Anda di halaman 1dari 3

Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas.

L) atau ketela rambat atau sweet potato diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia. Cina merupakan penghasil ubi jalar terbesar mencapai 90 persen (rata-rata 114,7 juta ton) dari yang dihasilkan dunia (FAO, 2004). Ubi jalar termasuk famili Convolvulaceae, genus Ipomoea dan spesies yang banyak digunakan adalah batatas (L) Lam. Ubi jalar berasal dari Amerika Tengah atau Selatan yang diketahui dari fosil berumur 10.000 tahun di Peru (Huaman, 1991). Komoditas ini mempunyai daya adaptasi luas, sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di seluruh nusantara. Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0 3000 m dpl. Pada temperatur 240 C tumbuh dengan baik, namun pertumbuhan terhambat jika temperatur di bawah 00 C. Curah hujan yang optimum untuk pertumbuhannya antara 750 mm hingga 1.000 mm per tahun. Menyukai sandy-loam soil dengan kadar bahan organik tinggi dan permeable sub-soil. Tumbuh kurang baik pada tanah liat. Tanah dengan kerapatan tinggi atau aerasi jelek menghambat pembentukan akar dan hasil rendah. Media yang gembur diperlukan untuk pertumbuhan umbi, sehingga penanamannya harus dilakukan di atas guludan. Apabila pertanaman tidak dilakukan di atas guludan maka umumnya akan dihasilkan umbi yang kecil-kecil sebab biasanya batang menjalar ke segala arah dan setiap perakaran pada buku yang berhubungan dengan tanah menghasilkan umbi yang kecil-kecil. Keasaman tanah optimum untuk pertumbuhannya yaitu antara 5,6 6,6. Ubi jalar juga peka terhadap garam. Ubi jalar merupakan tanaman yang suka cahaya dan tumbuh baik pada intensitas cahaya yang relatif tinggi. Pembungaan dan pembentukan akar dipacu dengan hari pendek, 11 jam atau kurang. Pada panjang hari lebih dari 13,5 jam bunga akan gagal terbentuk (Huaman, 1991). Rice (1984) mendefinisikan alelopati sebagai beberapa pengaruh yang merugikan baik langsung atau tidak langsung dari suatu tanaman terhadap tanaman yang lain, melalui senyawa kimia yang dihasilkan dan dilepaskan ke lingkungan pertumbuhannya. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diartikan bahwa kompetisi dapat dipisahkan dari alelopati. Kompetisi tanaman terjadi melalui pengurangan atau pemindahan faktor-faktor pertumbuhan yang dibutuhkan kedua tanaman tersebut. Tetapi alelopati terjadi karena penambahan senyawa beracun kelingkungan pertumbuhan. Atau dapat dikatakan, alelopati sebagai interaksi antara tumbuhan yang disebabkan oleh adanya senyawa hasil metabolisme. Alelopati sangat menghambat perkecambahan, pertumbuhan atau metabolisme suatu tumbuhan yang disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa organik yang dilepaskan tumbuhan lain. Senyawa organik yang dikeluarkan tumbuhan tersebut dinamakan alelokemi, yaitu senyawa yang dilepaskan melalui akar tumbuhan yang masih hidup atau melalui organorgan tumbuhan lain ataupun melalui biji-biji (Rice, 1984). Pengaruh alelokemi bersifat selektif, yaitu berpengaruh

terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston, 1996; Kohli and Singh, 1991). Produksi senyawa beracun tersebut merupakan mekanisme penting sehingga memungkinkan suatu spesies dapat menekan pertumbuhan spesies lain. Pada hakekatnya alelokemi dapat dihasilkan oleh semua organ tumbuhan, meliputi, batang, akar, daun, rimpang, bunga, buah dan biji serta dapat keluar melalui jaringan dengan berbagai cara: penguapan, eksudat akar, lindian, dan dekomposisi bagian-bagian tubuhnya. Senyawa alelopati pada konsentrasi tertentu dapat menurunkan kemampuan pertumbuhan tanaman budidaya karena transport asam amino dan pembentukan protein terhambat. Penghambatan itu dapat melalui pertumbuhan akar pada semai, perpanjangan dan perbanyakan sel, aktivitas GA, dan IAA, penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata daun, sintesis protein serta dalam aktivitas enzim (Nelson,1996). Lambers et al. (2000) dan Tukey (1969) menyatakan bahwa penghambatan oleh senyawa alelopati terjadi pada proses pembentukan ATP yang dapat menekan hampir semua proses metabolisme dalam sel. Karena ATP merupakan salah satu komponen yang berperan dalam mengikat CO2, sehingga jumlah karbohidrat yang berfungsi sebagai bahan bakar dan bahan penyusun struktur sel berkurang. Senyawa fenolik dapat menurunkan kandungan klorofil, sehingga menghambat fotosintesis yang dapat dilihat pada reduksi bobot kering tanaman. Sedangkan senyawa alelopati yang berada dalam tanah tidak mudah tercuci oleh air, karena terikat kuat oleh tanah. Pengaruh alelopati tersebut dalam tanah, dapat sampai beberapa bulan setelah tumbuhan itu tidak ada lagi. Namun apabila senyawa penghambat masuk ke dalam tanah akan mengalami penurunan konsentrasinya dengan daya racun yang berkurang pula karena daya racun senyawa fenol dapat menyatu dengan asam humat (Lisanework and Michelsen,1993) A. Metabolit Sekunder Tanaman mempunyai kemampuan mensintesis berbagai persenyawaan yang digolongkan atas metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer terlibat dalam proses fisiologis utama dengan mekanisme yang sudah diketahui. Sedangkan metabolit sekunder terlibat dalam proses-proses yang masih belum sepenuhnya dipahami. Menurut Sastrohamidjojo (1996) metabolit sekunder sebagai bahan kimia non nutrisi yang mengontrol spesies biologi dalam lingkungan atau dengan perkataan lain metabolit sekunder memainkan peranan penting dalam koeksistensi dan koevolusi spesies. Sebagai konsekuensi ekosistem merupakan keadaan yang dinamis. Metabolit sekunder merupakan hasil tanaman yang khas dan dijumpai sebagai terpenoid, glikosida (seroid dan fenolik) dan alkaloid. Senyawa ini dibentuk melalui alur (pathway) khu-

sus dari metabolit primer dan dapat dianggap sebagai produk proses morfogenetik (Manitto, 1992). Metabolit sekunder adalah zat kimia bukan nutrisi, mempunyai struktur kimia yang beragam, penyebaran relatif terbatas, proses biosintesis dipengaruhi oleh jumlah dan aktivitas enzim, merupakan aspek spesialisasi sel dalam proses deferensiasi dan perkembangan organisme dan bersifat kurang penting bagi sel penghasil tetapi penting bagi organisme secara keseluruhan (Harborne, 1973; Manitto, 1992). Metabolit sekunder bagi manusia dapat bersifat positif ataupun negatif. Beberapa jenis tanaman bahan makanan mengandung metabolit sekunder yang bersifat racun. Buah tomat dan umbi kentang dahulu banyak mengandung alkaloid yang bersifat racun, namun para pemulia tanaman telah berhasil menghilangkan senyawa racun tersebut. Senyawa yang membawa sianida pada ketela pohon (Manihot uttilisima) dapat menghambat aktifitas enzim-enzim pencernaan, namun melalui peyiapan penghidangan yang baik, olahan dari bahan ketela ini menjadi tidak berbahaya. Aflatoksin yang diproduksi oleh jamur Aspergillus flavor tumbuh pada kacang-kacangan dalam penyimpanan yang tidak baik. Senyawa tersebut dapat mengakibatkan penyakit pada lever dan dapat menyebabkan kanker

Anda mungkin juga menyukai