Anda di halaman 1dari 9

Pro Kontra Investasi Emas Belakangan, cukup marak masyarakat memperbincangkan investasi dengan emas sebagai salah satu

komoditinya. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya pemberitaan dan tulisan baik dari media cetak, koran, bahkan di berbagai seminar yang memperbincangkan masalah investasi emas ini. Emas lebih dipilih oleh para investor daripada komoditi investasi lainnya lantaran emas tidak terpengaruh oleh inflasi (zero inflation effect). Selain itu, harga emas yang terus membumbung naik dalam 10 tahun terakhir ini, hingga saat ini nilainya berada di atas 500.000 per gram, membuat para investor tergiur untuk menginvestasikan modalnya pada logam mulia ini. Jika kita lihat grafik pergerakan harga emas, secara umum harganya mengalami kenaikan, walaupun tidak dipungkiri, ada juga penurunannya, seperti pada tahun 1980an, tahun 1998, karena adanya krisis moneter, maupun di tahun 2008 karena pengaruh krisis yang melanda Amerika Serikat waktu itu. Harga emas melonjak drastis pada tahun 1980, namun kemudian harganya kembali turun, hingga baru bisa menyamai harga awal pada tahun 2002, atau 26 tahun kemudian. Namun, setelah itu harga emas secara umum melonjak cukup drastis. Namun, jenis investasi yang cukup ramai diperbincangkan dan dilakukan oleh masyarakat saat ini adalah investasi emas di perbankan syariah maupun di pegadaian syariah, baik dalam bentuk istilah berkebun emas, cicilan emas, maupun yang lainnya. Berkebun emas adalah teknik berinvestasi emas dengan modal awal yang minimal namun dapat memperoleh emas dalam jumlah yang banyak dengan cara memanfaatkan dana pinjaman dari produk gadai (ar-rahn) di bank syariah atau pegadaian. Produk gadai (ar-rahn) merupakan instrumen utama dari investasi ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membeli emas yang lebih kecil dari yang mampu dibeli, kemudian langsung digadaikan. Dana segar hasil transaksi gadai tersebut dibelikan emas batangan yang lain, kemudian digadaikan lagi. Demikian seterusnya hingga batas kemampuan keuangan. Pada saat dana habis, emas terakhir yang dipegang di tangan tidak digadaikan, tetapi simpan sampai harganya naik selangit. Dalam melakukannya, masyarakat memilih perbankan syariah, maupun pegadaian syariah yang sekiranya menawarkan biaya titip yang paling murah, untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Namun, bagaimanakah metode berkebun emas tersebut dalam pandangan islam? Berbagai versi menyatakan pendapatnya masing-masing. Yang menghalalkan berkebun emas ini, mereka mengambil dalil dalam hukum islam secara umum, yaitu asas ibahah, dimana pada asasnya, segala sesuatu dalam hal bermuamalat boleh dilakukan, sepanjang tidak ada dalil yang melarangnya. Secara umum, belum ada dalil yang mengharamkan metode berkebun emas ini. Apalagi, dengan diperkuat dengan adanya fatwa MUI Nomor 25 tentang rahn, dan juga nomor 26 tentang rahn emas, membuat pihak yang setuju dengan metode berkebun emas ini semakin mantap. Dengan jelas, MUI telah menghalalkan tentang rahn emas, sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Fakta sejarah ini menegaskan kelebihan uang emas (Dinar) dan kelayakannya menjadi produk bisnis yang unggul dan menguntungkan. Dalam Islam, Dinar (emas) dan Dirham (perak) dikenal sebagai alat tukar sejati (ats-tsaman al-haqiqi atau ats-thaman al-khalqi). Sedangkan uang tembaga atau perunggu disebut fulus, yang menjadi alat tukar berdasarkan kesepakatan (tsaman isthilahi). Dari sifatnya yang tak memiliki nilai intrinsik sebesar nilai tukarnya, fulus lebih dekat dengan sifat uang kertas (fiat money). Uang kertas yang kita kenal sekarang, terbukti memberi kontribusi besar dalam meruntuhkan struktur ekonomi sebuah bangsa.

Karenanya, bisnis emas bukan semata-mata mencari keuntungan materi, tapi juga sebagai ibadah dan pengabdian pada Allah SWT. Kewajiban sebagai Muslim bukan hanya menjalankan ibadah mahdhah seperti shalat, puasa Ramadhan, zakat, zikir dan ibadah ritual lainnya, tapi harus ditunjukkan dengan kepatuhan pada aturan yang digariskan Islam dalam berekonomi. Allah SWT berfirman: Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca (al-mizan) itu, dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu, (QS ar-Rahman 7-9). Merujuk pandangan Yusuf al-Qaradhawi, yang dimaksud al-mizan dalam ayat itu adalah timbangan yang mengukur dan menentukan akidah, akhlak, perbuatan individu, sistem dan aliran pemikiran. Maka, tak salah jika ayat tersebut bisa diartikan sebagai perintah menegakkan timbangan secara adil dan larangan mengurangi timbangan. Perwujudan dari perintah dan larangan ini, hanya bisa dijalankan dengan menegakkan sistem keuangan berdasarkan tuntunan Islam yang komprehensif. Karena itu, kesungguhan dalam memperjuangkan kembalinya eksistensi Dinar dan Dirham sebagai instrumen utama sistem moneter, merupakan bentuk ibadah dan dakwah. Sekaligus, menunjukkan konsistensi kita terhadap ajaran Islam secara kaffah. Namun, tidak sedikit yang menyatakan bahwa metode berkebun emas ini adalah haram, dan merupakan suatu penyimpangan dalam berbisnis yang islami. Jika dilhat dari akadnya, maka hal ini sudah sesuai syariah, karena mennggunakan akad beli dan gadai. Namun, dalam berkebun emas, permasalahannya bukan dari akadnya. Boleh jadi, akad yang digunakan adalah beli gadai. Namun, sistem yang dibangun secara keseluruhan di sini lebih menjurus ke investasi, dengan menggunakan akad gadai sebagai modal utamanya. Nah dengan memanfaatkan kenaikan harga sebagai tujuan untuk mendapatkan keuntungan ini, apakah termasuk spekulasi? Setidaknya, motivasi kita dalam membeli emas ada 3. Yaitu trading emas dengan maksud konsumsi, seperti membeli emas sebagai salah satu perhiasan untuk kita pakai. Kedua trading emas dengan maksud utuk lindung nilai (hedging). Dan yang ke tiga adalah trading emas dengan maksud untuk spekulasi. Jika tujuan investasi emas kita adalah untuk hedging, maka kita cukup membeli emas, lalu kita simpan emas tersebut. Bisa di rumah, maupun di perbankan, agar lebih terjamin. Namun, dalam berkebun emas ini motifnya lebih tertuju ke arah spekulasi, yakni dengan menggadaikannya secara berulang-ulang, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Dalam teori berkebun emas, seperti yang dikemukakan oleh Rully Kustandar misalnya, metode berkebun emas ini cocok untuk investasi jangka panjang, dengan asumsi kenaikan sekitar 30 persen per tahun. Namun, masyarakat lebih cenderung untuk menjual emasnya apabila harga emas tiba-tiba meningkat tajam. Hal seperti ini jelas-jelas adalah suatu spekulasi, dan haram hukumnya, terlepas dari banyaknya pendapat yang mempertanyakan bahwa spekulasi seperti apakah yang dihalalkan. Yang jelas, berkebun emas lebih menjurus ke arah maysir (gambling), yaitu memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa bekerja keras/mendapatkan keuntungan tanpa kerja. Spekulasi atas kenaikan harga emas termasuk maysir, karena tidak prokuktif, dan tidak meningkatkan pasokan barang dan jasa. Hal ini jelas-jelas bahwa pelaku memperoleh suatu manfaat tanpa adanya usaha

yang nyata, dan tidak seseuai dengan semangat dan keunggulan ekonomi Islam yang sangat menekankan tumbuhnya sektor riil secara wajar. Kenaikan yang sangat tajam dari harga suatu aset (emas) merupakan tanda-tanda bahwa gelembung yang terjadi pada harga aset tersebut sudah mendekati titik jenuh. Semakin tinggi pohon yang dinaiki, semakin sakit ketika terjatuh. Semakin tinggi harga emas dan semakin banyak orang yang ikut membeli, maka akan semakin banyak korban ketika harga emas jatuh dan semakin besar kemungkinan krisis mengikuti. Sampai dengan saat ini investasi berkebun emas masih dapat dikatakan investasi yang sesuai dengan kaidah syariah Islam karena tidak bertentangan dengan rambu-rambu berinvestasi dalam syariah, antara lain: (1) Terbebas dari unsur riba, (2) Terhindar dari unsur haram, (3) Terhindar dari unsur gharar, (4) Terhindar dari unsur judi (maysir), (5) Terhindar dari unsur syubhat. Namun, apabila di masa yang akan datang investasi kebun emas ini tidak terkendali, maka dikhawatirkan investasi ini akan lebih banyak mengandung mudharat daripada maslahatnya. Sehingga, Bank Indonesia berencana untuk membatasi investasi dengan model berkebun emas ini, tidak hanya secara moral dengan menghimbau perbankan syariah untuk membatasi produk gadai emasnya, tetapi, umungkin ke depannya juga akan dilakukan pembatasan dalam melakukan gadai emas di perbankan syariah, yakni maksimal hanya satu kali top up/ gadai saja untuk mencegah terjadinya bubble (penggelembungan) emas. _______________________________________________________________________________ Emas selalu memainkan peranan khusus dalam investasi. Emas merupakan komoditas yang diperjual belikan di seluruh dunia, tapi lebih penting lagi bagi orang eropa dan asia merupakan media penyimpan nilai (store of value). Emas juga dianggap sebagai asset monetary internasional yang memberikan perlindungan apabila ada gangguan yang sifatnya global. Bank Central dan investor di luar amerika juga menganggap emas sebagai asset mata uang karena emas merupakan core pada system mata uang domestic maupun internasional selama berabad-abad. Emas merupakan investasi strategis karena emas memiliki nilai sejarah dan dalam perjalanannya emas ditawarkan dalam berbagai bentuk perangkat investasi baik investasi pasif maupun aktif. Sebagai contoh gold linked investment termasuk emas batangan, koin, bond (surat utang), mining equity (kepemilikan tambang melalui ekuitas), futures, dan option. Bagi orang eropa dan asia emas adalah merupakan proteksi terhadap inflasi, krisis social, politik atau ekonomi Emas merupakan tangible(physical) asset yang bersifat global dan memiliki supply yang terbatas. Emas mengalami masalah dengan kebiasaan manusia. Secara logika harga emas mudah untuk diprediksi karena produknya sifatnya fisikal, supply dapat diidentifikasi, dan demand juga dapat diidentifikasi. Sebagai contoh untuk perhiasan, kebutuhan industri, koin dan investasi. Beberapa cendekiawan muslim berabad-abad yang lalu juga pernah mengemukakan pendapatnya mengenai logam mulia ini, yaitu sebagai berikut: Pemikiran Al Ghazali

Menurut al-Ghazali, kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar, yakni agama (al-dien), hidup atau jiwa (nafs), keluarga atau keturunan (nasl), harta atau kekayaan (mal), dan intelek atau akal(aql). Ia menitikberatkan bahwa sesuai tuntunan wahyu, tujuan utama kehidupan umat manusia adalah untuk mencapai kebaikan di dunia dan akhirat (maslahat al-din wa al-dunya). Al-Ghazali menjelaskan bahwa karena makanan merupakan kebutuhan pokok, maka motivasi laba harus seminimal mungkin mendorong perdagangan makanan, karena dapat terjadi eksploitasi melalui penerapan tingkat harga dan laba yang berlebihan. Ia menyatakan bahwa karena laba merupakan kelebihan, maka laba pada umumnya harus dicari melalui barang-barang yang bukan merupakan kebutuhan dasar. (Konsep Permintaan Harga Inelastis) BARTER DAN EVOLUSI UANG Penciptaan dirham dan dinar (koin emas dan perak) adalah salah satu kurnia Allah. Semua transaksi ekonomi didasarkan dua jenis uang ini. Dinar dan dirham adalah logam yang tidak memberikan manfaat langsung. Namun orang membutuhkannya untuk mempertukarkannya dengan bermacammacam barang lainnya seperti makanan, pakaian dan lain-lain. Kadangkala seseorang membutuhkan barang yang tidak dimilikinya dan ia memiliki barang yang tidak dibutuhkannya. Contohnya, seseorang memiliki kunyit tetapi ia membutuhkan unta untuk transportasi. Orang yang lain memiliki unta tetapi tidak membutuhkannya sekarang, tetapi ia menginginkan kunyit. Bagaimanapun juga, harus ada ukuran untuk mempertukarkan kedua objek tersebut, karena pemilik unta tidak dapat menyerahkan untanya dalam bentuk utuh untuk dipertukarkan dengan sejumlah kecil kunyit. Tidak ada kesamaan antara keduanya yang memungkinkan kita menentukan jumlah yang sama menyangkut berat dan bentuknya. Barang-barang ini tidak memiliki kesetaraan untuk diperbandingkan secara langsung sehingga kita tidak dapat mengetahui berapa banyak kunyit yang harus disediakan supaya setara dengan nilai unta. Transaksi barter seperti ini sangat sulit. Barangbarang seperti ini memerlukan media yang dapat menentukan nilai tukarnya secara adil. Bila tempat dan kelasnya dapat diketahui dengan pasti, menjadi mungkin untuk menentukan mana barang yang memiliki nilai yang sama dan mana yang tidak. Jadi ditentukanlah bahwa misalnya seekor unta sama dengan 100 dinar dan kunyit sejumlah tertentu sama dengan 100 dinar. Karena masing-masing barang tersebut sama dengan sejumlah dinar tertentu, kedua jumlah tersebut sama satu sama lain. Tetapi dinar dan dirham itu tidak dibutuhkan semata-mata karena logamnya. Dinar dan dirham diciptakan untuk dipertukarkan dan untuk membuat aturan pertukaran yang adil dan untuk membeli barang-barang yang memiliki kegunaan. Sesuatu (seperti uang) dapat dengan pasti dikaitkan dengan sesuatu yang lain jika sesuatu itu tidak memiliki bentuk atau fitur khususnya sendiricontohnya cermin tidak memiliki warna tetapi dapat memantulkan semua warna Permasalahan Riba atau pembayaran bunga Menurut Ibn Taimiyah bahwa hukum Islam menganggap uang sebagai alat pengukur nilai(miyar alamwal*) dan uang tidak boleh menjadi komoditas atau sebuah aset. Syariah mewajibkan seseorang tidak boleh menerima income dari uang (atau komoditas yang memiliki bentuk uang) saja. Penerimaan income yang berasal dari uang (bunga) adalah dilarang. Implikasinya pada institusi

financial Islam yaitu trading/penjualan surat utang, piutang, atau pinjaman conventional dan credit card menjadi terlarang. Dari Dalam Negeri Dewan Syariah Nasional MUI juga memberikan fatwanya walaupun tidak spesifik kepada komoditas seperti logam mulia dan pertanian akan tetapi fatwa tersebutr dapat kita fahami untuk kemudian kita kaitkan dengan investasi di komoditas termasuk dalam hal ini adalah mata uang Berdasarkan fatwa DSN MUI NO: 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang JUAL BELI MATA UANG (AL-SHARF) termasuk komoditas, logam mulia dan turunannya, index ekuitas maupun bond (obligasi) Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut: a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan) b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan) c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh). d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai. Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing a. Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing (valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari ( ) dan merupakan transaksi internasional. b. Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwaadah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah). c. Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi). d. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi). Futures Trading merupakan transaksi turunan dari forward dan memiliki perbedaan Futures contract merupakan isntrumen yang sudah distandarsisasi bahwa melakukan trading di bursa futures, memiliki secondary market(bursa), dan digaransi dari default risk dengan adanya cash settlement harian baik gain/kenaikan nilai maupun loss/penurunan nilai. Sedangkan forward contract merupakan instrument customized yang tidak digaransi terhadap default risk (bankruptcy)

dan over the counter transaction (di luar bursa). Pada bursa future memiliki clearinghouse yang berfungsi untuk mengkoleksi marjin dan cash settlement baik gain/kenaikan marjin atau nilai maupun loss/penurunan marjin atau nilai secara harian yang memberikan garansi terhadap default risk (marking to market). Apabila pada posisi gain/kenaikan marjin/nilai maka cash akan dikreditkan kepada trader di margin account pada tiap harinya, sedangkan loss/penurunan nilai atau marjin maka clearinghouse akan memberikan charge terahadap account tersebut. Pada bursa futures juga ada price limit dimana trading tidak dapat dilakukan di luar price limit. Kesimpulan Jadi future trading karena sama dengan forward maka menurut DSN MUI juga tidak boleh(haram) hukumnya. Investasi logam mulia diperbolehkan selama tujuan dari investasi sendiri adalah untuk berjaga-jaga dan adanya kebutuhan. Perlu diingat semua harta kita yang sudah mencapai minimu nizabnya seperti emas sebesar 98 gram dan telah terakumulasi dalam periode satu tahun wajib dizakatkan. Ini juga berarti Islam tidak menyukai manusia untuk menimbun kekayaan tetapi bagaimana kekayaan kita dapat bermanfaat kita umat yang pada akhirnya bermanfaat pada kita semua karena ekonomi di sektor riil berjalan, dan kesejahteraan secara menyeluruh dapat dicapa Bagaimana urgensi aktifitas investasi menurut Islam ? Allah swt sangat menyenangi umat-Nya yang melakukan investasi dengan cara dan motivasi yang sesuai dengan syariah Islam. Investasi merupakan aktifitas yang sangat mulia, karena melalui aktifitas investasi terjadi pemanfaatan sumber daya untuk kegiatan yang bersifat produktif dan hasilnya bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas. Saat investasi dilakukan, maka akan terjadi effect berikutnya yang bergerak. Pertama, sumber daya yang telah disediakan Allah kepada manusia akan termanfaatkan, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, harta, sehingga tidak idle (mubazir). Kedua, terjadi perputaran uang, karena aktifitas produksi, distribusi dan konsumsi akan meningkat, sehingga perekonomian akan membaik. Ketiga, selama aktifitas investasi berlangsung, maka terdapat distribusi pendapatan yang akan bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan para pihak yang terlibat di dalamnya, seperti pegawai, masyarakat, dll. Dalam perspektif ekonomi secara Islam, investasi tidak hanya bercerita tentang berapa keuntungan materi yang bisa didapatkan melalui aktivitas investasi, tapi ada beberapa faktor yang mendominasi motifasi investasi dalam Islam. Berikutnya, aktivitas investasi dilakukan terdapat muatan sosial yaitu pemberdayaan masyarakat, misalnya berupa keahlian (skill) dan permodalan. Bahkan Allah swt dalam surah at Taubah : 34, mengatakan : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalanghalangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak

menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, Allah swt menganjurkan bagi orang yang beriman untuk memanfaatkan harta yang kita miliki, bukan sebaliknya hanya disimpan/ditimbun (iktinaz). Harta yang dimiliki masyarakat harus berputar dan beredar untuk memperlancar arus perekonomian. Pemanfaatan harta bisa dalam bentuk produksi, konsumsi dan investasi. Namun Saudaraku, saat ini terjadi pergeseran makna atau tujuan investasi yang semakin menyimpan dari apa yang diharapkan oleh Islam. Sebagian investor menyatakan dengan bangga bahwa dirinya telah berinvestasi, tetapi sebenarnya motivasi yang diharapkan tidak lain dan tidak bukan hanyalah keuntungan materi atau uang. Bahkan doktrin investasi yang tertanam dalam otak sebagian para investor, yaitu bagaimana caranya dengan sedikit modal atau uang yang ditanam, bisa mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Mindset investasi seperti ini dapat menggiring investor untuk melakukan investasi dengan cara-cara yang mendzalimi (mengeksploitasi) orang atau pihak lain. Ada juga orang-orang yang ingin meningkatkan hartanya dengan cara berinvestasi yang semudah mungkin. Mindset-nya bagaimana caranya investasi yang tidak perlu susah payah peras otak mengurus pegawai. Lelah memikirkan piutang dagangnya atau yang lainnya, tapi menghasilkan banyak keuntungan uangnya. Jika keuntungan dapat dicapai dengan mudah, mengapa harus bekerja susah payah ? Itulah yang tertanam dalam otak sebagian investor. Mindset seperti ini dapat mengarahkan investor untuk memilih produk-produk investasi yang hanya mengandalkan tren kenaikan harga komoditi di pasar global. Sebagian lagi ada orang yang berinvestasi dengan motivasi tidak mau risiko rugi, maunya untung terus. Tipe investor ini dikenal dengan tipe low risk, tapi harus return, baik low return maupun high return. Tipe ini biasanya akan berlaku tidak adil pada partner-nya. Investor akan meminta jaminan kepada counterparty-nya untuk menjamin investasinya, sedangkan kejadian yang di masa mendatang tidak ada manusia satu pun yang bisa menjamin. Contoh motivasi-motivasi di atas, biasanya akan menggiring investor untuk tidak peduli cara yang dilakukan adalah halal atau haram, diperbolehkan oleh atau yang dilarang Allah swt. Apa yang diinginkan oleh Allah swt pada aktifitas investasi ?. Beberapa hal yang perlu diketahui : 1. Niat atau motivasi. Luruskan niat dalam berinvestasi yaitu untuk mendapatkan cinta atau ridha Allah swt. Bagaimana caranya ? samakan antara niat kita dengan apa yang diperintahkan atau diharapkan oleh Allah swt saat berinvestasi. Tujuan investasi menurut Islam ? Intinya adalah untuk memberikan kemashlahatan atau kemanfaatan (dunia + akhirat) bagi masyarakat luas. Mashlahah yang besar akan tercapai, jika cara yang digunakan adalah benar dan motivasinya benar. Islam tidak membolehkan kemanfaatan hasil investasi hanya beredar pada diri pribadi atau sekelompok orang. Dalam Surah al Hasyr : 7, Allah swt berfirman : apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota

Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. Oleh karena itu, niat diri kita dalam berinvestasi adalah pada investasi yang memiliki dampak positif bagi kemashlahatan masyarakat, bukan hanya diri kita sendiri. Hasil investasi yang kita peroleh dapat pula dinikmati oleh orang lain. Sebagai contoh, kemanfaatan dunia akhirat dari investasi yang kita tanamkan akan berpeluang untuk dapat dinikmati oleh masyarakat, jika investasi kita tanamkan pada real asset/real sector/pasar barang, bukan pada financial asset/pasar uang atau pasar modal. 2. Obyek Investasi Apakah dengan motivasi saja sudah dianggap sudah sesuai dengan konsep Islam ?. Tidak. Motivasi atau niat bagai pintu pembuka bagi kita memasuki ruang investasi. Lalu bagaimana selanjutnya ? Selanjutnya, adalah pastikan bahwa obyek yang kita investasikan adalah obyek yang diperbolehkan menurut Islam atau halal. Dalam Islam sudah jelas membedakan barang-barang apa yang halal dan haram. Begitu juga dengan investasi jangan ditanamkan pada produk-produk atau sektor industri yang haram maupun syubhat (masih dalam perdebatan hukumnya), seperti babi, bank konvensional, rokok, dsb. Satu hal lain yang perlu disampaikan. Saat ini, umumnya obyek investasi dibedakan menjadi 2, yaitu investasi pada financial asset dan pada real asset. Investasi pada financial asset dilakukan di pasar uang dan pasar modal. Sedangkan investasi pada real asset, seperti pada pembelian aset produktif, pembukaan perkebunan, dsb. Secara singkat, perbandingan kemanfaatan investasi (kemashlahatan) pada 2 jenis obyeknya tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi di real asset memberikan kemanfaatan lebih tinggi dibanding financial asset. Selain itu, banyak sekali produk investasi di financial asset yang cenderung mengandung transaksi yang akadnya dilarang oleh Islam, yaitu mengandung unsur MAGHRIB (Maysir, Gharar dan Riba). Nanti akan diperdalam di pembahasan berikutnya. Jadi, jika motivasi atau niat yang ditanamkan dalam diri kita adalah semata-mata hanyalah mendapatkan keridhaan Allah swt, namun obyek investasi adalah obyek yang haram atau syubhat, maka akan menghapus keridhaan Allah swt. Bukan bermaksud untuk menghakimi, tetapi secara logika, bagaimana Allah akan meridhai investasi kita, jika kita berinvestasi pada obyek yang justru dilarang oleh Allah swt. Bagaimana orang tua kita akan menerima secara baik, jika uang yang kita berikan kepadanya adalah hasil dari penjualan barang yang haram atau syubhat. 3. Sistem/Metode Investasi Transaksi dalam aktifitas investasi yang diperbolehkan dalam Islam adalah transaksi-transaksi yang di dalamnya tidak mengandung unsur MAGHRIB dan kezaliman. MAGHRIB terdiri dari Maysir, Gharar dan Riba.

Esensi dari maysir atau perjudian adalah setiap transaksi yang bersifat spekulatif dan tidak berkaitan dengan produktifitas serta bersifat perjudian (gambling) Esensi gharar (unsur ketidakjelasan) adalah setiap transaksi yang berpotensi merugikan salah satu pihak karena mengandung unsur ketidakjelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak ada kepastian pelaksanaan akad. Esensi riba adalah setiap tambahan pada pokok piutang yang dipersyaratkan dalam transaksi pinjang meminjam dan setiap tambahan yang dipersyaratkan dalam transaksi pertukaran antar barang ribawi. Esensi kezaliman (dzulm) adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, memberikan sesuatu tidak sesuai ukurannya, kualitasnya, temponya, dan mengambil sesuatu yang bukan haknya dan memperlakukan sesuatu tidak pada posisinya. Jadi, jika niat investasi kita sudah karena Allah swt, obyek yang diinvestasikan adalah halal, namun sistem yang digunakan dalam investasi tersebut mengandung unsur-unsur MAGHRIB dan zalim, maka investasi kita belum sesuai dengan ketentuan Islam. Satu hal yang dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam berinvestasi tidak semata-mata faktor keuntungan materi yang jadi bahan pertimbangan, tapi ada faktor lain yang lebih penting, seperti investasi harus memberikan kemashlahatan kepada masyarakat luas, bukan pada sekelompok orang. Kemashlahatan akan tercapai, jika obyeknya halal dan transaksinya dilakukan dengan cara yang benar. Islam memberikan batasan dalam transaksi bukan untuk membatasi kreatifitas manusia, tetapi justru menyelamatkan manusia dari kedzaliman yang ditimbulkan dari transaksi tersebut. Kebenaran transaksi tidak dapat dilihat hanya dari kelengkapan administrasi, tetapi kelengkapan antara motivasi+obyek+cara yang benar.

Anda mungkin juga menyukai