Anda di halaman 1dari 7

PENGINDERAAN JARAK JAUH

BAB II UNSUR PENGENALAN FOTO UDARA II-1

BAB II UNSUR PENGENALAN FOTO UDARA

2.1. Unsur Pengenalan Dalam Foto Udara Unsur dasar pengenalan citra terdiri dari rona, tekstur, pola, bentuk, ukuran, letak (site), asosiasi dan bayangan. 2.1.1. Rona Rona adalah ukuran jumlah relatif cahaya yang terpantul dari suatu obyek dan terekam pada foto hitam-putih (Lattman dan Ray, 1965:163). Rona biasanya dinyatakan dengan cerah abu-abu atau gelap. Batuan yang segar, apabila kandungan silika atau mineral kwarsanya makin banyak ronanya makin cerah (contoh granit dan riolit berona cerah; diorit dan andesit berona abu-abu, gabro dan basalt berona gelap; batupasir kwarsa berona cerah; lempung dan serpih berona abu-abu hingga gelap batugamping, napal dan tuf berona cerah). Rona dapat dihasilkan oleh batuan induk segar, tanah hasil pelapukan batuan, tubuh air, vegetasi, obyek budaya relief dan kekasaran permukaan. Oleh karena itu untuk wilayah Indonesia yang beriklim tropik basah, rona sebagai unsur dasar pengenalan citra, kurang bermanfaat singkapan batuan segar jarang dijumpai karena tanah cukup tebal, vegetasi lebat dan bentuk lahan budaya banyak. Way (lihat Soetoto, 1987 : 66) menyebutkan bahwa keseragaman rona dapat dibagi menjadi : 1) Uniform 2) Mottled 3) Banded 4) Scrabbled

MUSTAFA HELMI LUBIS / 09 307 010 INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

PENGINDERAAN JARAK JAUH

BAB II UNSUR PENGENALAN FOTO UDARA II-2

Uniform-tone (rona seragam) Rona seragam ini ditunjukkan oleh obyek yang mempunyai tingkat kecerahan sama di setiap bagian. Batuan yang mempunyai rona seragam antara lain endapan aluvial dan batuan sedimen horisontal dan tebal yang mempunyai kandungan air dan tekstur yang seragam.

Mottled-tone Rona ini tampak berupa rona cerah dan gelap dengan bentuk yang relatif bundar, berubah-ubah dalam jarak yang relatif dekat, yang terlalu kecil untuk didelineasi sendiri-sendiri. Rona ini dapat disebabkan oleh perubahan kandungan air atau tekstur tanah. Rona gelap dapat disebabkan oleh daerah depresi basah atau bayangan, sedangkan rona cerah disebabkan oleh timbulan yang kering dan terkena sinar matahari. Rona mottled dapat jumpai pada : batugamping bertopografi Karst, dataran till dataran pantai. gumuk-gumuk pasir, cekungan infiltrasi pada teras dan dataran banjir.

Banded-tone Rona ini tampak berupa rona cerah dan gelap berselang-seling seperti berkas atau pita yang lurus atau meliuk-liuk. Rona ini dapat dijumpai pada daerah basah dan kering yang berhubungan dengan meander-scroll di dataran banjir, saluran-saluran purba, gelembur gelombang, pematang pantai, bukit pasir linier, gawir pada batuan sedimen berlapis, dan batuan metamorfik berfoliasi.

Scrabbled-tone Rona ini tampak berupa rona gelap dan cerah dengan bentuk tidak menentu dan ukuran bervariasi. Rona ini dapat dijumpai di daerah bertekstur halus tetapi tidak teratur seperti : daerah kering yang

mengandung deposit alkali di permukaan bumi, daerah aliran lava dan lahar serta sawah-sawah basah dan kering.

MUSTAFA HELMI LUBIS / 09 307 010 INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

PENGINDERAAN JARAK JAUH

BAB II UNSUR PENGENALAN FOTO UDARA II-3

Gambar 2.1. : Fotocopy foto udara hitam putih, pankromatik, vertikal, tunggal, daerah teluk Pacitan Jawa Timur. A = tubuh air berona cerah, B = Koloid,

suspensi dan endapan marin berona abu-abu hingga gelap, C = dataran pantai teluk Pacitan yang berkembang ke arah Samudera.

2.1.2. Tekstur Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang dihasilkan oleh sekelompok satuan yang terlalu kecil untuk dibedakan masing-masing secara jelas pada foto (Colwell, lihat Ray, 1950:9). Avery (1977:24) menyebutkan bahwa tekstur adalah derajat kekasaran, atau kehalusan yang ditunjukkan oleh citra foto. Tekstur berkaitan dengan rona, bentuk, ukuran dan pada. Tekstur biasa dinyatakan dengan halus, sedang dan kasar. Tekstur dapat pula dinyatakan dengan berbintik-bintik, berbutir, linier, blocky, matted dan wooll. Tekstur halus bisa dijumpai pada batuan yang homogen berbutir halus seperti batulempung dan tuf halus, sedangkan tekstur kasar biasa dijumpai pada MUSTAFA HELMI LUBIS / 09 307 010 INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

PENGINDERAAN JARAK JAUH

BAB II UNSUR PENGENALAN FOTO UDARA II-4

batuan heterogen, berelief tinggi seperti breksi, konglomerat batuan beku dan batugamping. Di daerah yang bervegetasi atau tertutup oleh obyek lain, yang tampak adalah tekstur vegetasi dan obyek lain tersebut, bukan tekstur batuannya. Istilah tekstur sering pula digunakan untuk menyatakan tekstur penyaluran (drainage-texture). Way (lihat Soetoto, 1987: 68) menyebutkan bahwa tekstur penyaluran dapat dibagi menjadi halus, sedang dan kasar. Apabila tidak ada pengaruh kekar dan atau sesar, maka tekstur halus manunjukkan bahwa batuannya tak dapat melewatkan zat cair (impermeable) seperti batulempung, tuf halus dan napal. Di sini air permukaan sempat berkembang. Tekstur kasar menunjukkan bahwa batuannya dapat melewatkan zat cair (permeable) seperti pasir dan tuf kasar. Di sini air permukaan mudah melakukan infiltrasi.

2.1.3. Pola Pola yaitu susunan meruang yang teratur mengenai kenampakan geologi, topografi dan vegetasi (Ray, 1960: 9). Pola garis-garis lurus menunjukkan adanya kekar (joints), sesar (faults), garis lapisan (bedding-lines) dan ketidakselarasan (unconformites). Pola garis-garis melengkung menunjukkan adanya kubah (domes), antiklin menunjam, sinklin menunjam dan batas penyebaran, batuan volkanik Kuarter. Pola penyaluran pada umumnya berkaitan dengan morfologi atau struktur geolog daerah yang bersangkutan.

2.1.4. Bentuk Bentuk adalah variabel kualitatif yang memerikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek (Lo, 1977, 1ihat Sutanto, 1986 : 135). Obyek yang dapat dikenali dari bentuknya antara lain kerucut volkanik, bukit pasir endapan angin dan endapan marin, teras sungai, meander, dolina, ponor dan bukit kerucut pada daerah bertopografi Karst, batuan beku intrusif, lava, lahar, kekar, sesar dan lipatan serta endapan kipas aluvial.

MUSTAFA HELMI LUBIS / 09 307 010 INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

PENGINDERAAN JARAK JAUH

BAB II UNSUR PENGENALAN FOTO UDARA II-5

2.1.5. Ukuran Ukuran adalah atribut obyek yang meliputi dimensi panjang, lebar, tinggi, luas, volume dan sudut kemiringan. Ukuran harus dikaitkan dengan skala. Dike, berukuran kecil memanjang, si11 memanjang sejajar jurus lapisan batuan, gawir erosi pada batuan sedimen miring biasanya lebih curam daripada dipslope-nya .

2.1.6. Letak Letak obyek terhadap obyek lain di sekitarnya sering disebut dengan situs (site), atau disebut situasi. Situs pemukiman memanjang pada umumnya pada igir beting pantai, pada tanggul-alam (natural-levee) atau di sepanjang tepi jalan. Lava muda akan terletak pada lereng puncak gunungapi.

2.1.7. Asosiasi Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain ( Sutanto, 1986:142 ). Lava akan berasosiasi dengan lahar, breksi volkanik dan aglomerat. Deretan endapan kipas aluvial berasosiasi dengan gawir sesar atau gawir terkontrol sesar dan triangle-facets.

2.1.8. Bayangan Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak atau tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci pengenalan bagi obyek pokoknya. Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.

2.2. Unsus Dasar Interpretasi Geologi Unsur dasar interpretasi geologi terdiri dari relief, pola penyaluran, vegetasi dan budaya.

2.2.1. Relief MUSTAFA HELMI LUBIS / 09 307 010 INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

PENGINDERAAN JARAK JAUH

BAB II UNSUR PENGENALAN FOTO UDARA II-6

Relief adalah beda tinggi antara puncak timbulan dan dasar lekukan (lembah) serta curam landainya lereng-lereng yang ada di daerah tersebut. Relief mencerminkan daya tahan batuan terhadap tenaga eksogenik. Batuan yang mempunyai ketahanan tinggi seperti batuan beku intrusif, breksi volkanik, aglomerat, konglomerat, breksi, batupasir, batugamping dan batuan metamorfik akan memiliki relief tinggi, sedangkan batuan yang mempunyai ketahanan rendah seperti batulempung, serpih, napal, batulanau, tuf halus, koluvium dan aluvium mempunyai relief rendah. Relief dipengaruhi oleh iklim. Batugamping di daerah tropik basah memiliki relief topografi Karst, sedangkan di daerah subtropik, batugamping akan mempunyai bentuk lahan negatif seperti sinkhole dan doline.

2.2.2. Pola Penyaluran Pola penyaluran adalah susunan dalam pandangan datar. alami dalam suatu daerah. Pola penyaluran berhubungan dengan sifat dan sejarah geologi lokal daerah tersebut (Bates dan Jackson, 1987:196).

2.2.3. Vegetasi Vegetasi dapat memberikan keterangan keadaan geologi daerah yang bersangkutan, contoh yaitu: Pohon jati tumbuh subur di gamping. Pohon karet dapat tumbuh subur di batuan volkanik. Padi biasa ditanam di dataran fluvial, dataran kaki gunungapi dan dapat pula ditanam pada tanah residual ( residual-soil) di daerah perbukitan. Alang-alang biasa terdapat di batuan napal dan batupasir. Hutan lebat berbatang rendah biasa tumbuh di betupasir, sedangkan yang berbatang tinggi tumbuh di tanah hasil pelapukan granit (contoh: Pegunungan Schwaner di Kalimantan). Vegetasi berpola sistematik, membentuk garis-garis lurus, dan saling berpotongan biasa dijunpai pada jalur-jalur kekar, sedangkan pada sesar polanya tidak harus sistematik.

MUSTAFA HELMI LUBIS / 09 307 010 INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

PENGINDERAAN JARAK JAUH

BAB II UNSUR PENGENALAN FOTO UDARA II-7

Vegetasi berpola sejajar dan melengkung biasa terdapat pada batuan sedimen klastik berstruktur antiklin, sinklin atau kubah. Vegetasi dapat pula tumbuh subur di zona kontak antara batuan permeable dan impermeable.

2.2.4. Budaya Obyek budaya manusia dapat digunakan untuk interpretasi geologi, sebagai contoh yaitu : Sawah biasa diolah di dataran aluvial, dataran kaki gunungapi dan residual-soil. Waduk biasa dibangun di batuan kedap air ( impermeable) dan di daerah yang mempunyai bentuk lahan yang memungkinkan untuk lokasi waduk, misalnya di daerah perbukitan berbentuk tapal kuda. Pemukiman biasa berkembang di daerah yang mengandung air cukup, misalnya di tepi-tepi sungai, di daerah yang banyak terdapat mataair dan di daerah berair tanah dangkal. Hutan buatan manusia biasanya dijumpai di daerah yang memiliki tanah tebal dengan lereng terjal, karena hutan tersebut dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi proses erosi dan gerakan massa.

MUSTAFA HELMI LUBIS / 09 307 010 INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

Anda mungkin juga menyukai