.encyclopedia.access at 15th February 2010. 4. Youngson R, Antioksidan, Manfaat Vitamin C dan E bagi kesehatan, Penerbit Arcan, 2003. 5. Beers MF, Fisher AB, Oxygen Toxicity, in :Principles and Practice of Medical Intensive Care, WB Saunders Company, 1993. P : 949-56 6. Trilaksani W, ANTIOKSIDAN: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran Terhadap Kesehatan, http://tumoutou.net/6_sem2_023/wini_trilaksani.htm. access at 10 February 2010. 7. Buah Merah, Khasiat dan manfaat sebagai obat penakluk Penyakit Maut,
http://heryardyansyah.tripod.com/buah_merah.htm. access at 8 February 2010

8. Silalahi J, Antioksidan dalam diet dan karsinogenesis, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/153_17AntioksidanDalamDietdanKarsinogenesis.p df/153_17AntioksidanDalamDietdanKarsinogenesis.html. access at 10 February 2010 9. http://www.info-sehat.com/news.php?nid=431 Cukup Banyak Manfaat Rumput Laut 10. Blackberry (Berry Hitam), Cara Alami Melawan Kanker http://images.google.com/imgres?imgurl=http://www.kapanlagi.com/p/buah_blacberry.jp g&imgrefurl. access at 5 february 2010. 11. Terapi Nutrisi dan Herbal untuk Kanker http://www.indomedia.com/intisari. access at 5 February 2010. 12. Vitamin C vs Kanker. http://thenewpiogama.wordpress.com/vitamin-c-versus-kanker/. Access at 5 February 2010. 13. Astaxantin A natural antioxidant.http://wikipedia.the freeencyclopedia.access at 28 Maret 2010. 14. Astaxantin sebagai antioksidan yang luar biasa.sehatwordpress.com/../astaxantinantioksidan- yang-luar-biasa/. Access at 2 April 2010.

Anda mungkin juga menyukai