Anda di halaman 1dari 3

Prabowo Subianto: Bintang panas di pentas militer

Memucuk di Korps Baret Merah


Saat itu, Sumitro menyaksikan putra kebanggaannya dilantik sebagai Komandan Kopassus dalam usia yang
relatif muda, 44 tahun. Pesannya pada Prabowo, “Sing eling dan jangan lupa daratan. Sekarang kamu
pengabdi rakyat, dan jangan sekali-kali rakyat menjadi pengabdi kamu.” Menurut Sumitro yang gemar
mengkritik ini, pesan tersebut serupa dengan pesan dari ayahnya, Margono, saat ia diangkat menjadi
Menteri Perindustrian dan Perdagangan.

Pengangkatan Prabowo ini sempat menjadi pro dan kontra. Tetapi, buru-buru para perwira tinggi
mengkoreksi embusan miring soal Prabowo. Maka, sejumlah fakta pun dibeberkan. Menurut para perwira
tinggi, naiknya Prabowo ini ke kursi Komandan Kopassus ini lantaran ia terbilang cemerlang selama
menjadi prajurit.

Contohnya, prestasinya saat bertugas di Timor Timur. Pasukan yang dipimpinnya memang mencapai
beberapa kali sukses. Misalnya, berhasil menembak Presiden Fretilin, Nicolao Lobato, dalam sebuah
operasi khusus di Timor Timur pada 1976- 1978. Pasukannya pula yang berhasil menyergap Panglima
Angkatan Bersenjata Fretilin, Guido Soares, dan anggota Komite Sentral Fretilin, Somotxo, serta
Komandan Sektor Fretilin, Koliman.

Menurut Jendral R. Hartono yang saat itu menjabat kursi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), alasan
lain terpilihnya Prabowo adalah , “Dia dinilai sebagai perwira yang paling sesuai atau paling tepat dari
perwira lain yang juga sesuai.” Lagipula, penilaian terhadap Prabowo ini dilakukan oleh sebuah dewan
khusus dan dibahas oleh Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi.

“Saya tidak melebih-lebihkan, tapi kenyataan menunjukkan bahwa jabatan Dan Kopassus, dari semua calon
yang ada, dinilai paling tepat diserahkan kepada Prabowo.” Menurutnya, Prabowo memang figur paling
ideal untuk menempati posisi strategis tersebut. “Saya tidak bermaksud untuk melebih-lebihkan apa yang
ada. Tapi terus terang, dilihat dari kebutuhan saat ini dan masa datang, Prabowo adalah calon terbaik untuk
jabatan komandan Kopassus. Yang lain juga sesuai, tapi yang paling sesuai adalah Prabowo,” katanya.

Namun ada pula gosip lain yang sempat beredar saat itu. Kabarnya, usai the golden boy itu diangkat
sebagai komandan Kopassus, ia akan dipromosikan menjadi KSAD dan kemudian menjadi Panglima
ABRI. Jabatan terakhir ini terbilang paling prestisius. Bahkan, mertuanya sendiri, Soeharto, pernah
menyandang jabatan ini.

Tentu saja, rumor ini ditepis langsung oleh Hartono. “Anggota ABRI hanya berpikir, laksanakan tugas, dan
pimpinan yang akan menilai. Tidak ada itu cerita tentang calon KSAD atau calon Pangab,” tegasnya. Tentu
saja ujaran ini terdengar naif. Pasti, di benak setiap prajurit, menjadi KSAD maupun Pangab adalah cita-
cita bahkan ambisi terpendam.

Bila ingin berkata secara obyektif, regenerasi, promosi dan mutasi di jajaran militer bukanlah hal baru.
Hanya saja, ABRI menempati posisi unik dalam konstelasi politik dan kenegaraan di Indonesia. itu
sebabnya rotasi di tubuh kemiliteran ini menjadi bahan obrolan seru di tengah masyarakat. Apalagi porsi
pemberitaan mengenai promosi Prabowo terlihat lebih besar dibandingkan dengan porsi pemberitaan rotasi
Soebagyo, bahkan Soesilo Bambang Yudhoyono yang saat itu ditunjuk sebagai Kepala Pengamat Militer
PBB di Bosnia.

Maka, bisik-bisik tentang kerusakan sistem birokrasi pun digelindingkan kembali: karena Prabowo
menantu Presiden Soeharto, maka jalan menuju kursi Komandan Kopasus ini lebih licin ketimbang yang
lainnya. Bagaimana bila memang Prabowo bukanlah anak begawan Ekonomi Indonesia, dan bukan
menantu Soeharto, akankah karpet merah juga tergelar dengan begitu cepatnya? Bila ada yang berani
berspekulasi mengenai hal ini, pasti hanya kasak-kusuk di belakang Prabowo saja.
Tentu, rusaknya sistem birokrasi seperti ini menyebarkan rasa tak adil, tak pasti, dan frustrasi bagi mereka
yang tidak punya koneksi. Maka, bila Prabowo kemudian disiriki jajaran perwira tinggi ABRI, ya wajar
saja. Tentu saja, kebanyakan dari mereka tidak menyatakan perasaan hati mereka karena takut. Bahkan
sempat beredar cerita, saat Prabowo masih berpangkat kolonel, umum diketahui ada perwira tinggi yang
datang ke rumahnya seakan-akan ‘menghadap’.

Birokrasi Indonesia yang sudah rusak sejak Orde Baru berkuasa, mumbulnya karir Prabowo yang begitu
cepat tentu saja tak bisa dipisahkan dari kedudukannya sebagai menantu Soeharto. Sementara orang lain
menggunakan jalan biasa, Prabowo dengan begitu gampang mengakses jalan tol. "Tidak. Tidak ada power
game di ABRI," tepis Hartono, menegaskan.

Moncernya prestasi Prabowo dan tali-temali status sebagai menantu Soeharto, hanya ditanggapi dingin oleh
Prabowo. Menurutnya, tudingan itu wajar saja. Menurutnya, Jenderal Colin Powell, peringkat ke berapa dia
bisa jadi pangab AS. Dia bekas sekretaris militer Bush waktu jadi wakil presiden. Jadi, waktu Bush jadi
presiden, dia jadi pangab. “Bahwa saya punya akses kepada penguasa politik, saya sependapat. Tapi kan
bukan hanya saya,” paparnya.

Kemudian Prabowo menjelaskan beragam prestasi yang berhasil diraihnya. Mulai dari kontak senjata
langsung di medan operasi, berapa kali bertugas di daerah operasi, berapa kali timnya di Kopassus merebut
kejuaraan, berapa kali operasi militer ia selesaikan, Mount Everest yang mengangkat bangsa, hingga
melatih prajurit komando dari beberapa negara.”Itu kan tidak dilihat. Yang dicari cuma daftar dosa saya,”
tandasnya.

Gerundelan tentang naiknya Prabowo pun terdengar hingga ke kuping bekas KSAD, Jenderal (Purn.)
Rudini. Menurutnya, pengangkatan Prabowo itu justru tak istimewa. Hitungan Rudini begini. Saat Prabowo
menjadi jenderal berbintang satu, usianya tak lagi terhitung muda dibanding dengan yang lain. Melihat
masa dinas Prabowo di ketentaraan yang sudah mencapai hitungan belasan tahun, maka menurut Rudini
wajar saja ia menjadi Brigjen. Lagi pula, Rudini melanjutkan, di lingkungan ABRI bukan cuma Prabowo
yang memperoleh pangkat Jenderal setelah berdinas belasan tahun.

Selain itu, menurut Rudini, sejak lulus dari Akademi Militer dan memasuki dunia kemiliteran secara penuh,
mereka sudah dihadapkan pada sistem pembinaan karier. Lewat berbagai saringan yang ketat, akan muncul
orang-orang yang akan memperoleh promosi lebih cepat daripada rekan-rekannya, atau bahkan mendahului
angkatan sebelumnya. Dus, tak ada yang luar biasa atau yang tersembunyi di balik promosi Prabowo atau
Soebagyo. “Jadi apa yang dicapai oleh Prabowo adalah wajar dan normal. Bahwa ia meninggalkan rekan-
rekan seangkatannya, itu semata-mata karena prestasinya,” ujar Rudini.

Panglima ABRI yang kala itu dijabat oleh Jenderal Feisal Tanjung pun urun bicara. Ia menyebutkan bahwa
jabatan untuk prajurit ABRI disesuaikan dengan pendidikan, latihan, dan pengalamannya. Maka mutasi itu
sifatnya tidak urut kacang atau berurutan dari yang lebih senior. “ABRI akan berusaha menempatkan the
right man on the right place, berdasarkan prestasi yang bersangkutan dan tidak urut kacang,” ujar Feisal.

Kemudian, Feisal pun menjelaskan panjang lebar mengenai penempatan the right man on the right place
ini. Awalnya, niat pergantian ini datang dari pimpinan ABRI yang melihat bahwa posisi Asisten Intel dan
Kepala BIA yang dirangkap oleh Mayjen Syamsir Siregar harus segera dipisahkan. Maka penjatahan pun
dimulai. Karena yang dianggap pantas menduduki posisi tersebut hanya perwira tinggi berpangkat Mayjen,
maka yang dianggap pantas adalah Mayjen Yusuf Kartanegara, Pangdam IV/Diponegoro. Ia diproyeksikan
untuk menduduki Asintel Kasum ABRI.

Nah, posisi Yusuf yang ditinggalkan harus diisi. Setelah ditimang-timang, ternyata yang dianggap cocok
adalah Brigjen Soebagyo. Selanjutnya posisi Soebagyo pun mesti diisi. Maka muncul nama Kolonel
Prabowo Subianto yang memang telah magang sebagai Wakil Komandan Kopassus.

Suka atau tidak suka, karena ini adalah garis komando, maka Prabowo tetap melenggang di karpet merah
sebagai Komandan Kopassus. Kontroversi soal the golden boy yang memperoleh beragam kemudahan
lantaran ia menantu keluarga Cendana, toh tak memelorotkan jabatannya. Malah, setahun kemudian, ia naik
pangkat lagi menjadi Komandan Jendral Kopassus.

Anda mungkin juga menyukai