Anda di halaman 1dari 2

INDIKATOR KINERJA PENERIMAAN PAJAK 1.

Tax Ratio indikator paling populer rasio besar penerimaan pajak dibandingkan pendapatan nasional = [ Penerimaan Pajak / PDB ] Fungsi pajak, tidak bisa lepas dari makroekonomi. Tujuan makro adalah MENJAGA PERTUMBUHAN EKONOMI. Pada batas tertentu, jika tax ratio tinggi bisa memicu perlambatan ekonomi sebaliknya Kalau tax ratio rendah berarti gak bisa collect pajak. Tax Ratio RI yang 12,7% menurut IMF rendah. Bahkan Negara melarat aja rata-rata 14,3%. Padahal Indonesia termasuk negara berpendapatan menengah. Seharusnya sekitar 16% Terdapat perbedaan metode penghitungan (formula) Tax Ratio. Jumlah pajak PUSAT / PDB (belum memasukkan data pajak daerah, data harus akurat & timely) Formula Negara-negara OECD (negara-negara maju) Angka total penerimaan pajak diambil dari total penerimaan pajak meliputi Pajak Pusat PPh, PPN, PPnBM Pajak Daerah Pajak Galian, PKB, Pajak, hotel, dsb TAX RATIO RI (2011) 11,75% pajak pusat saja 12,59% memperhitungkan pajak pusat + daerah 15,48% SDA Tax Ratio dapat meningkatkan penerimaan APBN, mengurangi ketergantungan thd utang dan mendukung ketahanan fiskal MENGAPA TAX RATIO RENDAH? 1. Tax Gap tinggi selisih antara kewajiban pajak yang seharusnya vs pajak yang dibayar 2. Potensi sektor informal & ekonomi bawah tanah belum digali (sekitar 30-40% PDB) 3. Perencanaan kurang akurat [target pajak terlalu rendah] Berapa tax ratio yang pas? Asal makroekonomi terjaga Kalo makroekonomi tujuannya (1) menjaga stabilisasi harga; (2) Menekan pengangguran; (3) sustainable economic development 2. Tax Coverage Ratio indikator ini lebih penting dibandingkan Tax Ratio rasio antara besarnya pajak yang telah dipungut dibandingkan dengan besarnya potensi pajak yang seharusnya dapat diukur Tujuan : mengukur kemampuan aparat pajak dalam memungut dan mengoptimalkan penerimaan perpajakan. HAL YANG HARUS DIPAHAMI: 1. Potensi Pajak 2. Penerimaan perpajakan KELEMAHAN : Tidak tahu nilai seharusnya 3. Analisis BOUYANCY Penerimaan Pajak perubahan penerimaan pajak karena adanya pengaruh dari kenaikan PDB ditambah dengan PERUBAHAN KEBIJAKAN PAJAK/FISKAL Di Indonesia dibagi dalam 3 era 1) Era pertama 2) Reformasi Pajak 1983-1994 3) Reformasi Pajak 1994-sekarang (dibagi 2 era pra n pasca krisis moneter)

4. Analisis ELASTISITAS Penerimaan Pajak Perubahan penerimaan pajak TANPA PERUBAHAN KEBIJAKAN PAJAK/FISKAL. Setiap kenaikan PDB mempengaruhi kenaikan/penurunan pajak atau tidak (elastis/inelastis). 5. Analisis COST of TAX COLLECTION Makin RENDAH rasio ini berarti makin EFISIEN. REFORMASI PERPAJAKAN 1. Reformasi 1983 - Mulai self assesment - Kantor Inspeksi Pajak jadi Kantor Pelayanan - Pajak Penjualan diganti jadi PPN - Penyederhanaan 2. Reformasi 1994 - Tarif Pajak tertinggi turun dari 35% ke 30% - Masa Daluwarsa pajak dari 5 tahun jadi 10 tahun 3. Reformasi 1997 Menurut Pakar, prasyarat reformasi berhasil Simplifikasi, Strategi dan Komitmen

Anda mungkin juga menyukai