DI BANK SYARIAH
Abstract
The purpose of this study is to investigate earnings management in syaria banks and the
effect of CAMEL ratios on earnings management. Our samples consist of 21 syaria banks,
consist of Syaria Bank (Bank Umum Syariah/BUS) dan 18 Syaria Business Unit (Unit Usaha
Syariah/UUS) at years 2004-2006.
Our results show that on average there is no significant earnings management practices
(measured using discretionary accruals) in syaria banks, and CAMEL ratios do not have
significant effect on earnings management, except NPM which has positive and significant
effect. This indicate that altough in average there is no earnings management in syaria banks,
banks profitability could motivate management to engage in earnings management activity.
We also find evidence that earnings management in BUS is significantly higher than that in
UUS.
Keywords : syaria banks, discretionary accruals, earnings management, CAMEL ratios
1. Pendahuluan
Informasi akuntansi yang tersaji dalam laporan keuangan merupakan yang salah satu
informasi utama yang dapat diakses oleh investor, kreditur maupun pemegang saham untuk
menilai kinerja manajer dalam mengelola dana perusahaan. Manajer dapat saja melakukan
praktik manajemen laba (earnings management) untuk tujuan tertentu. Healy (1985), Kaplan
(1985), Mc Nichols and Nillson (1988), dan Holthausen, Larcker, and Sloan (1995)
menemukan bukti adanya tindakan manager dalam melakukan manajemen laba terutama yang
terkait dengan transaksi accrual.
Praktik manajemen laba ini juga ditemukan di sektor perbankan seperti Robb (1998)
yang mendapatkan bukti adanya indikasi pengelolaan laba pada sektor perbankan. Penelitian
Bertrand (2000) menemukan bukti secara empiris bank di Swiss yang sedikit kurang atau
mendekati ketentuan batasan kecukupan modal cenderung untuk meningkatkan ratio
kecukupan modal (CAR) mereka agar memenuhi persyaratan. Penelitian Betty and Petroni
(2002) menemukan, dibandingkan private banks, public banks cenderung memiliki insentif
lebih besar untuk melaporkan adanya kenaikan laba secara lebih konsisten. Penelitian Naciri
(2002) mendapatkan bukti empiris adanya indikasi pengelolaan laba pada sektor perbankan.
Beberapa penelitian pada bank konvensional di Indonesia, juga menunjukkan adanya
indikasi praktik manajemen laba yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Setiawati dan Naim (2001) yang menemukan bank-bank yang mengalami
penurunan score tingkat kesehatannya cenderung melakukan earnings management. Susanto
(2003) menemukan adanya indikasi praktek pengelolaan laba (earnings management) yang
dilakukan oleh kelompok bank tidak sehat dan salah satu faktor dominan yang mendorong
bank melakukan pengelolaan laba tersebut adalah motif meningkatkan kinerja bank. Endriani
(2004) menemukan adanya indikasi earnings management pada bank dalam usahanya
memenuhi ketentuan kecukupan CAR (Capital Adequancy Ratio) yang ditetapkan oleh BI.
2
Dan Arnawa (2006) juga menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba dengan cara
meningkatkan laba pada perbankan nasional pasca program rekapitalisasi, dan motif
meningkatkan kinerja bank juga merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi bank
melakukan manajemen laba.
Bank syariah yang merupakan salah satu bentuk operasional bank yang ada di Indonesia,
dimana seperti bank konvensional, bank syariah juga terikat dengan peraturan baik yang
ditetapkan oleh pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia,
dan ditambah dengan aturan syariah. Penilaian kinerja bank syariah juga tidak jauh berbeda
dengan bank konvensional. Sehingga penelitian pada bank syariah untuk melihat indikasi
praktik manajemen laba yang dipengaruhi oleh kinerjanya menjadi hal yang menarik untuk
dibahas. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah
terdapat indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah? dan 2) Apakah kinerja bank
syariah dengan rasio CAMEL mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba ?
Kontribusi penelitian ini adalah menginvestigasi praktek manajemen laba di bank
syariah, sedangkan penelitian sebelumnya mengenai praktek manajemen laba di sektor
perbankan di Indonesia umumnya mengambil sampel bank konvensional. Manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini antara lain memberikan informasi kepada pengguna laporan
keuangan untuk mengenai apakah terdapat indikasi manajemen laba di bank syariah, sehingga
pengguna dapat lebih teliti dalam membaca laporan keuangan. Adanya indikasi manajemen
laba diperbankan juga perlu mendapat perhatian dari BI sebagai penyusun regulasi yang terkait
dengan perbankan di Indonesia.
Setiawati dan Naim (2001), Susanto (2003), Endriani (2004) dan Arnawa (2006). juga
menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan laba pada
perbankan nasional pasca program rekapitalisasi, dan motif meningkatkan kinerja bank juga
merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi bank melakukan manajemen laba.
Bank syariah yang dalam operasionalnya memiliki fungsi yang lebih luas dari bank
konvensional seperti yang diuraikan dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
(PAPSI) 2003 yaitu sebagai Manajer Investasi, Investor, Penyedia Jasa Keuangan dan Lalu
Lintas Pembayaran, serta Pengembangan Fungsi Sosial. Khan (1992), dalam Sofie (2005),
mengidentifikasikan tujuan laporan keuangan akuntansi syariah antara lain adalah penentuan
laba rugi yang tepat dan melaporkan dengan benar dan adaptable terhadap perubahan.
Syahatah (2001) membagi tujuan akuntansi keuangan (laporan keuangan) diantaranya
membantu pengambilan keputusan yang lebih baik dan menentukan besarnya penghasilan yang
wajib dizakati. Sehingga idealnya di bank syariah tidak ada praktik manajemen laba, karena
informasi yang tersaji dalam laporan keuangan yang mengandung unsur manajemen laba dapat
berbeda dari kondisi yang sebenarnya. Sedangkan secara syariah juga tidak dibenarkan
menyampaikan informasi yang salah kepada orang lain. Tetapi karena keterbatasan sumber
daya manusia di perbankan syariah dan mayoritas dari mereka juga berasal dari bank
konvensional, maka diduga pada bank syariah masih terdapat indikasi praktik manajemen laba.
Berdasarkan dugaan ini dibangun hipotesis berikut :
H1 : Terdapat indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah.
Karena penilaian kinerja bank syariah umumnya tidak jauh berbeda dengan bank
konvensional, maka diduga penilaian kinerja bank syariah dengan rasio CAMEL juga
mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba. Rasio CAMEL dan proksinya yang
digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian Nasser (2003), yang sebelumnya
juga sudah digunakan oleh Payamta dan Machfoedz (1999) serta Nasser dan Aryati (2000).
Rasio C (Capital) pada rasio CAMEL dalam penelitian ini, diproksi dengan nilai rasio
CAR (Capital Adequacy Ratio. Penelitian Endriani (2004) ditemukan bahwa bank melakukan
earnings management dalam upaya memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal minimum
(CAR) yang telah ditetapkan BI. Earnings management dilakukan oleh bank semakin intensif
dengan arah yang terbalik dengan tingkat CAR, dimana bank yang memiliki nilai CAR lebih
rendah dari ketentuan minimum BI cenderung lebih intensif (tinggi) melakukan praktik
earnings management dan sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rasio CAR
berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
Karena nilai minimum CAR juga merupakan salah satu peraturan BI yang harus dipenuhi
oleh bank syariah, maka diduga praktik manajemen laba yang dipengaruhi oleh rasio CAR ini
juga terjadi pada bank syariah. Dimana hipotesis yang dibangun adalah:
H2a : Rasio CAR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
Rasio A (Assets quality) pada rasio CAMEL, dimana kualitas aset ini dapat dilihat dari
kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba. Sehingga rasio ini diproksi dengan
nilai rasio RORA (Return On Risked Assets) yang diperoleh dari perbandingan laba sebelum
pajak dengan aktiva produktif. Rasio RORA ini merupakan salah satu rasio yang menunjukkan
profitabilitas bank. Secara teori diketahui bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang
rendah lebih termotivasi untuk melakukan earnings management. Penelitian Robb (1998) juga
membuktikan secara empiris bahwa bank cenderung melakukan praktik pengelolaan laba
dengan cara meningkatkan laba, jika diperoleh laba yang lebih rendah dari yang diinginkan.
Sehingga disimpulkan profitabilitas bank berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen
laba. Berdasarkan dugaan ini disusun hipotesis:
H2b : Rasio RORA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
Sedangkan rasio M (Management) pada rasio CAMEL, diproksi dengan nilai rasio ROA
(Return On Assets). Penelitian Arnawa (2006) menggunakan rasio Return On Assets (ROA)
sebagai salah satu proksi untuk menilai kinerja bank. Dimana nilai rasio ROA yang rendah
juga diduga akan lebih memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan cara
meningkatkan laba. Maka berdasarkan uraian di atas, dibangun hipotesis untuk melihat
pengaruh rasio ROA terhadap prkatik manajemen laba di bank syariah sebagai berikut :
H2c : Rasio ROA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
Rasio E (Earning) pada rasio CAMEL, diproksi dengan nilai rasio NPM (Net Profit
Margin) yang diperoleh dari perbandingan laba operasi dengan pendapatan. Sama halnya
dengan rasio RORA dan ROA sebelumnya, rasio NPM juga menunjukkan kemampuan bank
menghasilkan laba dari aktivitas operasionalnya. Dimana laba operasi yang digunakan dalam
rasio NPM ini jika ditambah dengan laba (rugi) bersih non operasional akan diperoleh nilai
laba sebelum pajak yang digunakan dalam rasio RORA dan jika laba sebelum pajak ini
dikurangi dengan perkiraan beban pajak penghasilan akan diperoleh nilai laba bersih yang
digunakan dalam rasio ROA. Karena itu rasio NPM ini diasumsikan juga akan bersifat sama
dengan rasio RORA dan ROA sebelumnya, dimana rasio-rasio tersebut dirujuk kepada rasio
ROA dalam penelitian Arnawa (2006). Berdasarkan asumsi ini dibangun hipotesis :
H2d : Rasio NPM berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
Rasio L (Liquidity) pada rasio CAMEL, diproksi dengan nilai rasio LDR (Loan to
Deposit Ratio). Kinerja bank dalam penelitian Arnawa (2006) juga diproksi dengan rasio LDR.
Semakin rendah nilai LDR yang juga menunjukkan rendahnya penghasilan bank akan
memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba. Dan hasil
penelitiannya juga menunjukkan hal yang sama yaitu rasio LDR berpengaruh negatif terhadap
praktik manajemen laba secara signifikan. Karena rasio LDR dalam penelitian ini sama dengan
rasio LDR yang digunakan dalam penelitian Arnawa (2006), berdasarkan uraian di atas
dibangun hipotesis :
H2e : Rasio LDR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
3. Metodologi Penelitian
3.1. Model Penelitian
Untuk menguji indikasi praktik manajemen laba pada hipotesis 1 (H1) di atas digunakan
uji beda, yaitu apakah rata-rata nilai AD pada bank syariah 0.
Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan regresi berganda dengan model sebagai berikut:
ADit = + 1CARit + 2 RORAit + 3NPMit + 4ROAit + 5LDRit + 6BUSit +
(1)
CARit = nilai rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) bank syariah i pada tahun t
RORAit= nilai rasio RORA (Return On Risked Assets) bank syariah i pada tahun t
NPMit = nilai rasio NPM (Net Profit Margin) bank syariah i pada tahun t
ROAit = nilai rasio ROA (Return On Assets) bank syariah i pada tahun t
LDRit = nilai rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) bank syariah i pada tahun t
BUSit = nilai Dummy bank syariah i pada tahun t, dimana 1 = BUS dan 0 = UUS
Pada model regresi di atas juga dimasukkan variabel kontrol BUS yang dimaksudkan
untuk mengontrol kemungkinan adanya perbedaan akrual diskresioner antara bank syariah
yang berbentuk BUS dengan UUS dengan ekspektasi 6 0.
Dimana: TAit = total akrual bank syariah i pada tahun t, PMAD it = selisih pendapatan masih
akan diterima bank syariah i pada tahun t dengan t-1, BDD it = selisih beban dibayar dimuka
bank syariah i pada tahun t dengan t-1, UMP it = selisih uang muka pajak bank syariah i pada
tahun t dengan t-1, BYDit = selisih beban yang harus dibayar bank syariah i pada tahun t
dengan t-1, UPit = selisih utang pajak bank syariah i pada tahun t dengan t-1, BAP it = beban
penyisihan aktiva produktif bank syariah i pada tahun t, Dep it = beban depresiasi bank syariah i
pada tahun t, Ait-1 = total aktiva bank syariah i pada tahun t-1.
Kemudian, dilakukan estimasi dengan menggunakan model :
TAit / Ait-1 = a1(1/Ait-1) + b1(POit /Ait-1) + b2(PPEit /Ait-1) + it
Dimana: TAit = total akrual bank syariah i pada tahun t, Ait-1 = total aktiva bank syariah i pada
tahun t-1, POit = selisih pendapatan operasi bank syariah i pada tahun t dengan t-1, PPE it =
property, plant, and equipment (aktiva tetap) bank syariah i pada tahun t. Perkiraan error (it)
dalam persamaan di atas menunjukkan akrual diskresioner (discretionary accruals).
laba sebelum pajak/aktiva produktif, dimana aktiva produktif adalah semua aktiva baik dalam
rupiah maupun valuta asing yang dimiliki bank syariah dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan sesuai dengan fungsinya; Management diukur dengan ROA = laba bersih/total
aktiva; Earnings diukur dengan NPM = laba operasi/pendapatan; dan Liquidity diukur dengan
LDR = jumlah kredit yang diberikan/jumlah dana pihak ketiga, dimana dana pihak ketiga
adalah dana yang diterima oleh bank dari nasabah maupun dari pinjaman.
Data yang akan diolah dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan publikasi
tahunan bank syariah yang terpilih sebagai sampel penelitian, yang dapat diperoleh dari media
massa yang memuat publikasi tersebut ataupun dari Direktori Perbankan Indonesia yang
diterbitkan oleh BI serta dari website BI : www.bi.go.id.
4.1
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 di Lampiran 1, yang menunjukkan jumlah
data sampel yang diolah (N), nilai minimum dan maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar
deviasi dari variabel sampel, dimana nilai TA, PO dan PPE telah dibagi dengan Total Aset
tahun sebelumnya.
Dari Tabel 4.1 juga terlihat nilai rata-rata (mean) dari TA adalah sekitar -0,02750, AND
sekitar -0,01922 dan AD sekitar -0,00828. Nilai rata-rata dari TA, AND dan AD yang kecil ini
menunjukkan bahwa nilai akrual yang ada pada bank syariah cukup kecil karena memang
perkiraan yang bersifat akrual pada bank syariah tidak begitu banyak. Sedangkan nilai rata-rata
yang negatif menunjukkan bahwa nilai akrual yang ada pada bank syariah cenderung bersifat
income decreasing (penurunan laba).
Model regresi yang menggunakan metode estimasi Ordinary Least Squares (OLS) akan
memberikan hasil yang Best, Linear, Unbiased dan Estimator (BLUE) jika memenuhi semua
asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan dari model regresi berdasarkan output
SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.2, Tabel 4.3 di Lampiran 1 dan Gambar 4.1 di Lampiran 2
yang menunjukkan model regresi yang digunakan telah memenuhi uji asumsi klasik, sehingga
model sudah valid.
Pengujian hipotesis 1 (H1) dilakukan dengan uji beda. Hasil uji beda One Sample T Test
dengan program SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.5 di Lampiran 1, dimana akrual diskresioner
(Discretionary Accrual) mempunyai nilai t = -1,602 dengan nilai signifikansi (sig. 2 tailed) =
0,118 jauh diatas 0,05 (sig = 0,118 > 0,05). Hal ini berarti bahwa akrual diskresioner secara
signifikan tidak berbeda dengan 0. Karena nilai akrual diskresioner merupakan proksi dari
indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah, maka dapat disimpulkan bahwa pada bank
syariah tidak terdapat indikasi praktik manajemen laba, sehingga dugaan hipotesis 1 (H1)
tentang terdapatnya indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah tidak terbukti (ditolak).
4.2
Analisis Pengaruh Kinerja Bank Syariah Dengan Rasio CAMEL Terhadap Praktik
Manajemen Laba
10
11
pajak yang digunakan dalan rasio RORA dan laba setelah pajak yang digunakan dalam rasio
ROA nilainya menjadi sangat kecil. Sedangkan nilai rata-rata rasio NPM cukup baik yaitu
sekitar 4,6%, dimana hal ini menunjukkan bahwa kinerja operasional bank syariah juga cukup
baik, karena nilai rasio NPM ini diperoleh dari perbandingan laba operasional dengan
pendapatan operasional.
Nilai rata-rata rasio LDR paling tinggi dari rasio lainnya yaitu sekitar 63% yang
menunjukkan baiknya kemampuan bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan (kredit)
kepada masyarakat, dimana bagi hasil dari pembiayaan ini merupakan sumber pendapatan
operasional utama bank syariah, dimana hal ini sejalan dan tercermin dalam rasio NPM yang
cukup baik juga.
4.2.3 Model Regresi Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel RORA dan ROA
Model regresi kinerja bank syariah yang baru dengan menggunakan variabel RORA dan
mengeluarkan variabel ROA dari model regresi awal yaitu :
DAit = + 1CARit + 2 RORAit + 3NPMit + 4LDRit + 5BUS +
(1a)
12
Sedangkan model regresi kinerja bank syariah yang baru dengan menggunakan variabel ROA
setelah mengeluarkan variabel RORA dari model regresi awal yaitu :
DAit = + 1CARit + 2 ROAit + 3NPMit + 4LDRit + 5BUS +
(1b)
4.2.4 Uji Asumsi Klasik Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel RORA dan ROA
Berdasarkan output SPSS, pengujian asumsi klasik terhadap model regresi dengan
variabel RORA dapat dilihat pada Tabel 4.8, Tabel 4.9 di Lampiran 1 dan Gambar 4.2 di
Lampiran 2, serta pada Tabel 4.10, Tabel 4.11 di Lampiran 1 dan Gambar 4.3 di Lampiran 2
untuk model regresi dengan variabel ROA. Dimana kedua model tersebut telah memenuhi
semua uji asumsi klasik, sehingga model regresi tersebut sudah valid.
4.2.5 Hasil Pengujian Hipotesis 2 (H2) Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel RORA
dan Variabel ROA
Pengujian hipotesis 2 (H2a-H2e) dapat dilakukan berdasarkan output SPSS dari kedua
model regresi tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13. Secara umum
terlihat bahwa hasil regresi dengan kedua model tidak jauh berbeda. Nilai adjusted R2 dari
model dengan variabel RORA adalah sebesar 0,081 atau sekitar 8,1%, dan dengan model
variabel ROA sebesar 0,078 atau sekitar 7,8%, menggambarkan kemampuan variabel
independen menjelaskan variabel dependen.
Pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 di Lampiran 1 juga dapat dilihat bahwa semua variabel
rasio CAMEL (CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR) yang dalam hipotesis diduga berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap akrual diskresioner, tetapi hasil pengujian menunjukkan tidak
ada yang konsisten dengan dugaan hipotesis semula sehingga H2 ditolak.
13
Nilai slope (B) rasio CAR yang negatif seperti terlihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13
dapat diketahui bahwa rasio CAR berpengaruh negatif, tetapi tidak signifikan terhadap akrual
diskresioner, seingga hipotesis 2a (H2a) ditolak. Hal ini mungkin disebabkan oleh nilai ratarata rasio CAR secara keseluruhan yang kecil yaitu hanya 0,00941 atau 0,9% seperti yang
terlihat pada statistik deskriptif sebelumnya, sehingga diduga tidak cukup kuat untuk
mempengaruhi akrual diskresioner atau praktik manajemen laba secara signifikan.
Nilai rata-rata rasio CAR yang sangat rendah ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal
seperti yang telah diuraikan dalam statistik deskriptif sebelumnya. Disamping itu kewajiban
pemenuhan batasan nilai minimum CAR yang ditetapkan oleh BI adalah pada tingkat banknya
bukan pada tingkat cabang atau unit usaha. Maka UUS yang berjumlah 84% dari data dalam
penelitian ini, yang merupakan cabang dari bank induk konvensionalnya, tidak wajib
memenuhi batasan nilai minimum CAR ini, sehingga hal ini diduga juga mempengaruhi tidak
signifikannya rasio CAR dalam mempengaruhi akrual diskresioner.
Dugaan ini dapat diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel
kontrol BUS yang berpengaruh signifikan terhadap akrual diskresioner, yang menunjukkan
bahwa praktik manajemen laba biasanya terjadi pada tingkat bank, untuk penilaian kinerja
bank secara keseluruhan. Sehingga pada tingkat cabang diduga lebih cenderung untuk
memperhatikan penilaian kinerja operasional.
Rasio RORA berpengaruh positif dan tidak sisgnifikan seperti terlihat pada Tabel 4.12,
yang berarti tidak konsisten dengan dugaan hipotesis (H2b ditolak). Diduga rasio RORA juga
bukan merupakan orientasi utama UUS yang berstatus cabang dari bank induk konvensional.
Dimana rasio keuangan untuk menilai kualitas assets bank ini juga terpusat pada bank
induknya, sehingga UUS yang merupakan 84% dari sampel penelitian ini memberikan dampak
terhadap kemungkinan berbedanya pengaruh dan tidak signifikannya rasio RORA
mempengaruhi akrual diskresioner atau manajemen laba. Hasil penelitian ini juga sejalan atau
14
dapat disamakan dengan hasil penelitian Arnawa (2006) sebelumnya yang juga menemukan
pengaruh positif dari rasio ROA dan juga tidak signifikan terhadap pengelolaan laba.
Disamping itu nilai rata-rata rasio RORA yang cukup rendah yaitu sebesar -0,00361 atau
0,4% seperti yang terlihat pada statistik deskriptif, juga diduga tidak cukup kuat untuk
mempengaruhi akrual diskresioner secara signifikan. Nilai laba sebelum pajak yang digunakan
dalam rasio RORA pada beberapa bank syariah sampel cukup rendah dan bahkan ada yang
bernilai negatif, walaupun laba operasinya cukup tinggi, karena besarnya nilai rugi dari
aktivitas non operasional.
Rasio NPM yang positif dan signifikan seperti terlihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13,
menunjukkan bahwa rasio NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap akrual
diskresioner yang juga tidak sejalan dengan dugaan hipotesis 2d (H2d) semula. Pengaruh
positif dan signifikan rasio NPM terhadap akrual diskresioner juga memperkuat dugaan
sebelumnya bahwa kinerja operasional sangat diperhatikan dan lebih menjadi prioritas dari
rasio lainnya. Sehingga rasio NPM ini kemungkinan akan sangat diperhatikan nilainya dan
menjadi orientasi utama bank syariah, terutama UUS yang tidak terbebani oleh target nilai
rasio-rasio lainnya. Rasio NPM yang berbeda dari hipotesis awal, mungkin dapat dipengaruhi
oleh aktivitas big bath karena sekitar 53% sampel mengalami penurunan laba yang cukup
besar. Walaupun dari pengujian hipotesis 1 (H1) menunjukkan secara rata-rata tidak ada
praktik manajemen laba pada bank syariah, tetapi hasil rasio NPM yang berpengaruh positif
dan signifikan menunjukkan bahwa ada beberapa bank syariah yang melakukan praktik
manajemen laba tersebut.
Hipotesis H2d juga ditolak, karena hasil pengujian pada Tabel 4.13 menunjukkan rasio
ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap akrual diskresioner. Nilai rata-rata
rasio ROA yang rendah yaitu sebesar -0,00452 atau 0,5% seperti yang terlihat pada statistik
deskriptif sebelumnya, juga diduga tidak cukup kuat untuk mempengaruhi akrual diskresioner
15
secara signifikan. Nilai rasio ROA ini diperolah dari perbandingan laba setelah pajak dengan
total aktiva. Nilai laba setelah pajak diperoleh dari laba sebelum pajak setelah dikurangi
dengan pajak penghasilan. Tetapi karena mayoritas (84%) sampel bank syariah adalah
berbentuk UUS yang merupakan cabang dari bank induk
penghasilan dibebankan pada kantor pusat, sehingga sebagian besar laba setelah pajak yang
digunakan dalam rasio ROA ini sama dengan laba sebelum pajak yang digunakan dalam
perhitungan rasio RORA sebelumnya.
ditingkat pusat untuk bank secara keseluruhan. Sejalan dengan kondisi rendahnya nilai rasio
RORA yang juga berbeda pengaruh dan tidak signifikan terhadap akrual diskresioner seperti
diuraikan sebelumnya, diduga hal yang sama juga mempengaruhi rasio ROA. Hasil penelitian
ini tetap sejalan dengan hasil penelitian Arnawa (2006) sebelumnya.
Sedangkan rasio LDR yang negatif dan tidak signifikan seperti terlihat pada Tabel 4.12
dan Tabel 4.13, menunjukkan bahwa hipotesis H2e juga ditolak. Nilai rata-rata rasio LDR
tinggi dibandingkan dengan rasio-rasio kinerja bank syariah lainnya yaitu 0,63297 atau 63%
seperti yang terlihat pada statistik deskriptif sebelumnya. Rasio LDR diperoleh dari
perbandingan jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana pihak ketiga yang ada pada
bank syariah. Nilai rata-rata rasio LDR yang tinggi ini juga dapat menunjukkan baiknya bank
syariah dalam menyalurkan pembiayaan (kredit) kepada masyarakat, dimana bagi hasil dari
pembiayaan ini merupakan pendapatan utama bank syariah. Sehingga diduga orientasi utama
dari sampel adalah untuk meningkatkan pendapatan sebagai penilaian utama kinerja bank yang
dalam penelitian ini sejalan dengan baiknya nilai rasio NPM, jadi bukan untuk memenuhi
kecukupan rasio LDR yang juga ditetapkan BI untuk tingkat bank. Hal ini juga diduga
membuat rasio LDR tidak memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba
sehingga rasio LDR ini tidak berpengaruh signifikan terhadap akrual diskresioner.
16
Sedangkan untuk variabel kontrol BUS, seperti yang terlihat pada Tabel 4.10,
menunjukkan bahwa variabel BUS positif dan signifikan pada = 10%. Hal ini menunjukkan
bahwa bentuk bank syariah sebagai BUS memang memiliki akrual diskresioner yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bentuk bank syariah sebagai UUS. Hal ini berarti bahwa
kecenderungan praktik manajemen laba secara signifikan lebih tinggi pada tingkat bank (BUS)
dari pada tingkat cabang (UUS).
5. Penutup
5.1
Kesimpulan
Hasil penelitian empiris menunjukkan secara rata-rata tidak terdapat indikasi praktik
manajemen laba yang signifikan pada bank syariah di Indonesia berdasarkan laporan keuangan
publikasi tahun 2005 - 2006. Walaupun secara rata-rata tidak terdapat indikasi praktik
manajemen laba, tetapi terdapat kemungkinan pada beberapa bank syariah masih terdapat
praktik manajemen laba tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba yang dihipotesiskan bahwa
rasio CAMEL, yang diproksi dengan rasio CAR, RORA, ROA, NPM dan LDR, berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba, tetapi hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa semua variabel tersebut tidak ada yang berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap praktik manajemen laba tersebut.
Rasio CAR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba, tetapi tidak
signifikan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh beberapa hal seperti cara perhitungan rasio yang
sedikit berbeda dengan cara yang ditetapkan BI, nilai saldo laba pada UUS yang digunakan
sebagai pengganti nilai ekuitas dalam menghitung rasio CAR dan pemenuhan batasan
minimum rasio CAR bukan kewajiban UUS yang berstatus cabang dari bank induk
17
konvensional, sehingga UUS tidak termotivasi untuk melakukan manajemen laba untuk
mencapai nilai CAR tertentu. Sedangkan UUS merupakan mayoritas sampel (84%) dalam
penelitian ini.
Rasio RORA dan ROA berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba dan juga
tidak signifikan. Tidak signifikannya pengaruh kedua rasio ini juga diduga karena kedua rasio
ini juga biasanya dihitung ditingkat bank (BUS) bukan cabang (UUS), sedangkan 84% sampel
adalah UUS. Tetapi hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Arnawa (2006) yang
menggunakan rasio ROA sebagai salah satu proksi kinerja bank dengan pengaruh positif dan
juga tidak signifikan terhadap praktik manajemen laba.
Rasio NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba. Rasio
NPM yang menunjukkan kinerja operasional bank syariah ini diperkirakan menjadi orientasi
utama dibandingkan rasio-rasio lainnya, terutama oleh UUS yang tidak dibebani dengan
pemenuhan target nilai rasio keuangan tertentu karena rasio-rasio tersebut bersifat terpusat
pada tingkat bank induk konvensionalnya.
Sedangkan rasio LDR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba dan juga
tidak signifikan. Dimana rasio LDR yang tinggi menunjukkan banyaknya pembiayaan yang
dikucurkan bank syariah sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja operasional seperti yang
tercermin dalam baiknya rasio NPM, jadi bukan untuk mencapai target nilai rasio LDR
tertentu, sehingga rasio ini tidak memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen
laba di bank syariah.
Sedangkan variabel kontrol BUS yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap akrual
diskresioner, menunjukkan bahwa praktik manajemen laba pada Bank Umum Syariah (BUS)
lebih tinggi dari pada pratil manajemen laba di Unit Usaha Syariah (UUS).
18
5.2
syariah tidak terdapat praktik manajemen laba adalah suatu keharusan yang perlu
dipertahankan. Tetapi hasil pengujian hipotesis rasio NPM yang menunjukkan pengaruh positif
dan signifikan terhadap manajemen laba, menunjukkan ada beberapa bank syariah yang masih
melakukan praktik manajemen laba tersebut.
Beberapa bank syariah yang masih melakukan praktik manajemen laba ini, sebaiknya ke
depan memperbaikinya dan tidak melakukan pratik manajemen laba tersebut. Karena
walaupun manajemen laba dilakukan dengan cara yang tidak bertentangan dengan peraturan
yang ditetapkan IAI dan BI dalam menyusun laporan keuangan bank, tetapi karena informasi
yang dihasilkan dari laporan keuangan yang mengandung unsur manajemen laba dapat
menyesatkan pembacanya, dimana secara syariah hal ini juga tidak diperbolehkan (dilarang).
Disamping itu BI selaku regulator juga harus memperhatikan praktik manajemen laba
oleh perbankan ini terutama yang dilakukan oleh bank dalam upaya memenuhi ketentuan
regulasi yang ditetapkan BI seperti Ketentuan Pemenuhan Modal Minimum (rasio CAR).
Karena BI tentu tidak menginginkan bank dapat memenuhi regulasi di atas kertas karena
melakukan praktik manajemen laba untuk memenuhinya.
5.3
Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan yang ditemui dalam penelitian ini. Pertama jangka waktu
data sampel yang digunakan relatif singkat yaitu hanya 2 tahun dan jumlah sampel yang dapat
diolah juga sedikit yaitu hanya 38 buah data. Kedua, laporan keuangan BUS tersedia lengkap
dengan catatan atas laporan keuangannya, tetapi laporan keuangan publikasi UUS yang
digunakan sebagai sumber data sampel dalam penelitian ini tidak dilengkapi dengan catatan
atas laporan keuangannya. Sehingga untuk beberapa perkiraan yang membutuhkan penjelasan
19
lebih lanjut untuk diterjemahkan ke dalam rumus perhitungan, merujuk kepada PAPSI sebagai
salah satu pedoman akuntansi yang digunakan oleh bank syariah. Dan ketiga model yang
digunakan untuk melihat indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah adalah model
Jones (1991) yang telah disesuaikan dengan karakteristik perbankan. Dimana model Jones dan
modifikasi model Jones belum diyakini dapat memisahkan komponen akrual non diskresioner
dan akrual diskresioner dengan tepat. Sehingga ada kemungkinan kesalahan pengklasifikasian
akrual non diskresioner dan akrual diskresioner.
5.4
berbagai
direkomendasikan
keterbatasan
beberapa
hal
yang
berikut.
terdapat
Pertama
dalam
penelitian
penelitian
selanjutnya
ini
dapat
sebaiknya
menggunakan jangka waktu lebih lama dan sampel yang lebih besar serta menggunakan model
yang berbeda untuk melihat indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah. Kedua, akan
lebih baik apabila menggunakan data sampel yang berdasarkan kepada laporan keuangan yang
lengkap dengan catatan atas laporan keuangan. Dan ketiga penelitian selanjutnya dapat
menggunakan modifikasi model Jones yang lebih akurat dan lebih sesuai dengan karakteristik
bank syariah.
20
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafei (2000). Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum. Bandung :
Tazkia Institute.
______________ (2001). Islamic Banking : Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Bandung :
Tazkia Institute.
Ahmed, Anwer S.; Takeda, Carolyn; and Thomas,Shawn (1999). Bank Loan Loss
Provisions : A Reexamination of Capital Management, Earnings Management and
Signaling Effects. Journal of Accounting and Economics, 28.
Arifin, Zainul (2003). Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : AlvaBet.
Arnawa, I Gede (2006). Analisa Indikasi Manajemen Laba melalui Discretionary Allowance
for Loan Loses pada Perbankan Pasca Rekapitalisasi. Karya Akhir Program Magister
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Bank Indonesia (2007). Direktori Perbankan Indonesia. Jakarta : Biro data dan Informasi
Perbankan.
Beaver, William H. and Engel, Ellen E (1996). Discretionary Behavior with Respect to
Allowance for Loan Loses and The Behavior of Security Prices. Journal of Accounting
and Economics, 22.
Bernard, V.L. and D.J. Skinner (1996). What Motivates Managers Choice of Discretionary
Accruals? Journal of Accounting and Economics (August-December 1996), pp. 313325
Bertrand, Rima, Swiss National Bank (2000). Capital Requirement and Bank Behaviour :
Emperical Evidence for Switzerland. Working Paper.
Betty, Anne. L and Petroni, Kathy. R (2002). Earnings Management to Avoid Earnings
Declines Across Publicy and Private Held Banks, The Accounting Review, Vol 77.
Chipper, K., (1989). Commentary on Earnings Management, Accounting Horizon
(December 1989). Pp. 91-102
Dechow, P.M., R.G. Sloan, and A.P. Sweeney (1995). Detecting Earnings Management,
The Accounting Review (April 1995), pp. 193-225.
Endriani, D (2004). Indikasi Praktek Earnings Management oleh Bank-Bank di Indonesia
Dalam Memenuhi Ketentuan Rasio Kecukupan Modal. Karya Akhir Program Magister
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Ghozali, Imam (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang :
Healy, P.M. (1985). The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision. Journal of
Accounting and Economic 7: 85-107.
Ikatan Akuntan Indonesia (2007). Standar Akuntansi Keuangan per 1 Nopember 2007.
Jakarta : IAI.
______________________ (2003). Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
(PAPSI 2003). Jakarta : IAI.
Jones, J.J. (1991). Earnings Management During Import relief investigation. Journal of
Accounting Research (Autumn) : 193-228.
Karim, Adiwarman (2004). Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta : PT
RajiGrafindo Persada.
Levin, Richard I. and Rubin, David S. (1998). Statistic for Management. United States :
Prentice Hall.
Mahu, Zainab (2004). Perlakuan Perpajakan dan Akuntansi atas Transaksi Perbankan
Syariah, Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
McNicholas,M. and M.D. Neimark (1988). Evidence of Earnings Management from the
Provision for Bad Debts, Journals of Accounting Research (Supplement 1988), pp 3357
Naciri, Ahmed (2002). Earnings Management from Bank Provisions for Loans Losses.
Working Paper, January.
Nasser, Etty M. (2003). Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta dengan
Rasio CAMEL serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham, Media Riset Akuntansi,
Auditing dan Informasi, Vol 3 No 3 Desember 2003 : 217-136.
Robb, Sean, W.G. (1998). The Effects of Analysts Forecase on Earnings Management in
Financial Institutions. Journal of Financial Research (Fall).
Scott, William R. (2006). Financial Accounting Theory. International Edition, United States :
Pretince-Hall Inc.
Setiawati, Lilis dan Naim Ainun (2001). Bank Health Evaluation By Bank Indonesia and
Earning Management in Banking Industry. Gadjah Mada International Journal of
Bussiness, May 2001, Vol 3 no 2 : 159 - 176.
Sofie (2005). Merumuskan Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah : Sebuah Studi
Eksplorasi. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 5 No 1 April 2005 : 2539.
22
Susanto, Agus (2003). Indikasi Praktek Pengelolaan Laba dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya (Studi Empiris pada Sektor Perbankan Sebelum Krisis Perbankan
Nasional), Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Veronica, Sylvia N.P. Siregar dan Utama, Siddharta (2006). Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba
(Earnings Management), Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.9, No.3, September
2006, Hal. 307 326.
23
Tabel 4.2
Uji Asumsi Klasik Model Regresi Total Akrual Pada Bank Syariah
Tolerance
VIF
PO
0,169
5,934
PPE
0,436
2,296
Durbin-Watson
dL
dU
Area No Serial Correlation
1,779
1,373
1,594
1,594 - 2,406
PO=Perubahan Pendapatan Operasional, PPE=Aktiva Tetap
Sumber : Data diolah
Tabel 4.3
Uji Normalitas Model Regresi Total Akrual Pada Bank Syariah
Discretionary Accrual
N
38
Kolmogorov-Smirnov Z
0,857
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,455
Sumber : Data diolah
Tabel 4.5
Uji Indikasi Praktik Manajemen Laba Pada Bank Syariah
Test Value = 0
95% Confidence
Sig. (2Mean
Interval of the
t
Df
tailed)
Difference
Difference
Lower
Upper
Discretionary Accrual
-1,602
37
0,118
-0,00828 -0,01875 0,00219
Sumber : Data diolah
AD
CAR
RORA
ROA
NPM
LDR
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Kinerja Bank Syariah
N
Minimum
Maksimum
Mean
38
-0,10482
0,05562
-0,00828
38
-0,42975
0,14421
0,00941
38
-0,31012
0,13030
-0,00361
38
-0,20489
0,05594
-0,00452
38
-1,07939
0,51535
0,04461
38
0,00000
0,96743
0,63297
Std. Deviation
0,03186
0,09023
0,06593
0,04711
0,33815
0,24569
Tabel 4.7
24
Tabel 4.8
Uji Asumsi Klasik Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel RORA
Tolerance
VIF
CAR
0,437
2,288
RORA
0,785
1,274
NPM
0,521
1,921
LDR
0,755
1,324
Durbin Watson
dL
dU
Area No Serial Correlasion
1,857
1,261
1,722
1,722 2,278
CAR=Capital Adequancy Ratio, RORA=Return On Risked Assets,
NPM=Net Profit Margin, LDR=Loan to Deposit Ratio
Sumber : Data diolah
Tabel 4.9
Uji Normalitas Model Regresi Kinerja Bank Syariah dengan Variabel RORA
Unstandardized Residual
N
38
Kolmogorov-Smirnov Z
0,408
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,996
Sumber : Data diolah
Tabel 4.10
Uji Asumsi Klasik Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel ROA
Tolerance
VIF
CAR
0,418
2,392
ROA
0,591
1,693
NPM
0,510
1,961
LDR
0,654
1,530
Durbin Watson
dL
dU
Area No Serial Correlation
1,857
1,261
1,722
1,722 - 2,278
CAR=Capital Adequancy Ratio, ROA=Return On Assets,
NPM=Net Profit Margin, LDR=Loan to Deposit Ratio
Sumber : Data diolah
Tabel 4.11
Uji Normalitas Model Regresi Kinerja Bank Syariah dengan Variabel ROA
Unstandardized Residual
N
38
Kolmogorov-Smirnov Z
0,333
Asymp. Sig. (2-tailed)
1,000
Sumber : Data diolah
Tabel 4.12
25
Tabel 4.13
Pengujian Hipotesis H2 Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel ROA
Ekspektasi
slope
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
(Constant)
-0,002
0,016
-0,121
0,905
CAR
-0,061
0,086
-0,173
-0,708
0,242
ROA
0,101
0,139
0,149
0,725
0,237
NPM
0,034
0,021
0,362
1,639
0,055**
LDR
-0,018
0,025
-0,139
-0,715
0,240
BUS
0,029
0,016
0,342
1,815
0,079*
2
Adjusted R
0,078
CAR=Capital Adequancy Ratio, ROA=Return On Assets, NPM=Net Profit Margin,
LDR=Loan to Deposit Ratio, BUS=Bank Umum Syariah
** Sigifikan pada = 5%
* Sigifikan pada = 10%
Sumber : Data diolah
26
Lampiran 2.
Gambar 4.1
Uji Heteroskedastisitas Model Regresi Total Akrual Pada Bank Syariah
3
-1
-2
-3
-4
-6
-5
-4
-3
-2
-1
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel RORA
2
-1
-2
-3
-4
-3
-2
-1
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel ROA
2
-1
-2
-3
-3
-2
-1
27
DPO.A1
38
Minimum
-,11598
,
00000012
0900000
-,05219
PPE.A1
38
,00000
,30903
,0381466
,05029339
Unstandardized Predicted
Value
38
-,12822
,01460
-,0192256
,02184610
Unstandardized Residual
38
-,10482
,05562
-,0082767
,03185501
Valid N (listwise)
38
TA.A1
A1
38
38
Maximum
,03000
,
00049652
4300000
4,36693
Mean
-,0275024
,
00004207
18236842
,2199726
Std. Deviation
,03413417
,
000097159838
7793
,70187051
Regression
Descriptive Statistics(b)
TA/A-1
1/A-1
Mean(a)
-,0275024
,0000420718236842
,2199726
,72666803
dPO/A-1
N
38
38
38
PPE/A-1
,0381466
,06259411
a The observed mean is printed
b Coefficients have been calculated through the origin.
38
Correlations(a)
Std. Cross-product
Sig. (1-tailed)
TA/A1
1,000
-,375
1/A-1
-,375
1,000
dPO/A-1
-,188
,844
dPO/A-1
-,188
,844
1,000
,129
PPE/A-1
-,648
,506
,129
1,000
TA/A-1
1/A-1
TA.A1
PPE/A-1
-,648
,506
,010
,130
,000
A1
,010
,000
,001
DPO.A1
,130
,000
,220
PPE.A1
,000
,001
,220
TA.A1
38
38
38
38
A1
38
38
38
38
DPO.A1
38
38
38
38
38
38
a Coefficients have been calculated through the origin.
38
38
PPE.A1
28
Variables Entered/Removed(b,c)
Model
1
Variables
Removed
Variables Entered
PPE/A-1, dPO/A-1, 1/ A-1(a)
Method
.
Enter
Model
1
a
b
c
d
R
Square(a)
Adjusted
R Square
Change Statistics
Std. Error of
the Estimate
R Square
F
Sig. F
Change
Change
df1
df2
Change
,664(b)
,441
,393
,03386891
,441
9,213
3
35
,000
For regression through the origin (the no-intercept model), R Square measures the proportion of the
variability in the dependent variable about the origin explained by regression. This CANNOT be
compared to R Square for models which include an intercept.
Predictors: PPE/A-1, dPO/A-1, 1/A-1
Dependent Variable: TA/A-1
Linear Regression through the Origin
DurbinWatson
1,779
ANOVA(c,d)
Model
1
Regression
Residual
Sum of
Squares
,032
,040
df
3
35
Mean Square
,011
,001
F
9,213
Sig.
,000(a)
Total
a
b
c
d
,072(b)
38
Predictors: PPE/A-1, dPO/A-1, 1/A-1
This total sum of squares is not corrected for the constant because the constant is zero for regression
through the origin.
Dependent Variable: TA/A-1
Linear Regression through the Origin
Coefficients(a,b)
M
od
el
1
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
115,630 146,975
-,020
,018
Standar
dized
Coeffici
ents
t
Sig.
,787
-1,059
,437
,297
-,519
,133
-,747 -3,903
a Dependent Variable: TA/A-1
b Linear Regression through the Origin
,000
1/A-1
dPO/A-1
PPE/A-1
Beta
,278
-,326
95% Confidence
Interval for B
Lower
Upper
Bound
Bound
-182,746 414,006
-,057
,018
-,789
-,249
Correlations
Zeroorder
-,375
-,188
Partial
,132
-,176
Part
,099
-,134
-,648
-,551
-,493
Collinearity
Statistics
Tolera
nce
VIF
,127
7,844
,169
5,934
,436
29
2,296
Coefficient Correlations(a,b)
Model
1
Correlations
PPE/A-1
dPO/A-1
1/A-1
Covariances
PPE/A-1
1,000
,644
dPO/A-1
,644
1,000
-,746
-,910
1,000
,018
,002
-14,589
PPE/A-1
dPO/A-1
1/A-1
1/A-1
-,746
-,910
,002
,000
-2,464
-14,589
-2,464
21601,761
Dimension
1
2
Eigenvalue
Condition
Index
2,044
,886
1,000
1,519
Variance Proportions
1/A-1
,03
,00
dPO/A-1
,03
,05
PPE/A-1
,04
,36
,97
,92
,60
,069
5,437
a Dependent Variable: TA/A-1
b Linear Regression through the Origin
Casewise Diagnostics(a,b)
Case Number
8
Std. Residual
TA/A-1
-3,095
-,11598
a Dependent Variable: TA/A-1
b Linear Regression through the Origin
Predicted
Value
-,0111580
Residual
-,1048220
Residuals Statistics(a,b)
Predicted Value
Std. Predicted Value
Minimum
-,1282199
-4,989
Maximum
,0146023
1,548
Mean
-,0192256
,000
Std. Deviation
,02184610
1,000
Standard Error of
Predicted Value
,00182466
,03329828
,00656960
,00697726
38
-,5436080
,0339657
-,0354936
,09439882
38
Residual
-,1048220
,0556198
-,0082767
,03185501
38
-3,095
1,642
-,244
,941
38
Std. Residual
Stud. Residual
Deleted Residual
Stud. Deleted Residual
N
38
38
-3,104
2,880
-,160
1,142
38
-,1054492
,5336780
,0079912
,09781362
38
-3,594
3,250
-,163
1,225
38
Mahal. Distance
,110
36,730
3,000
7,601
38
Cook's Distance
,000
79,997
2,294
12,987
38
,967
,079
,200
38
,003
a Dependent Variable: TA/A-1
b Linear Regression through the Origin
30
Charts
Scatterplot
Dependent Variable: Total Accrual
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-6
-5
-4
-3
-2
-1
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters(a,b)
Unstandardized
Residual
38
-,0082767
Mean
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
,03185501
Absolute
,139
Positive
,087
Negative
-,139
Kolmogorov-Smirnov Z
,857
,455
T-Test
One-Sample Statistics
Unstandardized Residual
Mean
Std. Deviation
38
-,0082767
,03185501
,00516756
One-Sample Test
Test Value = 0
t
Unstandardized Residual
-1,602
df
37
Sig. (2-tailed)
,118
Mean
Difference
-,0082767
Upper
-,0187472
,0021937
31
38
38
Minimum
-,10482
-,42975
Maximum
,05562
,14421
Mean
-,0082767
,0094092
Std. Deviation
,03185501
,09022474
RORA
38
-,31012
,13030
-,0036053
,06592745
ROA
38
-,20489
,05594
-,0045239
,04710785
NPM
38
-1,07939
,51535
,0446092
,33815089
LDR
38
,00000
,96743
,6329674
,24569228
BUS
38
,00000
1,00000
,1578947
,36953702
Valid N (listwise)
38
Regression
Correlations
Unstandardized
Residual
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Unstandardized
Residual
CAR
CAR
RORA
1,000
,248
ROA
NPM
LDR
BUS
,201
,218
,338
,077
,296
,248
1,000
,345
,455
,672
,072
,349
RORA
,201
,345
1,000
,959
,290
,315
,131
ROA
,218
,455
,959
1,000
,439
,429
,142
NPM
,338
,672
,290
,439
1,000
,108
,123
LDR
,077
,072
,315
,429
,108
1,000
,367
BUS
,296
,349
,131
,142
,123
,367
1,000
Unstandardized
Residual
CAR
,067
,113
,094
,019
,324
,036
,067
,017
,002
,000
,334
,016
RORA
,113
,017
,000
,039
,027
,217
ROA
,094
,002
,000
,003
,004
,198
NPM
,019
,000
,039
,003
,260
,231
LDR
,324
,334
,027
,004
,260
,012
BUS
,036
,016
,217
,198
,231
,012
38
38
38
38
38
38
38
Unstandardized
Residual
CAR
38
38
38
38
38
38
38
RORA
38
38
38
38
38
38
38
ROA
38
38
38
38
38
38
38
NPM
38
38
38
38
38
38
38
LDR
38
38
38
38
38
38
38
BUS
38
38
38
38
38
38
38
32
Mean
-,0082767
,0094092
Std. Deviation
,03185501
,09022474
RORA
N
38
38
-,0036053
,06592745
38
NPM
,0446092
,33815089
38
LDR
,6329674
,24569228
38
BUS
,1578947
,36953702
38
Correlations
Unstandardized
Residual
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Unstandardized
Residual
CAR
RORA
1,000
,248
NPM
LDR
BUS
,201
,338
,077
,296
,248
1,000
,345
,672
,072
,349
RORA
,201
,345
1,000
,290
,315
,131
NPM
,338
,672
,290
1,000
,108
,123
LDR
,077
,072
,315
,108
1,000
,367
BUS
,296
,349
,131
,123
,367
1,000
,067
,113
,019
,324
,036
Unstandardized
Residual
CAR
,067
,017
,000
,334
,016
RORA
,113
,017
,039
,027
,217
NPM
,019
,000
,039
,260
,231
LDR
,324
,334
,027
,260
,012
BUS
,036
,016
,217
,231
,012
38
38
38
38
38
38
Unstandardized
Residual
CAR
Model
CAR
38
38
38
38
38
38
RORA
38
38
38
38
38
38
NPM
38
38
38
38
38
38
LDR
38
38
38
38
38
38
BUS
38
38
38
38
38
38
Variables Entered/Removed(b)
Variables
Variables Entered
Removed
BUS, NPM, RORA, LDR, CAR(a)
Method
Enter
33
Model Summary(b)
Model
R
Square
Adjusted
R Square
Change Statistics
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change
F
Change
df1
df2
Sig. F
Change
1,654
32
,174
,453(a)
,205
,081
,03053347
,205
a Predictors: (Constant), BUS, NPM, RORA, LDR, CAR
b Dependent Variable: Unstandardized Residual
DurbinWatson
1,857
ANOVA(b)
Model
1
Sum of
Squares
,008
,030
Regression
Residual
df
5
32
Mean Square
,002
,001
F
1,654
Sig.
,174(a)
Total
,038
37
a Predictors: (Constant), BUS, NPM, RORA, LDR, CAR
b Dependent Variable: Unstandardized Residual
Coefficients(a)
Mod
el
1
(Constant)
CAR
Unstandardize
d Coefficients
Std.
B
Error
-,004
,015
-,058
,084
Standar
dized
Coeffici
ents
t
Sig.
Beta
-,163
-,255
-,684
,801
,499
95%
Confidence
Interval for B
Lower Upper
Bound Bound
-,035
,027
-,229
,114
Correlations
Collinearity
Statistics
Tolera
nce
VIF
Zeroorder
Partial
,248
-,120
-,108
,437
2,288
Part
RORA
,069
,086
,142
,797
,431
-,107
,244
,201
,140
,126
,785
1,274
NPM
,036
,021
,379
1,736
,092
-,006
,078
,338
,293
,274
,521
1,921
LDR
-,015
,024
-,119
-,656
,517
-,063
,032
,077
-,115
-,103
,755
1,324
,029
,016
,332 1,786
,084
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
-,004
,061
,296
,301
,281
,720
1,389
BUS
Coefficient Correlations(a)
Model
1
Correlations
BUS
NPM
RORA
Covariances
BUS
1,000
,201
NPM
,201
1,000
RORA
,105
-,039
LDR
-,397
-,132
CAR
-,401
-,654
-,244
,105
-,039
1,000
-,320
LDR
-,397
-,132
-,320
1,000
,217
CAR
-,401
-,654
-,244
,217
1,000
BUS
,000
6,616E-05
,000
,000
-,001
NPM
6,616E-05
,000
-6,863E-05
-6,366E-05
-,001
RORA
,000
-6,863E-05
,007
-,001
-,002
LDR
,000
-6,366E-05
-,001
,001
,000
-,002
,000
,007
CAR
-,001
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
-,001
34
Collinearity Diagnostics(a)
Model
Dimension
Eigenvalue
1
2
2,509
1,693
3
4
5
Condition
Index
Variance Proportions
1,000
1,217
(Constant)
,01
,01
CAR
,02
,07
RORA
,01
,09
NPM
,02
,07
LDR
,01
,01
BUS
,05
,00
,783
1,790
,00
,04
,77
,08
,00
,00
,690
1,907
,02
,01
,00
,11
,01
,61
,273
3,032
,01
,80
,00
,69
,00
,20
,95
,06
,13
,02
,97
,13
,051
6,980
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
Casewise Diagnostics(a)
Unstandardize
Predicted
Std. Residual
d Residual
Value
-2,395
-,10482
-,0316868
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
Case Number
8
Residual
-,0731352
Residuals Statistics(a)
Predicted Value
Std. Predicted Value
Minimum
-,0516520
-3,004
Maximum
,0150615
1,617
Mean
-,0082767
,000
Std. Deviation
,01443726
1,000
Standard Error of
Predicted Value
,00550991
,02869531
,01086142
,00547940
38
-,0788901
,0173354
-,0105109
,01907731
38
Residual
-,0731352
,0550731
,0000000
,02839555
38
Std. Residual
-2,395
1,804
,000
,930
38
Stud. Residual
-2,604
1,911
,019
,994
38
-,0864452
,0742709
,0022341
,03446102
38
-2,887
1,999
,015
1,027
38
Mahal. Distance
,231
31,706
4,868
7,022
38
Cook's Distance
,000
,871
,047
,144
38
,132
,190
38
Deleted Residual
Stud. Deleted Residual
,006
,857
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
N
38
38
35
Charts
Scatterplot
Regression Studentized Residual
Dependent Variable :
Discretionary Accrual
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-3
-2
-1
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters(a,b)
Mean
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
Absolute
Unstandardized
Residual
38
,0000000
,02839555
,066
Positive
,051
Negative
-,066
Kolmogorov-Smirnov Z
,408
,996
36
Mean
-,0082767
,0094092
Std. Deviation
,03185501
,09022474
ROA
-,0045239
,04710785
38
NPM
,0446092
,33815089
38
LDR
,6329674
,24569228
38
BUS
,1578947
,36953702
38
38
38
Correlations
Unstandardized
Residual
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Unstandardized
Residual
CAR
ROA
NPM
LDR
BUS
1,000
,248
,218
,338
,077
,296
,672
,072
,349
,248
1,000
,455
ROA
,218
,455
1,000
,439
,429
,142
NPM
,338
,672
,439
1,000
,108
,123
LDR
,077
,072
,429
,108
1,000
,367
BUS
,296
,349
,142
,123
,367
1,000
Unstandardized
Residual
CAR
,067
,094
,019
,324
,036
,067
,002
,000
,334
,016
ROA
,094
,002
,003
,004
,198
NPM
,019
,000
,003
,260
,231
LDR
,324
,334
,004
,260
,012
BUS
,036
,016
,198
,231
,012
38
38
38
38
38
38
Unstandardized
Residual
CAR
Model
CAR
38
38
38
38
38
38
ROA
38
38
38
38
38
38
NPM
38
38
38
38
38
38
LDR
38
38
38
38
38
38
BUS
38
38
38
38
38
38
Variables Entered/Removed(b)
Variables
Variables Entered
Removed
BUS, NPM, LDR, ROA, CAR(a)
Method
.
Enter
37
Model Summary(b)
Model
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
,450(a)
,203
,078
,03058489
,203
a Predictors: (Constant), BUS, NPM, LDR, ROA, CAR
b Dependent Variable: Unstandardized Residual
F
Change
df1
df2
Sig. F
Change
1,627
32
,181
DurbinWatson
1,857
ANOVA(b)
Model
1
Regression
Residual
Sum of
Squares
,008
,030
df
Mean Square
,002
,001
5
32
F
1,627
Sig.
,181(a)
Total
,038
37
a Predictors: (Constant), BUS, NPM, LDR, ROA, CAR
b Dependent Variable: Unstandardized Residual
Coefficients(a)
Unstandardize
d Coefficients
Mod
el
-,002
-,061
Std.
Error
,016
,086
,101
,139
NPM
,034
LDR
-,018
Sig.
95%
Confidence
Interval for B
Collinearity
Statistics
Correlations
-,173
-,121
-,708
,905
,484
Lower
Bound
-,035
-,237
,248
-,124
-,112
,418
2,392
,149
,725
,474
-,182
,384
,218
,127
,114
,591
1,693
,021
,362
1,639
,111
-,008
,077
,338
,278
,259
,510
1,961
,025
-,139
-,715
,480
-,070
,033
,077
-,125
-,113
,654
1,530
,029
,016
,342 1,815
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
,079
-,004
,063
,296
,306
,287
,702
1,425
B
1
Standar
dized
Coeffici
ents
(Constant)
CAR
ROA
Beta
BUS
Upper
Bound
,031
,115
Zeroorder
Partial
Part
Tolera
nce
Coefficient Correlations(a)
Model
1
Correlations
Covariances
BUS
NPM
BUS
1,000
,172
NPM
,172
1,000
LDR
-,423
-,063
LDR
-,423
-,063
1,000
-,472
,276
ROA
,190
-,147
-,472
1,000
-,317
CAR
-,423
-,595
,276
-,317
1,000
BUS
,000
5,826E-05
,000
,000
-,001
NPM
5,826E-05
,000
-3,324E-05
,000
-,001
LDR
,000
-3,324E-05
,001
-,002
,001
ROA
,000
,000
-,002
,019
-,004
-,001
,001
-,004
,007
CAR
-,001
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
ROA
,190
-,147
CAR
-,423
-,595
38
VIF
Collinearity Diagnostics(a)
Dimen
sion
Model
Eigen
value
Condition
Index
Variance Proportions
1,000
1,183
(Constant)
,01
,01
CAR
,03
,05
ROA
,01
,07
NPM
,03
,05
LDR
,01
,01
BUS
,04
,01
,703
1,900
,01
,03
,10
,03
,01
,52
,627
2,012
,00
,05
,54
,20
,00
,07
,274
3,044
,01
,75
,00
,69
,00
,20
,043
7,648
,96
,10
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
,28
,00
,97
,16
1
2
2,538
1,814
3
4
5
6
Casewise Diagnostics(a)
Unstandardized
Predicted
Std. Residual
Residual
Value
-2,358
-,10482
-,0327115
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
Case Number
8
Residual
-,0721105
Residuals Statistics(a)
Predicted Value
Std. Predicted Value
Minimum
-,0506604
-2,955
Maximum
,0147525
1,606
Mean
-,0082767
,000
Std. Deviation
,01434282
1,000
Standard Error of
Predicted Value
,00554509
,02904586
,01094726
,00534890
38
-,0785458
,0174123
-,0103429
,01887669
38
Residual
-,0721105
,0557361
,0000000
,02844337
38
-2,358
1,822
,000
,930
38
Std. Residual
Stud. Residual
Deleted Residual
Stud. Deleted Residual
N
38
38
-2,592
1,938
,016
,996
38
-,0871857
,0739266
,0020661
,03464639
38
-2,871
2,030
,012
1,029
38
Mahal. Distance
,243
32,396
4,868
6,879
38
Cook's Distance
,000
,878
,048
,146
38
,132
,186
38
,007
,876
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
39
Charts
Scatterplot
Regression Studentized Residual
Dependent Variable :
Discretionary Accrual
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-3
-2
-1
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters(a,b)
Mean
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
Absolute
Unstandardized
Residual
38
,0000000
,02844337
,054
Positive
,054
Negative
-,048
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
,333
1,000
40