Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN FENOMENA SOSIAL

PERBEDAAN ETOS KERJA ANTARA MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA DENGAN MASYRAKAT ETNIS JAWA
Disusun untuk memenuhi tug s m t ku!i h S"si"!"gi

Ke! s #$%

N m M h sis& ' A(it) B )u A*i ++,-+,,+,

.ni/e0sit s Ai0! ngg Su0 1 ) F ku!t s Psik"!"gi 2,+3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Orang-orang Indonesia berasal dari berbagai suku bangsa, termasuk Jawa, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau, Bali, dan Bugis. Suku Jawa adalah yang terbesar di Indonesia, dan mereka kurang lebih merupakan !" dari seluruh populasi. Mereka berasal dari bagian tengah dan timur #ulau Jawa. Suku Sunda adalah suku terbesar kedua, dan mereka merupakan $ " dari seluruh populasi. Mereka pada awalnya mendiami bagian barat #ulau Jawa. Suku terbesar ketiga adalah suku Madura, yang merupakan %,!" dari seluruh populasi. Mereka pada awalnya mendiami #ulau Madura, bagian timur #ulau Jawa dan &epulauan &angean. Suku bangsa terbesar keempat adalah suku Minangkabau, yang merupakan '" dari seluruh populasi dan merupakan pendiam dari propinsi Sumatera Barat. Isu-isu yang berkaitan dengan persaingan antar suku dan etnis tampaknya sudah sangat akrab terdengar di telinga kita, khususnya di Indonesia yang merupakan negara dengan keanekaragaman budayanya. (al ini dapat dilihat dari rentetan peristiwa-peristiwa yang menorehkan se)arah yang cukup pan)ang dalam beberapa tahun terakhir. Isu-isu tersebut antara lain kon*lik di Aceh antara +AM ,+erakan Aceh Merdeka- yang menentang pemerintah .I dan ingin merdeka men)adi negara sendiri. Orang-orang dalam golongan +AM itu marah pada pemerintah Indonesia karena mereka menganggap pemerintah Indonesia ,dalam hal ini dianggap sebagai /suku Jawa0- telah bertindak semena-

mena terhadap kekayaan alam rakyat mereka tanpa memedulikan kese)ahteraan rakyat Aceh sendiri. (al ini tentunya bukan berarti memang orang Jawa melakukan hal tersebut, melainkan ada oknum tertentu yang adalah orang Jawa ikut terlibat dalam pengeksploitasian kekayaan alam Aceh tersebut. Isu lain yang )uga tidak kalah /menarik0 adalah kon*lik antara suku 1ayak dengan suku Madura, dimana suku 1ayak tidak dapat menerima bila suku Madura terlalu menguasai bidang bisnis ,khususnya transportasi- di daerah /kekuasaan0 mereka, Sampit. Bahkan sempat terdengar perumpamaan yang pernah dilontarkan oleh orang Madura, bahwa Sampit adalah kota Sampang kedua ,Sampang adalah salah satu kota di #ulau Madura yang merupakan daerah asal orang Madura-. (al ini tidak dapat dibantah bahwa memang orang Madura terbiasa dengan ker)a kerasnya, sehingga bila diibaratkan dalam suatu peribahasa dapat dikatakan bahwa dimana ada /uang0 di sana pasti ada orang Madura. ,dikutip dalam 2#erbedaan 3ingkat Moti4asi Berprestasi Antara Mahasiswa 5tnis 3ionghoa dan 5tnis Jawa di Surabaya6, 7889-. Masih berkaitan dengan isu antar suku-etnis, kali ini yang akan men)adi )udul penelitian ini adalah mengenai perbedaan etos kerja di antara masyarakat yang berasal dari etnis Tionghoa dan dari etnis Jawa. Berbeda dengan etnis 3ionghoa yang sudah kita ketahui sebagai penduduk pendatang, yang dianggap memiliki etos ker)a yang tinggi, punya semangat ker)a yang tinggi. 5tos ker)a ayang dimiliki oleh etnis 3ionghoa merupakan etos ker)a yang kuat dan telah berumur ribuan tahun, dimana orang etnis 3ionghoa tetap memegang teguh etos ker)a tersebut. Menurut Achmad (abib dalam penelitiannya yang ber)udul &on*lik antaretnik 3ionghoa-Jawa, Minoritas etnis 3ionghoa di Indonesia telah menguasai %8 sampai 98 persen perekonomian di Indonesia. &eberhasilan etos 3ionghoa dalam bidang perekonomian merupakan bukti bahwa etos ker)a merupakan hal yang 4ital dalam kehidupan.

5tnis Jawa yang sudah dikenal dengan stereotype sebagai orang yang /suka mengalah0 atau /nriman0 yang artinya nerima, yakni menerima keadaan, bila direpresentasikan dalam beker)a adalah dapat digambarkan seperti orang yang /lamban dalam beker)a0, /punya semangat ker)a yang rendah0. Seperti yang kita temukan dalam kenyataan sehari-hari, kita mungkin sa)a dapat menduga anggapan seperti apa yang mungkin sesuai kenyataan, tetapi bukti yang tampak bisa )adi hanyalah sebagai bayangan yang mungkin tidak terlalu mewakili kenyataan sebenarnya yang mungkin sa)a terselubung. 5tos ker)a masing-masing orang, golongan dan etnis berbeda-beda. Oleh sebab itu melalui penelitian ini akan men)awab pertanyaan, Apakah memang ada perbedaan yang cukup signi*ikan ,untuk dapat dikatakan berbeda- dalam hal etos kerja antara masyarakat etnis Tionghoa dengan masyarakat etnis Jawa dengan pembuktian melalui penelitian ini. 1.2. IDENTIFIKASI MASALAH #erbedaan hal etos ker)a pada etnis 3ionghoa dan etnis Jawa mempunyai perbedaan yang signi*ikan. Indi4idu pada 5tnis 3ionghoa yang sudah kita ketahui sebagai penduduk imigran tergolong minoritas namun dalam waktu yang relati* singkat mereka berhasil menduduki posisi yang dominan dalam sektor ekonomi Indonesia. Mereka dianggap memiliki etos ker)a yang tinggi, punya semangat ker)a yang tinggi, sehingga dalam beker)a diduga mereka akan digambarkan sebagai orang-orang yang menekuni bidang peker)aan mereka hingga berhasil dan mempunyai dengan moti4asi beker)a yang tinggi ,dikutip dalam 2#erilaku 5tnis 3ionghoa di Indonesia6, 78$8-. Berbeda dengan etnis Jawa diasumsikan sebagai berikut : kurang ulet, suka mengambil )alan pintas, kurang tahan u)i, mudah pasrah oleh beban hidup, dan lamban. (al ini terkenal dengan mottonya yaitu alon-alon waton kelakon, artinya pelan-pelan asal sampai tu)uan atau cita-cita. (al tersebut dapat

diindikasikan sebagai etos yang rendah dari seorang indi4idu untuk mencapai prestasi atau kesuksesan ,.ohmawati, 788%-.

1.3. BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : $. 5tos &er)a Menurut Jansen Sinamo ,788!-, 5tos &er)a adalah seperangkat perilaku positi* yang berakar pada keyakinan *undamental yang disertai komitmen total pada paradigma ker)a yang integral. Menurutnya, )ika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma ker)a, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma ker)a tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku ker)a mereka yang khas. Itulah yang akan men)adi 5tos &er)a dan budaya. 7. 5tnis 3ionghoa &elompok etnis 3ionghoa di Indonesia merupakan golongan minoritas, sehingga dengan )umlah yang kecil ini terkenal dengan kehidupannya yang komunal, sehingga biasanya mereka bertempat tinggal di sebuah kompleks pemukiman yang ditinggali oleh mayoritas etnis 3ionghoa '. 5tnis Jawa 5tnis Jawa adalah orang- orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya dalam kehidupan sehari-hari dan bertempat tinggal di daerah Jawa 3engah dan Jawa 3imur serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut ,(erusatoto, $;97: $-. 1.4. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat dia)ukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
$. Apakah ada perbedaan yang signi*ikan dalam hal etos ker)a antara

masyarakat etnis 3ionghoa dengan masyrakat etnis Jawa<

1.5. TUJUAN PENELITIAN #enelitian ini bertu)uan untuk : $. Mengetahui Apakah ada atau tidaknya perbedaan dalam hal etos ker)a antara masyarakat etnis 3ionghoa dengan masyrakat etnis Jawa. 1.6. MANFAAT PENELITIAN 1.6.1. MANFAAT TEORITIS #enelitian ini diharapkan dapat memberikan in*ormasi tambahan dalam ranah psikologi sosial khususnya yang berkaitan dengan etos ker)a antara etnis 3ionghoa dan etnis Jawa. 1.6.2. MANFAAT PRAKTIS $. Bagi #eneliti #engembangan perkuliahan. 7. Bagi Masyarakat =ntuk lebih memahami bagaimana ka)ian budaya tentang perbedaan etos ker)a antara masyarakat etnis 3ionghoa dengan etnis Jawa '. Bagi #eneliti Selan)utnya 1ari data dan hasil yang diperoleh dapat men)adi bahan dasar atas data pendukung untuk penelitian selan)utnya tentang perbedaan etos ker)a antara masyarakat etnis 3ionghoa dengan etnis Jawa diri dan kemampuan peneliti sehingga dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu psikologi lintas budaya yang didapat dalam

BAB II LANDASAN TEORI


2.1. ETNIS Menurut kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan etnis berkaitan dengan kelompok sosial di sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adaptasi, agama, bahasa dan sebagainya. Sedangkan Shibutani dan &wan ,$;>!: 9 - menyatakan bahwa kelompok etnis adalah orang-orang yang meyakini diri mereka sendiri sebagai termasuk satu )enis, yang disatukan oleh ikatan emosional dan mempermasalahkan kelangsungan hidup mereka. Seringkali mereka berbicara dengan bahasa yang sama dan memiliki warisan budaya yang sama pula. 5tnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. &onsep etnisitas bersi*at relasional yang berkaitan dengan identi*ikasi diri dan asal-usul sosial. &onsepsi kulturalis tentang etnisitas merupakan sebuah usaha yang berani untuk melepaskan diri dari implikasi rasis yang inheren dalam se)arah konsep ras 5tnisitas mewu)ud dalam bagaimana cara kita berbicara tentang identitas kelompok, tanda-tanda dan simbolsimbol yang kita pakai mengidenti*ikasi kelompok. 1alam masalah hubungan ras, ada dua kata yang sering dipakai yaitu ras dan etnik. Beberapa pakar menganggap keduanya dapat saling menggantikan dan sebagian lainnya menegaskan perlu dilakukan pembedaan diantara keduanya. &ata etnis biasanya lebih disukai karena de*inisinya )auh lebih luwes

dibandingkan ras. .as lebih mengacu pada kelompok yang dibatasi secara sosial atas dasar kriteria *isik sa)a. Berkaitan dengan kata ras adalah rasisme, yaitu sekumpulan keyakinan bahwa perbedaan-perbedaan yang diturunkan secara genetik di antara kelompok-kelompok manusia secara intrinsik dikaitkan dengan ada atau tidaknya kemampuan atau ciri-ciri yang rele4an secara sosial. Anggota kelompok etnis mempunyai identitas etnik yaitu bagaimana seorang anggota etnis men)elaskan siapa dirinya kepada orang lain ,Alba ? @hamlin, $;9': 9-. Menurut Barth ,$;99: !- yang dimaksud dengan kelompok etnis adalah suatu populasi yang secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan. &elompok tersebut )uga mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersaman dalam suatu bentuk budayanya. Anggota kelompok etnis membentuk )aringan komunikasi di antara sesamanya, dan mereka menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain. Adanya ciri-ciri tersebut menyebabkan mereka dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. (ubungan antar etnis 3ionghoa-Jawa seringkali dikacaukan dengan etnosentrisme. Myers ,$;; : 7 '- mende*inisikan etnosentrisme sebagai suatu keyakinan terhadap superioritas etnis dan budaya sendiri, dan menganggap rendah kelompok lain. 2.2. ETNIS TIONGHOA 2.2.1. Penger !"n E n!# T!$ng%$" &apal-kapal dagang 3ionghoa telah berlayar ke Asia 3enggara selama berabad- abad. #ada awal abad ke-$! banyak berdiri pemukiman-pemukiman tetap orang 3ionghoa di Asia 3enggara ,@h0ng, $;;!: 7-. Sampai saat ini kelompok etnis 3ionghoa di Indonesia merupakan golongan minoritas, sehingga dengan )umlah yang kecil ini terkenal dengan kehidupannya yang komunal, sehingga biasanya mereka bertempat tinggal di sebuah kompleks pemukiman yang ditinggali oleh mayoritas etnis 3ionghoa yang biasa disebut

#e3ionghoan. Aokasi #e3ionghoan ini biasanya terletak di tengah kota yang merupakan tempat perdagangan kota tersebut. +olongan etnis 3ionghoa ini sebagian besar mengembangkan usaha di bidang perdagangan yang mengambil tempat-tempat strategis di pusat kota. 5tnis 3ionghoa )uga mempunyai *alsa*ah hidup yang berasal dari a)aran kepercayaan yang digunakan dalam *alsa*ah hidupnya seperti mulai beker)a pada waktu matahari terbit dan pulang pada waktu matahari terbenam. Masyarakat etnis 3ionghoa )uga mempunyai kepercayaan terhadap hal beruntung dan sial. Sehingga dalam melakukan segala sesuatu terutama yang bersi*at besar seperti pernikahan, penguburan, dan sebagainya perlu menghitung hari baik sebelum dilaksanakan. Ada )uga pengaturan tata ruang dan bangunan. (al-hal itu diperhitungkan untuk menghindari kesialan. &epercayaan-kepercayaan tersebut masih berlaku terutama dalam keluarga etnis 3ionghoa yang masih /totok0 ,Andrey Bi*o ? Brickson @. Sinambelu, $;;!: 7$-. Sebenarnya etnis 3ionghoa yang ada di Indonesia tidak terlalu homogen, artinya mereka berasal dari berbagai daerah di daratan 3ionghoa. Sebagian terbesar dari kaum imigran itu berasal dari propinsi-propinsi Bukkien dan &wantung ,Casanty #uspa, $;9>: '!'-. Dalaupun mereka berasal dari berbagai daerah, tetapi dalam pandangan orang Indonesia pada umumnya mereka hanya terbagi dalam dua golongan yaitu, baba dan totok. #enggolongan ini bukan hanya berdasar pada kelahiran sa)a, artinya orang 3ionghoa itu bukan hanya mereka yang lahir di Indonesia atau hasil perkawinan campuran dengan etnis Indonesia asli. Sedangkan 3ionghoa totok bukan hanya mereka yang lahir di 3ionghoa, melainkan menyangkut tinggi rendahnya penyesuaian diri mereka terhadap kebudayaan Indonesia yang ada di sekitarnya. #andangan orang Indonesia pada umumnya mereka hanya terbagi dalam dua golongan yaitu, baba dan totok. #enggolongan ini bukan hanya berdasar pada kelahiran sa)a, artinya orang 3ionghoa itu bukan hanya mereka yang lahir di

Indonesia atau hasil perkawinan campuran dengan etnis Indonesia asli. Sedangkan 3ionghoa totok bukan hanya mereka yang lahir di 3ionghoa, melainkan menyangkut tinggi rendahnya penyesuaian diri mereka terhadap kebudayaan Indonesia yang ada di sekitarnya. &eluarga dan klan adalah pengelompokkan manusia yang paling penting di antara etnis 3ionghoa atau orang-orang 3ionghoa perantauan. &eluarga adalah inti dari keberadaan orang 3ionghoa. 3idak memiliki keluarga berarti tidak memiliki status atau identitas, di dalam masyarakat 3ionghoa tradisional ,3an dalam @h0ng, $;;!: >-. Secara luas diakui bahwa kebudayaan 3ionghoa mempunyai etos ker)a yang menekankan pada keuletan dan kera)inan. Se)ak lama, para pengamat Barat yang mengamati etnis 3ionghoa telah membuat gambaran bahwa orang-orang dari etnis 3ionghoa adalah peker)a yang tidak kenal lelah. .edding ,$;;8: %8- menghubungkan etos ker)a etnis 3ionghoa dengan bakti kepada keluarga. #enerimaan akan disiplin, rasa takut terhadap ketidakamanan, toleransi besar terhadap rutinitas dan pragmatisme yang ditanamkan dengan kuat semen)ak mereka masih anak-anak. 2.2.2. E $# Ker&" E n!# T!$ng%$" #otensi dalam tiap-tiap suku bangsa sangat berpengaruh besar dengan )alan perkembangan Indonesia. +olongan etnis 3ionghoa mempunyai si*at yang ulet dalam berusaha, serta mempunyai etos ker)a yang tinggi. &euletan dalam etnis 3ionghoa sangat nampak pada kepandaiannnya berdagang. &epandaian itu perlu diman*aatkan dalam sektor-sektor pembangunan ekonomi Indonesia. Si*at ulet dan etos ker)a yang tinggi memang men)adi suatu si*at yang dinilai tinggi di antara pedagang-pedagang keturunan etnis 3ionghoa itu ,&oent)araningrat, $;9%-. &epandaian berdagang berasal dari kebudayaan suku bangsa (okkien yang telah terendap berabad-abad lamanya dan masih tampak )elas pada orang etnis 3ionghoa di Indonesia. 1i antara pedagang-pedagang etnis 3ionghoa di Indonesia

10

merekalah yang paling berhasil. (al ini )uga disebabkan karena sebagian besar dari mereka sangat ulet, tahan u)i, dan ra)in ,&oent)araningrat, $;9%-. 5tos ker)a yang dimiliki oleh etnis 3ionghoa merupakan etos ker)a yang kuat dan telah berumur ribuan tahun, dimana orang etnis 3ionghoa tetap memegang teguh etos ker)a tersebut. 5tos ker)a etnis 3ionghoa dengan buah ketekunan, ketangguhan, ker)a keras, keuletan megahsilkan pada kema)uan ekonomi yang men)adi sumbangan bagi proses pembangunan nasional dengan berbagai pluralitas kebudayaan. Aebih dari itu, etos ker)a etnis @hina dapat men)adi nilai-nilai luhur bagi pembangunan mentalitas ,identitas- manusia Indonesia. 2.3. ETNIS JA'A 2.3.1. Penger !"n E n!# J"(" Secara antropologi budaya, yang dimaksud dengan etnis Jawa adalah orangorang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya dalam kehidupan sehari-hari dan bertempat tinggal di daerah Jawa 3engah dan Jawa 3imur serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut ,(erusatoto, $;97: $-. 5tnis Jawa mempunyai pola perilaku dan aturan-aturan yang khas dengan berlandaskan *alsa*ah hidup yang telah digariskan secara turun temurun sebagai tradisi yang harus dipatuhi dan harus di)aga kelestariannya. Sikap hidup yang berkaitan dengan cara hidup dan pola kebudayaan seluruh bangsa. Misalnya bila seseorang akan menikah maka orang tersebut harus memikirkan tentang 2bebet, bibit, bobot6 dari calon pasangan hidupnya. Menurut *alsa*ah Jawa, manusia seharusnya memiliki tiga macam sikap yang tak terpisahkan yaitu: $. .ela .ela merupakan keikhlasan hati dan rasa bahagia dalam hal menyerahkan segala milik indi4idu tersebut, baik hak maupun biah

11

peker)aan sehingga tidak satupun yang membekas dalam hati baik dalam kekecewaan dan tekanan akibat keterikatan macam-macam perubahan dan penderitaan yang selalu dialami. 7. Eerima Eerima merupakan perasaan puas seseorang dengan nasib, tidak ada keinginan untuk memberontakdengan kata lain menerima segala sesuatu itu baik itu hal yang menyenangkan atau mengecewakan. '. Sabar Sabar adalah sikap seseorang yang telah men)alani sikap rela dan nerima yang bisa )adi sabar. &esabaran merupakan perasaan lapang dada yang dapat merangkul segala pertentangan yang ada ,Andrey Bi*o ? Brickson @. Sinambelu, $;;!: 78-. Balsa*ah hidup orang Jawa sangat menarik karena kesamar-samarannya dan ketidakpastian tu)uannya. Balsa*ah tersebut dapat diibaratkan sebagai sebuah lapangan terbuka yang bisa dimasuki oleh setiap orang tanpa diperlukan pendidikan *ormal tertentu. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa *alsa*ah Jawa yang luwes tersebut dihayati oleh orang-orang Jawa sehingga sedikit banyak memberikan pedoman dalam kehidupannya ,Marbangun (ard)owirogo, $;9 : > -. 1i lain sisi *alsa*ah tersebut )uga menyiratkan bahwa etnis Jawa dalam beker)a kurang memiliki semangatFgreget dan menerima segala hasil yang diker)akan apa adanya. 2.3.2. E $# Ker&" E n!# J"(" Ada salah satu 2teori6 menyebut bahwa manusia )awa ini malas. #ada tahun $9$$ atau sekitar 788 tahun lalu John Joseph Stokdale telah menulisnya dalam bukunya The Island of Java, Stockdale antra lain menyatakan bahwa 2orangorang )awa dipandang lambat ker)anya ,malas- dan dibutuhkan upaya keras untuk mendorongnya suka beker)a6 ,The Javanese are said to be of an indolent

12

disposition, and to require much pains to incite them to labour -. Mengapa demikian< Stockdale pun melan)utkannya dengan berkata bahwa si*at demikian itu secara umum memang benar untuk orang-orang yang hidup di wilayah berhawa panas dan mereka yang didup dibawah pemerintahan yang dispotik yang suka mewa)ibkan pa)ak yang besar atas harta benda yang dimiliki termasuk hasil pertanian. 3erdapat suatu kelemahan dalam mentalitas rakyat pedesaan di Jawa. (al yang merupakan penghambat besar dalam hal pembangunan yaitu sikap mereka yang pasi* dalam kehidupan. 5tos ker)a mereka cenderung rendah untuk memperbaiki kehidupan. Sehingga tidak adanya kualitas yang membaik pada peker)aan. &esukaan orang Jawa terletak pada gerakan-gerakan kebatinan, penilaian tinggi yang dinyatakan terhadap konsep nerima tanpa ada tekad untuk melakukan peningkatan kemampuan ekonomi.. &etabahannya yang ulet dalam hal menderita, tetapi lemah dalam hal karya dan ker)a, mere*leksikan mentalitas tersebut. .upa-rupanya tekanan kekuasaan dari ra)a-ra)a dan bangsawanbangsawan *eudal dari Gaman ke)ayaan kera)aan-kera)aaan Jawa dahulu, kemudian tekanan kekuasaan dari pemerintah-pemerintah colonial yang telah mencapai kemantapan di Jawa se)ak akhir abad ke-$9, telah mempunyai e*ek yang dalam terhadap rakyat petani di Jawa ,&oent)araningrat, $;9%-. 2.4. ETOS KERJA 2.4.1. Penger !"n E $# Ker&" Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Hunani yang berarti 0tempat hidup0. Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Se)alan dengan waktu, kata etos bere4olusi dan berubah makna men)adi semakin kompleks. 1ari kata yang sama muncul pula istilah 5thikos yang berarti 0teori kehidupan0, yang kemudian men)adi 0etika0. 1alam bahasa Inggris 5tos dapat diter)emahkan men)adi beberapa pengertian antara lain /starting pointI, Ito appearI, IdispositionI hingga disimpulkan sebagai IcharacterI.

13

1alam bahasa Indonesia kita dapat menter)emahkannya sebagai 0si*at dasar0, 0pemunculan0 atau 0disposisiFwatak0. Aristoteles menggambarkan etos sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya sebagai 0kompetensi moral0. 3etapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini hingga 0keahlian0 dan 0pengetahuan0 tercakup didalamnya. Ia menyatakan bahwa etos hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara, tidak dengan apa yang dipikirkan orang tentang si*atnya sebelum ia mulai berbicara. 1isini terlihat bahwa etos dikenali berdasarkan si*atsi*at yang dapat terdeteksi oleh indera. Debster 1ictionary mende*inisikan etos sebagaiJ guiding belie*s o* a person, group or institutionJ etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang, kelompok atau suatu institusi. Menurut Anoraga ,$;;7- 5tos &er)a merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap ker)a. Bila indi4idu-indi4idu dalam komunitas memandang ker)a sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka 5tos &er)anya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap ker)a sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka 5tos &er)a dengan sendirinya akan rendah. 1alam rumusan Jansen Sinamo ,788!-, 5tos &er)a adalah seperangkat perilaku positi* yang berakar pada keyakinan *undamental yang disertai komitmen total pada paradigma ker)a yang integral. Menurutnya, )ika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma ker)a, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma ker)a tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku ker)a mereka yang khas. Itulah yang akan men)adi 5tos &er)a dan budaya. Sinamo ,788!- memandang bahwa 5tos &er)a merupakan *ondasi dari sukses yang se)ati dan otentik. #andangan ini dipengaruhi oleh ka)iannya terhadap studi-studi sosiologi se)ak Gaman MaK Deber di awal abad ke-78 dan penulisanpenulisan mana)emen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan utamaJ bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku ker)a. Sebagian orang

14

menyebut perilaku ker)a ini sebagai moti4asi, kebiasaan ,habit- dan budaya ker)a. Sinamo ,788!- lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata etos mengandung pengertian tidak sa)a sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas tetapi )uga mencakup moti4asi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar. Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat disimpulkan bahwa 5tos &er)a merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai beker)a sebagai suatu hal yang positi* bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku ker)anya. 2.4.2. A#)e*+A#)e* E $# Ker&" Menurut Sinamo ,788!- setiap manusia memiliki spiritFroh keberhasilan, yaitu moti4asi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. .oh inilah yang men)elma men)adi perilaku yang khas seperti ker)a keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, bertanggung )awab dan sebagainya melalui keyakinan, komitmen, dan penghayatan atas paradigma ker)a tertentu. 1engan ini maka orang berproses men)adi manusia ker)a yang positi*, kreati* dan produkti*. 1ari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, Sinamo ,788!menyederhanakannya men)adi empat pilar teori utama. &eempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung )awab menopang semua )enis dan sistem keberhasilan yang berkelan)utan ,sustainable success system- pada semua tingkatan. &eempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya sebagai @atur 1harma Mahardika ,bahasa Sanskerta- yang berarti 5mpat 1arma &eberhasilan =tama, yaitu: $. Mencetak prestasi dengan moti4asi superior. 7. Membangun masa depan dengan kepemimpinan 4isioner. '. Menciptakan nilai baru dengan ino4asi kreati*.

15

. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani. Anoraga ,$;;7- )uga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada ker)a, yang disimpulkan sebagai berikut : $. Beker)a adalah hakikat kehidupan manusia 7. #eker)aan adalah suatu berkat 3uhan. '. #eker)aan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral . #eker)aan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti !. #eker)aan merupakan sarana pelayanan dan perwu)udan kasih 1alam penulisannya, Akhmad &usnan ,788 - menyimpulkan pemahaman bahwa 5tos &er)a menggambarkan suatu sikap, maka ia menggunakan lima indikator untuk mengukur 5tos &er)a. Menurutnya 5tos &er)a mencerminkan suatu sikap yang memiliki dua alternati*, positi* dan negati*. Suatu indi4idu atau kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki 5tos &er)a yang tinggi, apabila menun)ukkan tanda-tanda sebagai berikut: $. Mempunyai penilaian yang sangat positi* terhadap hasil ker)a manusia, 7. Menempatkan pandangan tentang ker)a, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia, '. &er)a yang dirasakan sebagai akti4itas yang bermakna bagi kehidupan manusia, . &er)a dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewu)udkan cita-cita, !. &er)a dilakukan sebagai bentuk ibadah. Bagi indi4idu atau kelompok masyarakat yang memiliki 5tos &er)a yang rendah, maka akan ditun)ukkan ciri-ciri yang sebaliknya ,&usnan, 788 -, yaituJ $. &er)a dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri, 7. &urang dan bahkan tidak menghargai hasil ker)a manusia '. &er)a dipandang sebagai suatu penghambat kesenangan,

16

. &er)a dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan, !. &er)a dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup. 2.4.3. F"* $r+,"* $r -"ng Me.)eng"r/%! E $# Ker&" 5tos &er)a dipengaruhi oleh beberapa *aktor, yaitu : a. Agama 1asar pengka)ian kembali makna 5tos &er)a di 5ropa diawali oleh buah pikiran MaK Deber. Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern, yaitu rasionalitas ,rationality- menurut Deber ,$;!9- lahir dari etika #rotestan. #ada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai. Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. @ara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh a)aran agama yang dianutnya )ika ia sungguhsungguh dalam kehidupan beragama. 1engan demikian, kalau a)aran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu pembangunan, )elaslah bahwa agama akan turut menentukan )alannya pembangunan atau modernisasi. Deber ,$;!9- memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional, berdisiplin tinggi, beker)a tekun sistematik, berorientasi sukses ,material-, tidak mengumbar kesenangan - namun hemat dan bersaha)a ,asketik-, serta menabung dan berin4estasi, yang akhirnya men)adi titik tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern. Se)ak Deber menelurkan karya tulis 3he #rotestant 5thic and the Spirit o* @apitalism ,$;!9-, berbagai studi tentang 5tos &er)a berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum mengkon*irmasikan adanya korelasi positi* antara sebuah sistem kepercayaan tertentu dan kema)uan ekonomi, kemakmuran, dan modernitas ,Sinamo, 788!-. Menurut .osmiani ,$;;>- 5tos &er)a terkait dengan sikap mental, tekad, disiplin dan semangat ker)a. Sikap ini

17

dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya, yang sebagian bersumber dari agama atau sistem kepercayaanFpaham teologi tradisional. Ia menemukan 5tos &er)a yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konser4ati* turut menambah kokohnya tingkat 5tos &er)a yang rendah itu. b. Budaya Selain temuan .osmiani ,$;;>- diatas, =sman #elly ,dalam .ahimah, $;;!- mengatakan bahwa sikap mental, tekad, disiplin dan semangat ker)a masyarakat )uga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional, etos budaya ini )uga disebut sebagai 5tos &er)a. &ualitas 5tos &er)a ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya ma)u akan memiliki 5tos &er)a yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konser4ati* akan memiliki 5tos &er)a yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki 5tos &er)a. #ernyataaan ini )uga didukung oleh studi yang dilakukan Suryawati, 1harmika, Eamiartha, #utri dan weda ,$;;%- yang menyimpulkan bahwa semangat ker)aF5tos &er)a sangat ditentukan oleh nilai-nilai budaya yang ada dan tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan. 5tos &er)a )uga sangat berpegang teguh pada moral etik dan bahkan 3uhan. 5tos &er)a berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan secara turun-temurun. c. Sosial #olitik Soewarso, .ahard)o, Subagyo, dan =tomo ,$;;!- menemukan bahwa tinggi rendahnya 5tos &er)a suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk beker)a keras dan dapat menikmati hasil ker)a keras mereka dengan

18

penuh. &(. Abdurrahman Dahid ,7887- mengatakan bahwa 5tos &er)a harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung )awab kepada masa depan bangsa dan negara. 1orongan untuk mengatasi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan hanya mungkin timbul, )ika masyarakat secara keseluruhan memiliki orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik. Orientasi ke depan itu harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian ,achie4ement-. Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain, yaitu semangat pro*esionalisme yang men)adi tulang-punggung masyarakat modern. d. &ondisi AingkunganF+eogra*is Suryawati, 1harmika, Eamiartha, #utri dan weda ,$;;%- )uga menemukan adanya indikasi bahwa 5tos &er)a dapat muncul dikarenakan *aktor kondisi geogra*is. Aingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil man*aat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut. e. #endidikan 5tos &er)a tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. #eningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai 5tos &er)a keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, pula keahlian akti4itas dan dan keterampilan, sehingga semakin meningkat

produkti4itas masyarakat sebagai pelaku ekonomi ,.ahimah, BauGiah, Suri dan Easution, $;;!-. *. Struktur 5konomi

19

#ada penulisan Soewarso, .ahard)o, Subagyo, dan =tomo ,$;;!disimpulkan )uga bahwa tinggi rendahnya 5tos &er)a suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan insenti* bagi anggota masyarakat untuk beker)a keras dan menikmati hasil ker)a keras mereka dengan penuh. g. Moti4asi Intrinsik indi4idu Anoraga ,$;;7- mengatakan bahwa Indi4idu yang akan memiliki 5tos &er)a yang tinggi adalah indi4idu yang bermoti4asi tinggi. 5tos &er)a merupakan suatu pandangan dan sikap, yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. &eyakinan inilah yang men)adi suatu moti4asi ker)a. Maka 5tos &er)a )uga dipengaruhi oleh moti4asi seseorang. Menurut (erGberg ,dalam Siagian, $;;!-, moti4asi yang sesungguhnya bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanamFterinternalisasi dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan moti4asi intrinsik. Ia membagi *actor pendorong manusia untuk melakukan ker)a ke dalam dua *aktor yaitu *actor hygiene dan *aktor moti4ator. Baktor hygiene ini merupakan *aktor dalam ker)a yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak ada, yang akan menyebabkan ketidakpuasan. &etidakhadiran *aktor ini dapat mencegah timbulnya moti4asi, tetapi ia tidak menyebabkan munculnya moti4asi. *aktor ini disebut )uga *actor ekstrinsik, yang termasuk diantaranya yaitu ga)i, status, keamanan ker)a, kondisi ker)a, kebi)aksanaan organisasi, hubungan dengan rekan ker)a, dan super4isi. &etika sebuah organisasi menargetkan kiner)a yang lebih tinggi, tentunya organisasi tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa *actor hygiene tidak men)adi penghalang dalam upaya menghadirkan moti4asi intrinsik. Baktor yang kedua adalah *aktor moti4ator sesungguhnya, yang mana ketiadaannya bukan berarti ketidakpuasan, tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai manusia. Baktor ini disebut )uga *aktor

20

intrinsik

dalam

peker)aan

yang

meliputi

pencapaian

tanggung untuk

)awabFresponsibility,

pengakuanFrecognition,

kemungkinan

meningkat dalam )abatan ,&arier-Fad4ancement, berkembangFgrowth possibilities, dan peker)aan itu sendiriFthe work itsel*. ,(erGberg, dalam Anoraga, $;;7- (al-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan per*orma ker)a dan menggerakkan peker)a hingga mencapai per*orma yang tertinggi.

21

2.5. KERANGKA KONSEPTUAL

Etnis Ti"ngh"
Tekanan kekuasaan dari kerajaan Jawa yang feudal serta kekuasaan pemerinta k!l!nial

Etnis J &
%migran yang merantau dan #ekerja keras untuk men&ari ke idupan dan pekerjaan yang #erkualitas

"urang ulet dalam #ekerja$ #ersikap pasif dan pasra

'ifat ulet dan pantang menyera dalam #erusa a

Pe01e( n et"s ke0*

2.6. HIPOTESIS 2Ada perbedaan etos ker)a antara masyarakat yang berasal dari etnis 3ionghoa dan dari etnis Jawa.6

22

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. TIPE PENELITIAN 1ilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitati*. #endekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitati*. #enelitian ini termasuk penelitian komparati* yaitu penelitian untuk mengu)i perbedaan atau keberadaan suatu 4ariable pada dua sampel atau lebih , Sugiono, 788$: '%-. 3.2. IDENTIFIKASI 0ARIABEL Cariabel adalah suatu si*at yang dapat memiliki bermacam-macam nilai atau yang seringkali diartikan sebagi symbol yang padanya kita dapat melekatkan bilangan atau nilai ,&erlinger, 788>-. 1alam penelitian ini terdapat dua macam 4ariable yaitu 4ariable bebas dan 4ariable terikat. 4ariable-4ariabel tersebut adalah sebagai berikut : 3.2.1. 0"r!"1e2 In3e)en3en 45"r!"1e2 67 Cariabel Independent ,bebas- adalah 4ariabel yang dipandang sebagai sebab kemunculan 4ariabel terikat yang pandang ,diduga- sebagai akibatnya ,&erlinger, 788>-. Cariabel bebas dalam penelitian ini adalah budaya ,dalam hal ini masyarakat etnis 3ionghoa dan masyarakat etnis Jawa-. 3.2.2. 0"r!"1e2 De)en3en 45"r!"12e -7 Cariabel 1ependent ,terikat- adalah akibat yang dipradugakan, yang ber4ariasi mengikuti perubahan atau 4ariasi 4eriabel bebas. Cariabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan diamati 4ariasinya sebagai hasil yang

23

dipradugakan berasal dari 4ariabel bebas ,&erlinger, 788>-. Cariabel terikat dalam penelitian ini adalah etos ker)a. 3.3. DEFINISI OPERASIONAL 1e*inisi operasional merupakan pen)elasan yang lebih spesi*ik mengenai de*inisi konseptual 4ariabel penelitian untuk merancang instrument atau prosedur pengukuran dalam suatu penelitian. (al ini mengacu pada indikator atau ukuran dari suatu konstruk ,Eeuman, 7888: $7!-. 1e*inisi operasional merupakan spesi*ikasi kegiatan peneliti dalam mengukur 4ariabel atau memanipulasinya ,&elinger, 788>: !$-. 1alam penelitian ini de*inisi operasional yang digunakan adalah : 3.3.1. E n!# "3"2"% 5tnis adalah garis keturunan yang didapatkan seorang indi4idu yang berasal dari orang tua yang melahirkan dirinya atau dari nenek moyangnya. 3.3.2. E n!# T!$ng%$" "3"2"% &elompok etnis 3ionghoa di Indonesia merupakan golongan minoritas, sehingga dengan )umlah yang kecil ini terkenal dengan kehidupannya yang komunal, sehingga biasanya mereka bertempat tinggal di sebuah kompleks pemukiman yang ditinggali oleh mayoritas etnis 3ionghoa 3.3.3. E n!# J"(" "3"2"% 5tnis Jawa adalah orang- orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya dalam kehidupan sehari-hari dan bertempat tinggal di daerah Jawa 3engah dan Jawa 3imur serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut ,(erusatoto, $;97: $-.

24

3.3.4. E $# Ker&" "3"2"% 5tos &er)a adalah seperangkat perilaku positi* yang berakar pada keyakinan *undamental yang disertai komitmen total pada paradigma ker)a yang integral ,Jansen Sinamo, 788!-.

3.4. POPULASI DAN SAMPEL 3.4.1. POPULASI #opulasi adalah keseluruhan obyek penelitian, dapat terdiri dari manusia, hewan, benda, tumbuhan, ge)ala-ge)ala nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik-karakteristik tertentu suatu penilaian ,Singarimbun ? 5**endi S, $;;!-. Sub)ek penelitian merupakan se)umlah atau sekelompok sub)ek yang men)adi sasaran pada penelitian yang akan dilakukan atau yang dikenal dengan populasi. Adapun sub)ek dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan karakteristik sebagai berikut: $. 3ergolong orang etnis 3ionghoa 7. 3ergolong orang etnis Jawa. '. Bersedia men)adi sub)ek penelitian . Berdomisili di Surabaya Alasan peneliti dalam memilih subyek penelitian dengan ciri di atas dengan pertimbangan beberapa hal yaitu : $. Orang yang tergolong atnis 3ionghoa dan etnis Jawa, sebab 5tos ker)a antara kedua suku tersebut dinilai mempunyai perbedaan yang signi*ikan ,&oent)araningrat, $;9%-. 7. Sub)ek menetap di Surabaya. Alasan pemilihan Surabaya adalah untuk e*isiensi waktu dan )arak.

25

3.4.2. SAMPEL Sampel adalah sebagai populasi ter)angkau yang dapat dipergunakan sebagai sub)ek penelitian melalui sampling ,Eursalam, 788'-. 3eknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling, dimana seluruh anggota populasi memilki kesempatan yang sama untuk di)adikan sampel. 3.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1alam penelitian ini untuk mengukur e $# *er&" "n "r" ."#8"r"*" e n!# T!$ng%$" 3"n e n!# J"(" maka digunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. #ada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner karena )awaban dalam kuesioner dapat dimani*estasikan ke dalam angka-angka, tabel analisis statistik serta uraian hasil kesimpulan ,Singarimbun dan 5**endi, $;;!:>-. #enggunaan kuisioner sebagai alat pengumpulan data didasarkan atas beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut antara lain ,Lainuddin, 7888: >%-: $. Sub)ek adalah orang yang paling tau tentang dirinya sendiri. 7. #ernyataan-pertanyaan sub)ek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya '. Interpretasi sub)ek terhadap pertanyaan-pernyataan yang dia)ukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud oleh peneliti. Selain itu, metode kuisioner ini dipilih karena kelebihan-kelebihannya. &elebihan metode ini antara lain ,Suryabrata, $;;8: $%-$9-: $. Daktu untuk mendapatkan data relati4e singkat dan memungkinkan diperoleh pengumpulan in*ormasi atau data dalam )umlah besar. 7. 1apat dilakukan sekaligus pada subyek yang besar dan si*atnya tidak harus personal.

26

'. Biaya relati* murah. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan metode penskalaan likert. Metode likert merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya ,AGwar, 7887-. #rosedur penskalaan dengan metode likert didasari oleh dua asumsi, yaitu: $. Setiap stimulus memiliki karakteristik favorable atau tidak favorable ,unfavorable- yang )elas. 7. .espon positi* terhadap stimulus favorable dan respon negati* atas stimulus unfavorable diberi bobot nilai lebih tinggi daripada respon negati4e atas stimulus favorable dan respon positi* terhadap stimulus unfavorable. #ada &uesioner ini disusun menggunakan skala Aikert, yang mengandung lima alternati4e )awaban, yaitu : SS S E 3S S3S Sangat Setu)u Setu)u Eetral 3idak Setu)u Sangat 3idak Setu)u

1alam hubungannnya dengan teknik penilaian, maka dasar penilaian adalah sebagai berikut, terhadap pertanyaan *a4ourable, nilai yang diberikan terhadap alternati4e )awaban adalah : Angka Angka ' Angka 7 Angka $ Angka 8 SS S E 3S S3S Sangat Setu)u Setu)u Eetral 3idak Setu)u Sangat 3idak Setu)u

27

Sedangkan terhadap pertanyaan yang si*atnya un*a4ourable, maka nilai yang diberikan terhadap alternati4e )awaban adalah : angka angka ' angka 7 angka $ angka 8 S3S 3S E S SS Sangat 3idak Setu)u 3idak Setu)u Eetral Setu)u Sangat Setu)u

Cariabel 5tos &er)a yang digunakan pada skala yang disusun peneliti ini mendasarkan pada indikator-indikator berdasarkan teori Menurut Anoraga ,$;;75tos &er)a merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap ker)a. Bila indi4idu-indi4idu dalam komunitas memandang ker)a sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka 5tos &er)anya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap ker)a sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka 5tos &er)a dengan sendirinya akan rendah. Berikut ini adalah blue print kuesioner dari skala 5tos &er)a: N$. $ 7 ' ! In3!*" $r #enilaian hasil ker)a #andangan ker)a &er)a sebagai akti4itas &er)a butuh ketekunan &er)a sebagai bentuk ibadah Jen!# A! e. F"5$r"12e Un,"5$r"12e 7 7 ' 7 ' ! ! 7 7 % $8 J/.2"% A! e. !

28

Jumlah $! $! 3abel '.$. Blue #rint &uesioner 5tos &er)a 3.6. UJI 0ALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

'8

Berdasarkan data yang diperoleh sebelum dianalisis, terlebih dahulu harus diolah dan diu)i keabsahan dan keandalan dari alat ukur yang digunakan. Alat ukur yang dipakai seharusnya memilki akurasi dan keandalan dalm memberikan in*ormasi seperti yang diharapkan. Alat ukur tersebut harus mampu mengukur apa yang sebenarnya diukur serta mempunyai konsistensi yang tinggi dalam pengukurannya.

3.6.1. 0ALIDITAS ALAT UKUR Caliditas isi merupakan se)auh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan yang hendak diukur. #engu)ian 4aliditas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. pengu)ian 4aliditas isi ini tidak melalui analisis statistika melainkan menggunakan analisis rasional atau melalui professional judgement ,AGwar, 788': $%!-. 1alam hal ini peneliti membutuhkan bantuan beberapa ahli untuk menilai alat ukur kemudian peneliti memperbaiki alat ukur berdasarkan masukan dari ahli tersebut. Caliditas isi dalam penelitian ini menggunakan dua tipe yaitu 4aliditas muka dan 4aliditas logik. Caliditas muka didasarkan pada penampilan tes yang meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur, sedangkan 4aliditas logik menun)uk pada se)auh mana isi tes merupakan wakil dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur sebagaimana telah ditetapkan dalam domain ,kawasan- ukurnya ,AGwar, $;;;: !7-!'-. 3.6.2. RELIABILITAS ALAT UKUR

29

.eliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. #engu)ian reliabilitas terhadap hasil ukur skala psikologi dilakukan apabila aitem-aitem yang telah terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasikan men)adi satu ,AGwar,$;;;-. (asil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran pada kelompok subyek yang sama akan diperoleh hasil yang relati* sama pula, selama aspek yang diukur dalam diri subyek tidak berubah. .elati* sama mengandung arti adanya toleransi perbedaan-perbedaan kecil hasil dari beberapa kali pengukuran. )ika perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu, maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan tidak reliable ,AGwar, 7888:$>-. #erhitungan koe*isien reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan statistik konsistensi internal dengan rumus Cronbach lpha dengan tu)uan untuk mengukur penyimpangan skor yang ter)adi karena *aktor waktu pengukuran atau *aktor perbedaan sub)ek pada waktu pengukuran yang sama. #erhitungan reliabilitas alat ini pun akan menggunakan bantuan S##S $%.88 for !indows. 3. 3. TEKNIK ANALISIS DATA #enelitian ini sesuai dengan bagian awal bab ini adalah penelitian korelasional yang bertu)uan untuk mengu)i etos ker)a antara masyarakat etnis 3ionghoa dan etnis Jawa. Oleh karena itu, dalam analisis data ini digunakan koe*isien korelasi yang merupakan alat statistik untuk membandingkan hasil pengukuran 4ariabel-4ariabel yang berbeda untuk menentukan tingkat hubungan antara 4ariabel-4ariabel tersebut. 3eknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-test. 3eknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan program S#SS 4ersi $%.8 for windows.

30

DAFTAR PUSTAKA

Aida. 78$8.#erilaku 5konimi 5tnis 3ionghoa di Indonesia ,Surabaya- diakses melalui http:FFshindusharira.blogspot.comF78$8F89Fperilaku-ekonomi-etnis-chinadi.html diakses tanggal 7$ Juni 78$$ AGwar, S. ,$;;;-. "asar#"asar $sikometri. Hogyakarta: #ustaka #ela)ar. AGwar, S. ,7888-. %ikap &anusia' Teori dan $engukurannya ()disi *edua+. Hogyakarta: #ustaka Bela)ar. AGwar, S. ,7887-. $enyusunan %kala $sikologi. Hogyakarta: #ustaka Bela)ar. AGwar, S. ,7889-. $enyusunan %kala $sikologi. Hogyakarta: #ustaka Bela)ar. Jody.78$8.5tos &er)a Suku Jawa diakses melalui diakses

http:FF)odyprabowo.blogspot.comF78$8F$8Fetos-ker)a-suku-)awa.html pada pada tanggal $% Juni 78$$ &erlinger, Bred E. ,788>-.

sas# sas $enelitian ,ehavioral )disi *etiga (cetakan

kesebelas+. Hogyakarta: +ad)ah Mada =ni4ersity #ress. Melissa, dkk.7889.6#erbedaan 3ingkat Moti4asi Berprestasi Antara Mahasiswa 5tnis 3ionghoa Juni 78$$ dan 5tnis Jawa di Surabaya6 diakses melalui http:FFwww.scribd.comFdocF7 '! ;9>F#AB-#roposal-BiKed diakses tanggal $%

31

Eeumann, D. Aawrence. ,7888-. %ocial -esearch &ethods' .ualitative and .uantitative pproach / 0 th edition. Allyn ? Bacon: Boston. Eo4liadi, Berry.788;.(ubungan antara OrganiGation-Based Sel* 5steem dengan 5tos &er)a diakses melalui http:FFdocs.google.comF4iewer< aM4?NMcache:O'P);G.a@AcJ:repository.usu.ac.idFbitstreamF$7' !>%9;F'>7>F$ F89588;7$.pd*QetosQker)a?hlMid?glMid?pidMbl?srcidMA1+55Si#l8.;R#N HMRiB-3.%b=h>9+Bm543rayBG*9>aAM3>=#'iAwD=5HLEAgAw%C;Dw>=r&cBap3BJ1AA=bt3MPBGy5P+nmhH4'RPk PSrgtgihM;imC otl.HCb&LAN=*tplkJ5?sigMA(I5tb.NCG8yoB e5B!HoH#C)-)c+ihdMcA diakses pada tanggal $ Mei 78$$ Singarimbun, M ? 5**endi, S. ,$;;!-. Metode #enelitian Sur4ey.Jakarta:A#'5S Suryabrata, Sumadi. ,$;;8-. &etodologi $enelitian. Jakarta: .a)awali. Sinamo, Jansen., ,788!-J 1elapan 5tos &er)a #ro*esionalJ Ea4igator Anda Menu)u SuksesJ +ra*ika Mardi Huana, Bogor. Lainuddin, M. ,7888-. &etodologi $eneletian. Surabaya: Bakultas #sikologi =ni4ersitas Airlangga

32

Anda mungkin juga menyukai