Anda di halaman 1dari 22

Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung,

Impotensi, Gangguan Kehamilan dan Janin, tapi!



Praktik Pemasaran dan Propaganda Media Produk Rokok



Oleh :
Dianti Ratih Ramadhani
1106085680
Kajian Media











Tulisan ini Dibuat Dalam Rangka Pencapaian Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Pengantar Teori Kritis


Jakarta, Juni 2013
Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia



A. Latar Belakang

Noam Chomsky adalah seorang linguistik, filsuf, serta pemikir kognitif, dan juga aktivis
Amerika Serikat, dan juga merupakan seorang professor Departemen Linguistik dan
Filosofi di MIT (Massachusets Institute of Technology). Salah satu pemikirannya yang
paling berpengaruh Ia tuangkan lewat bukunya Manufacturing Consent, yang berbicara
mengenai proganda yang dilakukan oleh Media. Dalam buku tersebut, Chomsky membuat
sebuah ilustrasi empiris terhadap dua kasus utama, yaitu pengangkatan isu Timor Leste
dan juga Kamboja oleh media massa media massa Amerika. Dalam bukunya, Chomsky
mengembangkan model propaganda. Model tersebut menjelaskan bagaimana media
memberikan pesan kepada khalayak secara bias, merupakan sebuah representasi secara
total, dengan adanya tunggangan pemegang kepentingan tertentu yang diterjemahkan
Chomsky dalam bukunya, adalah pasar. Propaganda model menerangkan bagaimana
propaganda, termasuk kebiasan sistem dam fungsi dari media massa. Model ini juga
berusaha menerjemahkan bagaimana khalayak tertipu dan bagaimana kesadaran akan
kebijakan ekonomi, sosial bahkan politik dibentuk dalam kepala khalayak dalam rangka
melakukan propaganda propaganda.
Pemikiran yang dipaparkan oleh Noam Chomsky ini terlihat relevan untuk dijadikan pisau
analisis dalam mengkaji fenomena tingginya tingkat konsumen rokok di Indonesia. Tidak
terelakkan pula, sebagian diantara perokok di Indonesia masih berada dibawah usia
delapan belas tahun.

Berdasarkan survey yang dirilis oleh Health Justice Organization, terdapat
hubungan kausal atas pemasaran tembakau dan peningkatan jumlah perokok. Pemasaran
rokok berbasis tembakau (terutama iklan) menunjukkan tiga tema utama, antara lain untuk
menyentuh sisi kepuasan konsumen melalui pencitraan rokok dengan penggambaran
yang segar, tasteful, unik, dsb. Yang kedua, mayoritas iklan produk pemasaran rokok
cenderung berusaha mengurangi ketakutan terkait bahaya penggunaan rokok. Yang
terakhir, membuat asosiasi antara rokok dan karakteristik tertentu yang diinginkan oleh
kebanyakan orang, seperti menonjolkan sisi kesuksesan, sensualitas, dan sebagainya.
Namun pada tahun 2011, Health Justice Organization kembali mengatakan bahwa di Asia
Tenggara, Indonesia merupakan Negara yang regulasi terkait pemasaran rokok melalui
media massa nya paling minim. Berbeda dengan Negara Asean lainnya, cenderung telah
melarang segala bentuk pemasaran rokok kecuali dalam bentuk Point of Sale dan
Corporate Social Responsibility, sementara di Indonesia sendiri, kebijakan Tobacco
Advertising, Promotion and Sponsorships (TAPS) masih berstatus partial ban, yaitu
pelarangan secara parsial hanya dilakukan dalam media cetak dan televisi. Untuk itu, iklan
rokok dan bentuk pemasaran lainnya di Indonesia masih marak dijumpai. Pada September
2012, Campaign for Tobacco Free Kids membuat survey yang mengatakan bahwa
konsumen rokok di Indonesia sebanyak satu pertiga atau sebanyak 36 persen, dimana
anak berusia 13 15 tahun sebanyak dua puluh persen merupakan perokok, 41 persen
laki laki, dan 3.5 persen perempuan. Dengan jumlah konsumen rokok sedemikian rupa,
konsekuensi terhadap kesehatannya pun cukup tinggi. Tercatat setidaknya 200.000 orang
meninggal tiap tahunnya di Indonesia akibat konsumsi terhadap rokok.

Kondisi yang cukup dialektis ini membuat Indonesia harus kehilangan begitu
banyak nyawa setiap tahunnya, yang ironisnya bisa dilihat andil industri periklanan di
dalamnya, yaitu masih tersalurkan dengan baiknya propaganda propaganda produk
rokok ke tangan konsumen. Lebih buruk lagi, jenis propaganda yang merupakan bagian
dari praktek pemasaran ini masih dengan mudah ditemui, bahkan dalam billboard yang
terletak di jalanan, dan dengan mudah, gratis, dapat dijumpai oleh konsumen dari berbagai
kalangan usia. Untuk itu, tulisan ini membahas kaitan antara tingginya tingkat konsumen
rokok di Indonesia dengan strategi pemasaran terkait fenomena ini.








B. KERANGKA KONSEPTUAL

Propaganda Model
1


Model ini dikembangkan oleh Noam Chomsky dan Edward S. Herman, dalam buku
Manufacturing Consent (1988). Seperti yang telah dipaparkan diatas, media propaganda
merupakan sebuah model yang mempaparkan bagaimana kebiasan yang terjadi dalam
media massa karena orientasi media massa terhadap profit. Model ini mengasumsikan
adanya simbiosis mutualisme antara jurnalis dan para pemegang kepentingan. Seperti
dikutip dari tulisan Klaehn, Propaganda model memilki lima elemen filter yang menitik
beratkan pada kendala struktural utama yang dapat mempengaruhi pola keseluruhan
kinerja media. Filter ini diperuntukkan para audiens agar lebih peka terhadap teks teks
media yang disaksikan atau dikonsumsi tiap harinya.
Filter pertama adalah, Herman dan Chomsky mengatakan, kebanyakan media massa
sendiri dijumpai dalam bentuk perusahaan atau korporasi--dikontrol oleh sekelompok
orang kaya raya atau pengatur yang merupakan subjek untuk mempertajam batas pemilik
korporasi media dan tekanan tekanan yang berorientasi kepada pasar. Selanjutnya,
kepemilikan dan orientasi pasar dapat memberi pengaruh kepada perilaku media dengan
cara tertentu, memperbesar kebiasan dalam wacana yang dibuat oleh media massa. Tidak
hanya itu, iklan dianggap sebagai sumber utama pemasukan untuk kebanyakan media
komersial dan mainstream, sehingga wacana yang diciptakan media cenderung
mencerminkan kepentingan pengiklan dan pasar. Klaehn kembali menyimpulkan, apabila
melihat kedua filter pertama secara bersamaan, maka kedua filter tersebut menitik
beratkan kepada dimensi sosial politik yang besar pengaruhnya terhadap proses produksi
pemberitaan, menitik beratkan kepada dimensi struktural level makro yang membentuk
diskursus berita.

1
Klaehn, }effeiy. !"# %&'()*)+,) -',#. / !"#'&#012). )+, -#0"','.'*12).
3'+41,#&)01'+4. Retiieveu fiom
http:www.westminstei.ac.uk__uataassetspuf_fileuu1SSS122uu4WP
CC-vol6-No2-}effeiy_Klaehn.puf
Yang ketiga, filter menitik beratkan kepada cara cara wacana berita dan sumbernya
secara sosial terkonstruksi. Yang mendominasi diskursus berita biasanya adalah sumber
sumber yang secara institusional memiliki keterkaitan dengan media. Hasilnya adalah
berita hadir untuk merefleksikan kepentingan institusi tersebut dalam tingkatan makro.
Teks teks media yang dihadirkan, seperti feature mengenai individual yang dimunculkan
di Koran, merupakan makna makna yang biasanya lebih disukai institusi tersebut.
Filter keempat juga menggarisbawahi konsep kekuasaan, dimana aktor institusi
dominan memiliki kekuatan secara sosial politik untuk melakukan kontrol terhadap pola
dari perfoma media. Keempat filter pertama dapat dioperasikan pada basis individual dan
menggarisbawahi proses produksi teks media, terutama berita.
Filter kelima pada awalnya merupakan anti komunisme, namun mengalami
perubahan, penyesuaian dan perluasan sehingga tidak lagi komunisme melainkan
mengacu kepada ideologi yang dominan. Klaehn mengutip Herman dan Chomsky, bahwa
karena filter kelima ini sangat luas, filter kelima mudah dikaitkan dengan berbagai
fenomena sosial, dan menjadikan propaganda media dapat digunakan dalam berbagai
riset sosial ilmiah. Herman mengatakan,
This ideology helps mobilize the populace against an enemy, and because the concept is
fuzzy, it can be used against anybody advocating policies that threaten property or support
accommodation with Communist states and radicalism.
Filter kelima merupakan sebuah cerminan untuk mempelajari bagaimana
ketakutan dapat berkembang dalam wacana media. Menurut Chomsky, media mungkin
menyebarluaskan rasa takut atau memunculkan kembali rasa takut yang memang sudah
ada --tergantung dari konteksnya. Ketakutan dapat dilihat sebagai mekanisme kontrol
ideologis and digunakan untuk melegitimasi kebijakan, menggerakkan sumber daya atau
mendorong terjadinya agenda tertentu.
Lima elemen filter yang dipaparkan tersebut membangun fondasi dari Media
Propaganda. Apabila disatukan, kelima filter tersebut menyediakan sebuah kerangka yang
menggambarkan mengapa dan bagaimana dimensi struktural memperkuat kebiasan, serta
rentang yang terbatas mengenai perdebatan di dalam wacana media mainstream. Kelima
elemen filter ini juga menjadi basis argumen media propaganda bahwa berita yang
dianggap cocok untuk disiarkan atau di cetak akan sangat bersifat menguntungkan secara
politis ataupun ideologis kepentingan sekelompok orang yang berkuasa.

C. PEMBAHASAN

Minimnya regulasi praktik pemasaran produk rokok di Indonesia
Indonesia merupakan Negara di Asia Tenggara yang memiliki regulasi pemasaran
produk rokok paling minim. Health justice organization memaparkan, Negara Negara di
Asia Tenggara pada umumnya telah melakukan pelarangan terhadap apapun itu jenis
pemarasan produk rokok kecuali Point of Sale dan Corporate Social Responsibility.
Sementara, pelarangan di Indonesia sendiri masih berkisar pelarangan pemasangan iklan
di media cetak dan media penyiaran. Namun, iklan atau praktik pemasaran rokok di
Indonesia sendiri tidak hanya dijumpai dalam media cetak ataupun media penyiaran.
Sponsor, ataupun ambiens yang mudah ditemui seperti di Billboard, masih berisi iklan
iklan rokok.

Sumber :
Health Justice Organization; TOBACCO ADVERTISING, PROMOTION AND SPONSORSHIP (TAPS) IN
SOUTH EAST ASIA

Global Tobacco Free Kids
2
2008 silam memaparkan terdapat empat hal yang
menjadi gol dari strategi pemasaran rokok yang bertujuan untuk menjaring konsumen :
1. Untuk membuat perokok perokok baru untuk menggantikan perokok yang
telah berhenti atau meninggal
2. Untuk menjaga atau meningkatkan perokok diantara perokok yang masih
perokok saat ini
3. Untuk mengurangi keinginan berhenti para perokok
4. Mengajak mantan perokok untuk merokok lagi.
Keempat poin diatas dipertegas oleh survey survey yang dilakukan organisasi yang
sama, dimana pada tahun 2003 sembilan penelitian menemukan lebih dari 12.000 perokok
berusia muda memaparkan bahwa iklan dan promosi produk rokok meningkatkan
keinginan anak anak muda untuk mulai merokok.
Global Youth Tobacco Survey 2009 silam melaporkan, dari 89,3% responden usia
13 15 tahun, mengaku melihat iklan rokok di papan reklame, 90,5% persen dari televisi,
sementara 17,6% dari Koran dan majalah. Juga, 10% diantaranya mengaku mendapatkan
tawaran rokok dengan cuma cuma. Kemudian Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Kemenkes, Tjanda Yoda Aditama, mengatakan bahwa iklan dan
promosi rokok terbukti sangat kuat dalam menjaring perokok baru. Health Justice
Organization dalam surveynya 2011 silam mengungkapkan pula apabila terdapat
hubungan kausal antara praktik pemasaran rokok dan peningkatan jumlah perokok di
Indonesia.

2
!'5)22' 6,7#&0141+*8 %&'9'01'+ )+, :('+4'&4"1( / ;71,#+2# '< 0"# =9()20 '<
!'5)22' -)&>#01+* '+ !'5)22' ?4#. Novembei 2uu8. Retiieveu fiom
http:global.tobaccofieekius.oigfilespufsenAPS_eviuence_en.puf
Sampai saat ini, Indonesia masih menjadi Negara ketiga dengan jumlah perokok
terbanyak di dunia, setelah India dan Cina dengan jumlah perokok 61,4 juta perokok.
Namun jumlah perokok pasif mencapai 97 juta orang. Tercatat pula, sebanyak 43 juta
anak anak Indonesia dengnan rentang usia 0 4 tahun menjadi perokok pasif dengan
jumlah sebanyak 11,4 juta (Metrotvnews.com, Mei 2013).



Keuntungan Rokok di Indonesia
Jumlah perokok di Indonesia yang tinggi tersebut berujung kepada tingkat
keuntungan dan pendapatan para perusahaan perusahaan rokok. Indonesia merupakan
Negara dengan pasar tembakau nomor lima terbesar di dunia
3
. Volume penjualan
meningkat lebih dari 25%, yaitu sebanyak 26,4% dalam kurun sepuluh tahun terakhir.
Pada tahun 1998 volume penjualan rokok di Indonesia adalah 132.6 miliar punting rokok,
meningkat hingga 167.6 puntung pada tahun 2008 belum termasuk pertumbuhan rokok
kretek buatan tangan. Perusahaan rokok yang mengalami keuntungan ini bukan hanya
perusahaan nasional, tapi juga perusahaan rokok transnasional.

S
Retiieveu fom
http:global.tobaccofieekius.oigfilespufsenIW_facts_countiies_Inuonesi
a.puf





Bahkan berdasakarn situs berita liputan 6
4
, 25 orang terkaya di Indonesia, dua terkaya
di Indonesia merupakan konglomerat perusahaan rokok. Ironisnya lagi, rokok di Indonesia
menjadi kebutuhan yang paling banyak mengeluarkan biaya paling banyak setiap
bulannya, dibandingkan dengan pangan (ikan, telur, susu, daging), kesehatan dan
pendidikan.

4
@#0&1#7#, A&'9 "http:bisnis.liputan6.comieauS2718u2S-oiang-
teikaya-ui-inuonesia-veisi-foibes-bagian-1"

Ironis, mengingat tingkat kepentingan dari rokok dengan beberapa kebutuhan lain
yang berada dibawahnya tidak sebanding. Padahal, efek buruk yang akan didapat dari
merokok itu sebenarnya bukan lagi sebuah rahasia. Lalu mengapakah perusahaan rokok
dan antek antek propaganda begitu gemar menjual dan memasarkan benda yang satu
ini?
Seperti yang kita ketahui, iklan, pemasaran atau sponsorship produk rokok
senantiasa mengedepankan citra tertentu. Bahkan di Negara Negara tertentu (yang
kebanyakan Negara dunia pertama), mulai mengurangi jumlah perokok dengan cara
mengemasnya sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang bersifat propagandis agar
orang orang berhenti merokok.
Yang menjadi permasalahan di Indonesia adalah, kemasan rokok belumlah
menjadi satu sarana untuk mempropaganda masyarakat agar menghentikan kebiasaan
merokok. Kemasan rokok di Indonesia masih berbentuk menarik, kebanyakan sesuai
dengan citra tertentu yang ingin dimiliki oleh target target pasar produk rokok tersebut.
Seperti contohnya Djarum Super yang identic dengan warna merah hitam, dengan
slogan yang berganti ganti. Namun yang terbaru yaitu edisi tahun 2007 sekarang, My
Life, My Adventure. Djarum Super dapat dilihat sebagai produk rokok yang diperuntukkan
bagi laki laki yang senang berpetualang, berolahraga. Citra yang timbul dari rokok kretek
ini adalah sangat manly, berkelas, jantan, dan sebagainya.
Chomsky beranggapan bahwa iklan adalah sumber utama pemasukan untuk
kebanyakan media komersial dan mainstream, sehingga wacana yang diciptakan media
cenderung mencerminkan kepentingan pengiklan dan pasar. Dari kasus rokok ini, rokok
adalah salah satu produk yang dapat menjadi sponsor besar bagi berjalannya berbagai
acara, bahkan untuk kehidupan dari berbagai media di Indonesia. Bantuan yang diberikan
oleh produk rokok dapat ditemui dalam acara acara musik, hingga olahraga, yang
sebenarnya bersifat kontradiktif, karena olahraga dan rokok adalah sesuatu yang sangat
bertolak belakang. Rokok di Indonesia masih sangat terlihat berorientasi terhadap pasar.
Dilihat dari jumlah perokok di Indonesia, minimnya regulasi terhadap praktik pemasaran
rokok, juga keuntungan perusahaan perusahaan rokok cenderung mengalami
peningkatan.
Iklan rokok di Indonesia juga begitu dikenal antara lain karena slogannya yang
cenderung sederhana, mudah diingat, dan terutama, sesuai dengan image yang ingin
ditimbulkan target market yang di bidik. Terdapat sejumlah perusahaan rokok di Indonesia
antara lain Phillip Morris International (Sampoerna) dan British American Tobacco.
Selanjutnya adapula Japan Tobacco Djarum & Wismilak Group, juga Gudang Garam.
Slogan slogan yang menjadi bagian dari iklan rokok ini antara lain :
SAMPOERNA HIJAU :
(2001 - 2004) : Asyiknya Rame Rame
(2005) : Yang Asyik Tambah Asyik
(2005 2009) : Nggak Ada Loe Nggak Rame
(2011 Sekarang) : Teman yang asyik
DJARUM :
(1997 2001) : Djarum, Nikmatnya Kretek
(2002) : Djarum Coklat, Nikmat
(2007) : Djarum Coklat, Hidup Berkarya, Hidup Puas
(2011) : 100% Baru, DJARUM COKELAT, nikmat
(1995, 1996) : Djarum Super, Super Taste for Super People
GUDANG GARAM :
Gudang Garam Djaja, Benerrr Nikmatnya
GUDANG GARAM DJAJA, DJAJA di kondangan, DJAJA DI lapangan
GUDANG GARAM DJAJA, Di kantong pas di hati puas
GUDANG GARAM DJAJA, Selalu ada nikmatnya
BENTOEL :
SEJATI, Emang Bikin Bangga
( 2004 2005) : ini baru nikmat SEJATI
(2005) : SEJATI, Sekali Jajal Nancap di Hati
(1998 1999) : BENTOEL BIRU, Kharisma Internasional
(2007 sekarang) : BENTOEL BIRU, Kharisma Rasa Indonesia
(2000 2002) : BENTOEL MILD, Jangan Anggap Enteng
Diatas adalah contoh slogan dari produk produk rokok di Indonesia. Berdasarkan data
diatas yang berasal dari dua sumber yaitu The Jakarta Post dan
Indonesiafinancetoday.com, tiga besar produk rokok dengan pangsa pasar yang tinggi
adalah HM Sampoerna, Gudang Garam, dan Bentoel.
Ketiga perusahaan diatas terutama HM Sampoerna, telah dengan sangat baik
dalam membangun propaganda propaganda. Dari segi iklan pun, HM Sampoerna
merupakan klien dari Lowe Indonesia. Karena kini iklan rokok jumlahnya telah dibatasi di
media massa konvensional, bukan berarti strategi pemasaran dan propaganda lainnya
berhenti sampai disitu. HM Sampoerna ini juga melalui pembangunan CSR yang bernama
Sampoena Foundation.


Halaman utama website Sampoerna Foundation
Kebiasan seperti yang dipaparkan Chomsky dalam propaganda model sangat terlihat
disini. Propaganda yang dilakukan oleh produk produk rokok, tidak semata mata
secara eksplisit berusaha menyentuh sisi ekonomis manusia semata. Iklan rokok ini
atau bentuk propaganda lainnya yang merupakan kerja sama antara konglomerat
konglomerat perusahaan rokok dan agensi agensi iklan, berusaha menyentuh sisi
lain dari para konsumennya, yaitu merasa bahwa rokok adalah produk yang bisa
membuat diri kita beberapa tingkat lebih dengan melakukan konsumsi terhadapnya.
Hal tersebut membuat dengan segala efek samping yang akan muncul akibat merokok
pun terluapakan, ketakutan akan efek sampingnya menurun, yang ada hanya
terpengaruh dengan bentuk propaganda yang seolah olah akan membuat citra diri
konsumen sama dengan citra yang produk rokok tersebut berusaha tonjolkan.
Sampoerna, memiliki beberapa slogan dalam iklan iklannya. Seperti Asyiknya
rame rame, yang asyik tambah asyik, nggak ada loe nggak rame dan teman
yang asyik. Menunjukkan bahwa Sampoerna memposisikan dirinya untuk anak muda
yang gemar menghabiskan waktunya bersama teman, bahwa produk rokok
Sampoerna dapat menjadi membangun suasana lebih ketika berkumpul bersama
teman teman. Tidak hanya itu, Sampoerna Foundation juga membuat Putera
Sampoerna Foundation, serta membangun program dalam bidang pendidikan, salah
satunya termasuk pemberian beasiswa, dan kini Sampoerna membangun
universitasnya sendiri. Dengan dedikasi yang sebegitunya terhadap anak muda, jelas
sekali kedekatan produknya dan target pasarnya akan semakin tinggi, sehingga
loyalitas yang mungkin didapat dari para calon konsumen maupun konsumennya kian
meningkat.



Diatas merupakan sejumlah contoh iklan yang dirilis oleh Sampoerna, dan salah satu anak
perusahaan Sampoerna, yaitu A Mild. Kedua iklan yang tampil diatas terlihat sangat
sesuai dengan target pasar mereka, yaitu anak muda.
Dengan begitu, HM Sampoerna mampu menjadi produk rokok dengan jumlah
market share tertinggi di Indonesia.
Filter pertama adalah, Herman dan Chomsky mengatakan, kebanyakan media massa
sendiri dijumpai dalam bentuk perusahaan atau korporasi--dikontrol oleh sekelompok
orang kaya raya atau pengatur yang merupakan subjek untuk mempertajam batas pemilik
korporasi media dan tekanan tekanan yang berorientasi kepada pasar. 25 orang terkaya
di Indonesia dua teratas adalah konglomerat produk rokok, dan rokok kini menjadi banyak
sponsor bagi media media dan juga berbagai acara yang memerlukan publikasi lewat
cara tertentu, seperti lewat billboard, poster, spanduk yang dapat dengan mudah
dikonsumen oleh banyak kalangan usia. Selanjutnya, kepemilikan dan orientasi pasar
dapat memberi pengaruh kepada perilaku media dengan cara tertentu, memperbesar
kebiasan dalam wacana yang dibuat oleh media massa. Karena adanya kepentingan
mencapai keuntungan, kedua pihak baik pengiklan dan produsen rokok saling
bersimbiosis mutualisme, mengemas propaganda demi propaganda sehalus mungkin,
beberapa dengan cara yang tidak eksplisit. Pemilihan copy dan grafis di dalam iklan rokok
pun seringkali menimbulkan sisi tertentu yang ingin dimiliki target marketnya. Seperti HM
Sampoerna yang menitik beratkan kepada konsumennya yaitu anak muda, iklan yang
muncul lebih menonjolkan sisi segar, lucu, dan seolah mengambil potret kehidupan anak
muda, salah satunya adalah pertemanan. Tidak hanya itu, iklan dianggap sebagai sumber
utama pemasukan untuk kebanyakan media komersial dan mainstream, sehingga
wacana yang diciptakan media cenderung mencerminkan kepentingan pengiklan dan
pasar.
Berbeda dengan HM Sampoerna, Gudang Garam memposisikan dirinya sebagai
rokok untuk para pria. Filter ketiga menurut Chomsky, propaganda menitik beratkan
kepada cara cara wacana berita dan sumbernya secara sosial terkonstruksi. Iklan
Gudang Garam ini cenderung menonjolkan sisi jantan, bold, dan berkelas, Gudang Garam
juga melakukan propaganda propaganda yang kemudian membuat dirinya menjadi
rokok yang kedua terbesar market share-nya di Indonesia.




Filter keempat menggarisbawahi konsep kekuasaan, dimana aktor institusi dominan
memiliki kekuatan secara sosial politik untuk melakukan kontrol terhadap pola dari
perfoma media. Produk rokok tidak hanya terpropaganda melalui iklan ataupun CSR.
Rokok pun hadir dalam bentuk sponsorhip pula.







Sehingga kemunculan rokok di mata konsumen tidak hanya dalam bentuk bentuk
secara eksplisit iklan, tapi juga dalam bentuk sponsorship yang bertujuan
membangkitkan kesadaran semata.
Kini, sudah sangat jelas segala pertumbuhan jumlah perokok, minimnya regulasi
pemasaran rokok, berujung pada satu hal yaitu keuntungan dan pendapatan perusahaan

rokok itu sendiri. Maka demikian, filter kelima harus diterapkan disini. Dengan orientasi
pasar, driven by profit, dapat diartikan segala propaganda yang dilakukan produk rokok ini
adalah selaras dengan ideologi kapitalisme, yang kemudian berujung kepada
konsumerisme, hingga keinginan untuk mencoba rokok yang berujung lagi kepada
ketergantungan terhadap rokok.

D. KESIMPULAN
Kaitan antara propaganda dan praktik pemasaran dan peningkatan jumlah perokok
adalah erat. Dengan segala praktik propaganda dan pemasarannya, rokok menjadi salah
satu produk yang seolah dapat memikat awareness konsumennya dengan sangat baik.
Terbukti dari beberapa data yang terlampir pada bab pembahasan, salah satunya adalah
Indonesia menjadi Negara dengan jumlah perokok ketiga terbesar di dunia, yaitu sebanyak
64,1 juta perokok. Propaganda dan praktik pemasaran cenderung mematikan rasa takut,
rasa ingin berhenti, atau berbagai cara agar konsumen beralih lagi kepada rokok, dimana
keuntungan yang didapat oleh konsumen adalah semu, karena keuntungan yang
sebenarnya (secara ekonomis) mengalir deras untuk para produsen produsen dan
konglomerat produk rokok. Propaganda yang dilakukan produk rokok umumnya
terselubung, tidak secara eksplisit, lebih kearah menonjolkan suatu citra tertentu sehingga
konsumen memposisikan dirinya sesuai citra apa yang ditonjolkan rokok, sebelum
akhirnya menjadi salah satu konsumen rokok yang Ia rasa cocok untuk dirinya.
Seharusnya, pemerintah lebih mengetatkan lagi regulasi terhadap propaganda
dan praktik pemasaran produk produk rokok. Justru, propaganda dan praktik pemasaran
yang cenderung memperhatikan masyarakat lah yang juga harus dikurangi. Karena
bagaimanapun cara paling efektif untuk menyentuh konsumen adalah dengan
memproaganda-nya secara hegemonis atau terselubung.



DAFTAR PUSTAKA

Herman, Edward S. & Chomsky, Noam. 1988. Manufacturing Consent: The Political
Economy of the Mass Media. New York : Patheon Books.
Klaehn, Jeffery. The Propaganda Model: Theoretical and Methodological
Considerations. Retrieved from
http://www.westminster.ac.uk/__data/assets/pdf_file/0013/35122/004WPCC-Vol6-No2-
Jeffery_Klaehn.pdf
Indonesia Report Card: Status of Tobacco Use and Its Control , retrieved from
http://www.ino.searo.who.int/LinkFiles/Tobacco_Initiative_Indonesia_Country_Profile_10_
Nov07.pdf
Barber, Sarah, et. Al. Tobacco Economics in Indonesia. Retrieved from
http://www.tobaccofreeunion.org/assets/Technical%20Resources/Economic%20Reports/T
obacco%20Economics%20in%20Indonesia%20-%20EN.pdf
Tobacco advertising in Indonesia: the defining characteristics for success. Retrieved
from http://tobaccocontrol.bmj.com/content/8/1/85.long
Tobacco Advertising, Promotion and Sponsorship : Evidence of the impact of Tobacco
marketing on Tobacco Use. Retrieved from
http://global.tobaccofreekids.org/files/pdfs/en/APS_evidence_en.pdf
World Health Organization, Regional Office for South East Asia. Global Adult Tobacco
Survey: Indonesia Report 2011. Retrieved from
http://www.searo.who.int/entity/tobacco/data/gats_indonesia_2011.pdf
TOBACCO ADVERTISING, PROMOTION AND SPONSORSHIP (TAPS) IN SOUTH
EAST ASIA. Retrieved from
http://www.healthjustice.ph/uploads/Tobacco%20Advertising,%20Promotions%20and%20
Sponsorships%20Fact%20Sheet.pdf






PRANALA LUAR

Pengendalian Masalah Rokok di Indonesia, diakses lewat
http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/mediaroom/fakta-dan-statistik/masalah-rokok-
di-indonesia
Majalah Lain Perempuan Perokok, diakses lewat
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/01/130124_majalahlain_perempuan_peroko
k.shtml
Situs Resmi HM Sampoerna, diakses lewat
http://www.sampoerna.com/id_id/pages/homepage.aspx
25 Orang Terkaya di Indonesia, diakses lewat
http://bisnis.liputan6.com/read/527180/25-orang-terkaya-di-indonesia-versi-forbes-bagian-
1
Indonesia Menjadi Surga Bagi Iklan Rokok, diakses lewat
http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/05/31/913/158201/Indonesia-Menjadi-
Surga-bagi-Iklan-Rokok

Anda mungkin juga menyukai