Anda di halaman 1dari 6

Apa itu Pembelajaran Berbasis Masalah ?

Dr De Gallow , Direktur , Instructional Resources Center, Direktur Proyek , Hewlett Hibah Salah satu fitur utama dari masalah - Based Learning adalah bahwa siswa - berpusat . Student - centered mengacu pada kesempatan belajar yang relevan dengan siswa , tujuan yang setidaknya sebagian ditentukan oleh siswa sendiri . Ini tidak berarti bahwa guru abdicates otoritasnya untuk membuat penilaian mengenai apa yang mungkin penting bagi siswa untuk belajar , melainkan fitur ini menempatkan tanggung jawab parsial dan eksplisit di bahu para siswa untuk belajar mereka sendiri . Membuat tugas dan kegiatan yang memerlukan input siswa mungkin juga meningkatkan kemungkinan siswa termotivasi untuk belajar . Sebuah kritik umum dari pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah bahwa mahasiswa , sebagai pemula , tidak dapat diharapkan untuk mengetahui apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar , terutama dalam subjek yang mereka tampaknya tidak memiliki eksposur sebelumnya. Literatur tentang pembelajaran pemula - ahli tidak sepenuhnya membantah pernyataan ini , melainkan memang menekankan bahwa siswa kami datang kepada kami , bukan sebagai papan tulis kosong pepatah , tetapi sebagai individu yang sebelum belajar dapat sangat mempengaruhi belajar mereka saat ini ( Scardamalia , Bereiter , 1991) . Seringkali mereka memiliki konten dan keterampilan yang lebih besar pengetahuan daripada kita ( dan mereka ) harapkan . Dalam kasus apapun , apakah pembelajaran mereka sebelum benar tidak masalah . Apapun negara dari pembelajaran mereka sebelumnya , itu bisa baik bantuan dan menghambat usaha mereka untuk mempelajari informasi baru . Oleh karena itu penting bahwa instruktur memiliki beberapa rasa apa mata uang intelektual siswa membawa dengan mereka . Salah satu cara untuk menentukan ini adalah dengan menjadi saksi bagaimana siswa pergi tentang mengatasi tantangan intelektual , terutama mereka yang tampaknya berbeda dengan pemahaman mereka saat ini . Aktif , interaktif , dan kolaboratif pembelajaran , di mana Pembelajaran ProblemBased didasarkan , memungkinkan instruktur kesempatan langka untuk mengamati siswa proses belajar . Konteks untuk belajar dalam PBL sangat spesifik konteks . Ini berfungsi untuk mengajar konten dengan menghadirkan para siswa dengan tantangan dunia nyata mirip dengan salah satu yang mungkin mereka hadapi yang mereka seorang praktisi dari disiplin. Mengajar konten melalui keterampilan adalah salah satu fitur yang membedakan utama dari PBL . Lebih umum , instruktur memperkenalkan siswa kepada guru konten ditentukan melalui ceramah dan teks . Setelah jumlah tertentu konten disajikan , siswa diuji pada pemahaman mereka dalam berbagai cara . PBL , sebaliknya, lebih induktif : siswa belajar konten ketika mereka mencoba untuk mengatasi masalah . Masalah di PBL biasanya dalam bentuk kasus , narasi kompleks , tantangan dunia nyata umum untuk disiplin yang dipelajari . Tidak ada jawaban yang benar atau salah , melainkan , ada solusi yang masuk akal berdasarkan pada penerapan pengetahuan dan keterampilan yang dianggap perlu untuk mengatasi masalah 1 . Oleh karena itu solusinya adalah sebagian bergantung pada perolehan dan pemahaman fakta , tetapi juga didasarkan pada kemampuan untuk berpikir kritis . Apa pemikiran kritis mengacu kepada? Ungkapan ini sering dianggap remeh tentang tetapi didefinisikan jarang . Untuk

tujuan kita , berpikir kritis mengacu pada kemampuan untuk menganalisis , mensintesis , dan mengevaluasi informasi , serta untuk menerapkan informasi yang tepat untuk konteks tertentu . Hal ini baik kritis dan kreatif dalam sintesis itu , khususnya, memerlukan pelajar untuk mengambil informasi apa yang diketahui, berkumpul kembali dengan informasi yang tidak diketahui , dan untuk mendapatkan tubuh baru pengetahuan . Perhatikan bahwa tidak perlu meminta siswa untuk menciptakan pengetahuan baru dalam cara seorang sarjana berlatih tidak , melainkan meminta siswa untuk menciptakan sesuatu yang setidaknya baru bagi mereka . ( Hal ini tidak biasa , bahkan untuk mahasiswa untuk mengembangkan beberapa solusi yang cukup canggih dan cerdik . ) Instruktur tidak pasif selama belajar siswa , tetapi ia juga tidak mengambil peran tradisional bijak di atas panggung . Peran instruktur dapat untuk model berbagai jenis strategi pemecahan masalah , kadang-kadang disebut sebagai magang kognitif belajar ( Brown , Collins , & Newman , 1989) . Siswa juga dapat model satu sama lain berbagai strategi pemecahan masalah . Yang paling umum peran instruktur adalah untuk pertanyaan siswa tentang proses belajar mereka dengan meminta meta - kognitif pertanyaan : Bagaimana Anda tahu bahwa asumsi Apa yang Anda akan membuat pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan siswa untuk menjadi diri reflektif ? tentang proses pembelajaran mereka, sehingga fitur utama lain dari PBL adalah bahwa itu adalah proses yang berpusat lebih daripada produk - berpusat . Hal ini mungkin tampak bertentangan sebagai pemecahan masalah merupakan aspek penting dan kritis PBLhence namanya . Titik yang akan diambil di sini , bagaimanapun, adalah bahwa sementara perubahan konten ( khususnya dalam dunia teknologi yang berubah dengan cepat ) , kemampuan untuk memecahkan masalah kebutuhan untuk menjadi lebih portabel . Tidak ada satu set keterampilan akan cukup untuk semua waktu , baik , tetapi kemampuan untuk menghasilkan strategi pemecahan masalah adalah keterampilan dengan kaki Informasi trans - ferability dibatasi oleh informasi yang tersedia , . Bagaimana menemukan dan menciptakan informasi hanya dibatasi oleh peserta didik kesediaan untuk berpartisipasi . PBL , dengan memiliki siswa menunjukkan untuk diri mereka sendiri kemampuan mereka , dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengatasi masalah . Pembelajaran berbasis masalah juga eksperensial bahwa peserta mengalami bagaimana rasanya untuk berpikir sebagai seorang praktisi . Bagaimana ahli biologi berpikir ? Apa yang membedakan cara kriminolog mungkin mengatasi masalah yang bertentangan dengan cara kekuatan matematika ? Bagaimana mungkin dua spesialis ini bekerja sama pada masalah, pertanyaan yang lebih erat sebagai disiplin ilmu menjadi semakin antar-disiplin ? Ini juga merupakan pertanyaan tentang perhatian besar bagi pengusaha . Tiga besar keluhan dari pengusaha tentang lulusan perguruan tinggi adalah lulusan miskin tertulis dan lisan keterampilan , ketidakmampuan mereka untuk memecahkan masalah , dan kesulitan mereka bekerja bersama-sama dengan tenaga profesional lainnya . PBL dapat mengatasi semua tiga bidang .

Pendekatan apapun yang digunakan, harus mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian dan peran guru sebagai fasilitator dalam mengupayakan situasi untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian terhadap proses pembelajaran berkaitan dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam hal ini, peneliti akan menerapkan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Metode pembelajaran PBL ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah dari kehidupan siswa, untuk merangsang dan kemauan berpikir. Prosedur yang digunakan yaitu siswa dibagi berkelompok untuk mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan guru, siswa mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, dan akhirnya menemukan solusi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir secara optimal. Diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan. Penerapan metode berdasarkan masalah dimaksudkan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa karena melalui pembelajaran ini siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dan prosedur pengetahuan mereka pada saat memecahkan masalah dengan anggota kelompoknya. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka peneliti perlu melakukan penelitian tentang metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL), maka akan dilakuka

Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


Pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri A. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggiPembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002 : 123). Menurut Arends (1997), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berdarkan proyek (project-based instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction), belajar otentik (authentic learning) dan pembelajaran bermakna (anchored instruction). B. Ciri-ciri khusus Pembelajaran Berdasarkan Masalah Menurut Arends (2001 : 349) berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut (Krajcik, 1999; Krajcik, Blumenfeld, Marx, & soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan, & Wasik, 1992, 1994; Cognition & Technology Group at Vanderbilt, 1990). 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prisip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. 2 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi yang dimunculkan dalam

pelajaran di teluk Chesapeake mencakup berbagai subyek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan. 3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari. 4. Menghasilkan produk dan memamerkannya Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat seperti pada pelajaran Roots and wings. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah. 5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugastugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan ketrampilan berfikir. C. Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa Pembelajaran berda- sarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemam -puan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim, 2000 : 7). Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugastugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya. D. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yng dipilih. Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. ( Ibrahim, 200; 13 ).

Anda mungkin juga menyukai