DISUSUN OLEH :
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN NEUROLOGI RUMAH SAKIT TK.II dr. SOEDJONO MAGELANG 2013
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Neurologi Rumah Sakit Tk.II dr. Soedjono Magelang
Oleh :
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan presentasi kasus ini. Penulis berharap agar laporan ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan instasi. Dalam penyelesaian laporan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Letnan Kolonel CKM Letnan Kolonel CKM dr. Heriyanto, Sp.S 2. Teman-teman stase neurologi yang selama ini selalu memberikan dukungan Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini, penulis masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan untuk menyempurnakan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan .................................................................................................1 Kata Pengantar .........................................................................................................2 Daftar Isi...................................................................................................................3 BAB I Pendahuluan .................................................................................................4 BAB II Status Pasien ...............................................................................................5 BAB III Tinjauan Pustaka ......................................................................................14 BAB IV Pembahasan .............................................................................................23 Daftar Pustaka........................................................................................................25
BAB I PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu kelainan neurologis fokal ataupun global secara tiba-tiba, dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam (atau meninggal), dan diakibatkan oleh gangguan vaskuler.1 Stroke dapat dibedakan menjadi non hemoragik dan hemoragik. Stroke hemoragik dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu Perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA).2 Stroke merupakan penyebab ketiga angka kematian di dunia dan penyebab pertama kecacatan.Faktor resiko dari stroke terbagi 2 yaitu yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah.3,4 Aphasia adalah gangguan kemampuan berbahasa seseorang (baik lisan maupun tulis) yang
disebabkan oleh gangguan atau kerusakan di otak.5 Aphasia dapat dinilai dari 6 modalitas bahasa yaitu bicara spontan, pemahaman, pengulangan, penamaan, membaca, dan menulis. Untuk mempermudah penilaian aphasia sebaiknya ditentukan berdasarkan derajatnya.6,2
: : :
I.
Subyek : A. Keluhan utama : Lemah pada sisi tubuh sebelah kanan B. Riwayat penyakit sekarang: Menurut alloanamnesis pada saat sedang mencuci piring pukul 08.00 WIB hari saat masuk RS, pasien mendadak lemah pada sisi tubuh sebelah kanan, pasien mendadak tidak bisa diajak komunikasi. Sudah beberapa hari ini pasien mengeluhkan sakit kepala. Nyeri dada (-). Demam (-). Mual (-), muntah (-), makan/minum +/+, kejang (-), sebelumnya tidak pernah seperti ini. BAK/BAB +/+ C. Riwayat penyakit dahulu HT ( - ) DM (-) Penyakit jantung (-) Kejang ( - ) Cedera kepala sebelumnya disangkal
D. Rriwayat penyakit keluarga Tidak terdapat keluarga pasien yang mengalami hal serupa
II.
N RR
: 92x/menit : 20x/menit
5
: 36,2 oC
Kepala dan leher: Conjungtiva anemis : - / Ikterik : - / Cyanosis : Kelenjar getah bening : tidak teraba
Thoraks: Inspeksi : dada simetris, ictus cordis tidak tampak Palpasi : vocal fremitus kanan & kiri sama, ictus cordis tidak kuat angkat Perkusi : sonor, batas jantung normal Auskultasi : vesikuler (wheezing : - , ronkhi : - ), BJ I II reg
Abdomen : Inspeksi : datar Auskultasi : bising usus (+) Palpasi : nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba Perkusi : tympani
B. Status Neurologi: GCS : E4 Vx Mx (Afasia global) Meningeal Sign : kaku kuduk (-), Kernig (-), Brudzinski I-1V (-) Nervus Kranialis 1. N.olfaktorius (N I) : tidak dilakukan
2. N.Optikus : - Tajam penglihatan - Lapang pandang - Warna - Funduskopi : SDE : SDE : tidak dilakukan : tidak dilakukan
3. N.Okulomotorius, Troklearis, Abdusen (N. III,IV,VI) - Kedudukan Bola Mata saat diam : SDE
- Gerakan bola Mata : SDE - Pupil : Bentuk, Lebar, perbedaan lebar : bulat, D: 3mm, Isokor Reaksi Cahaya langsung dan Konsensuil : +/+ / SDE Reaksi akomodasi dan konvergensi : SDE
4. N. Trigeminus (N.V) - Sensorik : SDE - Motorik : Merapatkan gigi : SDE Buka Mulut : SDE Menggigit tong spatel : tidak dilakukan Menggerakan rahang : - Refleks : Maseter : SDE Kornea: +/+ SDE
5. N. Fasialis (N. VII) - Motorik : Kondisi diam : Simetris Kondisi bergerak : SDE - Sensorik Khusus : Lakrimasi : tidak dilakukan Reflex stapedius : SDE Pengecapan 2/3 anterior lidah : tidak dilakukan
6. N. Statoakustikus (N.VIII) - Suara bisik - Arloji - Garpu tala - Nistagmus - Tes kalori : SDE : SDE : tidak dilakukan : tidak dilakukan : tidak dilakukan
7. N. Glosopharingeus, Vagus (N. IX,X) - Inspeksi orofaring pada keadaan istirahat : SDE - Infeksi orofaring pada saat fonasi : SDE - Sensorik khusus : pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan - Suara serak atau parau : (-) - Menelan : SDE
Motorik a. b. c. d. e. Observasi : SDE Palpasi Perkusi Tonus : konsistensi otot kenyal : dbn : dbn
Kekuatan otot :
Ekstremitas atas: m.deltoid m.biceps brakii m.triceps m.brakhioradialis m.pronator teres genggaman tangan : SDE : SDE : SDE : SDE : SDE : SDE
Ekstremitas bawah: m.illiopsoas m.kwadriceps femoris m.hamstring m.tibialis anterior : SDE : SDE : SDE : SDE
: SDE : SDE
Sensorik a. Eksteroseptik : nyeri dan raba halus SDE b. Propioseptik : pemeriksaan gerak dan posisi SDE
Kombinasi a. Stereognosis : SDE b. Barognosis : SDE c. Graphestesia : SDE d. Two point tactile discrimination : SDE e. Sensory extinction : SDE f. Loss of body image: SDE
Reflek Fisiologis a. Reflek superfisial dinding perut /BHR : (-) cremaster : tidak dilakukan b. Refleks tendon/periosteum BPR: +2+/2 TPR: +2/+2 APR: +2+/2 KPR: +2/+2 Klonus : lutut dan kaki -/-
Refleks patologis : a. Babinski b. Chaddock c. Oppenheim d. Gordon e. Schaffer f. Gonda g. Stransky h. Rossolimo : +/: -/: -/: -/: -/: -/: -/: -/-
i. Mendel-Bechterew: -/9
j. Hoffman k. Trimmer
: -/: -/-
Tes memelihara sikap: Rebound phenomenon: SDE Tes lengan lurus b. Keseimbangan Sikap duduk : SDE Sikap berdiri : Wide base/broad base stance : SDE Modifikasi Romberg Dekomposisi sikap Berjalan/gait Tendem walking Berjalan maju-mundur Lari ditempat c. Tonus pendular: SDE d. Tremor : -/: SDE Berjalan memutari kursi/meja : SDE : SDE : SDE : SDE : SDE : SDE
Pemeriksaan fungsi luhur : Afasia : global Alexia: SDE Apraksia : SDE Agraphia: SDE
10
Tes Provokasi N. isciadicus : a. Laseque b. Sicards c. Bragards d. Minors e. Neris : SDE : SDE : SDE : SDE : SDE
C. Resume Pasien datang ke UGD Tanggal 16 Februari 2013 dengan keluhan utama adanya kelemah pada sisi tubuh kanan. Dari aloanamnesis didapatkan pada saat sedang mencuci piring pukul 08.00 WIB hari saat masuk RS, pasien mendadak lemah pada sisi tubuh kanan, pasien mendadak tidak bisa diajak komunikasi. Sudah beberapa hari ini pasien mengeluhkan sakit kepala. Nyeri dada (-). Mual (-), muntah (-), makan/minum +/+, kejang (-), sebelumnya tidak pernah seperti ini. BAK/BAB +/+. Riwayat HT (-), DM (-) Pada pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 92x/menit, suhu aksila: 36,20C, RR: 20x/menit. Pemeriksaan Kepala, leher, thorax, abdomen, extremitas dalam batas normal. Pada pemeriksaan status neurologis, tingkat kesadaran Eye 4 Verbal x Movement x. Pemeriksaan meningeal Sign negatif. Pupil :Bentuk bulat, diameter 3mm, dan Isokor. Refleks kornea positif, pada palpasi otot kenyal, Refleks tendon/periosteum BPR: +2+/2, TPR: +2/+2, APR: +2+/2, KPR: +2/+2. Refleks patologis babinski +/-.
11
D. Assesment 1. Klinis : Hemiparese ekstremitas dextra, afasia global 2. Topis : Cerebral lobus parietalis sinistra 3. Etiologi : CVA Bleeding DD/ CVA infark
E. Planing 1. Diagnosis Darah Lengkap Fungsi ginjal Fungsi hati Asam urat Hasil : Laboratorium : Darah Lengkap WBC : RBC : 9.0 4.60 12.3 38.9 381 0.276 85 26.8 31.7 14.7 7.2 13.4 Lym Mon Gra Lym Mon Gra : : : : : : 9.7 1.9 88.5 0.8 0.1 8.1
: : : : :
: : :
5.0 18 8
12
K Na Cl
: : :
CT scan kepala tanpa kontras Acute Cortical Intracerebral Hemorrhge (ICH) lobus parietalis sinistra Oedem cerebri
2. Therapi Ring As + tarontal 200 mg 14 tpm Drip neurotan 12 mg dalam 20 menit, besok 4x6 gr Inj bratnact 500 mg 4x1 Ethiogobal 1 amp dalam 9 cc aqua Extrace 500 mg Q10 plus 3x1 Neofar 3x1
3. Monitoring Posisi head up 30o Tanda vital Perbaikan dan perburukan gejala
4. Edukasi Jangan duduk-duduk ataupun berdiri Melakukan perubahan posisi tiap 2 jamnya agar tidak dekubitus
13
III.1. STROKE HAEMORAGIK III.1.1. Definisi Stroke adalah suatu kelainan neurologis fokal ataupun global secara tiba-tiba, dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam (atau meninggal), dan diakibatkan oleh gangguan vaskuler.1
III.1.2. Epidemiologi Stroke merupakan penyebab ketiga angka kematian di dunia dan penyebab pertama kecacatan. Angka morbiditas lebih berat dan angka mortalitas lebih tinggi pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang dapat melakukan kegiatan mandirinya lagi. Angka mortalitas dalam bulan pertama pada stroke hemoragik mencapai 40-80%. Dan 50% kematian terjadi dalam 48 jam pertama.7 Tingkat insidensi dari stroke hemoragik seluruh dunia berkisar antara 10 sampai 20 kasus per 100.000 populasi dan bertambah dengan umur. Perdarahan intraserebral lebih sering terjadi pada pria disbanding dengan wanita, terutama pada usia diatas 55 tahun, dan juga pada populasi tertentu seperti pada orang kulit hitam dan orang Jepang.8
III.1.3. Klasifikasi 1. Perdarahan intraserebral Perdarahan ini disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak didalam parechym otak, pecahnya pembuluh darah tersebut disebabkan karena kerusakan dindingnya akibat arterosklerosis, peradangan, trauma atau kelainan kongenital seperti aneurisma. 2. Perdarahan subarakhnoid Perdarahan terutama pada sirkulus Willisi dan berasal dari aneurisma kongenital yang pecah. Biasanya terjadi pada usia yang lebih muda. Perdarahan sering berulang dan menimbulkan vasospsme hebat sehingga terjadi infark otak.2
III.1.4. Faktor Resiko Secara garis besar faktor resiko stroke dibagi atas faktor resiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor resiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi
14
atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.3,4
III.1.5. Gejala Klinis 1. PIS Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah nyeri kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).9
2. PSA Pada penderita PSA dijumpai gejala nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.9
III.1.6. Diagnosis Anmanesis dan pemeriksaan fisik, selain itu dengan pemeriksaan CT scan. Sebelum dikenal adanya CT scan, pemeriksaan CSF merupakan metode yang paling sering dipakai untuk menegakkan diagnosis dari stroke hemoragik. Adanya darah atau CSF yang xanthokromik mengindikasikan adanya komunikasi antara hematom dengan rongga ventrikular namun jarang pada hematoma lobar atau yang kecil. Secara umum, pungsi lumbal tidak direkomendasikan, karena hal ini dapat menyebabkan atau memperparah terjadinya herniasi. Selain itu dapat terjadi kenaikan leukosit serta LED pada beberapa pasien. Computerized tomography (CT) serta kemudian magnetic resonance imaging (MRI) memberikan visualisasi langsung dari darah serta produknya di ekstravaskuler. Komponen protein dari hemoglobin bertanggung jawab lebih dari 90% hiperdensitas gambaran CT pada kasus perdarahan, sedangkan paramagnetic properties dari hemoglobin bertanggung jawab
15
atas perubahan sinyal pada MRI. CT scan dapat mendiagnosa secara akurat suatu perdarahan akut. Lesi menjadi hipodens dalam 3 minggu dan kemudian membentuk suatu posthemorrhagic pseudocyst. Perbedaan antara posthemorrhagic pseudocyst dari kontusio lama, lesi iskemik atau bahkan astrositoma mungkin dapat menjadi sulit. MRI dapat membedaakan 5 stage dari perdarahan berdasarkan waktunya yaitu: hiperakut, akut, subakut stage I, subakut stage II, dan kronik. Penggunaan angiography pada diagnosis dari PIS menurun setelah adanya CT dan MRI. Peranan utama dari angiografi adalah sebagai alat diagnosis etiologi dari PIS nonhipertensif seperti AVM, aneurysm, tumor dll, PIS multipel, dan juga PIS pada tempattempat atipikal (hemispheric white matter, head of caudate nucleus). Walaupun demikian penggunaannya tetap terbatas oleh karena perkembangan imaging otak yang non-invasif.10 Untuk pengukuran Volume lesi perdarahan diukur berdasarkan metode A x B x C /2 dimana : A = diameter terpanjang pada slice perdarahan yang terbesar B = diameter tegak lurus dari A C = tebal potongan dimana lesi perdarahan masih terlihat.
III.1.7. Pengobatan Penatalaksanaan pasien stroke (PERDOSSI, 2007):11 Penatalaksanaan Umum Stroke Akut A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat 1. Evaluasi cepat dan diagnosis Oleh karena jendela terapi stroke akut sangat pendek, evaluasi dan diagnosis klinik harus cepat. Evaluasi gejala dan tanda klinik meliputi: 1. 2. 3. 4. Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan neurologik dan skala stroke. Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa kontras, KGD, elektrolit darah, tes fungsi ginjal, EKG, penanda iskemik jantung, darah rutin, PT/INR, aPTT, dan saturasi oksigen. 2. Terapi Umum a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring. Pada pasien hipoksia diberi suplai oksigen
16
b. Stabilisasi hemodinamik Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan hipotonik) Optimalisasi tekanan darah Bila tekanan darah sistolik < 120mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat diberikan obat-obat vasopressor. Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama. Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi.
c. Pemeriksaan awal fisik umum Tekanan darah Pemeriksaan jantung Pemeriksaan neurologi umum awal o o o Derajat kesadaran Pemeriksaaan pupil dan okulomotor Keparahan hemiparesis
d. Pengendalian peninggian TIK Pemantauan ketat terhadap risiko edema serebri harus dilakukan dengan memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologik pada hari pertama stroke Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang mengalami penurunan kesadaran Sasaran terapi TIK < 20 mmHg Elevasi kepala 20-30. Hindari penekanan vena jugulare Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik Hindari hipertermia Jaga normovolemia Osmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi setiap 4-6 jam, kalau perlu diberikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV. Intubasi untuk menjaga normoventilasi. Drainase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik serebelar
17
e. Pengendalian Kejang Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti phenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit. Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi profilaksis, selama 1 bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada. f. Pengendalian suhu tubuh Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan diatasi penyebabnya. Beri asetaminophen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5C g. Pemeriksaan penunjang EKG Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis, KGD, analisa urin, AGDA dan elektrolit. Bila curiga PSA lakukan punksi lumbal Pemeriksaan radiologi seperti CT scan dan rontgen dada
B. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat Inap 1. Cairan Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP pertahankan antara 5-12 mmHg. Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB. Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah pengeluaran cairan yanng tidak dirasakan. Elektrolit (sodium, potassium, calcium, magnesium) harus selalu diperiksaa dan diganti bila terjadi kekuranngan. Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil AGDA. Hindari cairan hipotonik dan glukosa kecuali hipoglikemia. 2. Nutrisi Nutrisi enteral paling lambat dalam 48 jam. Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun. Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari.
18
3. Pencegahan dan mengatasi komplikasi Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi, malnutrisi, pneumonia, DVT, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedik dan fraktur) Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas kuman. Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas. 4. Penatalaksanaan medik yang lain Hiperglikemia pada stroke akut harus diobati dan terjaga normoglikemia. Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya. Analgesik dan anti muntah sesuai indikasi Berikan H2 antagonist, apabila ada indikasi. Mobilisasi berthap bila hemodinamik dan pernafasan stabil. Rehabilitasi Edukasi keluarga. Discharge planning.
Penatalaksanaan stroke perdarahan intra serebral (PIS) Terapi Medik pada PIS Akut a. Terapi hemostatik - Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat hemostasis yang dianjurkan untuk pasien hemophilia yang resisten terhadap pengobatan factor VII replacement dan juga bermanfaat untuk penderita dengan fungsi koagulasi yang normal. - Aminocaproic acid terbukti tidak mempunyai efek yang menguntungkan. - Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highly-significant, tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah lebih dari 3 jam.
b. Reversal of Anticoagulation - Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya di berikan fresh frozen plasma atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K. - Prothrombic complex concentrate suatu konsentrat dari vitamin K dependent coagulation factor II, VII,IX, X, menormalkan INR lebih cepat dibandingkan FFP dan dengan jumlah volume lebih rendah sehingga aman untuk jantung dan ginjal. - Dosis tunggal intravena rFVIIa 10/kg- 90 /kg pada pasien PIS yang memakai warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit. Pemberian obat ini harus
19
tepat diikuti dengan coagulation factor replacement dan vitamin K karena efeknya hanya beberapa jam. - Pasien PIS akibat penggunaan unfractioned or low moleculer weight heparindiberikan Protamine Sulfat dan pasien dengan trombositopenia atau adanya gangguan fungsi platelet dapat diberikan dosis tunggal Desmopressin, transfusi platelet atau keduanya. - Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka pemberian obat dapat dimulai pada hari ke 7-14 setelah terjadinya perdarahan.
Tindakan Bedah pada PIS berdasarkan EBM : Tidak dioperasi bila (non-surgical candidate) - Pasien dengan perdarahan kecil (<10 cm3) atau defisit neurologis minimal - Pasien dengan GCS 4. Meskipun pasien GCS 4 dengan perdarahan serebelar disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life saving.
Dioperasi bila (surgical candidate) - Pasien dengan perdarahan serebelar >3 cm dengan perburukan klinis atau kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel harus secepatnya dibedah. - PIS dengan lesi structural seperti aneurisma, malformasi AV atau angioma cavernosa dibedah jika mempunyai harapan outcome yang baik dan lesi strukturnya terjangkau. - Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besar yang memburuk. - Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap pasien usia muda dengan perdarahan lobar yang luas ( 50)
III.1.8. Prognosis Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume perdarahan. Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk.8
20
III.2.2. Penilaian Penilaian aphasia dapat dilakukan dengan memeriksa 6 modalitas bahasa seperti bicara spontan, pemahaman, pengulangan, penamaan, membaca, dan menulis. Jenis aphasia dapat dibagi menjadi 6, yaitu :6 1. Aphasia motorik Pemahaman auditorik masih baik, namun bicara spontan tidak lancar, modalitas bahasa lainnya terganggu. Lesi berada di posterior girus frontalis inferior / area Brocas 2. Aphasia sensorik Pemahaman sangat terganggu, bicara spontan lancar, namun kata-katanya tidak dapat dimengerti, modalitas bahasa lainnya terganggu. Lesi berada di regio temporalis superior kiri, area asosiasi audotorik 3. Aphasia konduksi Pengulangannya sangat terganggu, pemahaman baik, bicara lancar kadang agak ragu. Lesi berada di fasikulus arkuatus 4. Aphasia transkortikalis Kemampuan pengulangan baik, bicara spontan lancar, namun kata-katanya sulit dimengerti. Lesi di sekitar perisylvii 5. Aphasia anomik Penamaannya jelek, modalitas bahasa lainnya baik. Lesi di daerah girus angularis kiri 6. Aphasia global Semua modalitas bahasa terganggu. Lesi berada di sylvian dan sekitarnya hemisphere kiri Untuk memudahkan penilaian sebaiknya aphasia ditentukan derajatnya, yaitu :2 Derajat 0 : Aphasia global yaitu pasien tidak dapat berbicara atau mengerti pembicaraan sama sekali Derajat 1 : Pembicaraan dilakukan dengan kata atau kalimat terputus-putus, sukar dimengerti dan diduga maksudnya serta pembicaraan timbal balik berbatas pada peranan pemeriksa Derajat 2 : Pembicaraan mengenai soal yang mudah dapat dilakukan dengan bantuan pemeriksa dan sering terjadi kesalahan dalam mengemukakan pikirannya, tetapi pembicaraan timbal balik diperankan bersama antara pasien dan pemeriksa
21
Derajat 3
: Pasien dapat membicarakan persoalan sehari-hari dengan sedikit atau tanpa bantuan pemeriksa. Kesukaran timbul bila pembicaraan beralih mengenai persoalan yang tidak sehari-hari dan lebih sulit
Derajat 4
: Pasien tampak sukar dalam berbicara tetapi tidak mempengaruhi isi dari bentuk pikiran yang dikemukakan
Derajat 5
: Kesukaran bicara tidak tampak nyata oleh pemeriksa tetapi ecara subjektif pasien mengalami kesukaran
22
BAB IV PEMBAHASAN
Pada pasien didapatkan kelemahan mendadak pada sisi tubuh sebelah kanan, dimana kelemahan tersebut timbul saat pasien sedang beraktifitas. Saat dilakukan pemeriksaan refleks patologis, didapatkan babinski +/-. Hal tersebut mengarahkan adanya suatu perdarahan pada otak. Maka dilakukan pemeriksaaan CT scan tanpa kontras dan didapatkan adanya perdarahan pada lobus parietalis sinistra. Sehingga diagnosis ICH dapat ditegakkan.
Pengobatan Infus Ring As Mengandung Ca++3 mEq, K+ 4mEq, Na+ 130 mEq, Cl- 109 mEq, asetat 28 mEq tiap liter larutan infus. Diindikasikan untuk pengobatan asidosis berhubungan dengan dehidrasi dan kehilangan ion alkali dari tubuh
Tarontal Mengandung Pentoksifylin. Yang diindikasikan untuk serangan jantung iskemik sementara, stroke.Penyakit penutupan arteri perifer dan gangguan sirkulatori aterosklerosis.
Neurotan Mengandung piracetam, diindikasikan untuk kemunduran daya pikir, astenia, gangguan adaptasi, gangguan reaksi psikomotor, alkoholisme kronik dan adiksi, serta disfungsi serebral sehubungan dengan akibat pasca trauma
Brainact Mengandung citicoline yang merupakan asam nukleat yang merupakan prekursor fosfatidilkolin, yaitu suatu zat gizi penting untuk integritas dan fluiditas membran sel otak. Digunakan untuk membantu menangani penurunan kemampuan kognitif pada usia lanjut.
23
Extrace Mengandung asam askorbat, diindikasikan untuk defiensi vitamin C bila pemberian secara oral dikontraindikasikan
Q10 plus Coenzyme Q10 (CoQ10) adalah senyawa yang ditemukan secara alami di dalam energi. CoQ10 terlibat dalam membuat molekul penting yang dikenal sebagai adenosin trifosfat (ATP). ATP berfungsi sebagai sumber energi utama sel dan mengontrol sejumlah proses biologis, termasuk kontraksi otot dan produksi protein. CoQ10 juga bekerja sebagai antioksidan.
Neofar Mengandung alfa lipoic acid sebagai antioksidan dengan membantu mengurangi tingkat stress oksidasi dan memperlambat kerusakan progresif sel-sel endothelial. Cyanocobalamin membantu memperbaiki gangguan metabolisme asam nukleat dan protein di dalam jaringan saraf sensorik dan motorik. Serta biotin untuk membantu memperbaiki metabolisme.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization, 2005. WHO STEPS Stroke Manual: The WHO STEPwise Approach to Stroke Surveillance. World Health Organization. 2. Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-Kasus Neurologi, 2001. Departemen Saraf RSPAD 3. Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical Neurology,3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007. 4. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victors Priciples of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005. 5. Kusumoputro, Sidiarto. 1999. Esesmen Afasia. (Dimuat dalam Jurnal Neurona Vol. 16 No. 1-2 hal. 21-25). Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia, Jakarta. 6. Heriyanto.2004.Focus On Physic Diagnostic & Brief Note. FK Universitas Airlangga. Surabaya 7. Nassisi D., 2008. Stroke, Hemorrhagic. Departement of Emergency Medicine, Mount Sinai Medical Center. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview 8. Qureshi, Adnan I., Tuhrim, Stanley., Broderick, Joseph P., Batjer, H Hunt., Hondo, Hiteki., Hanley, Daniel F.,. 2001. Spontaneous Intracebral Hemorrhage.N Engl J Med , 344: 19 9. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16617/4/Chapter%20II.pdf 10. El-Mitwalli, A., Malkoff, M D.,. 2000. Intracerebral Hemorrhage . The Internet Journal of Advanced Nursing Practice. 4 : 2 11. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2007. Guideline Stroke 2007. Jakarta: PERDOSSI.
25