Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji

ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).

Read more: MODEL PEMBELAJARAN : Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Bandingkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

1.

2.

3. 4. 5.

1. 2. 3. 4. 5.

6. 7. 8.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut: Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik - topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik permasalahan tersebut. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi. Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok. Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai berikut: Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. Guru memberi evaluasi. Penutup

Read more: MODEL PEMBELAJARAN : Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah.(Penyelidikan Tindakan Kelas di kelas XC SMA Negeri 1 Parongpong) Oleh: Dadang Setiawan, 10 Januari 2010

A. LATARBELAKANG MASALAH Proses pembelajaran dan hasil belajar pelajar merupakan penunjuk dari kejayaan pendidikan. Kenyataan yang terjadi di dalam kelas merupakan suatu fenomena yang menunjukan bahawa pendidikan telah berjaya atau belum.Proses pembelajaran di dalam kelas pada umumnya masih di dominasi oleh guru berbanding dengan keaktifan pelajar baik dalam bertanya, menjawab, mengulas, menyanggah bekerjasama dan bertanggungjawab terhdadap diri sendiri ataupun kumpulan. Keadaan ini seolah menjadi ketidak berhasilan seorang guru dalam menanamkan ilmu dan dalam melaksanakan kaedah pembelajaran atau menunjukan ketidak seriusan pelajar terhadap mata pelajaran yang diajar kerana kurangnya motivasi pelajar dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut UNESCO, pendidikan pada abad ini perlu diorientasikan terhadap pencapaian empat tiang pembelajaran iaitu: Pertama Learning to know (belajar untuk tahu), Kedua Learning to do (belajar untuk melakukan), Ketiga lerning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri), Keempat Learning to live together (belajar bersama dengan orang lain). Merujuk pada pernyataan tersebut maka akan timbul sebuah pertanyaan besar iaitu "Apakah pendidikan di Indonesia sekarang ini sudah merangkumi empat tiang tersebut?". Berangkat dari kenyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahawa kaedah pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam kejayaan pendidikan. Seperti pada umumnya sering dkatakan bahawa dengan menggunakan kaedah konvensional pembelajaran akan berlangsung membosankan tanpa ada teknik kreatif yang mengajak pelajar untuk berperanan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan motivasi kepada pelajar untuk lebih serius terhadap mata palajaran. Sehingga terjadi proses pembelajaran yang inovatif

antara guru dengan pelajar dan antara pelajar dengan pelajar kerana kaedah yang diberikan dalam proses pembelajaran boleh merangsang pelajar untuk bermotivasi mengikuti proses belajar mengajar.Peranan seorang guru sangat memberikan pengaruh besar terhadap watak pelajar.Bila seorang guru boleh melengkapkan pelajarnya dan memberi asas supaya empat tiang yang diorientasikan UNESCO dapat dilaksanakan maka merupakan peluang yang luas untuk pelajar yang mempunyai guru atau pendidik yang berkualiti untuk mendapatkan ilmu selluas mungkin dan menjadi dasar yang kuat bagi bangsa dan negara ini bila pendidikan boleh menjadi tonggak berdirinya suatu negara yang kukuh. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang memerluan pemikiran kritis dalam memandang segala sesuatu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Dalam mata pelajaran sejarah, pelajar diberikan suatu gambaran berupa fakta-fakta yang berlaku yang berlaku pada masa lalu. Seharusnya mata pelajaran sejarah memberikan rangsangan pada pelajar untuk berfikir kritis mengenai peristiwa yang berlaku pada masa lampau dan berfikir ragu-ragu terhadap apa yang dikatakan oleh guru ataupun sumber buku yang menjadi pegangan. Sehingga dengan begitu pelajar boleh memainkan peranan aktip dalam mengikuti proses pembelajaran dan pembelajaran berlangsung dengan sangat menarik. Pembelajaran yang menarik salah satunya diadapatkan dari inovasi pendidikan yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Inovasi pendidikan tidak hanya pada inovasi sarana dan prasarana pendidikan serta kurikulum saja melainkan juga proses pendidikan itu sendiri. Inovasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan guna meningkatkan prestasi kearah yang maksimum. Inovasi ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan kaedah pembelajaran. Kewajiban sebagai pendidik atau guru tidak hanya pemindahan pengetahuan tapi juga dapat mengubah perilaku, memberikan dorongan yang positif sehingga pelajar bermotivasi, memberi suasana belajar yang menyenangkan, agar mereka boleh berkembang di. Guru tidak hanya memproses otak pelajarnya tetapi juga mengolah jiwa anak didiknya supaya terjadi keseimbangan antara prestasi akademik dengan keadaan kejiwaan pelajar. Model pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru untuk sekarang boleh dikatakan sebagai model yang tidak boleh mengikuti zaman yang sudah semakin moden seiring dengan kemajuan dalam bidang pendidikan. Sudah seharusnya seorang guru mempunyai kaedah atau model-model pembelajaran yang lebih inovatif untuk menjangkakan kelemahan model konvensional yang selama ini dipakai guru.Kooperatif Jenis Jigsaw merupakan model pembelajaran yang memberikan peluang yang luas kepada pelajar untuk melakukan kegiatan belajarnya secara bekerjasama dengan kumpulan-kumpulan yang dibuat oleh guru. Sehingga diharapkan dengan model pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw, pelajar diharapkan dapat lebih boleh mencari masalah, mengorganisasikan, menyelesaikan masalah dan bekerjasama dalam menanggapi masalah. Sebagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa maka dengan

menerapkan kaedah ini, pelajar dalam proses belajar di kelas akan lebih aktif, lebih boleh mempertimbangkan pendapat dan lebih memotivasi pelajar dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlaku di kelas. Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai matlamat bersama (Hamid Hasan, 1996). Kooperatif dalam hal ini adalah kerjasama antara pelajar dengan pelajar dan antara pelajar dengan kelompoknya dan dituntut juga tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kumpulan. Model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif di mana pelajar belajar dalam kumpulan kecil yang terdiri daripada 4-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap ahli bertanggungjawab untuk mempelajari masalah tertentu dari bahan yang diberikan dan menyampaikan bahan tersebut kepada ahli kumpulan yang lain. Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggungjawab pelajar terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Pelajar tidak hanya mempelajari bahan yang diberikan, tetapi mereka juga harus bersedia memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain selain itu dapat meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Slavin menjelaskan lebih lanjut mengenai pembelajaran kooperatif sebagaimana dikutip SOLIHATIN dalam bukunya Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS (2007): Cooperative Learning suatu model pembelajaran di mana pelajar belajar dan bekerja dalam kumpulan-kumpulan kecil secara kolaboratoratif yang anggotanya terdiri dari 4 hingga 6 orang dengan struktur kumpulan yang bersifat heterogen dan kejayaan belajar dari kumpulan bergantung pada kemampuan dan aktiviti ahli kumpulan, baik secara individual maupun secara kelompok . Bila meihat secara langsung dilapangan mengenai keadaan kelas XC SMA NEGERI 1 Parongpong maka suasana di kelas terutama dalam proses pembelajaran, berlangsung dengan sangat ramai. Salah satu yang membuat situasi tersebut adalah keaktifan pelajar terutama dalam menjawab dan menanggapi pendapat dan soalan guru. Kaedah ceramah yang diberikan guru memang sekurang-kurangnya boleh membawa anak pada pengetahuan baru dalam belajar sejarah, namun kaedah tersebut sudah dirasa sangat konvensional yang mengakibatkan pelajar kurang bermotivasi secara serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Memang pelajar hampir lima puluh peratus berperanan aktif, tetapi yang menjadi permasalahan disini adalah bentuk keaktifan pelajar yang tidak mengena terhadap materi yang diajarkan seperti pelajar yang menjawab soalan dengan jawapan yang ngawur dan tidak tepat sasaran terhadap bahan pembelajaran. Boleh dikatakan bahawa motivasi pelajar dalam belajar untuk lebih serius dirasa sangat kurang sekali dan itu mempengaruhi terhadap peruntukan yang diberikan kerana penunjuk dari pembelajaran tersebut tidak dapat dipenuhi secara tepat.

Pembelajaran yang diberikan guru secara materi sudah melaksanakan kaedah konstruktivistis dimana guru mengajak pelajar dengan isu-isu kontemporari dan meletakkan kontek pelajar pada zamannya. Keaktifan pelajar memang sudah terlihat tetapi bagaimana caranya keaktifan tersebut tertuju pada satu titk yaitu materi yang sedang diajarkan sehingga pembelajaran tidak melantur kemana-mana. Sesekali guru bertanya kepada salah satu pelajar dan siswapun menjawab tetapi jawapan tersebut tidak mengena pada soalan guru. Pelajar dalam hal ini seolah tidak punya motivasi untuk lebih serius dalam mengikuti proses pembelajaran malah justru seolah hanya menganggap pembelajaran ini hanya sebuah pembelajaran yang kurang bermakna.Permasalahan ini tentunya merupakan permasalahan yang dirasa sangat penting untuk dicari penyelesaian yang tepat dalam mengatasinya. Asas pertama adalah bagaimana supaya pelajar lebih merasa tertarik dengan proses pembelajaran dan bagaimana supaya pelajar lebih bermotivasi untuk lebih serius dalam mengikuti proses pembelajaran. kemudian bagaimana agar pelajar dalam menanggapi ataupun menjawab soalan dari guru lebih mengena pada sasaran soalan tersebut. Maka dengan menggunakan kaedah pembelajaran yang tepat, diharapkan dapat memberikan peningkatan motivasi belajar pelajar dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga terjadi kerjasama yang baik antara guru dengan pelajar dan antara pelajar dengan pelajar yang berlandaskan tanggungjawab penuh atas apa yang menjadi tujuan dalam proses pembelajaran. Dengan begitu akan tercipta proses pembelajaran yang bermakna dan tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut yang kemudian terlihat dalam bentuk hasil penilaian pembelajaran iaitu berupa nilai yang didapatkan pelajar dan prestasi hasil belajar yang diraih pelajar. B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dihuraikan maka dapat di tarik garis besar iaitu kurangnya motivasi pelajar dalam mengikuti mata pelejaran sejarah di SMA Negeri 1 Parongpong. Sehingga masalah yang terjadi boleh dirumuskan dalam bentuk soalan iaitu "Apakah dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw dapat menumbuhkan motivasi sisawa dalam mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Parongong?". Untuk menghadkan ruang lingkup kajian sehingga pembahasan materi tidak meluas dan kajian yang dilakukan lebih tertumpu maka penyelidik membuat sebuah rumusan masalah dalam bentuk soalan-soalan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan model Pembelajaran Kooperatif kaedah kooperatif Jenis Jigsaw di kelas XC SMA Negeri 1 Parongpong?

2. Bagaimana pembangunan pembelajaran sejarah melalui penerapan kaedah pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw untuk meningkatkan motivasi pelajar di kelas XC SMA Negeri 1 Parongpong? 3. Bagaimana kesan penerapan kaedah pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw terhadap motivasi belajar pelajar pada mata pelajaran sejarah di kelas XC SMA Negeri 1 Parongpong?

C.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penyelidikan merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam kajian.Secara umum tujuan kajian boleh diklasifikasikan sebagai berikut antara lain: 1. Untuk mendeskripsikan penerapan kaedah Kooperatif Jenis Jigsaw dalam pembelajaran sejarah. 2. Untuk mengkaji penerpan kaedah Kooperatif Jenis Jigsaw dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam mengikuti mata pelajaran sejarah. 3. Untuk mengenalpasti halangan-halangan yang dihadapi dalam melaksanakan kaedah Pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw terutama dalam mata pelajaran sejarah. 4. Untuk melihat hasil dari penerapan kaedah Kooperatif Jenis Jigsaw yang diukur dari sebelum diterapkan kaedah tersebut sampai ketika sudah diterapkan kaedah tersebut.

D.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari kajian merujuk kepada dua aspek iaitu manfaat bagi guru selaku seorang pengajar yang sudah seharusnya mempunyai kaedah yang tepat dalam menangani permasalahan yang berlaku didalam kelas dan manfaat yang sangat besar sekali iaitu bagi pelajar bagi pelajar sebagai sasaran pengajaran. Sehingga pelajar dalam mengikuti proses pembelajaran sudah mempunyai modal dasar yang kuat iaitu motivasi dan keseriusan dalam belajar. Secara garis besar manfaat penelitian diklasifikasikan kedalam beberapa mata sebagai berikut: 1. Manfaat bagi guru iaitu mengetahui cara peningkatan kualiti pembelajaran sejarah dengan penerapan kaedah pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw.Sehingga proses pembelajaran boleh berjalan lebih bermakna baik untuk guru yang mengajar ataupun untuk pelajar yang menjadi sasaran pembelajaran.

2. Manfaat untuk pelajar iaitu kajian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi, keseriusan dan kualiti pembelajaran sejarah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dengan penerapan kaedah Kooperatif Jenis Jigsaw. 3. Manfaat bagi bagi sekolah yang menjadi tempat berlangsungnya proses pembelajaranyaitu dapat memberikan gambaran, masukan, dan pemikiran yang berguna dalam membantu meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. 4. Manfaat bagi penyelidik iaitu diharapkan dapat dijadikan bahan untuk penelitian lebih lanjut dan mendalam terutama untuk melihat perbezaan yang terjadi dari sebelum dan sesudah diterapkanya kaedah Pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw di dalam kelas. 5. Manfaat bagi masyarakat umum baik Pembaca atau pihak yang memerlukan maklumat mengenai kaedah pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat dan terutama untuk dunia pendidikan Indonesia.

E.

DEFINISI OPERASIONAL

Model Pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran strategi yang berpusat kepada pelajar (Student Center) di mana pelajar dituntut untuk bekerjasama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya maupun kepada kelompoknya. Cooperative Learning suatu model pembelajaran di mana pelajar belajar dan bekerja dalam kumpulan-kumpulan kecil secara kolaboratoratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kumpulan yang bersifat heterogen dan kejayaan belajar dari kumpulan bergantung pada kemampuan dan aktiviti ahli kumpulan, baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin, 1984).Model pembelajaran ini direka untuk meningkatkan rasa tanggungjawab pelajar terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Pelajar tidak hanya mempelajari bahan yang diberikan tetapi mereka juga harus bersedia memberikan bahan tersebut kepada kelompoknya. Sehingga kemampuan secara kognitif dan sosial skill pelajar sangat diperlukan dan dimiliki oleh pelajar.

F. a.

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penyelidikan yang dilakukan dalam kajian ini menggunakan Model Penyelidikan Tindakan Kelas di mana bertujuan untuk meningkatkan kualiti proses dan hasil pembelajaran di kelas dengan melaksanakan tahap-tahap PTK penyelidik mencari penyelesaian dari masalah

yang timbul di dalam kelas. Seperti yang dikatakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahawa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh pesertapesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan pemikiran dan keadilan amalan-amalan itu dan terhadap situasi tempat dilakukan amalan-amalan tersebut (Kemmis dan Taggart , 1988). Pendapat yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC Taggart memang masih sangat umum, kemudian pendapat tersebut lebih di kerucutkan lagi oleh Hardjodipuro bahawa yang dimaksudkan dengan istilah PTK adalah: Suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para peserta (guru, pelajar atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasional dan kebenaran (a) amalan-amalan sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai amalan-amalan ini, dan (c) keadaan-keadaan (dan lembaga-lembaga) tempat amalanamalan tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa PTK di lakukan dalam rangka menyelesaikan masalah dikelas oleh guru melalui intropeksi, bercermin, merefleksi atau menilai diri sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru / pengajar sudah memadai dan diharapkan dapat meningkatkan kualiti anak didiknya, baik dalam aspek pemikiran , kemahiran, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik dan untuk meningkatkan kualiti pendidikan pada umumnya.

b.

DESAIN PENELITIAN

Model Penyelidikan Tindakan Kelas ini menggunakan reka bentuk model kajian Kemmis dimana dalam reka bentuk ini Kemmis menggunakan empat komponen kajian tindakan iaitu perancangan, tindakan, pemerhatian dan refleksi dalam suatu sistem lingkaran yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahawa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan pemikiran dan keadilan amalan-amalan itu dan terhadap situasi tempat dilakukan amalan-amalan tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988). Alasan menggunakan reka bentuk tersebut dalam kajian ini iaitu kerana model kajian Kemmis dalam penerapannya dilakukan secara berulang-ulang atau ada perancangan semula setelah tindakan pertama. Sehingga kita boleh menarik kesimpulan jika pada kajian pertama tidak berjaya kita akan melakukan penyelidikan selanjutnya. Dengan model kajian Kemmis kita mengetahui apakah berjaya atau tidaknya suatu perencaan. Selain itu kajian model Kemmis

menggunakan empat komponen kajian tindakan diantaranya: perencaan, tindakan, pemerhatian dan refleksi dalam suatu system lingkaran yang saling berkaitan. Perencanaan merupakan tahap awal yang sangat penting untuk di lakukan, kerana dengan dilakukanya perancangan terlebih dahulu maka tindakan yang dilakukan akan tersusun secara sistematik. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan tindakan atau proses yang diperlukan dalam kajian tersebut dan proses selanjutnya daripada melakukan pemerhatian, dalam hal ini kajian menggunakan kaedah Kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar pelajar di SMA NEGERI 1 Parongpong. Selepas proses pemerhatian selesai maka akan dilakukan refleksi atau analisis terhadap data yang telah dihasilkan dan jika terjadi kesalahan akan dilakukan pengumpulan data kembali sehingga pada akhirnya menghasilkan data yang benar-benar sah dan tercapai pada tujuan yang ingin di capai iaitu meningkatkan motivasi pelajar. c. LOKASI DAN SUMBER PENELITIAN

Kajian Model Pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw ini akan dilaksanakan dikelas XC SMA NEGERI 1 Parongpong yang bertempat di Lot. Cihanjuang Rahayu Kabupaten Bandung Barat. Adapun yang menjadi sumber kajian dalam kajian ini iaitu kelas XC SMA Negeri 1 Parongpong dan rujukan berupa literatur sumber buku yang boleh digunakan sebagai tinjauan pustaka atau kerangka teori yang akan digunakan dalam kajian.

d.

PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan ialah aktiviti mengumpul data yang dilakukan melalui pemerhatian, temu bual dan dokumentasi. Sumber dalam pengumpulan data boleh diperolehi dari guru dan pelajar serta pihak-pihak lain yang boleh membantu dan boleh dijadikan sebagai sumber data yang relevan dengan kajian seperti kepala sekolah.Sumber data kajian diperolehi dari semua ucapan, tindakan, keadaan, sikap dan peristiwa yang diperhatikan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas.Setelah data-data yang diperlukan untuk kajian sudah memenuhi syarat maka mulai diadakan pengumpulan data. Agar mendapatkan data yang relevan maka perlu maka selain menggunakan kaedah yang tepat juga perlu mempunyai teknik dan alat pengumpul data yang relevan pula. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat membolehkan diperolehnya data yang objektif. Dalam kajian ini, penyelidik menggunakan beberapa teknik pemerhatian sebagai alat pengumpul data. Secara garis besar dapat dihuraikan sebagai berikut: a. Pemerhatian boleh diertikan sebagi pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang kelihatan pada objek kajian. Dalam proses pemerhatian, penulis mengamati dan mencatat secara langsung pelbagai perkara yang berlaku di dalam kelas secara seobjektif mungkin. Pemerhatian yang dilakuakan adalah pemerhatian terbuka, dimana dalam

pemerhatian ini, penyelidik mencata secara langsung semua aktiviti yang berlangsung selama proses belajar di dalam kelas. b. Senarai Chek (Chek List) iaitu panataan data yang dilakukan dengan menggunakan sebuah senarai yang mengandungi nama observer disertai jenis yang akan diperhatikan. Seorang pemerhati dalam hal ini bertugas memberi tanda cek pada gejala yang muncul di dalam proses kajian. c. Pengajian Dokumentasi iaitu teknik pengumpulan data berupa pengumpulan data dokumentasi bertulis seperti arkib, buku-buku mengenai penilaian terhadap pelajar yang berkaitan dengan masalah penyelidik di kelas. Kajian dokumentasi yang di gunakan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, senarai ketidakhadiran pelajar dan laporan hasil perbincangan pelajar yang ada di guru.

e.

INSTRUMEN PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan untuk memperolah maklumat yang diperlukan guna menjawab soalan kajian. Sedangkan alat yang digunakan untuk memperoleh data disebut instrumen kajian. Adapun instrumen yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari lembaran pemerhatian. sebagai alat untuk mengukur tahap motivasi pelajar dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pemerhatian atau pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data dalam suatu kajian. Pemerhatian dalam kajian ini dilakukan untuk mengatahui sejauh mana motivasi pelajar di dalam kelas pada masa pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan dalam pemerhatian ini adalah lembaran pemerhatian. Aspek yang menjadi penilaian selama pembelajaran berlangsung meliputi kehadiran, bertanya, mejawab, mengemukakan pendapat, bekerjasama dan bertanggungjawab terhadap diri sendiri maupun dengan pelajar lain di dalam kelas. Fromat pemerhatian yang digunakan dalam kajian ini iaitu berupa pemberian senarai chek list () pada keterangan yang meliputi penunjuk penilaian sangat baik, baik, kurang baik, tidak baik dan cukup baik.

Format Pemerhatian (Check List) Proses Pembelajaran Kelas XC SMA NEGERI 1 Parongpong Berilah tanda () pada alternative jawapan yang tersedia sesuai dengan apa yang anda lihat! SB: Sangat Baik KB: Kurang Baik CB: Cukup Baik B: Baik TB: Tidak Baik

No Proses Pembelajaran 1. 2. 3. 4. 5.

SB

CB

KB

TB

G.

Sistematika PENULISAN

Sistematika penulisan Cadangan ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara terperinci mengenai latar belakang kajian yang menjadi alasan penyelidik berminat untuk mengkaji lebih dalam mengenai kajian yang terhasil dalam bentuk laporan kajian Rumusan masalah yang di klasifikasikan kedalam beberapa soalan kajian, tujuan penulisan dari kajian yang dilakukan, manfaat penyelidikan, definisi operasi, metodologi , sistematika penulisan dan pengolahan data, analisis dan pengesahan data. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penyelidik menghuraikan secara lebih terperinci mengenai materi yang berkaitan dengan permasalahan kajian yang berkaitan dengan pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw baik dari pelbagai pendapat atau kesusasteraan yang diperoleh dari hasil kajian pustaka. Selain itu pada bab ini juga dipaparkan konsep-konsep dan landasan teori yang relevan dengan kajian yang dilakukan. Sehingga dari kajian teori tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah. BAB III METODOLOGI DAN TEKNIK PENELITIAN Pada bab ini penyelidik menghuraikan mengenai kaedah kajian yang digunakan dalam kajian ini. Lebih lanjut, penyelidik menghuraikan bagaimana kajian yang dilakukan dilihat dari persiapan kajian, langkah-langkah penyelidikan dan bagaimana penyelesaian akhir dalam kajian ini. BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini merupakan bab teras yang mengandungi seluruh maklumat dan data-data yang diperoleh penyelidik dari hasil kajian yang dilakukan. Secara terperinci pada bab ini dihuraikan mengenai hasil kajian yang diperoleh penyelidik. Adapun uraian materi yang akan dipaparkan dalam bab ini mengenai bagaimana gambaran umum sekolah SMA Negeri 1 Parongpong dan kemudian gambaran kelas XC SMA Negeri 1Parongpong. Secara garis besar padabab pembahasan ini penyelidik menghuraikan seluruh data-data yang diperolehi daripada sumbersumber yang didapatkan dari hasil penelitian mulai dari awal hingga akhir kajian. BAB V KESIMPULAN Pada bab ini penyelidik akan menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu berupa interpretasi dan analisis penyelidik terhadap kajian yang menjadi bahan kajian serta melihat perubahan kelas seperti adanya perubahan yang terjadi atau tidak setelah kaedah pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw diterapkan di dalam kelas tersebut.

H.

PENGOLAHA, ANALISIS DAN VALIDASI DATA

PENGOLAHAN DATA Pemprosesan data iaitu pengklasifikasian data yang menggolongkan aneka ragam jawapan kedalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terhad.Pengklasifikasian peranti kategori itu penyusunanya harus memenuhi bahawa setiap peranti kategori dibuat dengan mendasarkan kriterium yang tunggal, bahawa setiap peranti kategoti harus lengkap, sehingga tidak ada satupun jawapan responden yang tidak mendapat tempat dan kategori yang satu dengan yang lain harus terpisah secara jelas tidak saling bertindih (Margono, 2007:191). ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses menyeleksi, memudahkan, memfokuskan, mengabstaraksikan, mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional sesuai dengan tujuan penyelidikan, serta mendeskripsikan data hasil kajian. Proses analisis data bermula sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan seterusnya secara berterusan . Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian kemudian di interpretasikan dalam bentuk naratif dan di ambil satu kesimpulan. Secara umum proses analisis data dilakukan melalui beberapa tahap pengolaha iaitu penurunan, keterangan dan kesimpulan: a. Penurunan data iaitu proses pemilihan data kedalam suatu kategori atau variabel yang lebih sederhanaan dari data hasil kajian.

b. Display data iaitu proses penyajian data secara lebih mudah dan ditafsirkan dalam bentuk naratif, bagan atau neraca. c. Mengesahkan data iaitu proses pengambilan kesimpulan dari keseluruhan pembentangan data sebagai jawaban terhadap tujuan penyelidikan. VALIDASI DATA Pengesahan data merupakan Satu perkara yang sangat penting dilakukan oleh penyelidik, kerana berfungsi untuk menguji kevalidan data yang diperoleh dari pelaksanaan kajian. Beberapa teknik pengesahan data yang digunakan dalam Penyelidikan Tindakan Kelas meliputi beberapa tahapan sebagai berikut: a. Triangulasi

Triangulasi merupakan proses pemeriksaan data tentang pelaksanaan tindakan dengan mengesahkan maklumat yang telah diperolehi kepada guru lain, pelajar dan pemerhati. b. Member Chek

Member chek merupakan proses pemeriksaan kembali maklumat data yang diperoleh selama pemerhatian yang dimaksudkan untuk memperoleh kebenaran dan kesahihan data penemuan dengan cara mengesahkan hasil pelaksanaan penelitian dengan kolabolator setiap akhir pelaksanaan penyelidikan tindakan dan dengan guru mata pelajaran sejarah yang lain. c. Audit Trail

Audit Trail iaitu proses memeriksa kebenaran data yang telah terkumpul dengan membicarakan dan membincangkan dengan rakan penyelidik sehingga dapat melihat kesalahan-kesalahan baik di dalam penggunaan kaedah dan prosedur yang digunakan.

I.

DAFTAR PUSTAKA

Margono, S. (2007). Kaedah Penyelidikan Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta SOLIHATIN, Entin dan Raslan. (2007). Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara Sukardi. (2003). Kaedah Penyelidikan Pendidikan . Jakarta: PT Bumi Aksara Syaodih, Nana. (2009). Kaedah Penyelidikan Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wiriaatmadja, Rochiati. (2006). Kaedah Penyelidikan Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakaryat

SUMBER INTERNET Faiq Dzaki, T. (2009). Aktiviti Belajar Pada Model Pembelajaran Kooperatif . [Online].http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/aktivitas-belajarpada-model.html [5 Januari 2010] Faiq Dzaki, T. (2009). Tips Motivasi Belajar Siswa. [Online]. Tersedia:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/tips-motivasibelajar-siswa-1.html [5 Januari 2010] Faiq Dzaki, T. (2009). Model Pembelajaran Kooperatif Jenis Jigsaw. Januari 2010]

Anda mungkin juga menyukai