Anda di halaman 1dari 5

Sekolah Demokrasi Aceh Utara Gagasan untuk membentuk semacam Sekolah Demokrasi didasarkan pada pertimbangan bahwa demokrasi

dapat didorong maju dengan menggunakan berbagai cara yang semakin memungkinkan berjalannya proses-proses yang membuka partisipasi rakyat secara lebih luas. Proses-proses tersebut dapat disingkat dengan beberapa kata kunci seperti rekrutmen politik, artikulasi kepentingan dan aspirasi politik serta agregasi berbagai kepentingan tersebut agar mendapat dukungan yang lebih luas, yang kemudian dibantu oleh komunikasi politik untuk membuat agregasi kepentingan itu kembali diterima para aktor politik dan para beneficiaries demokrasi sebagai kepentingan mereka. Pemilu misalnya dikenal sebagai locus classicus untuk rekrutmen politik, dan Pemilu di Indonesia 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa rekrutmen itu dapat dilaksanakan secara berhasil oleh rakyat sendiri secara langsung. Dari segi keberhasilan rekrutmen politik, Indonesia dapat dicatat dalam salah satu negara demokratis terbesar saat ini setelah India dan Amerika Serikat. Namun demikian, kalau kita meninjau kriteria lainnya untuk proses demokratisasi seperti artikulasi kepentingan politik, agregasi aspirasi politik dan komunikasi politik, maka masih banyak sekali tantangan yang ada didepan mata. Suatu tes yang baik terhadap artikulasi kepentingan politik dapat dilakukan dengan melihat tingkah laku politik para anggota DPR kita, apakah mereka benarbenar bertindak sebagai wakil rakyat yang direkrut melalui partai politik ataukah mereka lebih berperan sebagai agen partai mereka sendiri, yang membuka akses ke DPR dengan menggunakan suara rakyat. Disamping itu, keadaan masih jauh dari harapan kalau kita meihat kualifikasi rata-rata dari para anggota DPR baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten. Sebuah penelitian oleh LIPI mengungkapkan bahwa untuk banyak kabupaten diluar Jawa, persyaratan minimum bagi para calon anggota DPRD agar harus mempunyai ijazah SMU, harus dianggap masih terlalu tinggi, kalau dilihat dari tingkat pendidikan rata-rata para calon legislatif yang diajukan. Demokrasi, dilihat dari segi itu, memang merupakan perjuangan politik, tetapi karena demokrasi adalah juga suatu bentuk interaksi dan bentuk komunikasi antara warga dan antara lembaga, maka demokrasi tak bisa tidak menjadi juga suatu perjuangan pendidikan politik secara khusus, dan bagian pendidikan nasional secara umum. Pemenang hadiah nobel untuk ilmu ekonomi 1998, Amartya Sen dalam bukunya Development as Freedom (1999), menyatakan bahwa demokrasi dapat dipastikan sebagai penemuan manusia yang paling penting pada abad ke 20. Tidak ada negara didunia pada saat ini yang tidak menyebut dirinya demokratis. Dengan demikian, demokrasi menjadi penting karena menjamin secara normatif martabat manusia, tetapi sekaligus menjadi

instrumen politik yang paling efektif untuk secara operasional menyelamatkan dan mempertahankan martabat setiap orang. Sekolah Demokrasi sebagai sebuah wahana belajar akan memberikan perhatian khusus kepada pendidikan demokrasi karena alasan fundamental bahwa penghargaan dan komitmen terhadap martabat setiap warga hanya dapat dikembangkan melalui suatu praksis politik yang didukung oleh pendidikan politik yang mempunyai arah yang jelas dan metodik yang membuka jalan menuju arah yang ditetapkan. Untuk melaksanakan suatu program pendidikan dan pelatihan demokrasi, Sekolah Demokasi akan bertolak dari tiga pengertian utama tentang demokrasi. Pertama, demokrasi dipahami sebagai nilai-nilai universal yang patut dibela, seperti keadilan, kesamaan didepan umum, dan hak menentukan diri sendiri. Kedua, demokrasi dipahami dalam hubungan dengan instrument-instrument yang dibutuhkan dalam proses demokratisasi, baik instrument untuk sosialisasi pengetahuan dan pengertian tentang demokrasi, baik instrument untuk memungkinkan internalisasi nilai-nilai demokrasi, maupun instrumen untuk menjalankan demokrasi dalam praktek seperti administrasi, manajemen dan keuangan, serta instrument untuk melakukan evaluasi dan pengukuran terhadap maju mundurnya proses demokratisasi. Ketiga, demokrasi dipahami sebagai kontekstualisasi nilai-nilai universal dalam konteks kebudayaan dan konteks sejarah yang spesifik dari setiap negara maupun dari setiap daerah. Salah satu konteks yang akan menjadi perhatian Sekolah Demokrasi adalah interaksi antar-pranata (inter-institutional interaction) diantara empat pranata utama yaitu lembaga pemerintahan, lembaga politik dan para politisi, komunitas bisnis, dan rakyat dalam civil society. Misi : Mengembangkan berbagai model pembelajaran demokrasi yang berkelanjutan dengan fokus pada suatu konteks konkrit. Melembagakan hubungan antara masyarakat dan pemerintah melalui berfungsinya sistem multi-partai yang efektif dan lembaga-lembaga demokrasi lainnya. Memfasilitasi pendidikan demokrasi dan penyadaran politik bagi warga negara. Memperluas besaran partisipasi warga negara dalam mewujudkan demokrasi yang beradab. Memfasilitasi pembentukan jejaring yang menghubungkan masyarakat politik dan masyarakat sipil. Memperluas jejaring multipihak untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dan tradisi demokrasi. Visi: Terciptanya komunitas yang memiliki pengalaman dan komitmen untuk transformasi kearah masyarakat demokratis, sadar politik dan mampu

berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan publik melalui wacana demokrasi dalam sistem politik multi-partai Indonesia. Tujuan Sekolah Demokrasi beranggapan bahwa ada nilai-nilai demokrasi yang bersifat universal dan berlaku dimana saja, akan tetapi perwujudan nilai-nilai tersebut hanya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi lokalitas dan kemungkinan yang ada dalam konteks yang konkret agar dapat dipahami dan dihayati menurut idiom dan simbol-simbol budaya dari suatu masyarakat atau komunitas. Kalau kebebasan dan martabat manusia yang menjadi intisari universalitas demokrasi, maka partisipasi politik adalah intisari dari instrumentalitas demokrasi. Dengan demikian pendidikan dan pelatihan akan diarahkan kepada pengembangan kesadaran, apresiasi dan komitment terhadap kebebasan dan martabat setiap orang, sementara dipihak lain pendidikan dan pelatihan yang sama perlu membuka jalan dan kemungkinan untuk terciptanya partisipasi politik yang lebih luas. Filosof politik Jerman kontemporer Juergen Habermas, mengatakan bahwa demokrasi memang ditopang oleh partisipasi politik, tetapi partisipasi politik yang demokratis harus memenuhi sekurang-kurangnya dua persyaratan. Persyaratan pertama adalah luasnya partisipasi politik (the quantitiy of participation) sedangkan persyaratan kedua adalah kualitas wacana politik (the quality of discourse). Kedua dimensi ini perlu diusahakan untuk berjalan bersamaan karena penekanan pada salah satu dimensi saja akan membawa resiko langsung pada proses demokratisasi. Perluasan partisipasi saja tanpa dukungan wacana yang memadai akan menyebabkan demokrasi dijalankan oleh orang-orang yang tidak mempunyai pengertian minimum tentang tujuan dan syarat-syarat demokrasi, yang pada tahapan yang ekstrim akan membawa kita kepada vulgarisasi demokrasi atau sikap ultra-demokratis yang mendewa-dewakan kebebasan tanpa memperdulikan syarat-syaratnya sebagaimana disinyalir oleh Bung Hatta dalam risalahnya yang terkenal Demokrasi Kita. Sebaliknya, penekanan hanya pada kualitas wacana saja tanpa perluasan partisipasi politik akan membawa kita kepada oligarkhi para ahli atau para cendikiawan, yang jelas mempunyai kemampuan wacana yang lebih baik dibandingkan anggota masyarakat biasa. Patut dicatat pula bahwa hubungan di antara kedua dimensi itu bersifat asimetris. Peningkatan kualitas wacana dapat membantu seorang warga negara untuk membuka akses kepada partisipasi politik. Sebaliknya, perluasan partisipasi politik tidak dengan sendirinya meningkatkan kualitas wacana dan bahkan dapat menurunkan kualitas wacana. Sekolah Demokrasi akan memberi perhatian khusus kepada masalah ini dalam pendidikan dan pelatihan yang dijalankannya, dengan mencoba menggalakkan peningkatan kualitas wacana sebagai jalan yang efektif untuk perluasan partisipasi politik menuju masyarakat yang demokratis.

Sekolah Demokrasi akan melatih dan mendidik individu yang muda untuk sadar politik dan bisa memainkan peran strategis untuk memajukan demokasi di daerahnya masing-masing. Salah satu konteks yang akan menjadi perhatian Sekolah Demokrasi adalah interaksi antar-pranata (inter-institutional interaction) diantara empat pranata utama yaitu lembaga pemerintahan, lembaga politik dan para politisi, komunitas bisnis, dan rakyat dalam civil society. Teknis Pembelajaran Sampai akhir tahun 2010, SEPAKAT akan melakukan kegiatan persiapan Sekolah Demokrasi yang mencakup: Pengembangan website Sekolah Demokrasi, Seleksi siswa angkatan pertama, Sosialisasi program dengan stake holder tingkat kabupaten, Penyusunan kurikulum belajar (Standar Acuan pembelajaran), dan Seminar, Workshop, Persiapan materi publikasi dll Di awal tahun 2011 Pembelajaran Sekolah Demokrasi direncanakan akan dimulai. Satu tahun ajaran akan berlangsung selama 400 jam pembelajaran (250 jam in class dan 150 jam out class), dengan waktu belajar pada hari Sabtu dan Minggu. Pembelajaran in class akan mengacu pada kurikulum yang telah disusun, sedangkan pebelajaran out class lebih ditekankan pada praktek langsung materi yang telah disampaikan pada sesi in class ataupun kegiatan lainnya yang masih berhubungan seperti talkshow radio/televisi, outbond, kunjungan belajar dan sebagainya. Di akhir tahun akan dilaksanakan Ujian akhir yang menentukan seorang siswa akan lulus atau tidak dengan berdasarkan pada standar penilaian yang telah ditentukan sebelumnya.

Penerimaan Peserta Sekolah Demokrasi Aceh Utara Angkatan IV by admin 05.Jan 2014 Perkumpulan SEPAKAT (Serikat Pengembang Swadaya Masyarakat) bekerjasama dengan Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID) dengan dukungan dari Kemitraan (Partnership) akan menyelenggarakan kegiatan pendidikan Sekolah Demokrasi Aceh Utara (SDAU) Angkatan ke-IV tahun 2014. Gagasan penyelenggaraan Sekolah Demokrasi didasarkan pada pertimbangan bahwa demokrasi dapat didorong maju dengan menggunakan berbagai cara yang semakin memungkinkan berjalannya proses-proses yang membuka partisipasi rakyat secara lebih luas. Sekolah Demokrasi mempunyai visi untuk terciptanya komunitas yang memiliki pengalaman dan komitmen untuk transformasi kearah masyarakat demokratis,

1. 2. 3. 4.

5.

6. 7.

sadar politik dan mampu berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan publik melalui wacana demokrasi dalam sistem politik multi-partai. Sekolah Demokrasi akan melatih dan mendidik individu yang muda untuk sadar politik dan bisa memainkan peran strategis untuk memajukan demokrasi di daerahnya masing-masing. Salah satu konteks yang akan menjadi perhatian Sekolah Demokrasi adalah interaksi antar-pranata (inter-institutional interaction) diantara empat pranata utama yaitu lembaga politik dan para politisi, pegawai/aparatur pemerintahan, komunitas bisnis dan rakyat dalam civil society Sekolah Demokrasi Aceh Utara membuka peluang kepada masyarakat untuk menjadi peserta angkatan ke-empat dengan syarat sebagai berikut: Berusia antara 21 s/d 40 Tahun Pendidikan Minimum SMA/yang sederajat Lulus seleksi Administrasi, Ujian Tulis, dan Wawancara Berasal dari partai politik atau para politisi, pegawai negeri sipil / aparatur pemerintahan, komunitas bisnis / pengusaha dan organisasi masyarakat sipil (LSM) Bersedia mengikuti pembelajaran sekolah demokrasi baik in class (200 Jam) dan out class (200 Jam) selama satu tahun penuh (sebagian besar kegiatan belajar akan dilaksanakan pada hari Sabtu dan hari Minggu) Mempunyai komitmen personal dan profesional terhadap transformasi masyarakat Berdomisili di Kabupaten Aceh Utara atau Kota Lhokseumawe

Anda mungkin juga menyukai