Anda di halaman 1dari 0

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemahaman dan pengertian terhadap konsep-konsep dasar
ekosistem dan lingkungan hidup dapat membantu siswa dalam
mengembangkan apresiasi terhadap berbagai fenomena yang terjadi di
alam. Selain itu, buku ini disusun untuk membantu guru dan siswa
mengerti memahami peranan manusia dalam keseimbangan ekoistem
dan lingkungan serta pemecahan masalah dalam ekosistem.

B. Tujuan
Setelah mempelajari uraian materi dalam buku ini, diharapkan guru
dan siswa dapat :
a. menjelaskan arti komunitas dan ekosistem ;
b. menjelaskan fungsi ekosistem, khususnya hutan;;
c. menjelaskan mengapa aliran materi dalam ekosistem berupa
siklus, sedangkan aliran energi bukan berupa siklus;
d. menjelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan
ekosistem dan akibatnya ;
e. mendeskripsikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kerusakan ekosistem hutan, sungai, dan ekosistem
pesisir;
f. menjelaskan yang dimaksud dengan piramida ekologi ;
g. menjelaskan mengapa siklus fosfor dikatakan relatif sederhana;
h. menjelaskan mengapa hutan digolongkan sebagai ekosistem
yang homeostatisnya rendah tetapi daya lentingnya tinggi.

C. Ruang Lingkup
Materi yang akan dibahas dalam modul ini meliputi hal sebagai
berikut.
2
a. Pengertian komunitas, ekosistem, dan lingkungan hidup
b. Komponen-komponen ekosistem
c. Jenis-jenis ekosistem.
d. Energi dan materi dalam ekosistem
e. Fungsi ekosistem
f. Peranan Manusia dalam keseimbangan ekosistem
g. Suksesi perkembangan ekosistem

BAB II
PENGERTIAN KOMUNITAS, EKOSISTEM, DAN LINGKUNGAN

Di kolam, di danau, di laut, dan di hutan terdapat berbagai populasi
organisme. Sekumpulan individu yang sejenis disebut dengan populasi.
Individu berasal dari bahasa latin yang artinya tidak dapat dibagi. Jadi,
Individu adalah kesatuan makhluk hidup yang tidak dapat dibagi.
Contoh individu adalah seekor kucing, seekor ayam, seorang manusia.
Antara satu populasi dengan populasi lainnya terjadi interaksi secara
langsung maupun tidak langsung. Sekumpulan populasi dari dua atau
lebih jenis yang berbeda yang terdapat di suatu tempat pada suatu
waktu tertentu disebut komunitas.
Secara garis besar komunitas dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu sebagai berikut.
1. Komunitas perairan terdiri atas populasi dari berbagai jenis organisme
yang seluruh anggotanya hidup di dalam air, baik di air tawar, di
payau, atau di air asin. Karakteristik biogeokimia lingkungan perairan
mempengaruhi keragaman kehidupan jenis organisme penghuninya.
Dalam komunitas perairan itu sendiri terdapat komunitas bentos yang
terdiri atas hewan-hewan yang melekat pada dasar perairan,
komunitas plankton yang merupakan organisme kecil yang terapung
dan gerakannya tergantung arus, dan neuston yang anggotanya
bergerak di permukaan air.
3
2. Komunitas daratan terdiri atas populasi organisme yang seluruh
hidupnya terdapat di atas daratan. Komunitas ini dapat dibedakan
atas komunitas daratan berair, seperti hutan rawa, hutan magrove,
dan habitat daratan kering.
Setiap organisme hidup (biotik) di lingkungan atau di suatu
daerah berinteraksi dengan faktor-faktor fisik dan kimia yang biasa
disebut faktor biotik (yang tidak hidup). Faktor biotik dengan abiotik
saling mempengaruhi atau saling mengadakan pertukaran material
yang merupakan suatu sistem. Disebut sistem karena penyebaran
organisme hidup di dalam lingkunagntidak terjadi secara acak,
menunjukkan suatu keteraturan sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
Setiap sistem yang demikian disebut ekosistem. Jadi komunitas
dengan lingkungan fisiknya membentuk ekosistem.
Istilah ekosistem ini pertama kali digunakan oleh A.C. Tansley
pada tahun 1935. Tansley telah banyak membantu penelitian dan
pemikiran ahli ekologi modern lainnya. Friederich (1930) meng-
gunakan istilah holocoen, sedangkan Thienemenn (1939) meng-
gunakan biosistem untuk istilah ekosistem ini. Tetapi sampai sekarang
yang sering digunakan adalah istilah ekosistem. Ilmu yang
mempelajari tentang ekosistem ini disebut juga ekologi, yang
dibedakan lagi menjadi autekologi dan sinekologi. Autekologi
mempelajari hubungan antara individu dengan lingkungannya.
Sedangkan sinekologi mempelajari hubungan antara populasi atau
komunitas dengan lingkungannya. Lingkungan diartikan sebagai
segala sesuatu yang terdapat disekitar organisme hidup yang
mempengaruhi perilaku dan reproduksi organisme tersebut.

4
BAB III
KOMPONEN-KOMPONEN EKOSISTEM

Jika ditinjau dari segi penyusunnya ekosistem dapat dibedakan atas
empat komponen yaitu sebagai berikut.
A. Komponen abiotik (tak hidup ) yang terdiri atas tanah, air, udara,
cahaya, batu, suhu, dan lainnya yang merupakan komponen yang
diperlukan untuk berlangsungnya kehidupan di bumi ini. Tanah
merupakan tempat tumbuh dan sebagai sumber mineral-mineral bagi
tumbuh-tumbuhan, tempat tinggal hewan dan manusia. Udara antara
lain terdiri atas nitrogen, oksigen dan karbondioksida. Oksigen
diperlukan makhluk hidup untuk bernafas. Karbondioksida, air dan
cahaya diperlukan oleh tumbuhan hijau untuk berfotosintesis. Air
diperlukan dalam pembentukan struktur tubuh makhluk hidup dan
dalam proses kegiatan-kegiatannya. Air juga merupakan tempat
hidup bagi makhluk hidup yang hidup di air.

B. Produsen merupakan organisme yang autotrof (dari bahasa Yunani,
autos=sendiri, trophi=makanan), terutama tumbuhan berhijau daun
yang dapat membuat makanan sendiri berupa bahan organik dari
bahan anorganik melalui proses fotosintesis. Bahan organik ini dibuat
dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan cahaya dan klorofil (zat
hijau daun).
C. Konsumen yaitu hewan-hewan dan manusia (dalam klasifikasi
manusia termasuk kelompok hewan) yang menggunakan bahan
organik untuk makanannya. Organisme yang hanya dapat
memanfaatkan bahan organik yang dibuat oleh organisme lain
sebagai makanannya disebut organisme heterotrof (dari bahasa
Yunani, heteros=berbeda, lain). Kelompok yang termasuk ke dalam
komponen ini adalah semua hewan, jamur, dan bakteri. Konsumen ini
dapat dibedakan atas beberapa tingkat. Konsumen pertama
5
merupakan hewan-hewan yang langsung memakan tumbuhan.
Hewan pemakan tumbuhan ini disebut juga herbivora. Konsumen
kedua adalah hewan yang memakan konsumen tingkat pertama.
Hewan ini disebut juga karnivora. Konsumen ketiga adalah hewan
yang memakan konsumen kedua. Dan seterusnya. Karnivora puncak
atau biasa disebut dengan pemangsa puncak adalah konsumen yang
tertinggi tingkatannya di dalam piramida makanan. Kelompok
konsumen ini merupakan organisme heterotrof.
D. Kelompok pengurai yaitu organisme heterotrof yang menguraikan
bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati untuk
makanannya serta mengembalikan bahan organik menjadi bahan
anorganik. Makhluk yang termasuk kelompok ini adalah bakteri dan
jamur. Bakteri lebih banyak berfungsi sebagai pengurai daging hewan
yang telah mati, sedangkan jamur lebih banyak memegang peranan
dalam penguraian sisa-sisa tumbuhan.
Masing -masing bagian dari ekosistem menunjukkan dunia
kehidupan pada planet bumi secara keseluruhan. Di alam tidak ada
ekosistem yang secara penuh dapat mencukupi sendiri segala
kebutuhannya dan secara total terpisah dari ekosistem di sekitarnya.
Ekosistem hutan berhubungan dengan ekosistem sungai, ekosistem
sungai secara berangsur-angsur bersatu dengan ekosistem laut.
Semua ekosistem di muka bumi ini saling berhubungan, sehingga
bumi dapat dipandang sebagai ekosistem besar yang disebut
biosfer.

6
BAB IV
ENERGI DAN MATERI DALAM EKOSISTEM
A. Energi
Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan
pekerjaan. Untuk melakukan suatu pekerjaan fisik dan mental
memerlukan energi. Energi tidak dapat dilihat, yang terlihat hanyalah
efek dari energi tersebut, misalnya kita menggunakan energi untuk
mendorong meja. Energi yang terpakai tidak kelihatan, yang kelihatan
hanya meja tersebut berpindah tempat. Perilaku energi di alam
mengikuti hukum termodinamika yaitu sebagai berikut.
Hukum termodinamika I menyatakan bahwa energi dapat diubah
dari suatu bentuk energi menjadi bentuk energi lain, tetapi energi tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Contohnya, energi
cahaya dapat diubah menjadi energi panas dan dapat pula menjadi
energi potensial dalam bentuk makanan, hal ini tergantung pada
situasi dan kondisi.
Hukum termodinamika II menyatakan bahwa setiap terjadi
perubahan bentuk energi pasti terjadi bentuk degradasi energi dari
bentuk yang terpusat menjadi bentuk yang terpencar. Contohnya
benda panas akan menyebarkan panasnya ke lingkungan yang lebih
rendah suhunya. Hukum termodinamika kedua ini dapat diartikan juga
sebagai berikut. Energi yang ada itu tidak seluruhnya dapat dipakai
untuk melakukan kerja, karena pada saat kita menggunakan energi
untuk melakukan kerja, tidak mungkin mencapai tingkat efisiensi
100%. Bagian energi yang tidak dapat dipakai untuk melakukan kerja
disebut entropi.
Pemahaman terhadap hukum termodinamika di atas sangat
penting dalam pengelolaan ekosistem (lingkungan), karena setiap
aktivitas yang dilakukan oleh organisme hidup memerlukan energi dan
selalu menyebabkan perubahan bentuk energi. Sebagai contoh,
setiap kegiatan pembangunan dalam rangka meningkatkan
7
kesejahteraan hidup manusia memerlukan energi dalam jumlah besar
dan akan selalu menghasilkan energi dalam bentuk limbah. Apabila
limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan terjadi
penumpukan energi yang tidak termanfaatkan yang pada akhirnya
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.


B. Aliran Energi melalui Rantai Makanan dan Jaring-jaring Makanan
Sinar matahari merupakan sumber energi di dalam ekosistem yang
oleh tumbuhan hijau dapat diubah menjadi energi kimia dalam bentuk
senyawa karbohidrat (glukosa) melalui proses fotosintesis. Reaksi
fotosintesis adalah sebagai berikut.
klorofil
6 CO
2
+ 12 H
2
O C
6
H
12
O
6
+ 6 O
2
+6
H
2
O
Karbondioksida air cahaya glukosa oksigen
Senyawa karbohidrat merupakan makanan bagi hewan pemakan
tumbuhan. Istilah makanan disini adalah materi yang mengandung
energi yang dapat digunakan oleh organisme. Tumbuhan hijau tidak
memerlukan makanan dari organisme lainnya, tetapi menghasilkan
makanan, oleh karena itu semua tumbuhan berklorofil seperti
ganggang hijau, lumut, paku-pakuan, dan tumbuhan bunga disebut
juga produsen. Kecuali ada beberapa jenis tumbuhan yang
mempunyai keunikan dalam memperoleh makanannya, seperti
tumbuhan pemakan serangga (kantung semar) dan bunga bangkai di
kategorikan sebagai produsen juga sebagai konsumen.
Tumbuhan hijau tidak dapat menghasilkan makanan tanpa
adanya cahaya dan bahan baku seperti karbondioksida (CO
2
) dan air.
Makanan tidak hanya merupakan sumber energi langsung bagi
konsumen tetapi juga merupakan sumber materi yang diperlukan
untuk membangun tubuhnya.
Di ekosistem pekarangan, sawah dan kebun, kita dapat melihat
ulat memakan daun-daunan dan ayam memakan padi dan rumput.
8
Semua makhluk hidup memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan
aktivitas hidupnya. Padi tidak hanya dimakan oleh ayam saja tetapi
juga oleh tikus. Di samping itu tikus juga memakan kentang, ubi jalar,
jagung, dan sebagainya. Jadi hewan-hewan tersebut di atas
tergantung pada tumbuh-tumbuhan, sedangkan tumbuhan hijau dapat
membuat makanan sendiri.
Ubi jalar dimakan tikus, tikus dimakan ular, ular dimakan lagi oleh
burung elang. Disini terjadi perpindahan energi dan materi (zat) dari
jagung ke tikus, dari tikus ke ular, dan dari ular ke burung elang.
Melalui proses makan-dimakan terjadilah perpindahan energi dan
materi ke dalam tubuh makhluk hidup. Perpindahan energi dari
sumbernya melalui rangkaian organisme disebut rantai makanan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rantai makanan adalah
serangkaian peristiwa makan-dimakan antar makhluk hidup.
Di dalam ekosistem jarang ditemukan rantai makanan
sederhana seperti contoh di atas. Tumbuhan jagung tidak hanya
dimakan oleh tikus, tetapi tumbuhan ini juga dimakan oleh ulat, kelinci,
sapi, belalang, domba, kambing, kerbau, kijang, dan bijinya dimakan
oleh ayam, bebek, dan manusia. Tikus tidak hanya dimakan oleh ular
tetapi juga dimakan oleh kucing, Kucing makanannya tidak hanya
tikus saja, tetapi juga burung gereja, ikan, nasi, daging sapi. Burung
elang tidak selalu memakan ular, burung elang juga memakan ayam,
burung, katak, tikus, kelinci, dan atau marmot.
Jika diagram rantai makanan ini dibuat banyak sekali dan
berbentuk jalin menjalin antara rantai makanan yang satu dengan
yang lainnya, maka akan berbentuk seperti jaring-jaring. Oleh karena
itu, rantai makanan yang jalin menjalin itu disebut juga jaring-jaring
makanan. Dalam dunia kehidupan proses makan-dimakan seperti
yang diuraikan di atas disebut jaring-jaring kehidupan.


9


Gambar 1. Jaring-jaring Makanan di Ekosistem Air Tawar (Sumber:
Soemarwoto 1, 1980)



Gambar 2. Jaring -jaring Makanan di darat (Sumber: Soemarwoto I. 1980)



10
C. Struktur Tropik dan Piramida Ekologi
Di dalam ekosistem, setiap jenis makhluk hidup menduduki tingkat
tertentu dalam hal sumber makanan atau sumber energi. Hal ini
dikatakan juga sebagai tingkat trofik tertentu. Dalam hal ini
produsen menempati tingkat trofik pertama. Konsumen pertama
berada pada tingkat trofik kedua. Konsumen kedua berada pada
tingkat trofik yang ketiga. Konsumen ketiga berada pada tingkat trofik
ke empat, dan seterusnya. Pada umumnya makin rendah tingkat
trofik dari suatu jenis makhluk hidup di dalam suatu ekosistem, maka
makin besar jumlah dari jenis makhluk hidup itu, sehingga dikenal
piramida jumlah.
Ada tiga macam piramida ekologi, yaitu sebagai berikut.
1. Piramida jumlah
Tiap-tiap bagian dari piramida ini menyatakan jumlah organisme
untuk tingkat trofik tersebut, misalnya piramida jumlah dari suatu
padang rumput di suatu tempat. Luas padang rumput yang diselidiki
adalah satu hektar. Pada tingkat trofik ke-1 adalah produsen dan
terdiri atas 5.842.428 rumpun rumput. Tingkat trofik ke-2 merupakan
konsumen ke-1 (KI), berupa hewan-hewan herbivora seperti
belalang, ulat, dan serangga lainnya sebanyak 708.626 ekor.
Tingkat trofik ketiga adalah konsumen ke-2 yaitu laba-laba, semut,
dan serangga pemakan hewan lainnya sebanyak 354.902 ekor.
Tingkat trofik ke-4 merupakan konsumen ketiga (KIII) berupa
hewan karnivora dan omnivora (pemakan hewan dan tumbuhan),
seperti ular dan burung sebanyak empat ekor. Dari uraian di atas
dapatlah diketahui bahwa makin tinggi tingkat trofik makin kecil
jumlah individu, sehingga diperoleh piramida jumlah seperti di
bawah ini.
11






Gambar 3. Piramida jumlah
2. Piramida Biomassa
Tiap bagian trofik menyatakan berat kering seluruh tubuh organisme
itu per meter persegi. Berat kering organisme itu disebut juga
biomassa. Contoh ini yang diambil dari ekosistem di Karang Eniwetok.






Gambar 4. Piramida Biomass
3. Piramida Energi
Tiap bagian dari piramida energi ini menyatakan banyaknya
aliran energi untuk tingkat trofik.
K III 21 (6) g kal

KII 383 (67) g kal
K I 3368 (1478) g kal


Produsen 208 20810
(8853) g kal
Gambar 5. Piramida Energi

Keterangan : angka dalam kurung menunjukkan energi yang diubah menjadi biomassa.
Produsen = 5.842.428
KI =708.626
KII= 354.902
KIII
=4

K II = 11 kg/m
2

K I = 37 kg/m
2

Produsen =703 kg/m
2

12
Perpindahan energi dan zat-zat (materi) dapat dilihat pada
skema berikut ini.




Matahari









panas








Keterangan :
Perpindahan energi

Perpindahan materi

Gambar 6. Bagan Perpindahan Energi dan Materi di dalam Ekosistem
(Sumber : Soeriaatmadja, 2001)
Produsen
(tumbuhan
berkolorofil
Konsumen 1
(Hewan
herbivora)
Konsumen II
(Hewan
Karnivora)
Sisa-sisa /
tumbuhan dan
hewan yang
mati
Penguraian
oleh bakteri
dan jamur
tanah
Proses de-
mineralisasi
oleh mikroba
Bahan-bahan
mineral
13
D. Siklus Materi (Biogeokimia) dalam Ekosistem
Proses pertumbuhan dan hidup dari organisme memerlukan kira-
kira 40 unsur. Hidrogen, karbon dan oksigen merupakan penyusun
utama tubuh makhluk hidup. Nitrogen, fosfor, kalium, sulfur, dan magne-
sium merupakan unsur-unsur yang banyak diperlukan oleh organisme
hidup sehingga disebut unsur makro. Seng, kobal, molibdenum, besi,
klor, natrium, mangan, dan boron diperlukan dalam jumlah sedikit tetapi
unsur-unsur ini terlibat dalam reaksi-reaksi penting dalam tubuh
organisme dan dikategorikan sebagai unsur mikro.
Ada dua kategori dari siklus unsur.
Siklus gas : unsur-unsur yang ada di atmosfir melalui fase gas
sebelum melengkapi siklus yaitu karbon (C), hidrogen (H), oksigen
(O), dan sulfur (S).
Siklus pengendapan: tersimpan dalam tanah atau air dan siklus
melalui tanah dan organisme.
1. Siklus air
Siklus air merupakan siklus yang sangat penting. Air tidak hanya
penting untuk hidup, tetapi juga menentukan struktur dan fungsi
ekosistem. Siklus air ini berinteraksi dengan menghasilkan energi
dalam variasi lingkungan fisik dan biologi. Siklus unsur lainnya juga
tergantung pada air sebagai medium pelarut.




.




Gambar 8. Siklus Air ( Campbell, 2002 dimodifikasi)

14
Pada siklus air, sinar matahari menyebabkan air di badan air
menguap menjadi butir-butir air dan naik ke atmosfir. Begitu juga hasil
respirasi organisme dan transpirasi dari tumbuhan akan naik ke
atmosfir. Oleh karena terjadi pendinginan dan grafitasi, uap air ini akan
jatuh sebagai hujan atau salju ke laut maupun ke daratan dan sungai,
sehingga terjadi siklus.
2. Siklus Karbon
Siklus karbon dimulai dengan pengambilan karbondioksida (CO
2
)
dari atmosfir oleh tumbuhan berklorofil untuk membuat karbohidrat
melalui fotosintesis. Sebagian karbohidrat ini dipakai untuk
menghasilkan energi dan sementara tumbuhan juga melepaskan CO
2

pada saat melakukan pernafasan. Karbohidrat yang dihasilkan
tumbuhan dimakan oleh hewan dan pada waktu hewan ini bernafas
mengeluarkan CO
2
. Tumbuhan dan hewan yang mati akan mengalami
penguraian dan dari hasil penguraian tersebut dilepaskan juga CO
2
ke
udara. CO
2
di atmosfir merupakan sumber karbon yang tersiklus
melalui organisme dalam bentuk rantai makanan. Diperkirakan 1/7 dari
kandungan CO
2
di atmosfir diserap oleh tumbuhan setiap tahunnya
untuk proses fotosintesis.
15
Siklus karbon dapat dilihat pada bagan berikut.
















Pembakaran
Gambar 9. Siklus Karbon (Sumber : Suwasono, 1994 )

3. Siklus Nitrogen
Walaupun di atmosfir banyak nitrogen, gas nitrogen ini tidak dapat
digunakan oleh semua mikroorganisme. Gas nitrogen ini
dikonversikan menjadi NH
3
atau dioksidasi menjadi bentuk yang larut
dalam air (NO
3
-
). Hanya beberapa bakteri dan ganggang biru (blue
green algae) yang dapat mengkonversikan gas nitrogen menjadi
nitrat. Senyawa nitrat inilah yang dimanfaatkan oleh organisme
autotrof. Bakteri tanah yang dapat mengikat gas nitrogen adalah
Azotobacter, Clostridium, dan Beijerincka. Bakteri yang ada di laut
yang dapat mengikat nitrogen dan mengubahnya menjadi nitrat
adalah Anabaena, Gleotrichia, dan Trichodesmium. Bakteri Rhizobium
CO
2
di atmosfir
Fotosintesis
Senyawa organik
dalam tumbuhan
Respirasi dan
penguraian
Karbonat dalam
air
Batu kapur
Batu bara Minyak
bumi
Senyawa
organik
dalam hewan
Karbonat
inorganik
dalam
cangkang
16
yang bersimbiosis dengan tumbuhan juga dapat mengikat gas
nitrogen dan mengkonversikannya menjadi nitrat. Gas nitrogen dapat
dikonversikan menjadi nitrat melalui elektrokimia pada waktu terjadi
petir.
Penguraian bahan organik yang menghasilkan asam amino dan
amoniak dilakukan oleh mikroorganisme. Amoniak diubah menjadi
nitrat oleh bakteri Nitrosomonas, Nitrospira, dan Nitrococcus. Nitrit
diubah menjadi nitrat oleh bakteri Nitrocystid, dan Nitrobacter.
Beberapa nitrat yang ada di tanah direduksi lagi menjadi gas Nitrogen,
atau NO
2
atau amoniak, umumnya dalam keadaan anaerob. Oksigen
dalam molekul nitrat digunakan oleh mikroorganisme untuk
mengoksidasi karbohidrat. Berikut ini skema dari siklus Nitrogen di
alam.






Mati


Eksresi
Amonifikasi

Nitrobacter Nitrosomonas
Nitrocystid Nitrococcus

Gambar 10. Siklus Nitrogen (Sumber : Suwasono, 1994 )
4. Siklus Belerang (Sulfur)
Seperti siklus nitrogen, siklus belerang juga melibatkan oksidasi
(SO
2
) dan fase reduksi, dan tumbuhan hanya dapat menggunakan
Nitrogen (N
2
) di udara
Bakteri pengikat
N
2
pada tanaman
kacang-kacangan,
bakteri tanah,
ganggang biru
Tumbuhan
Amoniak Nitrit
Nitrat
Asimilasi
nirat
Denitrifikasi
Hewan
17
belerang dalam bentuk sulfat. Hanya lumut jenis tertentu yang dapat
menggunakan gas SO
2
. Sulfur secara gradual dibuat tersedia untuk
tumbuhan dalam tanah oleh aktivitas bakteri sulfur yang dapat
menggunakan unsur sulfur. Sulfur merupakan unsur penting untuk
pembentukan protein. Berikut ini adalah siklus sulfur di alam.




Dekomposisi oleh bakteri
reduksi

Di danau






Gambar 11. Siklus Belerang (Sumber : Suwasono, 1994)

5. Siklus Fosfor
Siklus fosfor dapat dikatakan relatif sederhana karena bersifat lokal
dan berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Dikatakan bersifat
lokal karena siklus fosfor tidak melibatkan komponen atmosfir. Dengan
demikian pergerakan fosfor dalam siklusnya tidak melibatkan angin
ataupun hujan. Senyawa yang memegang peranan paling penting bagi
tumbuhan adalah dalam bentuk senyawa fosfat. Penyerapan fosfat oleh
tumbuhan berlangsung cepat dan efisisen sehingga kandungan
senyawa ini di dalam tanah dapat cepat berkurang akibat penyerapan
oleh tumbuhan. Di lingkungan perairan, kandungan fosfor dalam kondisi
Sulfur organik
dalam tumbuhan
dan hewan
Sulfur dalam
batubara dan
minyak bumi
Oksidasi
Sulfat
Sistem foto
dan kimia
H2S
Bakteri
pengikat S
SO
2

18
normal biasanya rendah, sehingga unsur ini merupakan faktor
pembatas bagi produktivitas ekosistem perairan. Siklus fosfor di alam
adalah sebagai berikut.






erosi







Gambar 12. Siklus Fosfor (Sumber : Suwasono, 1994 )

protoplasma
ekskresi
Bakteri fosfat Sintesis
protoplasma
Batuan fosfat
deposit guano
dan tulang
Fosfat terlarut
Sedimen
dangkal
Sedimen
dalam
Burung laut,
ikan
Tulang dan gigi
19
BAB V
Jenis-jenis Ekosistem

Dalam pengenalan jenis-jenis ekosistem, umumnya digunakan ciri-
ciri vegetasi atau komunitas tumbuhan saja karena wujud vegetasi
merupakan penampakan luar yang mudah dilihat sebagai hasil interaksi
antara tumbuhan dan lingkungannya. Ada dua golongan utama
ekosistem, yaitu ekosistem darat (teresterial) dan ekosistem air
(akuatik).
1. Ekosistem darat, contohnya padang rumput, hutan pamah, hutan tepi
sungai, gurun, hutan sagu, hutan hujan dipterocarpaceae, hutan
subalpin, tundra (padang rumput masih ada pohon), hutan kerangas,
savana (padang rumput yang sangat luas), dan hutan mangrove.
2. Ekosistem akuatik dibedakan atas ekosistem air tawar, ekosistem
pertemuan air tawar dan air asin.
Ekosistem darat dibedakan atas dasar vegetasi yang dominan.
Ekosistem akuatik dibedakan atas dasar sifat kimia yaitu kadar garam.
Ekosistem air tawar, airnya mengandung kadar garam yang sangat
rendah, termasuk ke dalamnya danau, kolam, ngarai dan sungai.
Samudera dan laut merupakan ekosistem air asin karena mengandung
garam yang sangat tinggi. Teluk, muara sungai sungai dan rawa
pasang surut, air tawar bercampur dengan air laut membentuk
ekosistem esturia.
Ekosistem darat sering disebut juga bioma. Umumnya jenis bioma
yang sama terdapat pada lintang yang sama. Di gunung-gunung yang
tinggi, seperti Himalaya, Rocky, dan Andes, distribusi jenis bioma lebih
banyak ditentukan oleh ketinggian daripada garis lintang. Garis lintang
memegang peranan penting dalam menentukan jenis ekosistem
karena banyaknya sinar matahari yang diterima dan suhu tergantung
pada sinar matahari. Garis lintang juga mempengaruhi pola hembusan
angin dan hal ini besar pengaruhnya terhadap pola curah hujan. Suhu
20
udara dan curah hujan merupakan faktor cuaca yang utama, dan
sangat mempengaruhi vegetasi di suatu daerah. Di samping cuaca
dan vegetasi, jenis tanah juga merupakan faktor pengatur dalam
distribusi dari bioma. Jenis tanah dan vegetasi berkembang secara
paralel, dan saling dipengaruh dan mempengaruhi cuaca.
Interaksi ini mengakibatkan terbentuknya suatu keadaan yang
rumit untuk suatu jenis ekosistem tertentu, oleh karena itu tergantung
pada letaknya di daerah lintang. Suatu ekosistem hutan mungkin saja
hutan konifer (seperti hutan tusam), hutan rontok daun di daerah
sedang atau hutan tropis basah. Kita tidak hanya memperhatikan jenis
ekosistem utama, ada juga ekosistem yang mungkin berkembang dari
suatu keadaan lingkungan (mikro habitat) yang cocok bagi organisme
tertentu. Selama di sana komponen-komponen biotik dan abiotik saling
berinteraksi dan di dalamnya terjadi aliran energi, materi, dan
informasi, dapat dikatakan telah terbentuk ekosistem, walaupun
kecilnya ekosistem itu. Sebaliknya kita dapat mengatakan bahwa
ekosistem dunia terdiri dari bumi dengan segala organisme yang ada
di dalamnya, disebut juga biosfir.

21
BAB VI
FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN
EKOSISTEM
A. Fungsi Ekosistem
Secara umum ekosistem alami mempunyai fungsi untuk
pemeliharaan siklus materi, melangsungkan aliran energi, menjaga
siklus biogeokimia, membentuk jaring-jaring makanan. Semua
bentuk pemeliharaan tersebut sebagai layanan ekologis. Ekosistem
dapat memberikan layanan ekologis yang optimal jika tidak
mengalami gangguan dari manusia. Ekosistem yang mampu
memberikan layanan ekologis yang optimal dikatakan sebagai
ekosistem yang memiliki integritas fungsi tinggi. Ekosistem yang
demikian mampu memelihara berlangsungnya secara mandiri.
Bahkan dapat menunjang kehidupan berbagai organisme yang
secara alami bersifat langka.
Salah satu ekosistem yang terdapat di muka bumi yang mampu
memberikan layanan ekologis yang tinggi apabila tidak mengalami
gangguan adalah ekosistem hutan. Adapun fungsi-fungsi utama dari
hutan dan ekosistem alami lainnya adalah sebagai berikut.
1. Menjaga fungsi ekologis yaitu dalam pengaturan tata guna air,
perlindungan tanah, menjaga iklim setempat, menghasilkan oksigen
(O
2
) dan karbondioksida (CO
2)
, serta pengendalian hama. Hutan
berperan penting dalam pengaturan tata guna air, karena hutan
mempunyai beberapa lapisan tajuk, keanekaan jenis tumbuhan
yang tinggi, mempunyai lapisan seresah dan humus pada lantai
hutan, sehingga air hujan yang jatuh akan tertahan pada lapisan-
lapisan tersebut dan air akan dilepaskan secara perlahan. Tanah
juga terlindung dari bahaya erosi karena adanya insersepsi air oleh
lapisan-lapisan tersebut dan tertutupnya tanah oleh seresah.
Adanya lapisan tajuk akan memberikan perlindungan pada tanah
dari panas matahari dan pengaturan kelembapan, sehingga dapat
22
mempengaruhi iklim setempat. Hutan juga merupakan tempat hidup
berbagai jenis satwa liar, termasuk pemangsa hama (burung hantu
pemakan tikus dan pemakan serangga dan hewan penyerbuk
bunga (burung dan kelelawar).
2. Sebagai fungsi ekonomi yaitu penyedia bahan makanan, bahan
baku bangunan, bahan obat-obatan, dan kosmetik. Di antara
banyak jenis hewan dan tumbuhan, ternyata masih sedikit yang
dibudidayakan, sehingga banyak bahan-bahan yang dipanen
secara lansung dari ekosistem alami sebagai bahan bangunan
(kayu), bahan makanan (sagu), binatang buruan, ikan dan lainnya.
Begitu juga bahan untuk obat-obatan dan kosmetik yang diolah
baik secara tradisional maupun moderen, seperti bangsa jahe-
jahean dan tengkawang.
3. Fungsi sumber daya plasma nutfah (genetik).
Ekosistem alami seperti hutan mempunyai keanekaragaman jenis
yang tinggi. Kerabat jenis-jenis yang dibudidayakan yang terdapat
di ekosistem alami dalam jumlah populasi yang besar merupakan
tempat tersimpannya gen (pembawa sifat). Gen tersebut kemung-
kinan tidak dimiliki oleh jenis yang dibudidayakan, misalnya jenis
yang tahan terhadap penyakit tertentu, rasa dan ukuran buah
tertentu. Oleh karenanya fungsi ekosistem ini sangat berguna
dalam pengembangan berbagai tanaman dan hewan yang
dibudidayakan untuk kepentingan umat manusia.
4. Fungsi Ilmiah dan Pendidikan
Dalam ekosistem alami masih banyak terdapat jenis tumbuhan dan
hewan yang belum diketahui sejarah kehidupan dan manfaatnya,
sehingga ekosistem ini merupakan tempat bagi penelitian ilmiah, di
samping itu ekosistem alami merupakan objek yang sangat menarik
bagi penelitian dalam rangka mempelajari indikator biologis, serta
proses ekologis yang belum diketahui.
5. Berfungsi sebagai estetika dan budaya
23
Keindahan alam baik komponen hayati maupun non hayati, seperti
tumbuhan, hewan, bentang alam, iklim dan kombinasinya
merupakan daya tarik bagi wisatawan, sedangkan komponen
hayati yatu tumbuhan dan hewan atau bagian-bagiannya dapat
menjadi bagian budaya atau upacara adat tertentu atau dijadikan
lambang. Berbagai budaya suku bangsa di Indonesia sangat erat
kaitannya dengan dinamika ekosistem dan komponen hayati yang
terkandung di dalamnya. Sebagai contoh, berbagai suku asli di
Papua menganggap bahwa jenis-jenis tumbuhan atau hewan
tertentu merupakan bagian dari marga mereka sehingga mendapat
tempat terhormat dalam kehidupan mereka. Di antara jenis-jenis
yang diberi tempat terhormat adalah sagu, kelapa, dan anjing.

B. Peranan Manusia Dalam Pengelolaan Ekosistem
Pada suatu ekosistem dalam batas-batas tertentu terdapat suatu
kemampuan untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara
keseluruhan sehingga terjadi keseimbangan yang stabil. Kemampuan
suatu sistem untuk mempertahankan keadaan yang stabil disebut
homeostatis. Sedangkan kecepatan untuk kembali menuju keadaan
keseimbangan setelah mengalami gangguan disebut daya lenting
atau resiliensi. Setiap ekosistem memiliki homeostatis dan daya
lenting yang berbeda.
Ekosistem atau komunitas yang mempunyai struktur sederhana,
misalnya padang rumput, biasanya homeostatisnya rendah, tetapi daya
lentingnya tinggi. Sebaliknya hutan alami yang mempunyai struktur
komunitas yang rumit memiliki homeostatis yang tinggi dan resiliensi
rendah. Oleh karenanya jika suatu ekosistem alami mengalami
gangguan yang tidak berarti, maka keseimbangannya tidak banyak
mengalami perubahan. Akan tetapi jika gangguan yang terjadi cukup
besar, maka hutan akan mengalami perubahan (kerusakan) dan
diperlukan waktu yang sangat lama untuk kembali ke keadaan semula.
24
Keseimbangan suatu ekosistem diatur oleh berbagai faktor yang sangat
rumit. Dalam mekanisme keseimbangan ini, termasuk mekanisme yang
mengatur penyimpangan bahan-bahan, pelepasan zat-zat hara, per-
tumbuhan dan reproduksi organisme, serta dekomposisi bahan-bahan
organik.
Keseimbangan yang tetap biasanya menunjukkan keseimbangan
populasi, atau tetapnya komposisi spesies dari suatu komunitas.
Keseimbangan yang terjadi dalam ekosistem merupakan hasil
interaksi antara komponen abiotik, produsen, konsumen, dan
pengurai.
Kadang-kadang keseimbangan yang baik dalam ekosistem akan
dirusak oleh tingkah laku manusia. Hal ini dapat ditunjukkan misalnya,
dengan keadaan terumbu karang di daerah pesisir. Indonesia memiliki
areal terumbu karang sekitar 75.000 km
2
. Terumbu karang telah
mendukung kehidupan nelayan subsistem di wilayah pesisir baik
untuk kebutuhan subsistem maupun komersial. Terumbu karang juga
berperan sebagai pelindung terhadap gelombang laut, sehingga
wilayah pesisir pantai, dan kehidupan masyarakat pantai tidak mudah
rusak oleh gelombang laut. Terumbu karang yang ada di Indonesia
telah mengalami kerusakan yang cukup parah karena kegiatan
manusia. Hanya sekitar 40 % terumbu karang di Indonesia dalam
keadaan baik.
Kegiatan manusia yang dapat mengancam kehidupan terumbu
karang kita ini antara adalah penangkapan ikan dengan racun dan
bahan peledak, pengambilan batu karang untuk perumahan dan
bangunan, pendangkalan pantai akibat penebangan hutan, erosi, dan
pencemaran oleh buangan industri. Kegiatan-kegiatan ini akan
merusak keseimbangan ekosistem pesisir pantai.
Pencemaran adalah masuknya zat, energi, makhluk hidup dan
atau komponen lain ke lingkungan sehingga berubahnya komposisi air/
udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas
25
air/udara menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air/
udara tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan.
Adanya berbagai macam industri, banyaknya kendaraan
bermotor, penggunaan hasil teknologi di bidang pertanian
(penggunaan insektisida, pestisida, penggunaan pupuk buatan, dan
lain-lain) menyebabkan peningkatan pen-cemaran lingkungan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
pencemaran air dan tanah adalah sebagai berikut.
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak membuang
sampah dan limbah rumah tangga ke sungai dan ke tanah yang
digunakan untuk pertanian.
2. Untuk yang tinggal dekat pabrik, mengawasi pabrik-pabrik supaya
mengolah air limbahnya, sebelum dibuang sungai dan melaporkan
ke petugas Amdal jika ada yang melakukan kecurangan.
3. Penggunaan pupuk anorganik, pestisida, insektisida sesuai aturan
dan tidak berlebihan.
4. Penggunaan diterjen jangan berlebihan. Air cucian pakaian yang
sudah diencerkan dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
5. Sampah-sampah organik dibuat menjadi kompos.

Pencegahan Polusi Udara
1. Untuk menghindari terjadi pencemaran yang berbentuk asap hitam
atau jelaga dianjurkan mengolah asap tersebut dengan cara
pengendapan atau penyaringan.
2. Kendaraan bermotor yang sudah tua biasanya mengeluarkan gas
CO lebih banyak karena perbandingan bahan bakar dan udara
sudah menyimpang dari semula (alat pengaturnya sudah rusak).
Oleh karena itu kendaraan bermotor harus diperiksa kadar CO
yang dikeluarkan secara periodik sebelum dinyatakan layak untuk
dioperasikan.
26
3. Sampah-sampah yang masih basah jangan dibakar, sebaiknya
dikubur dalam tanah. Di dalam kendaraan atau dalam ruangan
tidak merokok.
4. Di seluruh kota-kota besar dianjurkan untuk menanam pohon-
pohonan karena gas CO
2
dapat digunakan oleh tumbuh-tumbuhan
dalam proses fotosintesis. Di samping itu debu-debu dapat
mengendap pada daun-daun tumbuhan. Kadar yang
membahayakan dari polutan-polutan ini dapat diketahui
pengaruhnya pada tumbuhan. Dengan banyaknya tumbuh-
tumbuhan akan mengurangi jumlah polusi udara.
5. Untuk mengurangi dan mencegah emisi SOx ke udara dapat
dilakukan beberapa metode berikut.
a. Menggunakan bahan bakar batu bara atau minyak yang
mempunyai kadar sulfur rendah. Harga bahan bakar bersulfur
rendah lebih mahal daripada yang bersulfur tinggi.
b Mensubsitusi bahan pembakaran dengan sumber energi lain,
misalnya alkohol dan energi surya.
c. Menghilangkan sulfur dari bahan bakar sebelum pembakaran.
d. Mendirikan suatu unit alat yang dapat mengubah gas SO
2

menjadi belerang bebas. Belerang bebas dapat dijual di
pasaran, yang hasilnya dapat digunakan untuk biaya operasi
pencegahan polusi udara tersebut.
Menghilangkan SOx dari gas buangan industri dan knalpot
kendaraan dengan cara melewatkan gas ini ke dalam larutan
kalsium oksida (CaO) sehingga terbentuk CaSO
4



27
BAB VII
SUKSESI

Komunitas dari kebanyakan ekosistem tidaklah tetap, walaupun
dalam kondisi keseimbangan yang stabil. Perubahan ini dapat diamati
dengan jelas apabila suatu komunitas mengalami intervensi oleh
manusia, seperti yang terlihat pada ekosistem pertanian. Perubahan
struktur komunitas dapat diamati jika terjadi pergantian suatu
komunitas dengan komunitas lainnya. Perhatikanlah lahan di kebun
singkong yang telah dipanen kemudian ditinggalkan begitu saja dan
tidak ditanami lagi. Akan terlihat pada tahap pertama tumbuh tanaman
gulma (pengganggu) misalnya berbagai jenis rumput dan tumbuhan
berumur pendek lainnya. Pada masa berikutnya tumbuh-tumbuhan
tersebut akan semakin menutupi lahan yang asalnya terbuka
(kosong). Kemudian tumbuhan semusim tertentu akan tumbuh
dominan. Pada tahun-tahun berikutnya, tumbuhan rumput dan
tumbuhan semusim akan digantikan oleh tumbuhan golongan semak.
Apabila tidak terjadi gangguan (misalnya lahan diolah kembali untuk
pertanian), tumbuhan semak akan mendominasi lahan pertanian
tersebut untuk jangka waktu yang cukup lama. Jika di sekitar lahan
pertanian tersebut terdapat sumber biji pohon-pohonan, maka tidak
menutup kemungkinan biji-biji tersebut akan tumbuh di lahan bekas
pertanian tersebut.
Dengan tumbuhnya pohon, sinar matahari terhalang untuk sampai
ke permukaan tanah (di bawah pohon) dan hanya tumbuhan tertentu
saja yang dapat hidup dengan intensitas cahaya rendah. Setelah
jangka waktu tertentu tumbuh semakin rapat. Rangkaian perubahan
komunitas yang sederhana menjadi komunitas yang kompleks
disebut dengan suksesi.
Suksesi dibedakan menjadi suksesi primer dan suksesi sekunder.
Suksesi primer adalah suksesi yang terjadi pada suatu daearh yang
28
pada awalnya tidak terdapat penutupan oleh tumbuhan atau
tumbuhan yang semula ada musnah sama sekali sehingga daerah
tersebut menjadi gundul. Suksesi sekunder adalah suksesi yang
terjadi pada suatu daerah yang pada mulanya telah ada penutupan
vegetasi (tumbuhan) namun mengalami gangguan. Perubahan
komunitas tumbuhan pada kebun singkong seperti diuraikan di atas
adalah salah satu contoh suksesi sekunder.
Suksesi primer dapat terjadi, misalnya pada lingkungan perairan
yang lain diisi oleh sisa-sisa tanaman dan tanah yang dihanyutkan
oleh air hujan dari daratan sekitarnya. Lama kelamaan kolam akan
menjadi dangkal. Tanaman yang pertama tumbuh adalah ganggang
dan tanaman berpembuluh. Proses pengisian dipercepat dengan
masuknya tumbuhan vaskuler (berjaringan pembuluh) yang
mempunyai akar-akar masuk ke tanah seperti teratai. Dengan
munculnya berbagai jenis tanaman, permukaan air yang tadinya
terbuka menjadi rawa (payau), dan lama-kelamaan menjadi daratan
yang ditutupi oleh berbagai jenis tumbuhan termasuk pohon. Pada
akhirnya akan terbentuk suatu ekosistem hutan.
Jenis lain dari suksesi primer terjadi jika permukaan bukit batu yang
gundul secara lambat ditutupi oleh lumut kerak. Asam yang
dikeluarkan lumut kerak sedikit demi sedikit menghancurkan
permukaan batuan, sehingga timbul lubang-lubang. Debu yang
diterbangkan angin akan mengisi lubang ini dan akan membentuk
tanah dengan lumut kerak yang telah mati. Setelah turun hujan, tanah
ini basah sehingga dapat ditumbuhi lumut yang tidak dapat tumbuh
pada batu. Lumut ini akan menambah banyaknya tanah karena
mudah menahan debu yang terbawa angin.
Pertumbuhan lumut akan menjadi lebih baik karena dapat
berfotosintesis dengan baik yang menyebabkan tumbuhan lumut
kerak menjadi terdesak. Spora paku-pakuan, biji-biji rumput dan
tumbuhan biji lainnya akan tumbuh karena makin bertambah
29
banyaknya subsrat untuk media pertumbuhan. Kelompok tumbuhan
yang mampu tumbuh pertama kali dan memberikan peluang kepada
golongan lain untuk tumbuh, disebut kelompok tumbuhan pionir.
Tumbuhan ini akan menggantikan tumbuhan lumut karena
pertumbuhan terhalang oleh tumbuhan yang lebih besar. Secara
berangsur-angsur batu-batuan ini pecah-pecah karena akar tanaman
dapat menembus batuan yang retak-retak, proses suksesi ini berakhir
dengan komunitas stabil yang dinamakan juga klimaks. Perubahan
yang berurutan tidak terjadi lagi, jika komunitas telah klimaks,
walaupun perubahan-perubahan internal masih berjalan untuk mem-
pertahankan kehadiran komunitas tersebut.
Contoh suksesi primer adalah suksesi yang terjadi setelah
meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883. Dua bulan setelah
meletus sampai sekarang, beberapa ahli datang memantau dan
menyelidki perubahan komunitas yang terbentuk di pulau krakatau
tersebut. Orang yang datang dua bulan setelah gunung ini meletus,
melihat uap mengepul karena hujan mengguyur batu-batuan yang
masih panas. Oleh karena daerah ini masih panas, diperkirakan
kehidupan di pulau ini belum ada. Seorang ahli baru menemukan
beberapa jenis ganggang seperti ganggang biru dan laba-laba setelah
sembilan bulan gunung tersebut meletus (1884). Tiga tahun setelah
meletus, seorang ahli botani bernama Treub memimpin ekspedisi
untuk melihat vegetasi yang tumbuh. Pada waktu itu terdapat paku-
pakuan dan tumbuhan bunga yang biji dan sporanya dibawa oleh
angin dan burung, yang tumbuh di tengah-tengah pulau. Pada bagian
pantai dijumpai jenis tumbuhan Ipomea pescaprae (tumbuhan tapak
kuda). Setelah 10 tahun berlalu terdapat kira-kira 60 jenis tumbuhan
bunga, seperti rumput, komposite, dan anggrek, di samping itu
tumbuhan ganggang masih dapat ditemukan. Hewan yang ditemukan
di situ adalah kadal dan ular pemakan serangga. Pada tahun 1932
vegetasi di Pulau Krakatau berupa hutan belukar dan tahun 1951
30
tedapat vegetasi hutan dengan tumbuhan yang dominan adalah
Barringtonia (butun), Ipomoea pescaprae, dan Neonanclea (gempol).
Sekarang ini Pulau Krakatau telah menjadi hutan tropik basah dengan
jumlah organisme yang bertambah dibandingkan dengan organisme
tahun 1951. Komunitasnya pun telah menjadi komunitas klimaks baik
di tepi pantai, maupun di bagian pegunungannya.

Tugas
1. Apa yang akan Anda lakukan untuk mengurangi atau menghindari
kerusakan ekosistem di daerah Anda ?
2. Buatlah poster yang berhubungan dengan pernyatan atau suruhan
yang mencegah terjadinya kerusakan lingkungan !
31
BAB VII
Lembar Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan komunitas dan apapula yang disebut
dengan ekosistem ?
2. Apa fungsi ekosistem, khususnya hutan ? Jelaskan !
3. Mengapa aliran materi dalam ekosistem berupa siklus, sedangkan
aliran materi tidak berupa siklus ?
4. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kerusakan ekosis-
tem ?
5. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kerusakan
ekosistem hutan, sungai, dan pesisir ?
6. Apa yang dimaksud dengan piramida ekologi ?
7. Mengapa siklus fosfor dikatakan relatif sederhana ?
8. Mengapa hutan digolongkan sebagai ekosistem yang homeostatisnya
tinggi, tetapi daya lentinnya rendah ?

32
LEMBAR KERJA

PERCOBAAN SALING KETERGANTUNGAN
ANTARA TUMBUHAN DAN HEWAN

Tujuan : untuk menunjukkan adanya saling ketergantungan antara
hewan dan tumbuhan.
Alat dan Bahan
1. Tabung contoh 4 buah
2. Gelas kimia 250 mL 2 buah
3. Larutan brom timol biru atau fenoltalein
4. Tumbuhan air (Hidrylla atau Elodea)
5. Ikan seribu atau siput 4 ekor
Cara Melaksanakan Percobaan
1. Buatlah larutan brom timol biru 0,1 % !
2. Isilah 5 buah tabung, masing-masing 15 mL air, tambahkan 2
tetes brom timol biru atau fenoltalein!
3. Pada tabung contoh ke 1, dimasukkan 2 ekor ikan saja, tabung
ke 2 dimasukkan 2 ekor ikan dan tumbuhan air, tabung ke 3
dimasukkan tumbuhan air saja, dan tabung ke 4 air saja, sebagai
kontrol. Tutuplah kelima tabung reaksi tersebut!
4. Letakkan ke empat tabung contoh ini ditempat yang kena cahaya
matahari !
5. Amatilah bagaimana perubahan warna brom timol biru pada
keempat tabung tersebut!
6. Catatlah pengamatan Anda, pada tabel berikut ini!

33
Tabel 1. Perubahan warna larutan metilen biru
No. Tabung Perubahan warna air dalam tabung dalam
waktu
60 menit 120 menit 180 menit
1. Ke 1
2. Ke 2
3. Ke 3
4. Ke 4


Pertanyaan
1). Perubahan warna pada larutan dalam tabung menunjukkan apa ?
2) Bagaimana keadaan ikan pada tabung ke 1 dan ke 2 setelah 2 jam ?
3) Apa yang terjadi, jika ke empat tabung ini diletakkan di tempat gelap ?
4) Apa kesimpulan dari pecobaan ini ?
34
RANGKUMAN

Di bumi ini tidak satupun organisme yang dapat hidup sendiri dan
tidak bergantung pada organisme lain dan lingkungan fisiknya. Semua
bentuk kehidupan termasuk manusia saling mempengaruhi di dalam
suatu interaksi yang rumit dengan tanah, air, dan udara. Sistem yang
terbentuk karena saling mempengaruhi antara semua unsur organisme
dan komponen fisiknya disebut ekosistem. Penggolongan ekosistem
dapat berdasarkan fungsinya (komponen ototrof dan heterotrof) dan
dapat juga berdasarkan penyusunnya (abiotik, produsen, konsumen,
pengurai). Fungsi ekosistem dilakukan melalui proses aliran energi dan
siklus materi. Faktor-faktor fisik ikut terlibat dalam proses aliran materi
dan energi ini. Energi utama ekosistem adalah matahari. Jenis
ekosistem dapat digolongkan berdasarkan medianya yaitu ekosistem
darat dan ekosistem akuatik.
Perubahan dalam struktur dan fungsi ekosistem yang disebut juga
suksesi berlangsung terus yang disebabkan perubahan iklim dan
perubahan faktor lokal. Suksesi berlangsung melalui tahap-tahap yang
berkesinambungan. Suksesi berdasarkan keadaan tahap-tahap awal
dapat dibedakan atas suksesi primer dan sekunder. Suksesi mengarah
pada tercapainya keadaan puncak (klimaks) yaitu suatu komunitas
yang relatif stabil dan kompleks. Suksesi yang terjadi pada tempat-
tempat yang letaknya pada garis lintang yang sama, akan
menghasilkan komunitas puncak yang sama.
Bahan atau zat-zat yang menyebabkan pencemaran disebut
polutan. Pencemaran air adalah penyimpangan dari keadaan air yang
normal. Indikator terjadinya pencemaran air dapat dilihat dari
perubahan suhu, warna, pH, bau, rasa, timbul endapan, adanya
mikroorganisme, adanya minyak, logam berat, kandungan bahan
radioaktif.
35
Polutan karbonmonoksida dapat menyebabkan darah akan
kekurangan oksigen. Polutan ini berasal dari pembakaran bahan bakar
yang kurang sempurna. Sumber utama gas CO adalah asap
kendaraan bermotor.
Polutan gas karbondioksida dapat merubah iklim, misalnya suhu
udara menjadi tinggi. Gas ini berasal dari pembakaran sempurna dan
pernapasan makhluk hidup. Polutan nitrogen oksida dihasilkan dari
pem-bakaran bahan bakar kendaraan bermotor, pembangkit tenaga
listrik. Polutan nitrogen dioksida berasal dari gas NO. Gas NO
2
berasal
dari asap kendaraan ber-motor, industri kimia, pembangkit tenaga
listrik, tenaga uap, dan asap rokok.
Polutan SO
2
dan SO
3
berasal dari pembakaran batu bara dan
minyak bumi.Gas ini mempunyai efek pada selaput mata dan rongga
hidung. Gas SO
2
bereaksi dengan air jaringan paru-paru membentuk
asam sulfit dan asam tersebut dapat menyebabkan paru-paru terbakar
dan akan menim-bulkan rasa sesak napas.
Debu asbes dapat menyebabkan penyakit asbestosis pada paru-
paru. Debu yang mengandung bibit penyakit dapat menimbulkan
penyakit saluran pernapasan, kulit, dan mata.
Usaha pencegahan pencemaran udara antara lain
mengusahakan agar kendaraan bermotor mempunyai saringan pada
knalpot, pabrik-pabrik mempunyai seperangkat alat untuk pengolahan
gas, larangan merokok di ruangan tertutup, menggunakan deterjen
jangan berlebihan, dan mengurangi bahan bakar yang menggunakan
timbal.





36
DAFTAR PUSTAKA

Barret J. M.,Peter A., Krisna K. and William F.M. 1986. Biology. New
Yersey : Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs.
Beeby, A.,1993. Applying Ecology. London. Glasgow. New York.
Melbourne. Madras. Chapman & Hall.
Campbell, N. A and J.B Reece 2002. Biology . Publishing as
Benyamin Cummning San Fransisco . Boston . New York.
Soemarwoto I., 1980. Biologi Umum I. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia.
Purnomohadi N. Dr. 1995. Pembinaan Sumber Daya Alam dan
Ekosistem. Bandung : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Kanwil Provinsi Jawa Barat.
Sastrapradja, D. S., S. Adisoemarsono, K.Kartawinata, S.
Sastrapradja, M. A.Rifai, 1989. Keanekaragaman Hayati
Indonesia untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Makalah. Bogor.
Resosoedarmo S., 1985. Pengantar Ekologi. Penerbit Remaja Karya
CV. Bandung.
Soemarwoto O., 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Jakarta : Penerbit Djambatan.
Soeriatmadja,R.E., 1997. Ilmu Lingkungan. Penerbit ITB Bandung
Suwasono H. dan Kurniati M. , 1994. Prinsip-prinsip dasar Ekologi.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai