Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

MATA KULIAH ETIKA BISNIS


( UJIAN AKHIR SEMESTER)

PENCEMARAN LINGKUNGAN PT DONGWOO ENVIRONMENTAL INDONESIA

PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2010

KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN PT DONGWOO ENVIRONMENTAL INDONESIA

I. Pendahuluan

PT Dong Woo Environmental Indonesia (DWEI) yang berdiri pada tahun 2000 adalah suatu perusahaan dalam rangka Penanaman Modal Asing dari Korea Selatan yang berdomisili di Kawasan Jababeka, Jl.Jababeka XIV Blok J.Kav.WWTP Cikarang Barat Bekasi. Perusahan tersebut bergerak di bidang jasa daur ulang limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (B3) menjadi produk dan selaku pemengang ijin pengelolaan limbah B3 yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia. Secara struktur organisasi PT Dong Woo Environmental Indonesia (DWEI) dikelolah oleh President Direktur PT Dong Woo Environmental Indonesia, Direktur PT Dong Woo Environmental, Manajer Produksi PT Dong Woo Environmental Indonesia , Supervisor PT Dong Woo Environmental Indonesia, Koordinator Lapangan PT Dong Environmental Indonesia dan Bagian Pengangkutan atau Transportasi. PT Dong Woo sendiri kini telah ditutup dan dilarang beroperasi. Sebelumnya, perusahaan ini diizinkan menjalankan usaha pengolahan limbah B3 bekerja sama dengan perusahaan Waste Management Indonesia (WMI). Dalam operasinya perusahaan ini terbukti membuang sebagian besar limbah yang seharusnya diolah pada lahan terbuka di Bekasi. Sebenarnya usaha yang dilakukan oleh PT Dongwoo tersebut sangat positif, untuk pengolahan sampah B3 dari logam berat, organik dan eletronik, yang diperoleh dari berbagai industri Jabotabek dan dari luar Jabotabek. Namun perlu ada upaya pengelolaan limbah yang tersisa secara baik dan tidak mencemari lingkungan, yang saat ini belum dilakukan oleh PT Dongwoo sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan. Peristiwa ini terjadi tahun 2006 yang mengakibatkan pencemaran media lingkungan tanah seluas 1,5 ha dan berpotensi bisa meluas.

II Kronologis Terjadinya Kasus Pencemaran Lingkungan

Pada tanggal 11 Juni 2006, sebanyak 144 orang warga Kampung Kramat RT 003/03, Desa Pasir Gombong, Kecamatan Cikarang Bekasi yang terdiri dari anak-anak dibawah usia lima tahun hingga orang dewasa dilarikan ke RS Medika Cikarang, RS Medirosa akibat menderita keracunan dan gangguan infeksi saluran pernapasan atas, batuk-batuk, kepala pusing, serta muntah muntah akibat dari pembuangan limbah B3 ( Bahan Berhaya Beracun ). Limbah B3 tersebut diduga dari perusahaan pengolah limbah B3 PT Dong Woo Environmental Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 12 Juni 2006, Kepolisian Resort Kabupaten Bekasi yang bekerjasama dengan Tim Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Bekasi. melakukan penyelidikan atas peristiwa keracunan yang dialami oleh warga tersebut untuk mencari tahu penyebab terjadinya keracunan dan pelakunya. Sehingga pada tanggal 13 Juni 2006 Tim KLH telah berhasil mengumpulkan data teknis di lapangan dan di perusahaan PT Dong Woo Environmental Indonesia, dimana terdapat 9 (sembilan) titik tempat pembuangan limbah B3 di atas lahan seluas 1,5 Hektar milik PT Dong Woo Environmental Indonesia, serta secara visual ditemukan dengan jelas timbunan limbah B3 dan limbah cair lainnya pada areal lahan kosong yang menyebabkan kualitas tanah berubah ( tekstur tanah mengeras, menghitam, berbau ) dan air di lokasi tersebut berwarna hitam dan berbau. Berdasarkan penyelidikan tersebut, maka pada tanggal 23 Juni 2007 polisi telah menetapkan PT Dong Woo Environmental Indonesia sebagai tersangka kasus pembuangan cairan limbah B3 yang dijerat dengan pelanggaran Undang Undang Lingkungan Hidup. Kemudian pada tanggal 23 Maret 2008 kasus pencemaran lingkungan oleh PT Dong Woo tersebut mulai disidangkan di Pengadilan Negeri Bekasi. Proses persidangan kasus pencemaran lingkungan tersebut telah berlangsung sebanyak 27 kali. Selanjuntnya pada tanggal 16 Desember 2008 Pengadilan Negeri Bekasi telah menvonis enam orang pihak perusahaan PT Dong Woo Environmental Indonesia lantaran terlibat dalam pembuangan limbah di sekitar perusahaan atau ke lokasi warga sekitar.

Pihak perusahaan yang terlibat dalam pencemaran lingkungan adalah PT Dong Woo Environmental Indonesia tersebut adalah : - President Direktur PT Dong Woo : Kim Yong Woo - Direktur PT Dong Woo - Manajer Produksi PT Dong Woo - Supervisor PT Dong Woo - Koordinator Lapangan - Bagian Pengangkutan : Kim Byung Seop : Lim Yong Suu : Endang Suprapto : Dedy Permana : Awing BM

IV. Dampak Dan Kerugian Yang Ditimbulkan

Adapun dampak yang ditimbulkan akibat percemaran lingkungan tersebut adalah antara lain : - Dampak Lingkungan Dampak lingkungan yang timbul adalah terdapat 9 (sembilan) titik tempat pembuangan limbah B3 di atas lahan seluas 1,5 Hektar. Secara visual ditemukan dengan jelas timbunan limbah B3 dan limbah cair lainnya pada area tersebut. Selanjunta Limbah B3 tersebut menyebabkan kualitas tanah berubah (tekstur tanah mengeras, menghitam, berbau) dan air di lokasi tersebut berwarna hitam dan berbau. Secara fisik tercium bau khas yang tajam menyengat dan mengganggu kesehatan masyarakat. - Dampak Kesehatan Dan Sosial Dengan ditemukannya korban sebanyak 144 (seratus empat puluh empat) warga yang dirawat inap dan rawat jalan di RS. Medika, RS. Medirosa, dengan gejala sakit mual, pusing bahkan ada yang pingsan, telah mengakibatkan masyarakat resah terhadap kemungkinan meningkatnya jumlah korban akibat timbunan limbah B3, serta aktifitas sehari-hari masyarakat terganggu oleh adanya bau yang sangat menyengat.

Selanjutnya kerugian yang ditimbulkan dari peristiwa terjadinya pencemaran lingkugan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia adalah sebagai berikut :

- Kerugian Materil Akibat limbah B3 PT Dong Woo yang dibuang ke dalam lingkungan masyarakat dan tidak dikelola secara sempurna, maka telah menimbulkan kerugian atas kerusakan tanah milik warga yang tidak lagi dapat digunakan oleh warga masyarakat, karena telah tercemar oleh limbah B3. Selain itu telah menimbulkan kerugian bagi sebanyak 144 orang masyarakat berupa sejumlah biaya pengobatan rumah sakit yang terpaksa harus ditanggung oleh warga masyarakat tersebut akibat keracunan pencemaran limbah B3.

- Kerugian Immateril Mengakibatkan pencemaran udara di sekitar tempat tinggal warga dan menyebabkan ratusan warga masyarakat mengalami gejala sakit mual, pusing, sesak nafas dan pingsan dan menurut Hasil Visum Et Repertum RS.Medika Cikarang dengan diagnosa nyeri ulu hati, gangguan pernafasan atas dan gangguan pencernaan. Selain itu juga telah mengakibatkan warga menjadi resah dan trauma atas periswa terjadinya keracunan akibat limbah B3 yang mencemari lingkunganmasyarakat sekitar.

V. Ketentuan Yang Dilanggar

5.1. Dari Sudut Pandang Ajaran-Ajaran Agama 5.1.1. Sudut Pandang Ajaran Agama Islam Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di bumi, akan tetapi manusia mengingkarinya. Allah SWT berfirman : Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. (QS. 2 : 11). Dalam ayat lain juga menegaskan firman-NYA :

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik. (QS. 7 : 56) Keingkaran mereka disebabkan karena keserakahan mereka dan mereka mengingkari petunjuk Allah SWT dalam mengelola bumi ini. Sehingga terjadilah bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan manusia. Allah SWT berfirman : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah : Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah). (QS. 30 : 41-42). Ayat-ayat di atas masih berkenaan dengan pelanggaran menyangkut pengrusakan lingkungan, belum akibat dan dampak dari pengrusakan lingkungan berupa banyaknya menelan korban, ini sudah menambah pelanggaran lain yang menghilangkan banyak nyawa orang lain. Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain (bukan karena qishash), atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya; dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya (Q.S. al-Maidah 5: 32). Ayat di atas memiliki makna yang sangat dalam, seolah-olah memberikan hak bagi kita untuk melakukan hukum qishash dimana perbuatan yang menghilangkan nyawa orang dengan sengaja maka hukumny sama dengan sebaliknya, pelaku harus dibunuh juga. Sebagaimana pada Firman Alllah SWT yang lain bahwa: Barang siapa yang terbunuh secara aniaya, maka sesungguhnya Kami telah memberikan kekuasaan kepada ahli warisnya (Q.S. al-Isra' 17: 33). Memang benar, Ayat tentang qishash akan dinilai kejam jika hanya dilihat secara berdiri sendiri dan melupakan korbannya yang terbunuh serta keluarga korban yang ditinggal.

Sebenarnya, konsep qishash dikenal oleh ajaran agama sebelum Islam, paling tidak, berdasarkan informasi Al-Qur'an, seperti telah ditetapkan Allah terhadap pengikutpengikut Nabi Musa a.s.: Telah kami tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwa jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada qishash-nya. Barang siapa yang melepaskan hak qishash-nya, maka melepaskan itu menjadi penebus dosa baginya (Q.S. al-Maidah 5:45). Meskipun begitu orang yang merasa teraniaya karena keluarganya terbunuh masih tetap diberi pilihan oleh Tuhan untuk menggunakan hak Qishash nya atau mengampuninya. Ini termaktub dalam Firman-NYA yang tersebut di atas. Al-Qur'an menetapkan adanya qishash bagi pembunuh. Tetapi, saat

menetapkannya --seperti terbaca di atas-- Dia tidak mewajibkannya, melainkan diserahkan kepada keluarga si terbunuh untuk menetapkan pilihan mereka terhadap si pembunuh, baik "menuntut dari penguasa untuk membunuhnya" maupun memaafkannya dengan imbalan materi dari keluarga pembunuh. 5.1.2. Sudut Pandang Ajaran Agama Kristen Dalam Alkitab adanya larangan merusak lingkungan dapat dilihat pada Kisah Penciptaan yaitu Kitab Kejadian Bab 1 ayat 1 sampai dengan ayat 31. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong, menutupi samudera raya. Allah berfirman, Jadilah terang. Lalu terang itu jadi dan Allah melihat terang itu baik maka dipisahkannya terang itu dari gelap, Allah menamai terang itu siang dan gelap itu malam. Allah menciptakan cakrawala dan Allah menamai cakrawala itu langit jadilah petang dan pagi. Allah berfirman, hendaklah air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat sehingga kelihatan yang kering. Allah menamai yang kering itu darat dan kumpulan oir itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah, Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuhtumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji.

Allah melihat-Nya itu baik. Berfirmanlah Allah, Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam dan menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun. Allah menjadikan kedua benda peneang yang besar, yang lebih besar menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah, Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan Allah hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala. Maka

menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan di dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah memberkati semuanya itu,Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak. Berfirmanlah Allah, Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Kemudian Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka lalu Allah berfirman kepada mereka, Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Lihatlah Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji, itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberkan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya. Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.

5. 2. Dari Sudut Pandang Good Coorporate Governance ( GCG ) Meskipun PT Dong Woo Environmental Indonesia adalah perusahaan tertutup dalam rangka Penanaman Modal Asing yang tidak wajib melaksanakan GCG ( Good Governance Coorporate ), namun ditinjau dari sudut pandang GCG tindakan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbh B3 telah melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pasal 20 ayat (3) menyebutkan : Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan : a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan b. mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya. Jika dilihat dari perbuatan PT Dong Woo yang telah mencemari lingkungan warga masyarakat tersebut, maka PT Dong Woo pada saat membuang limbah ke media lingkungan tidak memenuhi baku mutu lingkungan hidup, meskipun dalam menjalankan usahanya sebagai pengolahan limbah B3 telah memperoleh izin dari Meteri Lingkungan Hidup. Pasal 67 menyebutkan Setiap orang berkewajiban memelihara fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, dan Pasal 68 menyebutkan Bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan / atau kegiatan berkewajiban untuk : memberikan informasi secara benar, akurat, dan tepat waktu; menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan / atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Serta Pasal 69 ayat (1) yang menyebutkan setiap orang dilarang (a) melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; (e) membuang limbah ke media lingkungan hidup; (f) membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan limbah B3 yang telah mendapat izin dari Menteri dan yang seharusnya mentaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan sebelum membuang limbah ke media lingkungan hidup, ternyata telah melakukan penyimpangan ketentuan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan dengan melakukan tindalan pencemaran lingkungan. Selain melanggar ketentuan Undang-Undang Lingkungan, maka PT Dong Woo dalam perbuatannya juga telah melanggar ketentuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebagaimana diatur dalam PP No 27 tahun 1999. AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup. AMDAL sangat diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan yang dinilai

berpotensi berdampak negatif terhadap lingkungan. AMDAL sebagai salah satu instrumen proses penegakkan hukum administrasi lingkungan oleh PT Dong Woo belum terlaksana sebagaimana mestinya. Padahal pada instrumen ini dilekatkan suatu misi mengenai kebijakan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang harus dipatuhi oleh PT Dong Woo..

5.3. Dari Sudut Padang Hukum Bisnis

5.3.1. Sudut Pandang Hukum Administrasi

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, salah satu instrumen hukum yang berperan bila kita bicara tentang penegakkan hukum lingkungan adalah hukum administrasi. Instrumen hukum administrasi berbeda dengan instrumen lainnya, oleh karena penyelesaiannya adalah di luar lembaga peradilan. Dengan demikian, efektivitasnya sangat tinggi dalam pencegahan perusakan lingkungan. Sanksi administrasi yang dapat dikenakan kepada PT Dong Woo Environmental Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009: Pasal 76, yaitu : (1) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap ijin lingkungan.

(2) Sanksi administratif terdiri dari : a. teguran tertulis b. paksaan pemerintah c. pembekuan izin lingkungan

d. pencabutan izin lingkungan Pasal 82, yang menyebutkan : (1) Menteri, Gubernur, atau bupati/ walikota berwenang untuk memaksa penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya. Disamping penetapan sanksi administrasi sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka PT Dong Woo Environmental Indonesia yang telah melakukan pencemaran lingkungan dan terbukti melanggar ketentuan perundang-undangan khususnya ketentuan undang-undang lingkungan, maka ditinjau dari ketentuan undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 146 ayat 1 (a) yang menyebutkan Pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan atas (a) permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu PT Dong Woo Evironmental Indonesia yang telah mencemari media lingkungan sebagai suatu tindakan pelanggaran perundang-undangan, juga dapat dimintakan pembubaran perusahaan oleh Pengadilan Negeri. Berdasarkan ketentuan diatas PT Dong Woo dapat diperingati agar berbuat sesuai izin dan apabila tidak, akan dikenakan sanksi yang paling keras pencabutan izin usaha perusahaan pengolahaan limbah B3 yang terbukti membuang limbah ke lokasi pemukiman warga Desa Pasir Gombong, Kecamatan Cikarang Bekasi. Selain itu pihak yang berkepentingan dapat mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang untuk mencabut izin usaha dan/atau kegiatan karena merugikan. Upaya adminisrtatif adalah upaya tercepat karena tidak memerlukan proses peradilan. Dalam kasus pengerusakan lingkungan upaya ini terasa lebih relevan mengingat pencemaran lingkungan hidup memerlukan upaya yang cepat agar kerugian yang ditimbulkan tidak terus bertambah

5.3.2. Sudut Pandang Hukum Perdata

Dari sudut pandang hukum perdata maka tindakan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia dapat dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang dapat dimintakan ganti kerugian dari perbuatan yang telah melawan hukum tersebut. Pengaturan mengenai perbuatan melawan hukum dan ganti rugi terkait dengan pencemaran lingkungan maka dapat berlaku pasal 1365 BW yang berbunyi Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Sehingga dalam Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 87 ayat (1) berbunyi: Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu. Adapun unsur-unsur yang dipenuhi dalam Pasal 1365 BW ini adalah : 1. Ada suatu Perbuatan Perbuatan di sini adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia yang membuang limbah B3 ke lokasi warga masyarakat. 2. Perbuatan tersebut melawan hukum Bahwa perbuatan melawan hukum dalam hal ini adalah bahwa PT Dong Woo Environmental telah melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3. Ada Kesalahan dari Pelaku Syarat kesalahan artinya pembuat harus mempertanggungjawabkan karena telah melakukan perbuatan melanggar hukum. Dalam Undang Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup ini menganut asas tanggungjawab mutlak (strict liability) sebagaimana diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Karena

terjadinya perbuatan melanggar hukum maka terjadi kesalahan dan pembuat harus mempertanggungjawabkan. 4. Ada kerugian korban Akibat tercemarnya limbah B3 oleh PT Dong Woo Environmental ke lingkungan warga masyarakat, maka telah mengakibatkan kerugian bagi warga masyarakat sebagai korban keracunan limbah B3. 5. Ada hubungan kausal antara Perbuatan dan Kerugian. Dalam hal ini ada kaitan antara perbuatan yang melanggar hukum dengan terjadinya kerugian dengan kata lain, pembuangan limbah tersebut telah terbukti mengakibatkan adanya kerugian bagi warga masyarakat yang tercemar limbah B3 oleh PT Dong Woo . 5.3.3. Sudut Pandang Hukum Pidana Dalam pemberian sanksi pidana dalam Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 menetapkan sanksi maksimum, hal terebut tercantum dalam Pasal 98 ayat (1) Setiap orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit Rp. 3.000.000.000 dan paling banyak Rp. 10.000.000.000, dan ayat (2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia , dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dan denda paling sedikit Rp. 4.000.000.000 dan paling banyak Rp. Rp. 12.000.000.000. Dalam penerapan instrumen hukum pidana pada dasarnya bersifat sebagai upaya terakhir. V. Rekomendasi Perbaikan

Beberapa rekomendasi perbaikan yang dapat disarankan kepada PT Dong Woo Environmental Indonesia yang telah mencemari lingkungan masyarakat adalah antara lain :

5.1. Tindakan Secara Administrastif Penanggulangan secara administratif melalui pengimplemtasian Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Nomor 32 Tahun 2009 yang telah diberlakukan oleh Pemerintah yang harus dipatuhi oleh PT Dong Woo Environmental. Selain itu PT Dong Woo juga harus menerapkan standar baku mutu lingkungan sebelum limbah cair yang telah diolah dibuang ke lingkungan, sehingga segala bahan buangan yang beracun perlu pengolahan (treatment) terlebih dahulu sebelum dibuang ke media lingkungan warga agar dampak terhadap lingkungan dapat dibatasi.

5.2. Tindakan dengan menggunakan teknologi Penggunaan dengan cara penggunaan teknologi adalah dengan cara membangun unit pengolahan limbah yang benar-benar berfungsi dengan baik untuk mengolah limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan.

5.3. Tindakan melalui Edukatif atau Pendidikan Penanggulangan edukatif adalah dengan mengadakan penyuluhan perusahaan perusahaan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan lingkungan warga dan kelestarian alam.

Anda mungkin juga menyukai