Anda di halaman 1dari 5

POTRET KEPERAWATAN DI MASADEPAN Sebuah Renungan dan Pemikiran POTRET PROFESI KEPERAWATAN MASA DEPAN Present by Suraying Alumni

Akper Pamekasan 2013

Perubahan yang terjadi saat ini berjalan sangat cepat dan penuh ketidakpastian, termasuk kondisi kesehatan global yang sangat dinamik dan menuntut kelenturan dan penyesuaian secara terus menerus dan menyeluruh. Perubahan tersebut terkait dengan masalah kesehatan yang makin komplek, perkembangan sains dan teknologi, pergeseran pada system pelayanan kesehatan, proses transisi dari masyarakat agrikultural (tradisional) menjadi masyarakat industrial (maju). Tuntutan keprofesian dan perubahan paradigma sehat serta merujuk pada kesepakatan pasar bebas ASEAN (AFTA) tahun 2003 dan disusul dengan APEC tahun 2010 untuk Asia Pasifik dan 2020 untuk sedunia. Fenomina di atas merupakan pendorong bagi pemerintah untuk mampu menyiapkan tenaga keperawatan yang berkwalitas (professional) serta mampu berkompetisi dalam memenuhi standar global. Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia secara bertahap dan terus menerus. Keperawatan Indonesia berupaya mengembangkan dirinya dalam seluruh bidang keperawatan, mencakup bidang pelayanan, pendidikan dan kehidupan profesi, hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan profesionalisme. Proses profesionalisme pada dasarnya adalah proses pengakuan, yaitu pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat (Nursalam, 2001). Langkah-langkah menuju profesionalisasi keperawatan telah dilakukan sejak adanya lokakarya keperawatan nasional pada bulan Januari 1983, bahwa pelayanan keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral pelayanan kesehatan. Walaupun sudah 23 tahun keperawatan Indonesia menyatakan sebagai tenaga professional namun kenyataannya keperawatan secara keseluruhan terutama pelayanan /asuhan keperawatan hingga saat ini masih belum banyak berubah dan hampir belum beranjak dari posisinya sebagai suatu bentuk pelayanan penunjang medik. Pelaksanaan perawatan pasien di dasarkan pada penerapan keterampilan prosedural dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang merupakan kelanjutan tindakan medik. Berdasarkan hal ini di rumah sakit hanya terdapat catatan atau rekam medik (medical record) dan tidak dikenal adanya catatan/ rekam keperawatan (nursing record). Tidak ada tindakan mandiri seorang perawat serta tindakan-tindakan perawat yang lebih bersifat pekerjaan penugasan dari dokter menimbulkan sikap dan pandangan tentang lingkup tugas dan tanggung jawab seorang perawat sebagai pembantu dokter.

Di samping itu ilmu keperawatan dan metode-metode ilmiah keperawatan yang diajarkan kurang menyentuh problem klinis, sikap professional keperawatan tidak ditumbuhkembangkan dan keterampilan professional keperawatan tidak ditata dengan benar, lulusan dinilai cukup baik bila mampu melaksanakan prosedur-prosedur tindakan menunjang pelayanan medik semata. Keadaan ini berlangsung lama hingga menjadi kebiasaan yang oleh pihak-pihak tertentu dapat diterima, suatu kenyataan yang harus kita terima dengan lapang dada dan secara jujur mengakui inilah keperawatan Indonesia saat ini dan tidak akan tetap demikian di masa yang akan datang. Gerakan pengembangan keperawatan akan terus berlangsung dengan arah yang benar dan baik menuju terwujudnya profesi keperawatan yang dibutuhkan dan dihargai oleh masyarakat. Pengembangan tersebut merupakan tuntutan sehubungan dengan Undang-Undang N0 20/2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Demikian pula Undang-Undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan yang mengatur antara lain bahwa pemulihan kesehatan dan penyembuhan penyakit harus dilaksanakan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan oleh tenaga yang memiliki kewenangan dan ijzin untuk itu. Langkah yang paling awal dan penting dilakukan dalam proses profesionalisme keperawatan di Indonesia adalah menata pendidikan keperawatan sebagai pendidikan professional, sehingga peserta didik mendapat pendidkan dan pengalaman belajar sesuai dengan yang dituntut profesi keperawatan. Seperti kataMiller (1985) gaining a body of knowladge in a University setting and a science orientation at the graduate level in nursing. Pendidikan keperawatan sebagai institusi yang mengembangkan dan menciptakan tenaga keperawatan memiliki peran yang sangat besar dalam proses profesionalisasi keperawatan, Karena pendidikan keperawatan mampu memberikan bentuk dan corak tenaga keperawatan dari lulusannya, tingkat kemampuan dan sekaligus mampu untuk memfasilitasi pembentukan komonitas keperawatan dalam memberikan suara dan sumbangsih bagi profesi dan dan masyarakat (Maarif, 1999). System Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dikembangkan saat ini ditujukan untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di masa depan, khususnya terwujudnya keperawatan sebagai suatu profesi dalam segala aspeknya. Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan lulusan sesuai dengan fungsi pokoknya yaitu fungsi pendidikan, fungsi riset ilmiah, dan fungsi pengabdian kepada masyarakat dalam bidang keperawatan. Salah satu upaya penataan pendidikan keperawatan diarahkan kepada mengembangan lahan praktik keperawatan disertai pembinaan masyarakat professional keperawatan (professional community) dengan cara pelaksanaan pengalaman belajar klinik

(PBK) dan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) yang berbasis kompetensi bukan penunjang pelayanan medik.

Menurut hemat penulis, sains keperawatan yang sebenarnya bukan hanya penguasaan materi secara konseptual tetapi lebih ditekankan pada kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori pada tatanan klinis, sehingga pengalaman belajar klinik atau lapangan merupakan proses transformasi mahasiswa menjadi seorang perawat professional. Tentunya strategi tersebut harus didukung oleh pembimbing klinik yang mampu mengelola program bimbingan dan tanggap terhadap situasi klinik sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik yang mampu menampilkan sikap/ tingkah laku serta penerapan keterampilan professional. Sekarang yang menjadi pertanyaan kita adalah mampukah Pendidikan tinggi Akademi Keperawatan Pamekasan mewujudkan lulusan (perawat) yang professional ? sungguh pertanyaan ini menjadi renungan bagi kita semua dengan sebuah harapan agar Akper Pamekasan secara berencana, terarah dan terus menerus melakukan penataan yang mendasar serta pembinaan proses belajar mengajar yang baik dan benar terutama dalam proses pembelajaran klinis, sehingga Akper Pamekasan dapat menghasilkan perawat yang professional yang mempunyai kemampuan keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal sebagai realisasi dari VISI Akper Pamekasan itu sendiri yaitu Mewujudkan lembaga pendidikan tinggi keperawatan yang terkemuka berdasarkan IMTAQ dan IPTEK untuk menghasilkan sumber daya manusia yang siap pakai sesuai perkembangan zaman. Semoga Akper Pamekasan menjadi lokomotif pembaruan dalam profesionalisme keperawatan di Indonesia sehingga dapat mencetak lulusan yang berkwalitas unggul 3. Masalah yang ada dalam pendidikan keperawatan Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi mengatakan ada dua masalah dalam dua keperawatan Indonesia saat ini yaitu terkait distribusi dan pengabdian perawat.

"Jumlah perawat kita saat ini 220.575 jiwa dan berdasarkan rasio WHO jumlah tersebut sudah mencukupi. Namun ada dua masalah, yaitu terkait distribusi dan pengabdian perawat," katanya di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan dari sisi distribusi, saat ini masih banyak perawat yang lebih suka tinggal dan bekerja di kota besar sehingga keberadaan perawat di desa terpencil minim.

"Perawat tidak mau bekerja di daerah terpencil. Apalagi kalau perawat itu pendidikannya tinggi, dia tidak mau lagi mengurusi pekerjaan yang istilahnya kotor, mereka maunya bekerja di

manajemen

keperawatan.

Ini

tentu

pasti

ada

masalah,"

kata

dia.

Sementara itu di sisi pengabdian, menurut dia, perawat masih harus meningkatkan pelayanan dan pengabdiannya dengan kinerja yang profesional. Caranya dengan selalu berupaya meningkatkan jenjang pendidikannya ke tingkat lebih tinggi.

Dia mengharapkan seluruh pihak terkait, terutama instansi pendidikan untuk bisa memberikan kesempatan bagi perawat, khususnya di daerah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, kepribadian dan tata cara melayani pasien.

Sebab, menurut Nafsiah, masih ada keluhan dari masyarakat di sejumlah tempat terkait buruknya pelayanan dari perawat puskesmas.

"Masyarakat sekarang kritis, saya pernah menerima SMS aduan dari masyarakat bahwa perawat di sebuah puskesmas jahat. Saya kaget juga kok menteri sampai mengurusi hal seperti ini, tapi memang begini lah fakta yang harus kita benahi bersama," ujar dia.

Pada bagian lain dia meminta perawat dapat bekerja dengan profesional, melayani dengan kasih sayang, dan memegang teguh etika profesi. Hal tersebut menurutnya sangat penting sebab pada tahun 2015 akan diberlakukan Masyarakat ASEAN, di mana pada masa itu akan banyak tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia, tidak terkecuali perawat.

"Pada 2015 akan diberlakukan Masyarakat ASEAN saya tidak bisa menghalau perawat asing untuk masuk ke Indonesia. Makanya kalau mutu perawat kita tidak becus, maka kita akan kalah bersaing,"ujarnya.

Di sisi lain Nafsiah mengaku tetap mengapresiasi perkembangan dunia keperawatan saat ini yang sudah mampu menghasilkan perawat dengan spesialisasi tertentu misalnya spesialis anak, bedah, kanker, lansia dan cacat.

"Ini cukup membanggakan walaupun masih ada yang tidak mau mengambil spesialisasi tertentu

seperti itu. Di dunia internasional dunia keperawatan kita juga sudah mulai dilirik misalnya oleh Jepang yang meminta agar perawat Indonesia datang ke Jepang untuk merawat para lansia di sana karena perawat Indonesia dikenal ramah dan sabar," kata dia.

Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi mengatakan ada dua masalah dalam keperawatan Indonesia saat ini yaitu terkait distribusi dan pengabdian perawat. Sisi distribusi, saat ini masih banyak perawat yang lebih suka tinggal dan bekerja di kota besar sehingga keberadaan perawat di desa terpencil minim.

Seperti perawat tidak mau bekerja di daerah terpencil. Apalagi jika pendidikan perawat tersebut tinggi, sebagian besar mereka lebih menyukai bekerja di manajemen keperawatan daripada dibagian tindakan yang notabene pekerjaan yang kotor. Sementara itu di sisi pengabdian. Perawat masih harus meningkatkan pelayanan dan pengabdiannya dengan kinerja yang profesional. Caranya dengan selalu berupaya meningkatkan jenjang pendidikannya ke tingkat lebih tinggi.

Mboi, Nafsiah.2013. Ada dua masalah dalam keperawatan Indonesia. http://www.antaranews.com/berita/362288/ada-dua-masalah-dalam-keperawatan-indonesia

Anda mungkin juga menyukai