Anda di halaman 1dari 17

Tugas I nstalasi I ndustri

PENTANAHAN GARDU INDUK









OLEH KELOMPOK 3
MUH. SYIFAAI FIRMAN (321 11 033)
MUH. ARSIL (321 11 034)
NURHIDAYANTI (321 11 035)


PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Gardu induk yang biasanya disingkat G.I merupakan kunci dari sistem tenaga listrik
dan karena itu tidak dapat dirancang terpisah dari bagian sistem yang lain. Pertama-
tama,berdasarkan taksiran kebutuhan tenaga listrik, dirancangkan sistem tenaga listrik secara
menyuluruh, termasuk unsur-unsur pembangkitan, transmisi, transformasi dan distribusi, dan
bersamaan dengan itu dirancang pula gardu induk yang merupakan titik- titik sampul dalam
jaring- jaring sistem. Dan termasuk di dalamnya sistem pentanahan.
Tujuan pembumian di gardu induk adalah supaya ia aman bagi manusia atau ternak,
dan untuk mencegah gangguan pada alat akibat kenaikan potensial tanah ketika ada arus
gangguan atau arus petir ke tanah. Dan juga agar tegangan rangkaian pada sistem transmisi
dan bekerjanya rele pengaman stabil. Namun tujuan utama adalah untuk tujuan pertama di
atas . Gangguan terhadap manusia, ternak, dan alat-alat disebabkan oleh adanya gradien
potensial tanah yang ditimbulkan oleh arus gangguan atau arus sambaran petir dan oleh
kenaikan tegangan kontak. Dengan hanya mengurangi tahanan pengetanahan, gardu tidak
dapat dianggap cukup aman, meskipun hal ini memang perlu. Cara yang terbaik adalah
dengan membuat sistem pengetanahan sedemikian sehingga gradien potensial dan tegangan
kontak seluruhnya seragam serta nilainya kurang dari harga yang diizinkan.
Sebuah Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITT) harus memiliki sistem pentanahan
yang handal yang memenuhi standard aman bagi manusia dan peralatan yang berada di area
gardu induk. Sistem pentanahan yang digunakan harus benar-benar dapat mencegah bahaya
ketika pada saat gangguan terjadi, di mana arus gangguan yang mengalir ke bagian peralatan
dan ke piranti pentanahan dapat diketanahkan sehingga gradien tegangan disekitar area
pentanahan menjadi merata sehingga tidak menimbulkan beda potensial antara titik-titik
disekitar terjadinya gangguan




BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Pengertian gardu induk.
Gardu induk merupakan simpul didalam sistem tenaga listrik, yang terdiri dari
susunan dan rangkaian sejumlah perlengkapan yang dipasang menempati suatu lokasi
tertentu untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik, menaikkan dan menurunkan
tegangan sesuai dengan tingkat tegangan kerjanya, tempat melakukan kerja switching
rangkaian suatu sistem tanaga listrik dan untuk menunjang keandalan sistem tenaga
listrik terkait

Fungsi gardu induk adalah :
1. Mentransformasikan daya listrik. Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi
(500 KV/150 KV). Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/
70 KV).Dan ari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70
KV/20 KV) dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem tenaga
listrik.
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan
tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses penurunan
tegangan melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder) tegangan menengah yang
ada di gardu induk.
4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita
kenal dengan istilah SCADA.

Berdasarkan fungsinya gardu induk diklasifikasikan atas :
1. Gardu Induk Penaik Tegangan
Gardu Induk Penaik Tegangan adalah gardu induk yang berfungsi untuk
menaikkan tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi
tegangan sistem.Gardu Induk ini berada di lokasi pembangkit pembangkit listrik kecil
dan harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi,
tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.

2. Gardu Induk Penurun Tegangan
Gardu Induk Penurun Tegangan adalah gardu induk yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan, dari tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih
rendah dan menengah atau tegangan distribusi. Gardu Induk terletak di daerah pusat-
pusat beban, karena di gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.
3. Gardu Induk Pengatur Tegangan
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga
listrik.Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage
drop) transmisi yang cukup besar.Oleh karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti
bank capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.
4. Gardu Induk Pengatur Beban
Gardu Induk Pengatur Beban berfungsi untuk mengatur beban.Pada gardu induk
ini terpasang beban motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik,
motor berubah menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau
menjadi beban, dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan air
kembali ke kolam utama.
5. Gardu Induk Distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ke tegangan
distribusi.Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban

2.2 Sistem pentanahan gardu induk
Gardu Induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa peralatan
listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi primer.
Gardu Induk befungsi sebagai penyalur daya (KVA, MVA) sesuai dengan tegangan
operasinya. Karena peranannya yang sangat penting dalam menyalurkan daya listrik dan
menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi primer maka harus
diterapkan sistem pentanahan yang memenuhi persyaratan sistem pengaman yaitu :
1. Kepekaan (Sensitivity)
Sistem pentanahan Gardu Induk harus peka terhadap gangguan yang terjadi, dan secara
proposional mampu mendeteksi gangguan dengan tepat di area atau zona yang di amankan


2. Keandalan (Reliability)
Sistem Pentanahan Gardu Induk harus handal. Tidak boleh gagal, mampu bekerja sesuai
dengan pengaturan yang diterapkan pada sistem pentanahan tersebut.
3. Kecepatan (Speed)
Sistem Pentanahan Gardu Induk secara cepat dapat mengamankan jika terjadi gangguan
yang terjadi
Dari beberapa poin diatas tentang bagaimana seharusnya kerja dari sistem pentanahan
Gardu Induk mampu mengamankan dari berbagai gangguan. Namun ada sebuah gangguan
yang sering terjadi yaitu tegangan lebih yang harus diamankan agar tidak menggangu sistem.
Namun, keandalan sistem pentanahan tidak selalu pada kondisi yang baik dalam
mengamankan Gardu Induk dari gangguan Tegangan lebih, maka diperlukan langkah-
langkah seperti berikut :
1. Perawatan secara rutin terhadap sistem pentanahan Gardu Induk
2. Inspeksi rutin terrhadap sistem pentanahan
3. Penggantian secara berkala pada saat alat sudah tidak mampu bekerja secara baik lagi.

Pada sistem tenaga listrik penggunaan peralatan sudah ditetapkan standar intensitas
tegangan yang dapat melewati peralatan pada sistem dan jangan sampai tegangan yang
melewati melebihi standar, dan fenomena ini sering kita sebut juga tegangan lebih. Tegangan
lebih adalah sebuah gangguan pada alat kelistrikan yang menyebabkan kerusakan pada sistem
tenaga listrik, karena biasanya sistem tenaga listrik dapat dialiri tegangan nominal namun
karena ada suatu gangguan yang datangnya dari luar maupun dari dalam sistem tenaga listrik
tersebut bisa menimbulkan tegangan lebih yang intensitasnya melebihi tegangan nominal.
Penyebab utama pemicu terjadinya tegangan lebih di bagi 2 macam yaitu :
1. Ganguan dari Dalam
a. Surja Hubung
Tegangan lebih yang dihasilkan pada saat buka-tutupnya switch penghubung dan
pemutus daya pada sistem tenaga listrik. Misalnya terjadi pada jalur rangkaian terbuka
dan pada jalur rangkaian berbeban.


b. Kegagalan Isolasi
Kasus Kegagalan isolasi yang biasanya terjadi pada Sistem Tenaga Listrik adalah
pada kawat pentanahannya (kegagalan isolasi dari jalur penghantar ke tanah saat adanya
gangguan terjadi) yang mana hal ini akan memicu terjadinya tegangan lebih pada Sistem.
c. Busur Api ke Tanah
Fenomena ini terjadi hanya beberapa saat saja ketika terjadi gangguan yang
menyebabkan busur api, dimana lonjakan api gagal melewati kawat tanah dan langsung
ke tanah (Ground). Peristiwa ini dapat menyebabkan tegangan transient yang dapat
merusak peralatan pada Sistem Tenaga Listrik.
d. Resonansi
Resonansi dalam sebuah system kelistrikan terjadi ketika reaktansi induktif rangkaian
menjadi sama dengan reaktansi kapasitif. Dan pada dasarnya resonansi menyebabkan
tegangan berlebih pada system tenaga listrik karena impedansi sama dengan induksi pada
rangkaian Sistem Tenaga Listrik tersebut
2. Gangguan dari Luar
Pada gangguan dari luar berbeda dengan gangguan dari dalam. Gangguan dari dalam
biasanya menghasilkan lonjakan tegangan yang tidak begitu besar dan umumnya
gangguan internal dapat ditanggulangi dengan penggunaan peralatan Isolasi yang tepat.
Tapi, jika system terkena gangguan dari luar seperti Surja Petir maka timbul tegangan
yang melebihi batas normal, sehingga kerusakan yang ditimbulkannya akan jauh lebih
besar dibanding gangguan dari dalam.
Hal hal penting yang harus diperhatikan dalam sistem pentanahan gardu induk adalah:
1. Sistem pengetanahan peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya menggunakan
konduktor yang ditanam secara horisontal, dengan bentuk kisi-kisi (grid). Konduktor
pengetanahan biasanya terbuat dari batang tembaga keras dan memiliki konduktivitar
tinggi, terbuat dari kabel tembaga yang dipilin (bare stranded copper) dengan luas
penampang 150 mm
2
dan mempunyai kemampuan arus hubung tanah sebesar 250 kA
selama 1 detik. Konduktor itu ditanam sedalam kira-kira 30 cm 80 cm atau bila dibawah
kepala pondasi sedalam kira-kira 25 cm
2. Luas kisi-kisi daerah switchyard sesuai dengan peralatan-peralatan yang ada, dibatasi
maksimum 10 m 5 m. Kisi-kisi pengetanahan bersambungan satu dengan yang lainnya
dan dihubungkan dengan batang pengetanahan yang terdiri-dari batang tembaga. Batang
tembaga ini berdiameter 15 mm, panjang 3,5 mm, ditanam dengan kedalaman minimal
sama dengan panjang batang itu sendiri. Selanjutnya batang pengetnahan ini disebut titik
pengetanahan.
3. Untuk pengetanahan rangka / badan dari peralatan dan struktur digunakan batang-batang
pengetanahan yang mempunyai luas penampang sama dengan luas penampang kisi-kisi
pengetanahan
4. Semua dasar isolator-isolator, terminal-terminal pengetanahan dan pemisah
pengetanahan, netral trafo arus dan trafo tenaga, dasar penangkap petir (lightning
arrester) dan struktur dihubungkan dengan kisi-kisi pengetanahan. Pagar swithyard yang
terbuat dari besi/logam dan terisolir dari tanah diketanahkan melaluibatang tembaga (35
mm
2
) panjang 1 meter serta ditanam di luar pagar sedalam 50 cm dengan jarak lebih dari 5
meter terhadap kisi-kisi pengetanahan utama.

2.3 Perencanaan Pengetanahan Switchard
Seperti yang telah dijelaskan bahwa arus gangguan tanah yang mengalir ditempat
gangguan maupun di tempat pengetanahan gardu induk menimbulkan perbedaan tegangan di
permukaan tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya tegangan sentuh dan tegangan
langkah yang melampaui batas-batas keamanan manusia dan binatang.
Sistem pengetanahan pada gardu induk membuat permukaan tanah di lokasi gardu
induk mempunyai perbedaan tegangan yang serendah-rendahnya pada waktu terjadi
gangguan hubungan tanah atau membuat tahanan tanah serendah-rendahnya.
Pengetanahan peralatan pada gardu induk biasanya menggunakan sistem
pengetanahan kisi-kisi (grid) dan di lokasi switchyard diberi lapisan koral untuk mengurangi
besar perbedaan tegangan pada permukaan tanah.
Perencanaan sistem pengetanahan pada gardu induk ini didasarkan pada standar IEEE
80 IEEE guide for safety in substation Grounding dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan tahanan jenis tanah.
2. Perencanaan pendahuluan tata letak (layout) dan data-data.
3. Menghitung arus fibrilasi.
4. Menghitung jumlah batang pengetanahan yang diperlukan.
5. Menghitung arus gangguan hubung tanah.
6. Menghitung tahanan batang.
7. Menghitung ukuran konduktor kisi-kisi.
8. Menghitung tegangan sentuh.
9. Menghitung tegangan kisi-kisi (grid)
10. Menghitung tegangan mesh.
11. Menghitung tegangan langkah yang diijinkan.
12. Menghitung tegangan langkah yang sebenarnya.
13. Pemeriksaan tegangan trasfer (trasferred potential).

2.3.1 Tata Letak (Layout)
Kisi-kisi (grid) pengetanahan menggunakan konduktor tembaga bulat yang ditanam
pada seluruh batas gardu induk. Pengaturan tata letak sistem pengetanahan pada suatu gardu
induk dapat dilihat pada gambar 9.1. Pada gambar tersebut diberikan panjang konduktor
termasuk batang pengetanahan = 1.600 meter.
2.3.2 Tahanan Jenis Tanah
Pengukuran tahanan jenis tanah pada lokasi gardu induk diambil pada beberapa titik
lokasi. Tahanan jenis tanah dapat dihitung dengan mengguankan persamaan sebagai berikut:
R at 2 =
Dimana :

= resistansi jenis rata-ratatanah (ohm-meter)
a = jarak antara batang pentanahan yang terdekat (meter)
R = besar resistans yang terukur (ohm)
Misalkan hasil pengukuran di lokasi gardu induk tersebut diperoleh besar tahanan jenis rata-
rata = 750 ohm-meter.
2.3.3 Arus Fibrilasi
Besarnya arus yang mengalir pada tubuh manusia dimana arus listrik dapat
menyebabkan jantung mulai fibrilasi, dapat dihitung berdasarkan persamaan :

t
I
k
116 , 0
=
Dimana :
I
k
: arus fibrilasi (amper)
T : lama waktu gangguan (detik) = 0,75 detik
Lama waktu gangguan t tergantung dari beberapa faktor, antara lain stabilitas sistem,
tipe switchgear dan tipe rele dan pemutus daya yang digunakan. Sebegitu jauh belum ada
standar mengenai lama waktu gangguan. Waktu yang dianggap realistis berkisar antara 0,5
detik sampai 1,0 detik. Pengambilan waktu 0,75 detik di atas dianggap sudah memenuhi
persyaratan dan cukup realistis. Bila harga-harga tersebut dimasukan pada persamaan maka
diperoleh :
134 , 0 =
k
I ampere
2.3.4 Jumlah Batang Pengetanahan yang Diperlukan
Pada waktu arus gangguan mengalir antara batang pengetanahan dan tanah, tanah
akan menjadi panas akibat arus
2
i . Suhu tanah harus tetap di bawah 100C untuk menjaga
jangan sampai terjadi penguapan pada air kandungan dalam tanah dan kenaikan tahanan
jenis.
Kerapatan arus yang diijinkan pada permukaan batang pengetanahan dapat dihitung
dengan persamaan :
t
d i

ou
4
10 1414 , 3

=
Dimana :
I = kerapatan arus yang diijinkan
d = diameter batang pentanahan (mm)
o
= panas jenis rata-rata tanah (watt-detik/m
3
/C)
u
= kenaikan suhu tanah yang diijinkan

= resistans jenis tanah
T = lama waktu gangguan
Kenaikan suhu tanah yang diijinkan adalah antara perbedaan temperatur rata-rata tahanan dan
100C. misalkan kenaikan suhu diambil = 50C, maka kerapatan arus i :
i = 0,186 amp/cm ( = 750 ohm-meter)
seluruh panjang batang pentanahan yang diperlukan dihitung dari pembagian arus gangguan
ke tanah dengan kerapatan arus yang diijinkan, sedangkan jumlah batang pengetanahan yang
diperlukan diperoleh dari pembagian panjang total dengan panjang satu batang. Jadi bila
besar arus gangguan 1200 Ampere, maka jumlah batang pengetanahan minimum dengan
panjang 3,5 meter :
19
186 , 0 100 5 , 3
1200
=

Batang
2.3.5 Arus Gangguan
Besar arus gangguan tanah maksimum didasarkan pada nilai pemutusan (interrupting
rating) dari peralatan pengetanahan gardu induk. Misalkan tegangan sistem 70 KV dan
diketanahkan dengan kumparan Petersen yang dilengkapi dengan tahanan shunt. Besar arus
gangguan tanah diambil 30% dari arus hubung singkat tiga fasa, yaitu setelah kumparan
petersen di paralel oleh tahanan. Dalam disain ini dimisalkan arus gangguan sebesar 1200
Amper.
2.3.6 Ukuran Kisi-Kisi Penghantar Pentanahan
Persamaan berikut yang dikembangkan oleh I.M. Onderdonk, dapat digunakan untuk
menentukan ukuran dari konduktor tembaga minimum yang dipakai sebagai kisi-kisi
pengetanahan.

|
|
.
|

\
|
+
+

=
1
234
log
33
10
a
a m
T
T T
t
I A

Dimana :
A = penampang konduktor (circular mils)
I = arus gangguan (= 1200 Ampere)
T = lama gangguan ( = 0,75 detik)
Tm = suhu maksimum konduktor yang diijinkan (=1083C)
Ta = suhu sekeliling tahanan (=30C)

Dengan menggunakan harga-harga tersebut di atas pada persamaan diperoleh A = 7146
circular mils atau A = 3,62 mm
2
. luas penampang / diameter untuk sambungan-sambungan
dengan pengelasan atau dengan baut dapat ditentukan dengan mensubstitusi T
m
dalam
persamaan yaitu :
- Untuk pengelasan T
m
= 450C.
- Untuk baut T
m
= 250C.
Sehingga :
- Untuk pengelasan A

= 4,71 mm
2

- Untuk baut A

= 5,90 mm
2


2.3.7 Tegangan Sentuh yang diijinkan
Besar tegangan sentuh yang diijinkan dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini :
( )
s k k s
R I E 5 , 1 + =
Dimana :
k
I
= arus fibrilasi (=0,134 Amper)
k
R
= tahanan badan manusia (=1000 Ohm)
s

= tahanan jenis permukaan batu kerikil basah dimana orang berdiri
= 3000 Ohm-meter (untuk tanah yang dilapisi hamparan batu
koral).
Dengan memasukan harga-harga tersebut diperoleh :
Volt E
s
737 =





Tabel Tegangan sentuh yang diizinkan dan lama gangguan berdasarkan I EEE Std 80-
1986.
Lama Gangguan (t) Tegangan Sentuh Yang Diizinkan
(detik) (Volt)
0,1 1980
0,2 1400
0,3 1140
0,4 990
0,5 890
1 626
2 443
3 362

Untuk pentanahan grid dengan model bujur sangkar maupun empat persegi panjang
(rectangular grid) menurut IEEE Std 80-1986 mempunyai batasan :

1. Jumlah konduktor parallel dalam satu sisi kurang dari 25 (n<25).
2. 0.25 < h < 2.5 dengan h adalah kedalaman penanaman konduktor (m)
3. d < 25 m, d adalah diameter penghantar (m)
4. D > 2.5 m, D adalah jarak antar konduktor parallel (m).

2.3.8 Tegangan Mesh atau Tegangan Sentuh Maksimum Sebenarnya
Tegangan mesh merupakan salah satu bentuk tegangan sentuh. Tegangan mesh ini
didefinisikan sebagai tegangan peralatan yang diketanahkan terhadap tengah-tengah daerah
yang dibentuk konduktor kisi-kisi (center of mesh) selama gangguan tanah. Tegangan mesh
ini menyatakan tegangan tertinggi yang mungkin timbul sebagai tegangan sentuh yang dapat
dijumpai dalam sistem pengetanahan gardu induk, dan inilah yanag diambil sebagai tegangan
untuk disain yang aman.
Tegangan sentuh maksimum yang timbul dalam rangkaian (mesh) tidak terletak di
pusat kisi-kisi (daerah persegi empat yang dibentuk konduktor kisi-kisi), dimana tegangan
mesh di atas dihitung, tetapi terletak agak di bagian luar kisi-kisi (grid). Tetapi bila kisi-kisi
mempunyai delapan konduktor paralel atau kurang perbedaan tegangan sentuh maksimum
yang ada dan tegangan mesh di bagian luar kisi-kisi tidak akan melebihi 10%. Oleh karena
itu, untuk kisi-kisi dengan delapan konduktor paralel atau kurang tidak dibutuhkan
perhitungan yang eksak (teliti) bila dipergunakan faktor keselamatan yang sesuai dalam
perbandingan antara tegangan mesh dan tegangan sentuh yang diijinkan.jadi bila kisi-kisi
mempunyai delapan konduktor paralel atau kurang, tegangan mesh dapat dihitung dengan
persamaan 9.6 dan 9.7. Tetapi bila jumlah konduktor paralel melebihi 8, persamaan 9.7 diatas
harus dirubah.
2.3.9 Tegangan Langkah yang diijinkan
Tegangan langkah yang diijinkan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
( )
s k k l
R I E 6 + =
Dimana :
I
k
: arus fibrilasi (=1,134 Amper)
R
k
: tahanan tubuh manusia (-1000 ohm)

s
: tahanan jenis permukaan tanah (=3000 Ohm-meter)
Maka diperoleh :
2546 =
l
E Volt
Tabel Tegangan Langkah yang diijinkan dan lama gangguan berdasarkan I EEE Std 80-
1986.
Lama Gangguan (t) Tegangan Langkah yang Diijinkan
(detik) (Volt)
0,1 7000
0,2 4950
0,3 4040
0,4 3500
0,5 3140
1 2216
2 1560
3 1280

9.2.1. Teganggan Langkah Sebenarnya
Tegangan langkah sebenarnya adalah perbedaan tegangan yang terdapat diantara
kedua kaki bila manusia berjalan diatas tanah sistem pengetanahan pada keadaan terjadi
gangguan. Tegangan langkah maksimum sebenarnya dapat dihitung dengan persamaan
berikut ini :


L
I
K K E
i s lm
=
Dimana :

= tahanan jenis rata-rata tanah (= 750 Ohm-meter)
K
i
= 0,65 + 0,172 n = 3,402 (n = 16)
I = arus gangguan tanah maksimum (= 1200 Amper)
L = panjang total konduktor yang ditanam, termasuk batang
pengetanahan = 1600 meter

( )
|
|
.
|

\
|

+ + + +
+
+ =
D n D D h D h
K
s
1
1
3
1
2
1 1
2
1 1

t

Dimana :
h = kedalaman penanaman konduktor penanaman (= 0,8 meter)
D = jarak antara konduktor-konduktor paralel (= 5 meter)
Maka :
( ) Volt E
lm
768 1600 / 1200 750 402 , 3 4014 , 0 = =
Jadi tegangan langkah sebenarnya 768 Volt, sedang tegangan langkah yang diijinkan 2546
Volt. Dengan demikian pemilihan jarak-jarak kisi-kisi serta panjang total konduktor sudah
memenuhi persyaratan.








BAB III
PENUTUP
Pembumian pada gardu induk sangatlah penting di mana tujuannya adalah sebagai proteksi
terhadap berbagai macam gangguan dan agar ia aman bagi manusia atau ternak, dan untuk
mencegah gangguan pada alat akibat kenaikan potensial tanah ketika ada arus gangguan atau
arus petir ke tanah. Dan juga agar tegangan rangkaian pada sistem transmisi dan bekerjanya
rele pengaman stabil. Namun tujuan utama adalah untuk tujuan pertama di atas . Gangguan
terhadap manusia, ternak, dan alat-alat disebabkan oleh adanya gradien potensial tanah yang
ditimbulkan oleh arus gangguan atau arus sambaran petir dan oleh kenaikan tegangan kontak.
Dengan hanya mengurangi tahanan pengetanahan, gardu tidak dapat dianggap cukup aman,
meskipun hal ini memang perlu. Cara yang terbaik adalah dengan membuat sistem
pengetanahan sedemikian sehingga gradien potensial dan tegangan kontak seluruhnya
seragam serta nilainya kurang dari harga yang diizinkan













DAFTAR PUSTAKA

Ir Sulasno. 1990. Pusat Pembangkit Tenaga Listrik.Sw April. Semarang
http://dunialistrik.blogspot.com
http://ichsan025104.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai