Yani Iriani 2
Yani Iriani 2
n
,
n
Oleh karena itu jumlah sampel 115 yang dapat diolah sudah mencukupi kebutuhan kecukupan data
artinya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah mencukupi.
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat mengukur
apa yang ingin diukur sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur
tersebut tetap konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih. Uji validitas dilakukan
dengan menghitung besarnya koefisien korelasi Pearson Product Moment, dan dari tabel r
diketahui bahwa koefisien korelasi r yang valid untuk sampel 100 buah adalah 0.195. Sedangkan
untuk uji reliabilitas digunakan perbandingan antara koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh
dengan kriteria Guilford. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa alat ukur yang digunakan valid
karena seluruh iten pertanyaan memiliki nilai r lebih besar dari 0.195 dan hasil uji reliabilitas juga
memenuhi kriteria yang ditentukan.
4.3 Hasil Analisis Faktor
Analisis faktor digunakan untuk interdependensi antar variabel yang pada dasarnya mencoba
melakukan penyederhanaan permasalahan untuk memudahkan interpretasi melalui penggambaran
pola hubungan ataupun reduksi data (Dillon dan Goldstein, 1984). Kriteria untuk menentukan
apakah suatu item pertanyaan secara nyata mewakili suatu variabel laten adalah dengan melihat
bobot faktornya (loading factor).
Tahapan analisis faktor adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan matrik data mentah dengan data skala interval
2. Pembentukan matrik korelasi digunakan untuk mengetahui nilai kedekatan hubungan antar
variabel manifes. Nilai kedekatan ini digunakan untuk untuk melakukan beberapa pengujian
untuk melihat kesesuaian dengan nilai korelasi yang diperoleh. Selanjutnya analisis faktor
dapat diketahui layak atau tidak digunakan adalah dengan indeks Kaiser-Meyer-Olkin (KMO).
Nilai KMO adalah indeks untuk membandingkan besarnya koefisien korelasi hasil pengamatan
dengan koefisien parsial. Jika nilai kuadrat koefisien parsial dari semua pasangan variabel lebih
KMO < 0.5: tidak dapat memuaskan kecil dibandingkan dengan jumlah kuadrat koefisien
korelasi maka harga KMO akan mendekati 1 (satu). Harga KMO yang kecil menandakan
bahwa ukuran kecukupan pengambilan data untuk analisis faktor kurang sesuai untuk
digunakan, selain itu juga disebabkan karena korelasi antar pasangan-pasangan variabel tidak
dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya. Kaiser (1974) menetapkan nilai KMO sebagai
berikut:
KMO 0.9 : sangat memuaskan
0.7 KMO < 0.9 : memuaskan
0.6 KMO < 0.7 : cukup memuaskan
0.5 KMO < 0.6 : kurang memuaskan
3. Ekstraksi faktor pada penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah faktor apa saja yang
dapat digunakan dalam mempresentasikan data.
4. Rotasi faktor digunakan untuk meneliti kemungkinan pengelompok-kan variabel ke dalam
sejumlah faktor yang telah diekstraksi.
5. Pembobotan faktor menunjukkan besarnya kontribusi variabel manifes terhadap variabel laten
yang terbentuk.
6. Skor faktor merupakan data mentah bagi analisis lanjutan seperti analisis regresi, analisis jalur,
dan lain-lain.
7. Penentuan variabel manifes yang membentuk faktor, digunakan untuk menginterpretasikan
faktor yang terbentuk dengan memberi nama pada setiap faktor yang terbentuk, yang dianggap
Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010
107
dapat mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. Dari hasil penelitian pada Tabel 1
misalkan untuk faktor ketiga yang dibentuk diberi nama faktor kebebasan (Autonomy).
Tabel 1. Hasil Pengolahan Analisis Faktor Variabel Implementasi TQM
Variabel Laten
Variabel
manifes
Nama Variabel Bobot Faktor
Komitmen Manajemen X10
X12
X13
Manajemen mengakui dan menghargai
prestasi atas peningkatan semua aspek
kualitas
Manajemen memberikan dukungan
fasilitas untuk program peningkatan
semua aspek kualitas
Semua pimpinan selalu mendorong
keterlibatan karyawan dalam proses
peningkatan semua aspek kualitas
0,560 %
0,775 %
0,670 %
4.4 Hasil Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis Jalur (Path Analysis) digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh suatu variabel
ataupun beberapa variabel terhadap variabel lainnya baik pengaruh yang sifatnya langsung atau
tidak langsung, maka dapat digunakan Analisis jalur. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
menggunakan analisis jalur diperoleh :
Gambar 2. Hasil Pengolahan Data Analisis Jalur
dimana:
X1 = Implementasi TQM
X2 = Kualitas Inovasi
Y = Performansi kerja karyawan
Persamaan untuk sub-struktur tersebut adalah performansi kerja karyawan : Y = 0.72 X1 + 0.56 X2
+ + 0.34, sehingga dapat diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi performansi kerja adalah
implementasi TQM sebesar 72.0 %.
5. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Faktor yang memiliki kontribusi paling besar terhadap variabel implementasi TQM adalah
komitmen manajemen dengan bobot faktor sebesar 79.6 %.
b. Faktor yang memiliki kontribusi paling besar terhadap variabel kualitas inovasi adalah inovasi
proses bobot faktor sebesar 70.2 %, sedangkan untuk variabel kinerja karyawan adalah jumlah
output yang dihasilkan dengan bobot faktor sebesar 68.5 %.
c. Besarnya pengaruh implementasi TQM dan kualitas inovasi terhadap performansi kerja di PT.
WYMS dapat digambarkan sebagai berikut :
Hubungan yang ada antara implementasi TQM dan kualitas inovasi terhadap performansi
kerja adalah Y = 0.72 X1 + 0.56 X2 + + 0.34. Artinya performansi kerja dipengaruhi secara
Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010
108
positif oleh antara implementasi TQM dan kualitas inovasi, namun yang paling besar
pengaruhnya secara langsung terhadap performansi kerja adalah implementasi TQM
sebesar 51.84 %,
Hubungan antara implementasi terhadap performansi kerja adalah Y = 0.72X1 + 0.56.
Artinya jika nilai koefisien dari Implementasi TQM (X1) dinaikkan sebesar satu satuan
maka nilai performansi kerja (Y) akan naik sebesar 0,72. Hubungan antara kualitas inovasi
terhadap performansi kerja adalah Y = 0.56 X2 + 0.34 Artinya jika nilai koefisien dari
kualitas inovasi (X1) dinaikkan sebesar satu satuan maka nilai performansi kerja (Y) akan
naik sebesar 0,56.
Pengaruh langsung dari implementasi TQM (X
1
) terhadap performansi kinerja (Y) adalah
sebesar 51.84 %, sedangkan pengaruh langsung kualitas inovasi (X2) terhadap performasi
kerja sebesar 57.6 %.
Pengaruh tidak langsung dari implementasi TQM (X
1
) terhadap performansi kinerja (Y)
melalui kualitas inovasi adalah sebesar 37.12 %, sedangkan pengaruh tidak langsung
kualitas inovasi (X2) terhadap performasi kerja melalui implementasi TQM sebesar 57.6 %.
6. Saran
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak pimpinan
perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya dengan memperhatikan faktor-faktor yang memiliki
kontribusi terbesar dalam implementasi TQM.
Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya memperhatikan variabel juga budaya organisasi, karena
variabel ini memiliki .pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja (Kotter dan
James, 1992)
7. Daftar Pustaka
Gaspersz, V., 2005, Total Quality Management, PT, Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Hardjosoedarmo, S., 2004, Total Quality Management, Andi, Yokyakarta.
Huarng, F, and Yao, T., 2002, Relationships of TQM philosophy, methods and performance: a
survey in Taiwan, Industrial Management & Data Systems,102(4):226-234.
Kotler, P., 2002, Marketing Management, 10th edition, Prentice Hall,Inc, New Jersey, H. Teguh, R.
A., Rusli, dan B. Molan (penterjemah), 2004.
Kotter and James, 1992, Corporate Culture and Performance, Free Press, New York.
Krajewski, J, Lee and P, R, Larry, 1999, Operations Management Strategy and Analysis, Fifth
Edition, Addison-Wesley Publising Company Inc.
Martoyo, S, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 4, BPFE,Yogyakarta.
Santoso, S, 2003, SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT, elex Media Komputindo,
Jakarta.
Tjiptono, F, dan Diana, A, 1994, Total Quality Management, Andi, Yogyakarta.