Anda di halaman 1dari 63

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Program KB merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Adanya perubahan paradigma program KB dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas ke arah pendekatan kesehatan reproduksi, menunjukkan bahwa semakin pentingnya kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berwawasan gender melalui pemberdayaan perempuan dan partisipasi pria. Kasus pergantian dini metode KB merupakan salah satu indikator adanya penurunan kualitas pelayanan KB, yang menunjukkan kurangnya pemberian informasi kepada akseptor mengenai permasalahan kontrasepsi. Dari segi ekonomi pergantian dini dipandang Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran (Dep. Kes RI, 2007). Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Keluarga Berencana didefenisikan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat, melalui pendewasaan umur perkawinan, pengaturan kelahiran,

pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga sebagai kelompok sumber daya manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Dimana merupakan pengembangan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi Keluarga Berencana Nasional yaitu Keluarga Berkualitas 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya. (Saifuddin, 2006) Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan. (Muchtar. R, 2002) Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek samping, seperti amenorea (30%), spoting (bercak darah) dan menoragia, seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya dan dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala (<1-17%) (pusing), galaktorea (90%), perubahan berat badan (7-9%). (Hartanto,2005) Berdasarkan Susenas tahun 2007, persentase peserta KB aktif terhadap PUS (all method) menurut provinsi di Indonesia sebesar 66,0%. Persentase tinggi dicapai oleh Bali (78,0%), Bengkulu (78,0%), Jawa Timur (74,0%), dan Jawa Barat (74,0%). Sedangkan persentase rendah ditempati oleh Papua (39,0%), Maluku (47,0%), dan Nusa Tenggara Timur (48,0%).

Berdasarkan Mini survey 2008, alat kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia adalah suntik KB (36,4%), dengan persentase suntik KB tertinggi di Provinsi Banten (47,6%) dan terendah di Provinsi Papua Barat (19,9%). Kemudian pil (17,9%). Pemakaian Implant di Indonesia (3,7%) dengan persentase tertinggi di Provinsi Gorontalo (10,4%) dan terendah di Provinsi NAD (0,6%). Berdasarkan data yang di peroleh dari Balai Pusat Statistik Kesejahteraan Rakyat di Indonesia pada tahun 2007, jumlah akseptor KB suntik menduduki tingkat pertama (51,08%), dan untuk tingkat Propinsi berjumlah 337.257 peserta, sedangkan hasil survey BKKBN Kabupaten tangerang (Desember 2006) jumlah PUS 184.379, akseptor KB suntik yang mempunyai keluhan yang dominan yaitu berupa gangguan haid 106 orang, perubahan BB 127 orang, sakit kepala 43 orang dan lain-lain 43 orang. Frekuensi jumlah akseptor KB sebanyak 810 orang dan yang menggunakan KB suntik 3 bulan di BPS Watimenah S.SiT periode Januari Desember pada tahun 2010 sebanyak 684 orang. Frekuensi jumlah akseptor KB yang menggunakan KB suntik 3 bulan di BPS Watimenah S.SiT periode April Mei pada tahun 2011 sebanyak 237 orang. Berdasarkan latar belakang di atas, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Tentang Efek Samping KB Suntik 3 Bulan di BPS Watimenah S.SiT Tahun 2011.

1.2 Rumusan masalah Tingginya angka ketidaktahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan sebanyak 70 akseptor KB suntik. Untuk itu perlu diketahui bagaimana tingkat pengetahuan Akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan di BPS Watimenah S.SiT periode bulan April-Mei tahun 2011. 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan di BPS Watimenah S.SiT tahun 2011. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Diketahui karateristik Akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan umur ibu di BPS Watimenah S.SiT tahun 2011. b. Diketahui karateristik Akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan pendidikan ibu di BPS Watimenah S.SiT tahun 2011. c. Diketahui karateristik Akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan pekerjan di BPS Watimenah S.SiT tahun 2011. d. Diketahui karateristik Akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan sumber informasi ibu di BPS Watimenah S.SiT tahun 2011. e. Diketahui karateristik Akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan tingkat ekonomi ibu di BPS Watimenah S.SiT tahun 2011.

f. Diketahui karateristik Akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan dukungan keluarga di BPS Watimenah S.SiT tahun 2011. 1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi BPS W Bagi Pihak BPS dapat meningktakan pengetahuan tentang efek samping KB suntik 3 bulan, sehingga ibu tersebut dapat lebih mengenali efek-efek KB suntik tersebut. 1.4.2 Insitusi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumentasi bagi perpustakaan dan dijadikan acuan terkait dengan materi tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping KB sutik 3 bulan sehingga dapat meningkatkan perkembangan kurikulum untuk penelitian berikutnya juga menghasilkan lulusan kompeten bagi kebidanan. 1.4.3 Peneliti Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi penulis dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah didapat langsung maupun tidak langsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGETAHUAN (knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol, prosedur, tehnik dan teori (Notoatmodjo, 1996:127). Pada umumnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya. (Nursalam, 2001:163) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003 :127). Pengetahuan juga merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mengingat pengertian, tujuan, manfaat pemeriksaan kehamilan. Menurut Notoatmojo (2003 :128) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan antara lain: a) Tahu (Know) Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajarinya antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan. Contoh: menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau langsung. d) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi meteri yang ingin diukur dari subjek penelitian, kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui.

2.2 KELUARGA BERENCANA 2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana adalah salah satu usaha menciptakan kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan, dan penjarangan kehamilan (Depkes RI, 2007). Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. (Harnawati, 2008)

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah kelahiran dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar R, 255 : 1998) Keluarga Berencana menurut WHO adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hartanto, 2004) Metode KB yang dapat digunakan terdiri dari 2 macam yaitu metode sederhana (kondom, spermiside, koitus interuptus, pantang berkala) dan metode efektif (hormonal, mekanis dan metode KB darurat). (Manuaba, 2007)

2.3 KONTRASEPSI 2.3.1 Pengertian Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat bersifat sementara maupun permanen. (Wiknjosastro, 63 : 2005) Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak. (Harnawati, 2008) Kontrasepsi suntik merupakan suatu tindakan invasif karena menembus pelindung kulit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi (Sarwono Prawirohardjo, 2005). Salah satu tujuan

utama dari kontrasepsi ini adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang lama, yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversibel. Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) = Depo-Provera, dan NETEN (Norethindrone enanthate).

2.4 KB Suntik Merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang popular di Indonesia. Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal (Wiknjosastro 921 : 2005). Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah kehamilan selama jangka waktu tertentu (antara 1 3 bulan). Jenis-jenis : Menurut Saifuddin ( 2006:MK-34 dan MK-41 ) kontrasepsi suntik terdiri dari : 1. Suntik kombinasi Suntikan Kombinasi terdiri dari 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali. Cara kerja suntik kombinasi : a) Menekan ovalasi b) Membuat lendir servik menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu. 10

c) Perubahan pada endometrium (atropi) sehingga implantasi terganggu. d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. Keutungan suntik kombinasi : a) Risiko terhadap kesehatan kecil b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri c) Tidak di perlukan pemeriksan dalam d) Jangka panjang e) Efek samping sangat kecil f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik Kerugian suntik kombinasi : a) Terjadi pola perubahan haid,seperti tidak teratur ,spooting b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntik kedua atau ketiga c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntik d) Efektifitas berkurang apabila digunakan bersaman obat-obatan epilepsy e) Penambahan berat badan f) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.

Yang boleh menggunakan suntik kombinasi : a) Usia reproduksi b) Telah memiliki anak ,atau pun yang belum memiliki anak.

11

c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi d) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan e) Pascapersalinan dan tidak menyusui f) Anemia g) Nyeri haid hebat h) Haid teratur i) Riwayat hamil ektopik j) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

Yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi a) Hamil atau diduga hamil b) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan c) Perdarahan pervagina yang belum tau penyebabnya d) Penyakit hati akut e) Usia > 35 tahun yang merokok f) Penyakit jantung,stroke,atau penyakit darah tinggi (>180/110 mmhg) g) Riwayat kelainan troboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun h) Kelainan pembuluhan darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine i) Keganasan pada payudara

12

2. Suntik progestin Suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu Depo

Medroksirogesteron Asetat (Depo Provera) mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (di daerah bokong) dan Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) yang

mengandung 200 mg Noretindron Enantat diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular. Cara kerja suntik progesterin : a) Mencegah ovulasi b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma c) Menjadikan selaput lendir tipis dan atrofi d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba

Keuntungan suntik progestin : Keuntungan menggunakan Depo Provera antara lain sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa

13

penyebab penyakit radang panggul, dan menurunkan krisis anemia bulan sabit (Saifuddin, 2006:MK-42). Sedangkan menurut Helen Varney (2007:483) keuntungan Depo Provera yaitu bagi penderita anemia defisiensi zat besi dapat meningkatkan hemoglobin karena penurunan menstruasi, perlindungan terhadap penyakit anflamasi pelvic, bagi penderita penyakit sel bulan sabit dapat menurunkan frekuensi sel sabit seiring peningkatan lama hidup sel darah merah menoragia dan dismenore, bagi penderita gangguan kejang dapat menurunkan frekuensi kejang. DMPA berkaitan dengan pencegahan kanker endometrium, yakni menurunkan risiko secara signifikan (80% setelah satu tahun penggunaan Depo Provera) selama sedikit 8 tahun setelah suntikan dihentikan. Menurut Manuaba (2007:445) menambahkan keuntungan dari kontrasepsi suntik diantaranya pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu, tingkat efektivitasnya tinggi, pengawasan medis yang ringan, hubungan seks dengan suntikan KB bebas, dapat dipakai diberikan pascapersalinan, pascakeguguran, atau pascamenstruasi, tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.

Kerugian suntik progestin: Dapat terjadi perdarahan yang tidak teratur karena tidak terdapatnya estrogen yang diperlukan untuk pengelupasan endometrium secara teratur pada haid (Dep.kes RI, 1994)

14

Efek samping a) Gangguan haid Pola haid yang normal dapat menjadi amenore, perdarahan ireguler, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi yang lama. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar. Insiden yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atropi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan ireguler masih belum jelas, dan nampaknya tidak ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam kadar hormon. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan. b) Mual / Pusing / Gelisah c) Sakit kepala Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET-EN dan terjadi pada kurang dari 1 17% akseptor d) Berat Badan yang Bertambah Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg 5 kg dalam setahun pertama. Penyebab perdarahan tidak jelas tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh.

15

e) Galaktorea Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA tidak merubah komposisi dari ASI f) Depresi g) Tromboflebitis (Hartanto, 2003).

Penanganan Efek Samping dan Masalah Kesehatan : a) Gangguan haid 1. Amenorea adalah tidak datangnya haid pada setiap bulan selama akseptor mengikuti KB suntik. Penilaian : Hindarkan kemungkinan hamil dengan memeriksa ada tidaknya tanda tanda kehamilan, lakukan pemeriksaan dengan pp tes.

Penanganan : Gejala amenorea adalah biasa pada peserta kontrasepsi suntikan, walau begitu amenorea selama 6 minggu setelah haid yang teratur mungkin terjadi kehamilan. Bila ya, dapat dipastikan rujuk klien sesuai dengan tata cara yang berlaku, dan jelaskan pada ibu bahwa hormon progestin yang disuntikkan tidak akan menyebabkan kelainan pada janin. Haid normal biasanya kembali setelah 1-3 bulan suntikan dihentikan. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)

16

2. Menorrhagia adalah datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya Penilaian : Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa perdarahan tersebut bukan dari saluran alat kelamin, bila diduga hamil (diluar kandungan) atau keguguran spontan, lakukan pemeriksaan dan bila perlu lakukan tes kehamilan. Penanganan : Bila terdapat kelainan segera diobati dan bila perlu dirujuk ke sarana pelayanan yang lebih lengkap untuk evaluasi lebih lanjut. Hentikan penyuntikan KB. Anjurkan klien untuk konseling kembali setelah mengalami pengobatan. (www.google.com) 3. Spotting adalah perdarahan inter-menstival yang jumlahnya sedikit sekali sehingga tidak memerlukan pemakaian tampon.

Penilaian : Bila tidak ditemukan kelainan periksalah adanya tanda-tanda anemia berat (daerah-daerah ekstrimitas yang pucat). Penanganan : Bila hmatokrit <30 atau hemoglobin <9 g/dl, dapat diberikan Fe (FeSO4), 200 mg/hari (selama 3 bulan) dan konseling gizi, hentikan suntik KB anjurkan cara lain.

17

Catatan : Biasanya justru pada peserta KB suntik, haid bulanan sangat sedikit/tidak ada sehingga kecil kemungkinan untuk anemia.

(www.google.com) b) Mual/Pusing/Gelisah Penilaian : Pastikan tidak terdapat kehamilan dengan pemeriksaan jasmani, periksa pekaian spekulum, periksa bimanual dan tes kehamilan bila perlu. Penanganan : Bila ibu hamil segera rujuk, bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat. (www.google.com) c) Sakit Kepala (disertai gangguan penglihatan) Penilaian : Tanyakan apakah ada perubahan menjadi bertambah berat dalam pola sakit kepala sejak mengikuti KB suntik. Lakukan pemeriksaan dan ukur tekanan darah. Penanganan : Bila sakit kepala sangat berat dan atau berulang atau tekanan darah meningkat sejak penggunaan KB suntik maka rujuk atau hentikan penyutikan. Bila gangguan penglihatan menetap rujuk atau hentikan penyutikan. Bila sakit kepala ringan-sedang, berikan analgesik dan berikan konseling. (www.google.com)

18

d) Perubahan Berat Badan (BB naik atau turun) Penilaian : Bandingkan sebelum dan sesudah mengikuti KB suntik, pastikan tidak terdapat adanya kehamilan, pastikan klien makan dan olahraga dengan baik dan tepat. Penanganan : Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain. (Sarwono Prawirohardjo, 2006) e) Galaktorea (pengeluaran ASI yang berlebihan) Penilaian : Lakukan pemeriksaan hormon prolaktin Penanganan : Bila terdapat peningkatan kadar hormon prolaktin hentikan pemberian suntikan. (www.google.com) f) Depresi Penilaian : Tanyakan faktor-faktor yang mungkin berpengaruh misalnya depresi pada keluarga dan masalah keuangan dan sosial. Penanganan : Berikan konseling, bila akseptor merasa depresinya bertambah berat pada pemakaian KB suntik atau karena pengaruh selama penyuntikan hentikan

19

penyuntikan. Jika KB suntik tidak memperberat kondisi maka penyuntikan dapat dilanjutkan. (www.google.com) g) Tromboflebitis/Penyakit trumboemboli Penilaian : Kemungkinan penyakit tromboemboli Penanganan : Trimboemboli adalah kontra indikasi pemakaian KB rujuk dan kemungkinan hentikan penyuntikan. (www.google.com)

Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin : a) Usia reproduksi b) Nulipara dan yang telah memiliki anak c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui f) Setelah abortus atau keguguran g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi h) Perokok i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit. j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkolosis. k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

20

l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi m) Anemia defisiensi besi n) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. (Sarwono Prawirohardjo, 2003) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin : a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin per 100.000 kelahiran) b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara e) Diabetes melitus disertai komplikasi (Sarwono, 2003)

Kapan Suntikan KB Dapat Diberikan : a) Pasca persalinan 1. Segera ketika masih di rumah sakit 2. Jadwal suntikan berikutnya b) Pasca abortus 1. Segera setelah perawatan 2. Jadwal waktu suntikan diperhitungkan c) Interval 1. Hari kelima menstruasi 2. Jadwal waktu diperhitungkan

21

Jadwal waktu suntikan berikutnya diperhitungkan dengan pedoman : 1. Depoprovera : interval 12 minggu 2. Norigest : interval 8 minggu 3. Cyclofem : interval 4 minggu (Manuaba, 445 : 1998)

Informasi Lain yang Perlu Disampaikan : a) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. b) Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan BB, sakit kepala dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat hilang. c) Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan dan bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat. d) Setelah suntikan di hentikan, haid tidak segera datang haid baru datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan, selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak haid juga, klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut. e) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan diberikan 2 minggu. Setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak diberikan melakukan hubungan

22

seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. f) Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntik yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. g) Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. (Sarwono Prawirohardjo, 2003 : MK-45)

Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik Progestin : a) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan. b) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu. c) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi. d) Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya penglihatan. e) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid.

Bila terjadi hal-hal yang di sebutkan diatas, hubungi segera Nakes atau Klinik terdekat. (Sarwono Prawirohardjo, 2003 : MK-46)

23

2.5 EFEK SAMPING Efek samping adalah dampak dari obat-obatan yang tidak di inginkan. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia efek samping adalah akibat atau gejala yang timbul secara tidak langsung disamping proses utamanya. (www.google.com) Efek samping utama : a. Amenorea b. Spoting (bercak darah) c. Menoragia d. Sakit kepala e. Galaktorea f. Perubahan berat badan 2.6 Macam-macam metode KB yang biasa digunakan : 1 Metode sederhana a. Kondom Merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya: lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom cukup efektif bila digunakan secara tepat dan benar secara konsisten pada setiap kali berhubungan seksual.

24

Cara kerja : Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi wanita. Selain itu, Kondom satu-satunya alat kontrasepsi yang mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan ke pasangan yang lain. b. Spermisida Adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkaan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk : Aerosol (busa), Tablet Vaginal, Suppositoria, dan Krim. Cara kerja : Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. c. Koitus interuptus (senggama terputus) Adalah metode keluarga berencana tradisonal, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Cara kerja : Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum dan kehamilan dapat dicegah.

25

d. Pantang berkala (cara kalender) Adalah berpantang (tidak koitus) beberapa hari sebelum, ditambah beberapa hari sesudah ovulasi. Cara kerja : Prinsip kerja cara pantang berkala ini berpedoman kepada kenyataan bahwa wanita dalam siklus haidnya mengalami ovuasi (subur) hanya 1 kali sebulan dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke 14 dari haid yang akan datang. (Manuaba, 261 : 1998) 1. Metode efektif a. Mekanis (AKDR) Adalah suatu alat untuk mencegah kahamilan yang efektif, aman dan reversible bagi wanita tertentu yang tidak pernah terjangkit penyakit menular seksual dan sudah pernah melahirkan. AKDR terbuat dari plastic atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus melalui kanalis servikalis. (WHO, 2007) AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rahim terbuat dari bahan polyethylene dilengkapi dengan benang nylon sehingga mudah dikeluarkan dari dalam rahim dan merupakan radiopaque atau dapat dilihat dengan sinar X. Alat kontrasepsi dalam rahim dikemas bersama pipa insersi dalam keadaan steril. (BKKBN, 2005)

26

Macam macam AKDR : Menurut Moeljono (2005) menggolongkan AKDR menjadi sebagai berikut: 1. AKDR polos (Inert Device) Misalnya : Lippes Loop 2. AKDR yang mengandung tembaga (Copper bearing IUD) Misalnya : CuT 380 A, CuT 200 C dan Nova T 3. AKDR yang mengandung obat (Medicated IUD) Misalnya : Alza-T (mengandung progesterone) dan LNG-20

(mengandung levororgestrel) Cara kerja : a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. b. Metode Mantap a) Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen. Jenisnya ada dua yaitu minilaparatomi dan laparoskopi.

27

Cara kerja : Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. (Sarwono Prawirohardjo, 2006) b) Vasektomi adalah operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong vas defferens sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama. Bekas operasi hanya berupa satu luka kecil ditengah atau diantara kiri dan kanan kantong zakar. Vasektomi tdak sama dengan kebiri atau kastrasi yang mengangkat buah pelir (testis). Cara kerjanya dengan menghalangi transport (jalannya) spermatozoa (sel sperma) sehingga tidak dapat membuahi sel telur.

(www.google.com) c. Hormonal (pil KB, AKBK atau Norplant, suntikan KB) a) Pil Adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon progesterone saja. Efektifitas pemakaian pil sangat tinggi tetapi ini tergantung pada disiplin pemakai.

28

Jenis Pil KB : 1. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 2. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 3. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Cara Kerja : 1. Menekan ovulasi 2. Mencegah implantasi 3. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma 4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya atau terganggu pula. (Sarwono Prawirohardjo, 2006) b. Susuk KB atau implant Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. Preparat yang terdapat saat ini adalah implant dengan nama dagang NORPLANT. Di Indonesia, implant diperkenalkan dengan nama KB susuk.

29

Jenis : 1. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. 2. Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. 3. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun . Keuntungan utama dari Jadena adalah pemasangannya lebih mudah dibandingkan Norplant. Cara Kerja : 1. Membuat lendir serviks lebih kental sehingga mengganggu penetrasi spermatozoa untuk masuk lebih dalam lagi. 2. Mengganggu motilitas tuba sehingga transport sperma mau pun telur terganggu.. 3. Mengganggu kapasitas spermatozoa sehingga kemampuan membuahi menurun. 4. Mengganggu pemasakan endometrium sehingga mengganggu

implantasi telur yang telah dibuahi. 5. Mengganggu keseimbangan hormon estrogen, progesterone dan gonadotropin sehingga menghambat ovulasi.

30

c. KB Suntik Merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang popular di Indonesia. Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal (Wiknjosastro 921 : 2005). Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah kehamilan selama jangka waktu tertentu (antara 1 3 bulan). Jenis-jenis : Menurut Saifuddin ( 2006:MK-34 dan MK-41 ) kontrasepsi suntik terdiri dari : 1. Suntik kombinasi Suntikan Kombinasi terdiri dari 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali. Keutungan suntik kombinasi : a) Risiko terhadap kesehatan kecil b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri c) Tidak di perlukan pemeriksan dalam d) Jangka panjang e) Efek samping sangat kecil f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

31

Kerugian suntik kombinasi : a) Terjadi pola perubahan haid,seperti tidak teratur ,spooting b) Mual,sakit kepala,nyeri payudara ringan,dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntik kedua atau ketiga c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntik d) Efektifitas berkurang apabila digunakan bersaman obat-obatan epilepsy e) penambahan berat badan f) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah

penghentian pemakaian. Yang boleh menggunakan suntik kombinasi : a) Usia reproduksi b) Telah memiliki anak ,atau pun yang belum memiliki anak. c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi d) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan e) Pascapersalinan dan tidak menyusui f) Anemia g) Nyeri haid hebat h) Haid teratur i) Riwayat hamil ektopik j) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

32

Yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi a) Hamil atau diduga hamil b) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan c) Perdarahan pervagina yang belum tau penyebabnya d) Penyakit hati akut e) Usia > 35 tahun yang merokok f) Penyakit jantung,stroke,atau penyakit darah tinggi (>180/110 mmhg) g) Riwayat kelainan troboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun h) Kelainan pembuluhan darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine i) Keganasan pada payudara

2. Suntik progestin Suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu Depo

Medroksirogesteron Asetat (Depo Provera) mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (di daerah bokong) dan Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular.

33

Keuntungan suntik progestin : Keuntungan menggunakan Depo Provera antara lain sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan

pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul, dan menurunkan krisis anemia bulan sabit (Saifuddin, 2006:MK-42). Kerugian suntik progestin: Dapat terjadi perdarahan yang tidak teratur karena tidak terdapatnya estrogen yang diperlukan untuk pengelupasan endometrium secara teratur pada haid. (Dep.kes RI, 1994)

34

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan 2.7.1 Umur Kurun waktu reproduksi yang baik adalah usia 20-35 tahun, selain

merupakan usia produktif umur 20-35 tahun juga lebih banyak ibu yang berpengetahuan baik sehingga dia akan lebih tahu tentang pentingnya tentang efek samping KB suntik, sedangkan usia <20 - >35 tahun termasuk kedalam usia kurang baik, karna mentalnya belum matang sehingga ibu yang berumur <20 tahun bisa mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap efek samping KB suntik, kemudian karena kemunduran daya ingat dan penurunan daya tahan tubuh sehingga ibu-ibu pada umur >35 tahun kurang memperhatikan dirinya sendiri dan efek-efek samping KB suntik. (Notoatmodjo,2007) 2.7.2 Pendidikan Faktor pendidikan dapat mempengaruhi ibu yang tidak mengetahui tentang efek samping KB suntik, karena ibu yang pendidikannya lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan dibanding ibu dengan latar belakang pendidikan rendah, karena cenderung sulit untuk mengetahui atau mengikuti informasi yang tersedia karena keterbatasan pengetahuan. (Notoatmodjo, 2007)

35

2.7.3 Pekerjaan Adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Bekerja yang pada umumnya menyita waktu, ibu yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena seseorang akan mempunyai banyak informasi. (Sarlito : 2002) 2.7.4 Sumber informasi Informasi yang diperoleh bisa meningkatkan pengetahuan akseptor KB terutama tentang efek samping KB suntik, informasi ini juga bisa didapat dari media elektronik dan media cetak. (Notoadmodjo, 2003) 2.7.5 Tingkat ekonomi Ekonomi adalah sebuah kegiatan yang bisa menghasilkan uang. Salah satunya dengan bekerja. Ekonomi juga cakupan urusan keuangan rumah tangga (Depdiknas, 2002). Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Pendapatan bisa diatur untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, serta keluarga lebih sehat, sejahtera dan bahagia. 2.7.6 Dukungan keluarga Menurut Green (2001) mengungkapkan prilaku yang berhubungan dengan faktor pendukung: dukungan dari keluarga dekat, suami, orang tua akan meningkatkan pengetahuan ibu dalam melakukan program KB selama

36

melakukan pemeriksaan KB secara teratur sehingga ibu mengetahui efek samping dari suntik KB.

37

KERANGKA TEORI

Umur ibu Pendidikan Pekerjaan Tingkat Ekonomi

Sumber: Notoatmodjo, 2007 Pekerjaan


Sumber informasi

Tingkat pengetahuan tentang efek samping KB suntik 3 bulan

Sumber informasi Dukungan keluarga Lingkungan Kepercayaan

Sumber : Notoatmodjo, 2003

38

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 KERANGKA KONSEP Berdasarkan kerangka teori sebelumnya dan adanya keterbatasan sumber daya yang di memiliki penulis dengan tetap memperhatikan tujuan penelitian maka penulis membuat penyederhanaan dalam bentuk kerangka konsep yang akan menjadi pedoman dalam proses selanjutnya sebagai berikut :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Usia ibu Pendidikan Pekerjaan Sumber informasi Tingkat ekonomi Dukungan keluarga

Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan

39

3.2 Variabel dan Definisi operasional Variabel penelitian, defenisi operasional, alat ukur, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur dijelaskan sebagai berikut :
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Ordinal

1.

Umur

Kurun waktu Yang dihitung

kuesioner

Wawancara

a. baik jika usia ibu 20 th - 35th b.kurang baik

Sejak lahir hingga ulang tahun .

jika usia ibu > 35th

2.

Pendidikan

Penambahan pengetahuan secara formal yang pernah dicapai ibu

kuesioner

Wawancara

a.pendidikan Terakhir ibu dikatakan Rendah:SD, SMP b. pendidikan terakhir ibu dikatakan tinggi: SMA, perguruan tinggi

Ordinal

3.

Pekerjaan

Mata pencaharian ibu yang dilakukan untuk memperoleh

kuesioner

Wawancara

a.bekerja b.tidak berkerja

Ordinal

40

penghasilan. 4. Sumber Informasi Asal, pemberitahuan dan keterangan tentang tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik b.media elektronik c. media cetak kuesioner Wawancara a. .tenaga kesehatan (bidan, dokter, perawat) Ordinal

5.

Tingkat ekonomi

Besarnya penghasilan/ gaji/ upah yang diterima oleh keluarga tiap bulannya.

kuesioner

Wawancara

a.dikatakan tinggi jika penghasilannya > 1.000.000 b. dikatakan rendah jika penghasilannya < 1.000.000

Ordinal

6.

Dukungan keluarga

Dukungan dari keluarga dekat seperti suami,orang tua.

kuesioner

Wawancara

a.baik b.tidak baik

Ordinal

7.

Tingkat Pengetahua n

Pemahaman yang dimiliki ibu mengenai efek samping KB suntik

kuesioner

Wawancara

a.baik (bila jawaban >50%) b.kurang baik (bila jawaban <50%)

Ordinal

41

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan tentang suatu keadaan secara objektif tanpa menganalisis lebih lanjut, yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dan dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat yang sama yang bertujuan untuk memaparkan dan menggambarkan tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan di BPS Watimenah S.SiT tahun 2011 serta hubungan variabel bebas yang terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, tingkat ekonomi dan dukungan keluarga. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di BPS Watimenah S.SiT, adapun pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April-Mei tahun 2011.

42

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi adalah pelaksanaan suatu penelitian yang selalu berhadapan dengan objek yang diteliti atau diselidiki. (Notoatmodjo, 2002 : 33) Populasi dari penelitian ini adalah seluruh akseptor KB suntik 3 bulan yang datang ke BPS Watimenah S.SiT untuk KB pada periode bulan April-Mei 2011 sebanyak 237 orang. 4.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi. (Notoatmodjo, 2002 : 33) a. Besar sample Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil sebagian dari populasi data akseptor KB suntik 3 bulan di BPS Watimenah S.SiT pada periode bulan April-Mei tahun 2011. Rumus yang digunakan untuk mengambil sampel adalah n = N 1 + N ( d2 ) Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel d = Tingkat kepercayaan

43

Diketahui : d = 10% = 0,1 d2 = 0,01 N = 237

n=

237 1 + ( 237 x 0,01 )

237 3,37

= 70 orang

b. Cara pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling, dimana sample diambil secara acak dari jumlah populasi yang ada.

4.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman pengumpul data berupa wawancara. Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung menggunakan kuesioner. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

44

4.5 Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa data primer dengan pedoman pengumpul data berupa kuesioner. Adapun data primer di peroleh dari hasil wawancara kepada akseptor KB berdasarkan variabel yang akan diteliti yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, tingkat ekonomi dan dukungan keluarga.

4.6 Pengolahan dan Analisa data 4.6.1 Pengolahan data Adapun langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut a. Editing Dilakukan untuk memeriksa kembali data yang diperoleh apakah jawaban kuesioner telah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten sehingga dapat dihasilkan data yang lebih akurat untuk mengolah data selanjutnya. b. Coding Mengkode data, bertujuan mengantisipasi data kualitatif dan

membedakan aneka karakter. Pemberian kode ini diperlukan terutama dalam rangka pengolahan data.

45

c. Cleaning Membuang atau menghilangkan data yang tidak diperlukan dalam penelitian d. Tabulasi Data Tabulasi data mentah maupun tabel kerja untuk menghitung data tertentu secara statistik. Untuk itu peneliti harus melakukan tabulasi dan menurut kriteria tertentu agar penguji hipotesis mudah dilakukan. 4.6.2 Analisa Data Adalah suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibawa atau dipresentasikan. Data yang terkumpul akan dianalisa secara univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing masing variabel yang diteliti.

46

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian BPS Watimenah S.SiT merupakan salah satu Bidan Praktek Swasta yang berada di daerah Ciputat Tangerang. BPS Watimenah S.SiT beralamatkan di Jalan Aria Putra no 3 Ciputat kabupaten Tangerang. Kehadirannya memberikan pelayanan pada ibu-ibu, baik ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, juga pada bayi dan anak-anak balita. BPS Watimenah S.SiT memberikan pelayanan yang profesional karena didukung oleh alat - alat kesehatan yang memadai, Lokasi yang strategis, mudah diakses dari berbagai arah sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk berobat dan konsultasi kesehatan. 5.2 Hasil Penelitian Berikut ini akan disajikan hasil penelitian dari 70 responden yang dilakukan di BPS W pada periode bulan April-Mei tahun 2011.
a. Adapun hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk analisis univariat

yaitu :

Tabel 1.1

47

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Tentang Efek Samping KB Suntik 3 Bulan di BPS W Periode April-Mei Tahun 2011 No 1. 2. Tingkat Pengetahuan 50 50 Jumlah Jumlah 47 23 70 % 67,2 32,8 100

Analisa data : dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebesar 47 orang (67,2%), sedangkan yang memiliki pengetahuan tidak baik sebesar 23 orang (32,8%).

Tabel 1.2 48

Distribusi Frekuensi Menurut Umur Akseptor KB Tentang Efek Samping KB Suntik 3 Bulan di BPS W Periode April-Mei Tahun 2011 No 1. 2. Umur 20 tahun - 35 tahun < 20 tahun dan > 35 tahun Jumlah Jumlah 51 19 70 % 72,8 27,2 100

Analisa data : dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan terbanyak pada umur 20 tahun 35 tahun sebesar 51 orang (72,8%), sedangkan umur < 20 tahun dan > 35 tahun sebesar 19 orang (27,2%).

Tabel 1.3

49

Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Akseptor KB Tentang Efek Samping KB Suntik 3 Bulan di BPS W periode April-Mei Tahun 2011 No 1. 2. Pendidikan Rendah (SD-SMP) Tinggi (SMA-PT) Jumlah Jumlah 25 45 70 % 35,8 64,2 100

Analisa data : dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan terbanyak pada ibu yang berpendidikan tinggi (SMA-PT) sebesar 45 orang (64,2%), sedangkan yang berpendidikan rendah (SD-SMP) sebesar 25 orang (35,8%).

Tabel 1.4 50

Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan Akseptor KB Tentang Efek Samping KB Suntik 3 Bulan di BPS W periode April-Mei Tahun 2011 No 1. 2. Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Jumlah Jumlah 48 22 70 % 68,5 31,5 100

Analisa data : dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan terbanyak adalah pada ibu yang bekerja sebesar 48 orang (68,5%), sedangkan ibu yang tidak bekerja sebesar 22 orang (31,5%).

Tabel 1.5

51

Distribusi Frekuensi Menurut Sumber Informasi Akseptor KB Tentang Efek Samping KB Suntik 3 Bulan Di BPS W Periode April-Mei Tahun 2011 No 1. 2. 5 Sumber informasi Tenaga kesehatan Media elektronik Media cetak Jumlah Jumlah 53 12 5 70 % 76 17 7 100

Analisa data : dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan yang mendapatkan sumber informasi terbanyak yaitu dari tenaga kesehatan sebesar 53 orang (76%), sedangkan yang mendapat sumber informasi dari media elektronik sebesar 12 orang (17%) dan media cetak sebesar 5 orang (7%).

Tabel 1.6

52

Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Ekonomi Akseptor KB Tentang Efek Samping KB Suntik 3 Bulan Di BPS W Periode April-Mei Tahun 2011 No 1. 2. Tingkat ekonomi 1.000.000 1.000.000 Jumlah Jumlah 50 20 70 % 71,4 28,6 100

Analisa data : dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan terbanyak adalah yang penghasilan sebulan 1.000.000 sebesar 50 orang (71,4%), sedangkan yang penghasilan sebulan 1.000.000 sebesar 20 orang (28,6%)

Tabel 1.7 53

Distribusi Frekuensi Menurut Dukungan Keluarga Akseptor KB Tentang Efek Samping KB Suntik 3 Bulan Di BPS W Periode April-Mei Tahun 2011 No 1. 2. Dukungan keluarga Baik Tidak baik Jumlah Jumlah 67 3 70 % 96 4 100

Analisa data : dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan yang mendapatkan dukungan baik dari keluarga sebesar 67 orang (96%), sedangkan yang mendapatkan dukungan tidak baik dari keluarga sebesar 3 orang (4%).

BAB VI

54

PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan di BPS Watimenah S.SiT tahun 2011. Ditinjau dari segi umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, tingkat ekonomi dan dukungan keluarga, penulis akan membahasnya sebagai berikut : 6.1 Umur Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan terbanyak pada umur 20 tahun - 35 tahun sebesar 51 orang (72,8%), sedangkan umur < 20 tahun dan > 35 tahun sebesar 19 orang (27,2%). Kurun waktu reproduksi yang baik adalah usia 20 tahun sampai 35 tahun, selain merupakan usia produktif pada umur 20 35 tahun juga lebih banyak ibu yang berpengetahuan baik sehingga dia akan lebih tahu tentang pentingnya tentang efek samping KB suntik, sedangkan usia > 35 tahun termasuk kedalam usia kurang baik, kemudian karena kemunduran daya ingat dan penurunan daya tahan tubuh sehingga ibu-ibu pada umur > 35 tahun kurang memperhatikan dirinya sendiri tentang efek-efek samping KB suntik. (Notoadmodjo, 2007) Menurut Nursalam dan Pariani (2001) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 6.2 Pendidikan

55

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan terbanyak pada ibu yang berpendidikan tinggi (SMA-PT) sebesar 45 orang (64,2%), sedangkan yang berpendidikan rendah (SD-SMP) sebesar 25 orang (35,8%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa faktor pendidikan dapat mempengaruhi tingkat

pengetahuan ibu, karena ibu yang pendidikannya lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan dibanding ibu dengan latar belakang pendidikan rendah, karena cenderung sulit untuk mengetahui atau mengikuti informasi yang tersedia karena keterbatasan pengetahuan. Menurut Nursalam (2001) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang di miliki. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan seseorang akan semakin mudah atau terbuka dalam menyerap, memilih dan beradaptasi dengan segala informasi dan sesuatu yang baru. Sedangkan menurut Nasrul Effendy (1997) tingkat pendidikan yang rendah susah mencerna pesan atau informasi yang disampaikan.

6.3 Pekerjaan

56

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penngetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan terbanyak adalah pada ibu yang bekerja sebesar 48 orang (68,5%), sedangkan ibu yang tidak bekerja sebesar 22 orang (31,5%). Hal ini sesuai dengan teori menurut Sarlito (2002) seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena seseorang akan mempunyai banyak informasi. Menurut WHO, Depkes, RI, FKUI, 1991 mengatakan bahwa ibu yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan sehingga pengetahuan dan pengalaman lebih banyak. Sedangkan menurut Notoadmodjo (2003) dengan bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman.

6.4 Sumber informasi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan yang mendapatkan sumber informasi terbanyak yaitu dari tenaga kesehatan sebesar 53 orang (76%), sedangkan yang mendapat sumber informasi dari media elektronik sebesar 12 orang (17%) dan media cetak sebesar 5 orang (7%). Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Notoatmodjo (2003) semakin banyak informasi yang di dapat maka semakin banyak pula

57

pengetahuan yang didapat dan informasi yang lebih baik didapat dari tenaga kesehatan, informasi ini juga bisa didapat dari media elektronik dan media cetak.

6.5 Tingkat Ekonomi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan terbanyak adalah yang penghasilan sebulan 1.000.000 sebesar 50 orang (71,4%), sedangkan yang penghasilan sebulan 1.000.000 sebesar 20 orang (28,6%). Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Jika dibandingkan antara besarnya pendapatan tiap keluarga dengan besarnya pengeluaran, kita akan memperoleh kenyataan bahwa banyak yang belum dapat memenuhi kebutuhan sehingga memilih keluarga kecil. Keinginan untuk memilih keluarga kecil dapat dilakukan dengan keinginan untuk ber-KB. (Notoadmodjo, 2003)

6.6 Dukungan keluarga Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan yang mendapatkan dukungan baik dari keluarga sebesar 67 orang (96%), sedangkan yang mendapatkan dukungan tidak baik dari keluarga sebesar 3 orang (4%).

58

Hal ini sesuai dengan teori menurut Green (2001) mengungkapkan prilaku yang berhubungan dengan faktor pendukung seperti dukungan dari keluarga dekat, suami, orang tua akan meningkatkan pengetahuan ibu dalam melakukan program KB secara teratur sehingga ibu mengetahui efek samping dari KB suntik.

59

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan Pada pembahasan ini dibahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan melalui pengolahan data mengenai tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan di BPS W tahun 2011 yang ditinjau dari tingkat umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, tingkat ekonomi dan dukungan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan umur didapatkan hasil terbesar yaitu 51 orang (72,8%) pada kelompok umur 20 tahun 35 tahun. 2. Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan hasil terbesar yaitu 45 orang (64,2%) pada kelompok pendidikan tinggi (SMA-PT). 3. Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil terbesar yaitu 48 orang (68,5%) pada kelompok yang bekerja. 4. Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan sumber informasi didapatkan hasil terbesar yaitu 53 orang (76%) dari kelompok tenaga kesehatan.

60

5. Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan tingkat ekonomi didapatkan hasil terbesar yaitu 50 orang (71,4%) pada kelompok penghasilan sebulan 1.000.000. 6. Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB suntik 3 bulan berdasarkan dukungan keluarga didapatkan hasil terbesar yaitu 67 orang (96%) pada kelompok yang mendapatkan dukungan baik dari keluarga.

7.2 Saran 7.2.1 Bagi Akseptor KB suntik 3 bulan a. Akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan umur Diharapkan akseptor yang berumur 35 tahun dapat berfikir secara kreatif dan mudah menerima informasi sehingga diharapkan akseptor KB suntik 3 bulan tersebut dapat berperan aktif dalam program Keluarga Berencana dan lebih memperhatikan dirinya sendiri tentang efek samping KB suntik. b. Akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan pendidikan Diharapkan akseptor KB suntik 3 bulan dapat meningkatkan

pengetahuannya lewat media massa tentang kontrasepsi suntik 3 bulan dan mengikuti posyandu sehingga akseptor KB suntik 3 bulan lebih dapat memahami dan mengerti tentang kontrasepsi suntik.

61

c. Akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan pekerjaan Diharapkan akseptor KB suntik 3 bulan lebih dapat meningkatkan pengetahuannya meskipun mempunyai pekerjaan dan tidak lupa dengan jadwal kembali penyuntikan sehingga angka terjadinya kegagalan dapat di minimalkan. d. Akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan sumber informasi Diharapkan akseptor KB suntik 3 bulan mencari sumber informasi bisa dari tenaga kesehatan melalui berbagai kegiatan seperti penyuluhan di puskesmas maupun oleh ibu-ibu kader dan berbagai media baik media cetak atau media elektronik sehingga akseptor KB mendapat sumber informasi tentang keuntungan dan kerugian KB suntik 3 bulan. e. Akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan tingkat ekonomi Diharapkan akseptor KB suntik 3 bulan bisa mengatur pengeluaran sehingga dapat memilih jenis kontrasepsi yang diinginkan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, serta keluarga lebih sehat, sejahtera dan bahagia dengan cara ber-KB. f. Akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan dukungan keluarga Diharapkan akseptor KB suntik 3 bulan mendapatkan dukungan dari keluarga dekat seperti suami, orangtua dan saudara sehingga akan meningkatkan pengetahuan ibu dalam melakukan program KB dan melakukan pemeriksaan KB secara teratur sehingga ibu mengetahui efek samping dari KB suntik.

62

7.1.2 Bagi Profesi Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya lebih senantiasa meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik khususnya KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi). Dengan menggunakan bahasa dan media yang mudah diterima oleh klien, terutama informasi yang bermanfaat. 7.1.3 Bagi Tempat Penelitian Dapat lebih meningkatkan penyuluhan khusunya tentang pengetahuan kontrasepsi suntik 3 bulan, sehingga akseptor KB suntik 3 bulan yang belum mengerti tentang kontrasepsi suntik akan mengerti sedangkan akseptor KB suntik 3 bulan yang sudah mengerti akan lebih mengerti.

63

Anda mungkin juga menyukai