Anda di halaman 1dari 0

Universitas Indonesia

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Museum Taman Prasasti merupakan salah satu museum di Jakarta yang
memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan museum lain yang pada umumnya
memamerkan koleksinya di dalam suatu bangunan (indoor museum), Museum
Taman Prasasti memamerkan koleksinya di ruang terbuka (outdoor museum).
Keunikan lainnya adalah bahwa kawasan museum pada awalnya merupakan
kompleks pemakaman masyarakat Belanda pada masa kolonial.
Kompleks pemakaman yang menjadi cikal bakal Museum Taman Prasasti
didirikan pada tahun 1795 (Heuken, 1997:244). Menurut Adolf Heuken, kompleks
pemakaman tersebut merupakan taman pemakaman umum modern tertua yang
masih tersisa di Jakarta, bahkan merupakan salah satu yang tertua di dunia.
Pemakaman tersebut lebih tua dari Fort Canning Park (1926) di Singapura, Gore
Hill Cemetery (1868) di Sydney, La Chaise Cemetery (1803) di Paris, Mount
Auburn Cemetery (1831) di Cambridge, Massachusetts (yang diklaim sebagai
taman makam modern pertama di dunia), dan Arlington National Cemetery (1864)
di Washington D.C. (ikon visual lansekap sejarah Amerika Serikat) (Joga dkk.,
2005:11-12).
Pada awalnya, tempat yang sekarang menjadi lokasi Museum Taman
Prasasti digunakan sebagai pemakaman khusus orang asing, terutama yang
beragama Kristen (Heuken, 1997:244). Pemakaman itu disebut Kebon Jahe
Kober. Kawasan pemakaman berkembang hingga seluas 5,9 hektar (Heuken,
1997:243). Kemudian pada tahun 1975, pemakaman ditutup dengan alasan
kawasan makam telah penuh (DMS DKI Jakarta, 1994:10)
1
. Pada tanggal 9 Juli
1977, kawasan pemakaman tersebut dijadikan sebagai Museum Taman Prasasti
dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin (Abieta, 2005). Akibat
pembangunan gedung-gedung pemerintahan di sekitarnya, saat ini kawasan
museum hanya memiliki luas 1,2 hektar (Heuken, 1997:243).

1
DMS DKI Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
1
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
2
Melalui penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa Museum Taman
Prasasti pada awalnya bukanlah kawasan yang diciptakan khusus sebagai suatu
museum, melainkan suatu pemakaman di wilayah tengah Kota Jakarta. Namun,
karena kawasan pemakaman tersebut dianggap memiliki nilai historis dan
arkeologis, maka dijadikan suatu museum sebagai usaha untuk melestarikannya.
Sebelum mendalaminya lebih jauh, perlu diketahui terlebih dahulu definisi
museum. Menurut ICOM (International Council of Museum), museum adalah
sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh,
merawat, menghubungkan, dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi,
pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan
lingkungannya (Sutaarga, 1983:19)
2
. ICOM juga memberikan penjelasan
mengenai institusi-institusi yang terkait dengan definisi museum tersebut, antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Lembaga-lembaga konservasi dan ruangan-ruangan pameran yang secara
tetap diselenggarakan oleh perpustakaan dan pusat-pusat kearsipan.
2. Peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis, dan etnografis,
peninggalan dan tempat-tempat bersejarah yang mempunyai corak
museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan,
dan komunikasinya dengan masyarakat.
3. Lembaga-lembaga yang memamerkan makhluk-makhluk hidup, seperti
kebun-kebun tanaman dan binatang, akuarium, makhluk dan tetumbuhan
lainnya, dan sebagainya.
4. Suaka alam.
5. Pusat-pusat pengetahuan dan planetarium (Sutaarga, 1983:19).
Museum Taman Prasasti atau pemakaman Kebon Jahe dapat dimasukkan
ke dalam kategori butir dua sebagai institusi yang terkait dengan definisi museum,
yaitu peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis, dan etnografis,
peninggalan dan tempat-tempat bersejarah yang mempunyai corak museum,
karena kegiatan-kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan, dan komunikasinya
dengan masyarakat.

2
Definisi museum menurut ICOM yang telah direvisi untuk terakhir kali dalam musyawarah
umum ke-11, Eleventh General Assembly of ICOM, Copenhagen, 14 Juni 1974.
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
3
Museum Taman Prasasti termasuk ke dalam kategori open air museum.
Open air museum adalah salah satu jenis museum yang mengadakan pameran di
ruang terbuka (outdoor). Museum Taman Prasasti dimasukkan ke dalam kategori
tersebut karena lokasi dan penyajian koleksinya yang berada di ruang terbuka,
mengingat awal mula museum yang merupakan suatu situs arkeologi berupa
kawasan pemakaman pada masa kolonial Belanda
3
. Peninggalan arkeologis
berupa kawasan pemakaman jarang mendapat perhatian yang lebih, padahal
keberadaan pemakaman dapat memberikan informasi serta gambaran mengenai
keadaan manusia di masa lampau melalui cara yang unik dan menarik.
Isu mengenai pengembangan museum di ruang terbuka sudah menjadi
perhatian beberapa negara. Open air museum yang pertama didirikan di
Stockholm pada tahun 1891, yaitu Skansen Museum. Skansen Museum memiliki
area seluas 50 hektar yang memamerkan berbagai jenis koleksi seperti bangunan
tradisional, ladang dan perkebunan, kandang ternak, gudang, gereja, dan rumah
bangsawan. Bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan yang insitu
(masih berada pada konteksnya). Selain menyajikan koleksi berupa lansekap dan
bangunan, Skansen Museum juga menyajikan berbagai aktivitas yang berlangsung
pada kehidupan masyarakat Skandinavia kuno. Misalnya, terdapat seorang pandai
besi yang sedang bekerja di bengkel pandai besi, kemudian terdapat pula pemuda-
pemudi yang mengenakan busana nasional sedang bercengkerama di kedai.
Gereja masih difungsikan dan mengadakan pelayanan kepada jemaat. Seringkali
acara pernikahan masih diselenggarakan di gereja tersebut, dan semua undangan
yang hadir mengenakan busana nasional yang beragam. Pihak museum juga
mengadakan festival musik dan tari tradisional yang diadakan di plaza museum.
Kebudayaan lampau berikut artefaknya menjadi hidup kembali. Skansen
Museum menekankan bahwa semua sajian yang ada di museum merupakan
aktivitas yang sebenarnya dan pernah terjadi di masa lalu, bukan rekayasa (Huth,
1940).
Setelah berdirinya Skansen Museum di Stockholm, open air museum
lainnya mulai didirikan di berbagai negara di seluruh dunia dengan berbagai

3
Situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya, termasuk
lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya (UU RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya, Bab I Pasal 1 Ayat 2).
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
4
bentuk dan ukuran. Pada awalnya, museum tipe ini hanya terdapat di Eropa Utara,
kemudian berkembang ke Eropa Barat dan Eropa Tengah. Dewasa ini, konsep
open air museum menjadi diminati oleh berbagai negara di seluruh dunia,
sehingga kemudian berkembang di benua-benua Amerika, Asia, Australia, dan
juga Afrika (Rentzhog, 2007:ix).
Open air museum menekankan pentingnya suatu objek ditempatkan pada
konteks sejarah kebudayaan yang bersangkutan (Laenen, TT:126)
4
. Oleh karena
itu, sudah seharusnya open air museum berlokasi di suatu situs arkeologi, yaitu
pada lokasi asli peninggalan bersejarah itu berada. Tujuannya adalah untuk
merekonstruksi peninggalan bersejarah tersebut, baik berupa bangunan atau
lansekap di ruang pameran (Laenen, TT:126). Dengan demikian, otentisitas situs,
fitur, dan artefak menjadi sangat penting
5
. Open air museum biasanya dikenali
sebagai museum of buildings, living farm museum, living history museum, dan folk
museum. Pada umumnya open air museum mengkhususkan koleksinya pada
kawasan dan bangunan-bangunan yang memiliki nilai historis dan estetis.
Museum berupaya mendirikan kembali bangunan-bangunan tua di dalam kawasan
situs terbuka yang luas untuk kemudian dirancang dan diatur kembali sesuai
dengan keadaan pada masa lalu.
Sebagai open air museum, sudah seharusnya Museum Taman Prasasti
dapat memberikan gambaran umum mengenai suasana Kota Batavia pada abad
ke-18 hingga abad ke-20. Melalui keberadaan suatu kompleks pemakaman, dapat
diketahui bentuk pemukiman di wilayah Jakarta tempo dulu (Batavia) secara
umum, dan gambaran pemakaman itu sendiri secara khusus. Berdasarkan data
nisan yang jumlahnya mencapai ribuan, dapat dilacak bagaimana bentuk
hubungan sosial dalam masyarakat Batavia (Soeroso, 2005:3). Pelacakan status
sosial orang-orang yang dikubur di tempat tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan membandingkan bentuk nisan, bahan, dan posisi

4
TT: tanpa tahun.
5
Fitur adalah peninggalan manusia di masa lampau berupa struktur atau sisa kegiatan manusia
yang tidak dapat dipindahkan serta diangkat dari lingkungannya tanpa mengakibatkan kerusakan.
Contohnya adalah bangunan, perbedaan rona pada tanah, dan lansekap hasil bentukan manusia.
Sedangkan artefak adalah peninggalan manusia di masa lampau berupa seluruh benda-benda yang
telah dibuat (made) atau diubah (modified) oleh manusia dari bahan-bahan alam (Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Vademekum Benda Cagar Budaya. Jakarta: Asisten Deputi
Urusan Kepurbakalaan dan Permuseuman. hal. 2 dan 11 ).
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
5
terhadap nisan lain, serta pilihan mengapa Kebon Jahe menjadi pilihan tempat
pemakaman (Soeroso, 2005:3).
Adapun koleksi-koleksi nisan juga dapat mengisahkan berbagai cerita
mengenai kehidupan sosial masyarakat di masa kolonial. Hal itu dapat diketahui
melalui keterangan-keterangan yang tertera pada nisan mengenai identitas dari
orang yang meninggal tersebut. Banyak informasi yang dapat diperoleh melalui
bentuk-bentuk nisan, gaya seni, dan patung-patung.
Dalam makalah seminar yang disampaikannya, Adolf Heuken (2005)
mengemukakan bahwa Museum Taman Prasasti sebagai peninggalan makam dari
akhir abad ke-18 merupakan warisan budaya dari masa lampau yang sangat
berharga, salah satunya sebagai tempat yang memberikan kesaksian tentang
komposisi penduduk Batavia yang berasal dari seluruh dunia pada masa itu.
Keragaman bahasa yang tertera pada nisan-nisan dapat memberikan pengetahuan
mengenai perkembangan bahasa dan sastra pada masa kolonial. Informasi lainnya
adalah tentang pendeknya umur orang Batavia dan banyaknya kematian anak-anak.
Selain itu, terdapat beberapa gaya arsitektur yang khas, antara lain adalah
klasisisme, neo-gotik, dan Jawa. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah
gambaran mengenai gaya pengungkapan (bentuk ekspresi) kepercayaan atau
ketidakpercayaan akan kehidupan sesudah kematian, rindu atau perasaan orang
yang ditinggalkan yang dapat diketahui melalui gaya patung, puisi, atau prosa yang
dituliskan pada nisan
6
.
Objek dan lansekap peninggalan masa lampau dapat mengisahkan
berbagai cerita, seperti halnya sejarah yang tertulis (Pearce, 1994:28). Cerita yang
terungkap akan semakin banyak dan bermakna apabila semakin diteliti dan
dipelajari (Pearce, 1994:28). Museum mengemban tugas untuk menyampaikan
cerita di balik objek kepada masyarakat luas. Pesan yang disampaikan dalam
komunikasi tersebut adalah sejumlah informasi yang disusun dengan bentuk
tertentu, baik verbal, visual, atau perpaduan keduanya (Sumadio, 1997:22).
Museum Taman Prasasti merupakan warisan budaya dari masa lampau
yang dapat memberikan berbagai pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat
saat ini mengenai dinamika kehidupan sosial di Batavia pada abad ke-18 hingga

6
Disampaikan dalam Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti yang diselenggarakan oleh
Museum Sejarah Jakarta, Jakarta 13-14 Juli 2005.
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
6
abad ke-20. Setiap informasi yang tersimpan di balik objek harus dapat
disampaikan dalam kemasan yang menarik agar dapat dipahami dengan mudah
oleh pengunjung. Bentuk penyajian tersebut, baik penyajian koleksi ataupun
penyajian gagasan di balik koleksi (nilai) menjadi hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Dalam pelaksanaannya, museum tersebut harus mengusung sebuah
konsep, serta visi dan misi yang jelas agar pengembangannya terarah.


1.2. Permasalahan Penelitian
Museum adalah tempat yang paling ideal sebagai wadah kegiatan
pendidikan dan hiburan, atau disebut juga edutainment (education dan
entertainment) (Tanudirjo, 2007:15). Museum harus mampu memberikan
berbagai informasi dengan cara yang menghibur dan menyenangkan agar
pengunjung dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang positif.
Dalam tulisannya yang berjudul Museum sebagai Mitra Pendidik, Daud
Aris Tanudirjo (2007) menjelaskan bahwa pada kenyataannya, banyak pengelola
museum di Indonesia yang ragu menerapkan konsep edutainment ini. Pada
umumnya, museum-museum di Indonesia masih lebih banyak menekankan pada
unsur-unsur memamerkan benda (object oriented) dan seakan-akan terjerat oleh
cara pandang sempit keilmuan. Sebagai akibatnya banyak museum di Indonesia
yang terjebak dengan obsesi menjadi lembaga ilmiah saja, tanpa berusaha
membuat sajiannya menarik, apalagi menghibur. Tidak mengherankan jika
banyak museum yang sepi dari pengunjung. Maka dari itu, sudah seharusnya cara
pandang tersebut diubah.
Konsep museum tradisional (object oriented museum), saat ini masih
dianut oleh museum-museum pemerintah yang memperlihatkan keseragaman
dalam pengelolaannya. Museum pemerintah masih berorientasi pada objek
semata, sehingga apapun yang dianggap kuno dijadikan koleksi tanpa melihat visi
dan misi dari museum tersebut. Selain itu, tugas dan fungsi museum lebih
ditekankan kepada kegiatan pengumpulan, dokumentasi, penelitian, dan
konservasi koleksi, tanpa adanya proses pemberian makna, sehingga objek tidak
mampu berkomunikasi dengan pengunjung (Raswaty, 2008:103-104).
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
7
Konsep museum tradisional sudah seharusnya diganti dengan konsep
museum baru (new museology). Prinsip utama new museology adalah orientasi
museum yang tidak lagi terpaku pada benda-benda (object), melainkan
masyarakat (people) (Raswaty, 2008:100). Pencapaian orientasi tersebut
dilakukan dengan mengembangkan berbagai program-program menarik dan
interaktif yang ditujukan kepada publik (Raswaty, 2008:104). Museum new
museology bekerja sebagai suatu lembaga edukasi yang mengarahkan masyarakat
agar peduli pada identitasnya, menguatkan identitas tersebut, dan menguatkan
potensi pengembangan masyarakat (Raswaty, 2008:102).
Sebagai salah satu museum milik Pemerintah DKI Jakarta, Museum
Taman Prasasti melaksanakan kinerjanya sesuai dengan sistem baku yang
dicanangkan pemerintah. Pelaksanaan kegiatan operasional museum mengacu
pada kebijakan-kebijakan pemerintah, tanpa memperhatikan karakteristik
museum.
Pengelolaan Museum Taman Prasasti telah berlangsung selama lebih dari
30 tahun. Selama kurun waktu tersebut Museum Taman Prasasti mengalami
berbagai perubahan, salah satunya adalah perubahan struktur organisasi museum.
Pada awalnya, Museum Taman Prasasti merupakan Unit Pelaksanaan Teknis
(UPT) yang berdiri sendiri di bawah Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah DKI
Jakarta. Namun pada tahun 2002, pengelolaan Museum Taman Prasasti telah
digabung dengan Museum Sejarah Jakarta. Saat ini Museum Taman Prasasti
hanya menjadi seksi yang berada di bawah pimpinan UPT Museum Sejarah
Jakarta (Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001).
Di dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Museum Taman Prasasti
berpedoman pada visi dan misi Museum Sejarah Jakarta. Padahal, sudah tentu
kedua museum itu memiliki karakter (konsep) berbeda yang berpengaruh pada
pembentukan visi dan misinya. Konsep museum didasari oleh sejarah dan latar
belakang berdirinya museum, jenis museum, dan koleksi museum. Dalam hal ini,
Museum Sejarah Jakarta dan Museum Taman Prasasti memiliki sejarah dan latar
belakang, jenis, serta koleksi yang berbeda. Oleh karena itu, konsep yang
melandasinya tidaklah sama.
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
8
Hal yang perlu dikaji kembali adalah konsep mengenai Museum Taman
Prasasti itu sendiri. Rumusan konsep yang sesuai kemudian dituangkan ke dalam
visi dan misi museum. Visi dan misi merupakan panduan museum dalam
mengembangkan strategi kebijakan dan pengembangan program (Arbi, 2007:3).
Apabila suatu museum telah mengetahui ruang lingkup kerjanya, maka museum
tersebut dapat menjalankan peranannya sebagai lembaga edukasi dan rekreasi bagi
masyarakat.
Konsep museum adalah bentuk abstrak yang tidak dapat dirasakan secara
langsung oleh pengunjung. Agar konsep tersebut dapat dipahami oleh
pengunjung, maka diperlukan media untuk mengkomunikasikannya. Media
tersebut adalah bentuk penyajian museum di lapangan.
Museum Taman Prasasti adalah kawasan pemakaman yang kemudian
dijadikan museum. Beberapa nisan di antaranya merupakan nisan dari makam
yang insitu, sedangkan yang lainnya merupakan nisan yang dipindahkan dari
tempat-tempat lain. Pemakaman tersebut harus dikelola sedemikian rupa agar
mampu menyajikan pameran yang menarik bagi pengunjung. Bukanlah hal
yang mudah untuk membuat suatu pameran yang menarik dan informatif. Di satu
sisi, Museum Taman Prasasti memiliki keunggulan berupa koleksi-koleksi yang
unik, serta keberadaannya di ruang terbuka (outdoor museum). Sedangkan di lain
sisi, diperlukan suatu pemikiran dan upaya yang keras untuk membuat penyajian
tata pamer yang menarik dan informatif, mengingat kondisi museum yang pada
awalnya merupakan kawasan pemakaman.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, terdapat pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang dapat diajukan, yaitu:
1. Bagaimana konsep pengelolaan Museum Taman Prasasti?
Hal itu akan dikaji berdasarkan sejarah dan latar belakang museum, jenis
museum (open air museum), bentuk pengelolaan dan keadaan museum
hingga saat ini, serta koleksi-koleksi museum.
2. Apabila konsep pengelolaan Museum Taman Prasasti telah diketahui,
maka hal itu akan berkenaan dengan penataan koleksi museum. Penyajian
koleksi harus disesuaikan dengan bentuk informasi yang akan disampaikan
kepada pengunjung. Sehingga timbul pertanyaan berikutnya, yaitu
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
9
bagaimana bentuk penyajian koleksi pada Museum Taman Prasasti yang
sesuai dengan prinsip open air museum dan kaidah-kaidah tata pamer
museum?


1.3. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep yang melandasi
pengelolaan Museum Taman Prasasti, serta untuk mengetahui bentuk penyajian
Museum Taman Prasasti sebagai suatu open air museum. Pengetahuan mengenai
konsep dan bentuk penyajian tersebut dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki
Museum Taman Prasasti sehingga tujuan (goal) museum dapat tercapai.


1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah memberikan suatu rekomendasi terhadap
pengembangan pengelolaan Museum Taman Prasasti di masa yang akan datang.
Rekomendasi tersebut berupa pengkajian konsep museum serta bentuk penyajian
museum yang sesuai dengan prinsip open air museum dan kaidah-kaidah tata
pamer museum.


1.5. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan dalam perkembangannya Museum
Taman Prasasti dapat menjadi suatu museum dan sarana pembelajaran bagi
masyarakat yang bersifat edukatif dan rekreatif.


1.6. Sumber dan Lingkup Data
Data penelitian ini adalah Museum Taman Prasasti yang terletak di Jalan
Tanah Abang I Nomor 1, Jakarta Pusat. Lingkup data termasuk kawasan dan
lingkungan museum, koleksi museum, serta informasi-informasi lainnya yang
berkenaan dengan museum tersebut.
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
10
1.7. Metode Penelitian
Dalam upaya menjawab permasalahan yang diajukan, penelitian ini
menggunakan tahapan kerja yang bertingkat-tingkat. Adapun tahapan kerja
tersebut adalah sebagai berikut:

1.7.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, yaitu pengamatan
(observasi), wawancara, dan studi pustaka. Metode pengamatan dilakukan dengan
cara mengamati kondisi Museum Taman Prasasti secara menyeluruh. Aspek-
aspek yang diamati meliputi kawasan dan lingkungan museum, jenis koleksi dan
persebarannya, bangunan dan sarana penunjang, serta bentuk penyelenggaraan
museum yang nampak di lapangan.
Sementara itu, metode wawancara yang dilakukan adalah wawancara
dengan menggunakan pedoman wawancara tidak terstruktur. Pedoman wawancara
tidak terstruktur adalah pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar
pertanyaan yang akan diajukan (Arikunto, 2002:202). Dalam hal ini, kreativitas
pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara lebih banyak tergantung
dari pewawancara. Informan yang akan diwawancarai adalah Kepala Museum
Sejarah Jakarta dan Kepala Museum Taman Prasasti saat ini, yaitu Drs. M. R.
Manik, MM.
Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi-informasi yang
berkenaan dengan pengelolaan Museum Taman Prasasti secara umum. Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi empat bagian. Bagian
pertama adalah pertanyan mendasar yang menggambarkan konsep museum,
meliputi visi dan misi museum. Kemudian, bagian kedua berisi pertanyaan yang
meliputi sejarah singkat pendirian museum (beserta alasan dan tujuannya), serta
perkembangan struktur organisasi museum. Bagian ketiga merupakan pertanyaan
yang bersifat mengevaluasi pengelolaan museum. Lalu, bagian keempat berisi
pertanyaan yang meliputi program rutin museum, kendala yang dihadapi museum,
serta pesan utama yang ingin disampaikan museum kepada masyarakat.
Sebagai data penunjang, wawancara juga dilakukan dengan salah satu
pegawai Museum Sejarah Jakarta, yaitu Kasirun, yang pernah bertugas di
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
11
Museum Taman Prasasti pada tahun 1989-1999. Namun demikian, wawancara
bersifat tidak mendalam. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi
tambahan mengenai gambaran pengelolaan Museum Taman Prasasti dari masa ke
masa.
Selain metode pengamatan dan wawancara, dalam rangka memperkaya
data dan informasi, serta mendapatkan berbagai konsep untuk menganalisis data
yang telah dikumpulkan, penelitian ini juga didukung dengan studi pustaka dari
berbagai literatur, baik media cetak maupun elektronik.
Berkenaan dengan permasalahan yang diajukan, maka literatur yang
dikumpulkan adalah yang berkaitan dengan Museum Taman Prasasti, serta teori-
teori mengenai perumusan konsep dan bentuk penyajian (tata pamer) museum.
Dalam upaya mengkaji konsep pengelolaan Museum Taman Prasasti, salah satu
data literatur yang diperlukan adalah kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan
pengelolaan museum tersebut.

1.7.2. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan sesuai dengan
masalah yang ingin dipecahkan.
Permasalahan penelitian yang pertama adalah mengkaji konsep
pengelolaan Museum Taman Prasasti. Dalam upaya mengkaji konsep pengelolaan
museum, diperlukan teori-teori yang berkenaan dengan perumusan konsep
museum. Berbagai macam teori yang telah dikumpulkan di dalam tahap
pengumpulan data kemudian digunakan untuk menganalisis konsep pengelolaan
Museum Taman Prasasti yang tertuang di dalam kebijakan pengelolaan museum.
Teori-teori tersebut juga digunakan untuk mengolah hasil wawancara dengan
Kepala Museum Taman Prasasti.
Pengkajian konsep museum didasari oleh sejarah dan latar belakang Kebon
Jahe Kober, kebijakan Museum Taman Prasasti saat ini yang meliputi visi dan
misi museum, evaluasi pengelolaan Museum Taman Prasasti secara umum, hasil
Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti, dan Rencana Pengembangan
Museum Taman Prasasti menurut Nirwono Joga dkk. (Jurusan Arsitektur
Lansekap, Trisakti). Materi-materi tersebut akan ditinjau kembali guna
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
12
menghasilkan rumusan konsep yang sesuai dengan karakteristik Museum Taman
Prasasti.
Permasalahan penelitian yang kedua adalah mencari bentuk penyajian
Museum Taman Prasasti yang sesuai dengan prinsip open air museum dan kaidah-
kaidah tata pamer museum. Teori-teori mengenai penyelenggaraan open air
museum dan tata pamer museum yang telah dikumpulkan dalam tahap
pengumpulan data kemudian digunakan untuk menganalisis bentuk penyajian
yang sesuai dengan kondisi museum di lapangan.
Sebelum menyajikan suatu pameran tetap pada Museum Taman Prasasti,
hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah merumuskan tema yang akan
diangkat dalam pameran tersebut. Setelah menentukan tema, langkah selanjutnya
adalah mengidentifikasi setiap koleksi yang dimilikinya. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan dibantu oleh data-data yang tersaji di dalam buku inventarisasi
museum.
Pertama, koleksi-koleksi pada Museum Taman Prasasti harus diklasifikasi
terlebih dahulu menurut jenisnya, misalnya nisan, arca, monumen, dan lain
sebagainya. Kemudian sebagian besar koleksi museum yang berupa nisan harus
diidentifikasi berdasarkan keberadaannya yang berupa nisan dari makam insitu
atau nisan dari makam eksitu. Hal tersebut sangat penting berkaitan dengan
penataan koleksi, karena nisan insitu tidak boleh dipindahkan dari posisi yang
sebenarnya. Selain nisan insitu, nisan-nisan lainnya kemudian diklasifikasi sesuai
dengan tema-tema tertentu. Dalam pembahasan ini, nisan diklasifikasi
berdasarkan periode, status sosial, agama, dan suku bangsa. Hal itu berkaitan
dengan bentuk pameran yang ingin disajikan sehingga memudahkan dalam
penyampaian informasi kepada pengunjung.
Rencana pengembangan Museum Taman Prasasti menurut Nirwono Joga
dkk. menjadi data penting sebagai arahan dalam penataan lansekap dan
keruangan. Namun rencana tersebut akan dianalisis kembali apakah telah sesuai
dengan prinsip-prinsip permuseuman, khususnya prinsip open air museum.



Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
13
1.7.3. Penafsiran Data
Penafsiran data dilakukan dengan mengintegrasikan hasil-hasil analisis
data. Hasil integrasi tersebut kemudian ditafsirkan dan disimpulkan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada permasalahan
penelitian. Dalam hal ini, penafsiran berkenaan dengan konsep pengelolaan
Museum Taman Prasasti yang pada akhirnya akan berkesinambungan dengan
bentuk penyajian museum. Apabila bentuk penyajian museum dapat
dikembangkan sesuai dengan konsep yang ada, maka tujuan (goal) dari Museum
Taman Prasasti dapat tercapai.


1.8. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan ditulis ke dalam lima bab untuk membuat hasil yang
sistematis dan mudah dibaca.
Bab 1 merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang dan
permasalahan penelitian yang diajukan. Dalam bab ini juga terdapat tujuan
penelitan, sasaran penelitian, manfaat penelitian, sumber dan lingkup data, serta
metode yang digunakan dalam penelitian.
Bab 2 merupakan pemaparan mengenai gambaran umum Museum Taman
Prasasti. Gambaran umum museum terdiri dari sejarah Museum Taman Prasasti,
pengelolaan Museum Taman Prasasti, koleksi Museum Taman Prasasti, program-
program Museum Taman Prasasti, dan rencana pengembangan Museum Taman
Prasasti.
Bab 3 merupakan pemaparan mengenai landasan teori yang digunakan
dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah teori-teori yang akan
digunakan untuk membantu menjawab permasalahan yang diajukan, yaitu
mengenai perumusan konsep museum, serta bentuk penyajian dan tata pamer
museum.
Bab 4 merupakan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan pada
bab 2 dan bab 3. Data-data mengenai konsep pengelolaan museum dan bentuk
penyajian museum diolah dengan menggunakan teori-teori yang ada.
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Universitas Indonesia
14
Bab 5 merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran. Saran
yang diajukan merupakan suatu bentuk usulan atau rekomendasi yang diharapkan
dapat menjadi pilihan alternatif untuk mengembangkan Museum Taman Prasasti
di masa yang akan datang.










































Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Anda mungkin juga menyukai