Anda di halaman 1dari 18

BAB 1 PENDAHULUAN Nosokomial berasal dari kata Nosos yang berarti penyakit dan kooeo yang berarti merawat.

Nosokomion berarti tempat untuk merawat penyakit atau rumah sakit, sehingga nosokomial berarti yang berhubungan dengan rumah sakit dan infeksi nosokomial berarti infeksi yang berasal dari atau terjadi di rumah sakit. Infeksi Nosokomial merupakan infeksi banyak terjadi pada penderita yang dirawat di rumah sakit dan merupakan penyebab penyakit kesakitan dan kematian. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya (Siregar, 2!!" . #i Indonesia masalah infeksi nosokomial juga merupakan masalah yang cukup serius, terutama di rumah sakit yang jumlah penderita yang dirawatnya banyak dengan tenaga perawatnya masih terbatas. $ada penelitian yang dilakukan oleh %ardana dan &cing pada tahun '()( merupakan hasil obser*asi infeksi nosokomial insidensi infeksi nosokomial '),"+, pada pasien yang dirawat di ruang rawat penyakit dalam -S.$ / 0amil, $adang. $ada penelitian lain pada tahun yang sama di -S 1asan Sadikin 2adung didapatkan insidensi3pre*alensi infeksi nosokomial '7,2", sedangkan di -S dr. Sutomo adalah sebesar (,)4,. Infeksi nosokomial transmisi berasal dari tindakan medis dokter, perawat dan pelayan medik yang lain bisa berasal dari tangan yang tidak steril, infeksi dari makanan, minuman atau *entilasi, kateter dan alat endoskopi ataupun tindakan in*asif yang lain.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Definisi Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang dialami pasien selama dirawat di rumah sakit dan infeksi itu tidak ditemukan pada saat pasien masuk rumah sakit. Infeksi nosokomial sangat nyata merupakan penyebab kesakitan dan kematian. Infeksi nosokomial dapat terjadi oleh karena tindakan instrumenisasi ataupun inter*ensi pada saat dirawat di rumah sakit, misalnya pemasangan kateter, infus, tindakan5tindakan operatif lainnya. #okter muda adalah sarjana lulusan perguruan tinggi pendidikan dokter yang menjalankan profesi disarana kesehatan yang telah ditunjuk sebelum memperoleh hak untuk mendapatkan surat ijin praktek yang ditetapkan konsul kedokteran indonesia. 2. 2 Epidemiologi Infeksi Nosokomial mempunyai angka kejadian 2 6 '2, (rata5rata 4, dari semua penderita yang dirawat di rumah sakit. &ngka kematian '52 , dari semua kasus yang dirawat di rumah sakit di .S& ',4 juta pertahun dan meninggal '4.!!! orang. 7rganisme utama yang menyebabkan infeksi nosokomial meliputi Pseudomonas aeruginosa ('8, , Staphylococcus aereus ('2, , staphylococcus koagulase5negatif ('!, , Candida ('!, , enterococci ((, , dan enterobacter (), . #i negara berkembang angka kejadian infeksi Nosokomial belum bayak diketahui dengan pasti (Siregar, 2!!" . 2. 3 F !"o# Pen$e% % Pe#!em% ng n Infe!si Noso!omi l Secara umum faktor yang mempengaruhi terjadinya nosokomial terdiri dari 2 bagian besar yaitu faktor endogen (umur, seks, penyakit penyerta, daya tahan tubuh dan kondisi5kondisi lokal dan faktor eksogen (lama penderita dirawat, kelompok yang merawat, alat medis, serta lingkungan . /ekanisme pasien terkena infeksi nosokomial adalah pasien mendapat infeksi nosokomial melalui dirinya sendiri (auto infeksi , melalui petugas yang merawat di -S, melalui pasien yang dirawat ditempat atau diruangan yang sama, melalui keluarga pasien yang bekunjung, melalui peralatan yang dipakai.

2.8.' &gen Infeksi $asien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit. 9ontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. 9emungkinan terjadinya infeksi tergantung pada karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap :at5 :at antibiotika, tingkat *irulensi, dan banyaknya materi infeksius. 2eberapa kuman penyebab nosokomial, sebagai berikut; '. Staphylococcus aureus .mumnya ditularkan oleh para petugas yang menularkan biasanya karier dan ditularkan melalui tangan. #i tempat perawatan dimana penyakit yang disebabkan kuman ini berupa endemi3epidemi maka koloni Stafilokokkus aureus ini dapat ditemukan di kulit, lubang hidung dan nasofaring. Semakin banyak koloni ini ditemukan, semakin tinggi pula angka kejadian infeksi oleh kuman tersebut. Infeksi yang ditimbulkannya dapat berupa pustula dikulit, konjungti*itis, omfalitis, abses subkutan (mastitis , sepsis, pneumonia, mepingitis, osteomielitis, enteritis dan lain5lain. 2. Streptococcus 9oloni kuman ini dapat ditemukan di kulit, liang telinga dan nasofaring oleh karena kuman ini dibawa oleh bayi pada waktu lahir atau didapat di tempat perawatan yang ditularkan oleh petugas bangsal. $ada umumnya infeksi streptococus ini masuk ke tubuh melalui kulit yang lece, jalan nafas atau pencernaan dan kemudian menimbulkan erisipelas dikulit, selulitis, pneumonia, sepsis, meningitis dan lain5lain. 8. Pneumocoocus $enularan biasanya berasal dari karier yaitu petugas. 9uman ini dapat menimbulkan pneumonia, infeksi kulit, infeksi tali pusat, sepsis, meningitis dan lain sebagainya. ". Listeria monocytogenes Infeksi dapat terjadi di dalam kandungan (melalui plasenta. ke janin atau melalui jalan lahir . /enurut 2arr ('(7" , infeksi listiriosis lebih sering erjadi pasca waktu bayi melalui jalan lahir, oleh karena bayi terkontaminasi dengan
3

flora di jalan lahir yang mengandung kuman listeria. %abah yang terjadi di bangsal adalah akibat terjadinya infeksi silang diantara sesama bayi baru lahir. Selain itu dapat terjadi infeksi tranplasental yang menyebabkan timbulnya gejala infeksi berat seperti peumonia, sepsis, abses milier dan abses hati. 9oloni kuman ini dapat dijumpai di hidung, tenggorokan, mekonium, darah dan air seni. 4. Infeksi kuman gram negatif 9uman gram negatif seperti Klebsiella pneumonia, Flavobacterium meningosepticum, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, .coli, Salmonella, Shigella dan lain5lain sering ditemukan di kulit, hidung, nasofaring dan flora.$ada bayi terkontaminasi dengan mikro organisme tersebut yang terdapat di jalan lahir3daerah perineum ibu, atau bayi menelan cairan yang mengandung mikro organisme tersebut pacta waktu lahir. $enyakit yang ditimbulkannya ialah enteritis, sepsis, meningitis, pneumonia, abseshati, necroti:ing enterocolitis dan infeksi traktus urinarius. +. Neisseria gonorrhoeae 2iasanya kuman ini menimbulkan infeksi pada mata yang disebut !onococcal ophthalmia neonatorum. #isamping itu dapat menyebabkan gonococcal arthritis dan disseminated gonorrhoe. 9uman lain yang juga dapat menyebabkan infeksi mata adalah Klamidia trakhomatis, Stafilokokkus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. 7. Infeksi kuman anaerob 9uman yang selalu menyebabkan infeksi dari golongan anaerob ini adalah bakteriodes dan streptokokkus anaerob, keduanya dapat dijumpai di *agina dan uterus wan ita hamil dan post partum. 7leh sebab itu bayi baru lahir mungkin saja mengandung kuman ini waktu lahir atau beberapa saat setelah lahir sehingga mungkin saja terjadi bakteremia atau sepsis pada bayi. ). Infeksi jamur Infeksi jamur yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir adalah yang disebabkan oleh Candida albicans. Infeksi ini dapat terjadi ; ' Intra uterin sebagai akibat naiknya mikro organisme ini dari *agina ke uterus, dan dapat menimbulkan pneumonia kongenital dan septikemia.
4

2 9oloni Candida albicans yang dibawa bayi ketika melalui jalan lahir atau didapat di tempat perawatan, misalnya ditularkan melalui dot, tangan para petugas yang mengandung Candida albicans. 9andidiasis yang paling sering di temukan ialah kandidiasis mulut . (. Infeksi *irus /enurut /c. <racken ('()' infeksi nosokomial oleh *irus dapat disebabkan oleh =<17 ( nteric Cythopathogenic "uman #rphan *irus yang dapat menyerang alat pernafasan, pencernaan, selaput otak ( aseptic meningitis , co>sackie *irus menyebabkan miokarditis, meningoensefalitis, adeno *irus menyebabkan pneumonia, hepatosplenomegali, ikterus dan perdarahan, syncytial *irus yang terutama menyerang alat pernafasan. 2.8.2 -espon dan toleransi tubuh pasien ?aktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini adalah umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi, penggunaan obat5obatan immunosupresan dan steroid dan inter*ensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi. .sia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, S@= dan &I#S. 9eadaan5keadaan ini akan meningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik. 7bat5obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi. 2anyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi. 2.8.8 -esistensi terhadap antibiotika Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara tahun '(4!5'(7!, banyak penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan disembuhkan. 2agaimana pun juga, keberhasilan ini menyebabkan penggunaan berlebihan dan pengunsalahan dari antibiotika. 2anyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten. /eningkatnya resistensi
5

bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas terutama terhadap pasien yang immunocompromised. -esitensi dari bakteri di transmisikan antar pasien dan faktor resistensinya di pindahkan antara bakteri. $enggunaan antibiotika yang terus5menerus ini justru meningkatkan multipikasi dan penyebaran strain yang resistan. $enggunaan yang irasional tersebut meliputi penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol, dosis antibiotika yang tidak optimal, terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat yang disebabkan oleh kesalahan diagnosa. 2anyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan perubahan dari gen yang resisten terhadap antibiotika, mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap obat5obatan tersebut. $enggunaan antibiotika secara besar5 besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor utama terjadinya resistensi. 2anyak strains dari pneumococci, staphylococci, enterococci, dan tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotikaa, begitu juga klebsiella dan pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat multiresisten. 9eadaan ini sangat nyata terjadi terutama di negara5negara berkembang dimana antibiotika lini kedua belum ada atau tidak tersedia. 2.8." ?aktor &lat /edis #ari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. $emakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti5ganti. #iruang penyakit dalam, diperkirakan 2!524, pasien memerlukan terapi infus. 9omplikasi kanulasi intra*ena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi. 9omplikasi tersebut berupa ekstra*asasi infiltrat (cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi kanula , flebitis (terdapat pembengkakan kemerahan dan nyeri sepanjang *ena , septikemia (kuman menyebar hematogen dan supurasi (bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul . 2eberapa faktor dibawah ini berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intra*ena yaitu; jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui *ena seksi, kateter yang terpasang lebih dari 72 jam, kateter yang dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan pronsip anti sepsis, cairan infus yang
6

hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media pertumbuhan mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu sering pada kanula. 9olonisasi kuman pada ujung kateter merupakan awal infeksi tempat infus dan bakteremia. 2.& Pen$ !i" $ ng di"im%'l! n ole( infe!si noso!omi l 2.".' Infeksi saluran kemih Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar "!, dari infeksi nosokomial, )!, infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. %alaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. 7rganisme yang biaa menginfeksi biasanya .Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau nterococcus. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena mikroorganisme eksogen. Sangat sulit untuk dapat mencegah penyebaran mikroorganisme sepanjang uretra yang melekat dengan permukaan dari kateter. 9ebanyakan pasien akan terinfeksi setelah '52 minggu pemasangan kateter. $enyebab paling utama adalah kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau air yang digunakan untuk membesarkan balon kateter. #apat juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan aseptik. 2.".2 $neumonia Nosokomial $neumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan *entilator, tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan NAB, dan terapi inhalasi. 9uman penyebab infeksi ini tersering berasal dari gram negatif seperti, kerongkongan, dan perut. 9eberadaan organisme ini dapat menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke traktus respiratorius bagian bawah. #ari kelompok *irus dapat disebabkan oleh cytomegalo*irus, influen:a *irus, adeno *irus, para influen:a *irus, entero*irus dan corona *irus. ?aktor resiko terjadinya infeksi pneumonia ini adalah tipe dan jenis pernapasan, riwayat merokok, tidak sterilnya alat5alat bantu, obesitas, beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ, tingkat penggunaan antibiotika, penggunaan *entilator dan intubasi dan penurunan kesadaran pasien.
7

2.".8 2akteremi Nosokomial Infeksi ini hanya mewakili sekitar 4 , dari total infeksi nosokomial, tetapi dengan resiko kematian yang sangat tinggi, terutama disebabkan oleh bakteri yang resistan antibiotika seperti Staphylococcus dan <andida. Infeksi dapat muncul di tempat masuknya alat5alat seperti jarum suntik, kateter urin dan infus. 2."." Buberkulosis $enyebab utama adalah adanya strain bakteri yang multi5drugs resisten. 9ontrol terpenting untuk penyakit ini adalah identifikasi yang baik, isolasi, dan pengobatan serta tekanan negatif dalam ruangan. 2.".4 #iare dan Aastroenteritis /ikroorganisme tersering berasal dari .coli, Salmonella, $ibrio Cholerae dan Clostridium. Selain itu, dari gologan *irus lebih banyak disebabkan oleh golongan entero*irus, adeno*irus, rota*irus, dan hepatitis &. 2edakan antara diarrhea dan gastroenteritis. ?aktor resiko dari gastroenteritis nosokomial dapat dibagi menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. ?aktor intrinsik meliputi abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti achlorhydria, lemahnya motilitas intestinal, dan perubahan pada flora normal. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi tindakan medis yang diberikan seperti pemasangan nasogastric tube dan obat5obatan saluran cerna. 2.".+ Infeksi pembuluh darah Infeksi ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan infus, kateter jantung dan suntikan. Cirus yang dapat menular dari cara ini adalah *irus hepatitis 2, *irus hepatitis <, dan 1IC. Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama; D Infeksi pembuluh darah primer, muncul tanpa adanya tanda infeksi sebelumnya dan berbeda dengan organisme yang ditemukan dibagian tubuhnya yang lain. D Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme yang sama dari sisi tubuh yang lain. 2.".7 #ipteri, Betanus dan $ertusis Corynebacterium diptheriae, gram negatif pleomorfik, memproduksi endotoksin yang menyebabkan timbulnya penyakit, penularan terutama melalui
8

sistem pernafasan. 2ordetella $ertusis, yang menyebabkan batuk rejan. Siklus tiap 854 tahun dan infeksi muncul sebanyak 4! dalam '!!, indi*idu yang tidak imun. Clostridium tetani, gram positif anaerobik yang menyebabkan trismus dan kejang otot. 2.".) Infeksi 9ulit dan 0aringan @unak. @uka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat terjadinya infeksi sistemik. #ari golongan *irus yaitu herpes simplek, *aricella :ooster, dan rubella. 7rganisme yang menginfeksi akan berbeda pada tiap populasi karena perbedaan pelayanan kesehatan yang diberikan, perbedaan fasilitas yang dimiliki dan perbedaan negara. 2.".( Infeksi lainnya a.Bulang dan Sendi ;7steomielitis, infeksi tulang atau sendi dan discus *ertebralis. b.Sistem kardio*askuler ;=ndokarditis, miokarditis, dan perikarditis. c.Sistem saraf pusat; /eningitis, abses spinal dan infeksi intra kranial. d./ata, telinga, hidung, dan mulut; 9onjungti*itis, otitis, mastoiditis, sinusitis, dan infeksi saluran nafas atas. e.Saluran pencernaan; Aastroenteritis, hepatitis, necroti%ing enterocolitis. f.Sistem pernafasan bawah; 2ronkhitis, trakeobronkhitis, dan trakheitis. g. Sistem reproduksi; =ndometriosis dan luka bekas episiotomi 2.) Pen*eg ( n Infe!si Noso!omi l $encegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk; 5 /embatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan desinfektan. 5 5 5 /engontrol resiko penularan dari lingkungan. /elindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan *aksinasi. /embatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur in*asif.
9

$engawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya. Bransmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga

2.4.' #ekontaminasi tangan hiegene dari tangan. Betapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang lama. Selain itu, penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit5penyakit infeksi. 1al yang perlu diingat adalah memakai sarung tangan ketika akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan. 2.4.2 Instrumen yang sering digunakan -umah Sakit Simonsen et al ('((( menyimpulkan bahwa lebih dari 4!, suntikan yang dilakukan di negara berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung atau keduanya yang dipakai berulang5ulang dan banyaknya suntikan yang tidak penting (misalnya penyuntikan antibiotika . .ntuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan; 5 5 5 5 $engurangan penyuntikan yang kurang diperlukan $ergunakan jarum steril $enggunaan alat suntik yang disposabel. /asker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. 2egitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. 5 Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap pasiennya. Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor, sarung tangan harus segera diganti.

10

2aju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegahpercikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.

2.4.8 /encegah penularan dari lingkungan rumah sakit $embersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar5benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. $erlu diingat bahwa sekitar (! persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. 1arus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat5alat medis yang telah dipakai berkali5kali. $engaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. .sahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. 9amar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari. Boilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. $ermukaan toilet harus selalu bersih dan diberi desinfektan. #esinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien. #esinfektan yang dipakai adalah; D /empunyai kriteria membunuh kuman D /empunyai efek sebagai detergen D /empunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein. D Bidak sulit digunakan D Bidak mudah menguap D Bidak berbau, atau tidak berbau tak enak D =fektif

11

2.4." $erbaiki ketahanan tubuh #i dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan in*asi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia. $engetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. #engan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika. 2.4.4 -uangan Isolasi $enyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu pemisahan pasien. -uang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan S&-S, yang mengakibatkan kontaminasi berat. $enularan yang melibatkan *irus, contohnya #1? dan 1IC. 2iasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi. Betapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting. -uang isolasi ini harus selalu tertutup dengan *entilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa5apa selama mereka menderita penyakit yang sama. 2.4.+ $eran dokter muda $eran dokter dalam pengendalian infeksi nosokomial. /enurut #aschner, dokter yang menjadi anggota organisasi pengendalian infeksi nosokomial, harus berkualitas profesional dan merupakan kombinasi antara; ahli penyakit infeksi, ahli mikrobiologi, ahli epidemiologi, pekerja sosial, psikolog, guru,
12

ahli riset, ahli terapi antibiotika, polisi3in*estigator, arsitek dan partner baik dari perawatan. Secara umum dokter tersebut hams memiliki kualifikasi umum ; punya interest, wakil kelompok besar, punya wibawa, komunikatif, ahli dalam bidangnya, tekun dan secara khusus mempunyai pengetahuan yang cukup dalam bidang ; epidemiologi, bakteriologi 5 penyakit infeksi, antibiotika, antiseptik 5 desinfektan, disposal, hospital architecture, psikologi, dan cukup mengenal masalah .$?, sehingga secara umum dapat disimpulkan kualitas mereka adalah mempunyai lima unsur ; good manager, good doctor, good scholar, good teacher, good researcher. Secara fungsional, dokter mempunyai peran sebagai berikut; a #alam komite + /emimpin untuk ; pembuatan kebijakan, rapat rutin (' bulan sekali , penentuan keputusan penting dalam keadaan 9@2, dan menghimpun laporan penting. b #alam tingkat team ; /emimpin untuk ; $enjabaran kebijakan, pelatihan dan pengajaran staf, sur*eilan, pelaporan 9@2, dan rapat rutin (' minggu sekali . c #alam pelaksanaan harian (tingkat .$? punya peran sebagai berikut ; D <atatan /edis3@$# 9husus D $elaksanaan S7$. #okter muda berinteraksi langsung dengan pasien, oleh karena itu peran dokter muda dalam mencegah infeksi nosokomial sangat *ital. .paya5upaya yang bisa dilakukan dokter muda dalam mencegah infeksi nosokomial adalah sebagai berikut; '. /enerapkan universal precaution dalam semua tindakan. 2. Imunisasi guna meningkatkan kekebalan tubuh. 8. &lat perlindungan diri dalam bekerja. ". $rofesionalisme dalam bekerja, menerapkan tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan desinfektan dengan benar. 4. /anagemen setelah terpapar sumber infeksi. &niversal precaution penting perannya dalam mencegah terjadinya infeksi nosokomial. #engan waspada terhadap semua pasien membawa suatu penyakit dalam tubuhnya yang bisa ditularkan melewati berbagai cara akan membuat
13

dokter muda bertindak dengan waspada terhadap segala sesuatu dari tubuh pasien baik berupa darah, urin, air liur, fases dan muntahan. Bindakan5 tindakan dalam universal precaution meliputi ; a. /encuci tangan setelah kontak langsung dengan pasien. b. /enutup jarum dengan cara yang benar (tidak menggunakan dua tangan c. /engumpulkan dan membuang jarum, alat tajam pada tempat yang telah disediakan. d. /enggunakan sarung tangan ketika kontak dengan cairan tubuh, kulit yang luka dan membran mukosa. e. /enggunakan masker, pelindung mata dan gaun ketika kemungkinan berhadapan dengan derah atau cairan tubuh yang menyembur. f. /enutup semua luka atau irisan dengan bahan kedap air (linen . g. Segera dan berhati5hati dalam membersihkan tumpahan darah atau cairan tubuh yang lain. .paya universal precaution diatas diharapkan dokter muda tidak terinfeksi penyakit dari pasien dan tidak akan menularkan penyakit kepada pasien lainnya dengan demikian infeksi nosokomial dapat dicegah. Imunisasi berperan dalam memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit. $rofesi dokter muda yang selalu berkontak langsung dengan pasien sangat rentan terhadap penularan penyakit dari pasien. Imunisasi yang dapat diberikan kepada dokter muda salah satumya hepatitis 2. 12C adalah agen yang sangat menular diseluruh dunia yang menimbulkan sirosis dan carcinoma hepar. $emberian *aksinasi pada dokter muda dapat mencegah penyebaran infeksi 12C khususnya dan infeksi nosokomial umumnya. &lat perlindungan diri seperti masker sangat penting dalam mencegah tertular penyakit pernafasan seperti B2. &lat perlindungan diri harus dipakai oleh dokter muda guna mencegah terinfeksi dan menularkan penyakit. $rofesionalisme dalam bekerja, tidak melakukan kesalahan dan efektif dalam segala tindakan medis akan menurunkan resiko tertularnya infeksi dari penderita. Semisal dalam manajemen luka, tindakan aseptis harus benar dan
14

skill operator harus sesuai protap agar luka sembuh optimal dan tidak menjadi tempat masuknya infeksi lainnya. $erlunya pematangan pengetahuan dan skill dokter muda dalam segala tindakan medis besar perannya dalam mencegah infeksi nosokomial. /anagemen setelah terpapar sumber infeksi meliputi darah dan cairan dari pasien atau sumber lainnya besar manfaatnya guna mencegah terinfeksi penyakit. #arah yang menempel harus dicuci bersih dan antiseptik dipakai guna membunuh kuman penyakit. &lat 6 alat setelah selesai dipakai ditempatkan pada cairan desinfektan dan dilakukan metide desinfeksi yang sesuai guna menghindari adanya penularan penyakit pada pemakaian selanjutnya.

15

BAB III KESI,PULAN Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di -umah Sakit. Berjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian bagi penderita seperti semakin lamanya perawatan penyakit, semakin menderita pasien oleh sakit dan meningkatnya biaya pengobatan. ?aktor5 faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial tergantung dari agen yang menginfeksi, respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan, resistensi antibiotika, dan faktor alat. &gen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada; karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap :at5:at antibiotika, tingkat *irulensi, dan banyaknya materi infeksius. -espon dan toleransi tubuh pasien dipengaruhi oleh umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat5obatan immunosupresan dan steroid, inter*ensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi. ?aktor lingkungan dipengaruhi oleh padatnya kondisi rumah sakit, banyaknya pasien yang keluar masuk, penggabungan kamar pasien yang terkena infeksi dengan pengguna obat5obatan immunosupresan, kontaminasi benda, alat, dan materi yang sering digunakan tidak hanya pada satu orang pasien. -esistensi &ntibiotika disebabkan oleh penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol, dosis antibiotika yang tidak optimal, terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat, dan kesalahan diagnosa. /acam penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial, misalnya infeksi saluran kemih. Infeksi ini merupakan kejadian tersering, dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Nosokomial pneumonia, terutama karena pemakaian *entilator, tindakan trakeostomy, intubasi, pemasangan NAB, dan terapi inhalasi. Nosokomial bakteremi yang memiliki resiko kematian yang sangat tinggi.

16

/encegah penularan dari lingkungan rumah sakit terutama dari dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat5alat medis yang telah dipakai berkali5kali. $eran dokter muda dalam mencegah infeksi nosokomial sangat penting mengingat dokter muda berinteraksi langsung dengan pasien dalam melaksanakan tindakan medis. .paya yang dapat dilakukan dokter muda dalam mencegah infeksi nosokomial adalah menerapkan universal precaution dalam semua tindakan, imunisasi guna meningkatkan kekebalan tubuh, alat perlindungan diri dalam bekerja, profesionalisme dalam bekerja, menerapkan tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan desinfektan dengan benar serta managemen setelah terpapar sumber infeksi. #engan upaya5upaya tersebut diharapkan infeksi nosokomial dapat dicegah dan peningkatan pelayanan kesehatan dapat tercapai sesuai tujuan mencapai kesehatan yang optimal.

17

DAFTA- PUSTAKA 2abb, 0-. @iffe, &0. $ocket -eference to 1ospital &cEuired infection. Science $ress limited, <le*eland Street, @ondonF 2!!!. #ucel, A. et al. $re*ention of hospital5acEuired infections, & practical guide. 2nd edition. %orld 1ealth 7rgani:ation. #epartment of <ommunicable disease, Sur*eillance and -esponseF 2!!2 &nonymus. $re*enting Nosocomial Infection.@ouisianaF 2!!2 1arry %ahyudi, 2!!+, Infeksi Nosokomial, http;33www.ossmed.com3 diakses tanggal '( /ei 2!'8. @ight -%. Infectious disease, noscomial infection. 1arrisonGs $rinciple of Internal /edicine '4 =dition.5<# -oomF 2!!'. $arhusip, 2!!4, ?aktor5faktor Hang /empengaruhi Berjadinya Infeksi Nosokomial Serta $engendaliannya #i 21A. .$?. $aru -S. #r. $irngadi3@ab. $enyakit $aru ?95.S. /edan. Soeroso dr. 1 Santoso, Sp& (9 , /&-S, 2!'!, 9ewaspadaan .ni*ersal $encegahan Infeksi Nosokomial, 1ttp;33www.infeksi.com3articles.php, diakses tanggal '( /ei 2!'8. Soeparman, dkk. Ilmu $enyakit #alam 0ilid II. 2alai $enerbit ?9.I, 0akartaF 2!!' $ohan, 1B. <urrent #iagnosis and Breatment in Internal /edicine. $usat Informasi dan $enerbitan #epartemen Ilmu $enyakit #alam ?9.I, 0akartaF 2!!". Bhamrin 1isbullah,'((8, $engendalian Infeksi Nosokomial di -S $ersahabatan 0akarta, <ermin #unia 9edokteran. %en:el. Infection control in the hospital,in International society for infectious diseases, second ed, 2ostonF 2!!2 %17, 2!!8, 1ealth <are %orker Safety, http;33www.who.int3injectionIsafety3 toolbo>3docs3en3&/I1<%ISafety.pdf, diakses tanggal ') /ei 2!'8.

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Portofolio Etik
    Portofolio Etik
    Dokumen4 halaman
    Portofolio Etik
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Naj Death Case
    Naj Death Case
    Dokumen5 halaman
    Naj Death Case
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Obgyn
    Obgyn
    Dokumen3 halaman
    Obgyn
    Chandra Kalake Nampira
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Peserta
    Kuesioner Peserta
    Dokumen8 halaman
    Kuesioner Peserta
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Efusi Pleura
    Efusi Pleura
    Dokumen12 halaman
    Efusi Pleura
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Responsi Fix
    Responsi Fix
    Dokumen15 halaman
    Responsi Fix
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • KLASIFIKASI GANGGUAN CEMAS
    KLASIFIKASI GANGGUAN CEMAS
    Dokumen8 halaman
    KLASIFIKASI GANGGUAN CEMAS
    Ayu Deni Pramita
    Belum ada peringkat
  • Leflet Tifoid
    Leflet Tifoid
    Dokumen3 halaman
    Leflet Tifoid
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • POMR Bedah Qoyyum
    POMR Bedah Qoyyum
    Dokumen4 halaman
    POMR Bedah Qoyyum
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Naj Medik
    Naj Medik
    Dokumen5 halaman
    Naj Medik
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • STATUS Kedokteran Industri Revised 11 Juli 2013
    STATUS Kedokteran Industri Revised 11 Juli 2013
    Dokumen3 halaman
    STATUS Kedokteran Industri Revised 11 Juli 2013
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Status Kedokteran Keluarga Revised 17 Des 2013
    Status Kedokteran Keluarga Revised 17 Des 2013
    Dokumen6 halaman
    Status Kedokteran Keluarga Revised 17 Des 2013
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • POMR Bedah Qoyyum
    POMR Bedah Qoyyum
    Dokumen4 halaman
    POMR Bedah Qoyyum
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • POMR Sinus
    POMR Sinus
    Dokumen3 halaman
    POMR Sinus
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Perbandingan Kasus Dengan Teori
    Perbandingan Kasus Dengan Teori
    Dokumen2 halaman
    Perbandingan Kasus Dengan Teori
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Nutrisi Pada Pasien Cedera Kepala
    Nutrisi Pada Pasien Cedera Kepala
    Dokumen5 halaman
    Nutrisi Pada Pasien Cedera Kepala
    Annisa Qoyyum Nabila
    100% (2)
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen6 halaman
    Bab 2
    Medico Nol Delaphan
    Belum ada peringkat
  • POMR Rabu
    POMR Rabu
    Dokumen5 halaman
    POMR Rabu
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • POMR Rabu
    POMR Rabu
    Dokumen5 halaman
    POMR Rabu
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • POMR Rabu
    POMR Rabu
    Dokumen5 halaman
    POMR Rabu
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Soap
    Soap
    Dokumen5 halaman
    Soap
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Previa
    Previa
    Dokumen4 halaman
    Previa
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Referat Anastesi
    Referat Anastesi
    Dokumen28 halaman
    Referat Anastesi
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • POMR Kamis
    POMR Kamis
    Dokumen5 halaman
    POMR Kamis
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen2 halaman
    Abs Trak
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • PERDARAHAN PP
    PERDARAHAN PP
    Dokumen3 halaman
    PERDARAHAN PP
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • POMR Ppi Qoyyum
    POMR Ppi Qoyyum
    Dokumen3 halaman
    POMR Ppi Qoyyum
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Tugas Lma
    Tugas Lma
    Dokumen5 halaman
    Tugas Lma
    Annisa Qoyyum Nabila
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Spinal
    Anestesi Spinal
    Dokumen7 halaman
    Anestesi Spinal
    Andreas Octaviano
    Belum ada peringkat